TARJAMAH (INDONESIA-ARAB)
“Definisi, Klasifikasi, dan Urgensi Terjemah dari Masa ke Masa”
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Urgensi Terjemah dari Masa ke Masa............................................................................5
B. Definisi dan Klasifikasi Terjemah..................................................................................7
1. Definisi Terjemah........................................................................................................7
2. Klasifikasi Terjemah...................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kata dan rangkaian kalimat yang dituangkan atau diungkapkan pada
setiap bahasa memiliki gagasan atau pikiran dan pesan yang ingin disampaikan.
Upaya pemindahan gagasan dan pikiran yang ada dalam bahasa suatu bangsa ke
bangsa lain dengan tetap memperhatikan karakteristik dan kekhasan masing-masing
bahasa dapat dilakukan melalui proses terjemahan. Terjemah adalah memindahkan
arti dari suatu bahasa ke bahasa lain yang digunakan oleh bangsa yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah urgensi terjemah dari masa ke masa?
2. Apakah definisi dan klasifikasi terjemah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui urgensi terjemah dari masa ke masa
2. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi terjemah.
BAB II PEMBAHASAN
Setiap bangsa atau daerah di muka bumi memiliki bahasa, dan bahasa itu
kemudian digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya, baik
secara lisan maupun tulisan. Namun demikian, tidak semua orang atau bangsa di
dunia ini menguasai berbagai bahasa yang ada di dunia. Sementara itu, setiap bangsa
itu perlu mengetahui setiap ungkapan yang tertuang baik secara lisan maupun tulisan
dalam suatu bahasa pada bangsa lain. Pengetahuan dari ungkapan bangsa lain sedikit
banyak akan bermanfaat bagi bangsa lainnya yang bukan pengguna bahasa itu. Upaya
terjemahan dari bahasa suatu bangsa tertentu akan bermanfaat dalam memberikan
pengetahuan baru atau berbeda kepada bangsa lainnya.[ CITATION Akm17 \l 1057 ]
Sejak Nabi Adam A.S diciptakan, penerjemahan itu sudah ada, sebagaimana
difirmankan Allah dalam Q.S. 2:31. Ayat itu menerangkan bahwa Nabi Adam A.S
dikenalkan macam-macam nama benda sekitarnya, memindahkan pemahaman sebuah
benda pada sebuah kata. Penerjemahan itu pun berlanjut hingga manusia diciptakan
dan diturunkan Allah ke bumi, mereka saling bergaul, mengungkapkan apa yang ada
dalam pikiran dan perasaannya dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh lawan
bicaranya.
Sebagai contoh, Fitri mahasiswa berbahasa Sunda ingin mengerti apa yang
diungkapkan Ahmad ketika berbicara bersama Amir dalam bahasa Jawa. Bahasa
Sunda dalam hal ini adalah bahasa sasaran sedangkan bahasa Jawa adalah bahasa
sumber: fitri sedang bercakap-cakap dengan Mila dengan bahasa Sunda, Ahmad ingin
memahami apa yang mereka ungkapkan, kira-kira jika diungkapkan dalam bahasa
Jawa apa isi pembicaraan mereka. Bahasa Jawa dalam hal ini bahasa sasaran dan
Sunda menjadi bahasa sumber,
Ada beberapa alasan mengapa mata kuliah menerjemah perlu diajarkan pada
jurusan-jurusan bahasa Arab di perguruan tinggi. Alasan tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut.[ CITATION Umi18 \l 1057 ]
Ketiga, dewasa ini cukup banyak informasi dari negara-negara asing termasuk
negara Arab yang selayaknya dipublikasikan di dalam bahasa Indonesia berupa buku,
film, dan publikasi lainnya agar cepat diserap oleh masyarakat. Namun, kegiatan ini
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan karena keterbatasan tenaga yang
profesional dalam bidnag penerjemahan.
Di samping itu, keterampilan ini pun dapat dijadikan sarana untuk mengetahui
keberhasilan studi mahasiswa secara komporehensif, karena keterampilan
menerjemah menuntut kemampuan mahasiswa dalam bidang keterampilan berbahasa
lainnya, terutama membaca. Kelima, keterampilan menerjemah dapat dijadikan salah
satu nilai tambah bagi seorang lulusan. Dia tidak perlu menggantungkan harapannya
pada lapangan kerja yang disediakan oleh pemerintah. Keterampilan ini merupakan
salah satu alternatif penyediaan lapangan pekerjaan. Karena alasan-alasan tersebut,
kiranya sangat tepat untuk menilik masalah pembelajaran menerjemah dari berbagai
sudut pandang.
1. Definisi Terjemah
Secara bahasa, terjemah (translation) berasal dari bahasa Arab, dari kata
tarjama yutarjimu, artinya menerangkan atau memindahkan perkataan dari suatu
bahasa ke bahasa lainnya. Pelakunya disebut penerjemah (mutarjim). [Elias
Anton Elias, dkk, 1982:243].
Dilihat dari jauh dekatnya terjemahan dari bahasa sumber dan bahasa
sasaran, terjemah dapat diklasifikasikan ke dalam jenis. Kedelapan jenis
terjemahan tersebut dapat dikategorisasikan dalam dua bagian besar. Pertama,
terjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber, dalam hal ini
penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna
kontekstual penulis, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantik yakni
hambatan bentuk dan makna. Kedua, terjemahan yang lebih berorientasi pada
bahasa sasaran. Dalam hal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang
relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi
bahasa sasaran (Choliludin, 2005: 205).
A. Kesimpulan
Secara istilah, terjemah berarti semua kegiatan manusia yang berkaitan dengan
memindahkan informasi atau pesan yang disampaikan secara lisan atau tulisan (verbal
dan non verbal) dari informasi asal ke dalam informasi sasaran.
Terjemahan dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis. Apabila dilihat dari
tujuan penerjemahan, Brislin (dalam Emzir, 1999: 4) menggolongkan terjemahan ke
dalam empat jenis, yaitu:
a. Terjemahan Pragmatis,
b. Terjemahan Astetis-Puitis,
c. Terjemahan Etnografis, dan
d. Terjemahan Linguistik.
1. Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber:
a. Terjemahan kata demi kata (word for word translation).
b. Terjemahan Harfiah (literal translation).
c. Terjemahan setia (faithful translation).
d. Terjamahan semantis (semantic teranslation).
2. Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran:
a. Terjemahan adaptasi (adaptation).
b. Terjemahan bebas (free trantation).
c. Terjemahan idiomatiuk (idiomatic translation).
d. Terjemahan komunikatif (communicative translation).
Peranan terjemahan menjadi begitu penting untuk memahami ungkapan
perasaan dan pikriran seseorang atau suatu bangsa. Dari terjemahan seseorang atau
bangsa lain, disamping itu, juga mendapat informasi ragam bahasa yang dipakai
dalam ungkapan itu. Pengetahuan isi (informasi) yang ada dalam ungkapan dan ragam
bahasa yang dipakai dalam menuangkan informasi itu akan menjadi sangat
bermanfaat dan berharga bagi peradaban, kemajuan bangsa, dan khazanah bahasa.
E. Saran
Perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan upaya peningkatan diskusi
tentang materi ini sebagai salah satu cara memaksimalkan potensi mahasiswa untuk
bersikap aktif dalam kegiatan belajar mengajar terlebih dalam kondisi belajar dalam
jaringan.