Disusun oleh:
Kelompok 9
ALFRIDA RESTY AFIFAH 11210340000159
UDYANI SHOLICHAH 11210340000125
ZIKRA MUHAMMAD SYACH PERKASA 11210340000137
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik
dan menjadi suri tauladan bagi umat Islam di seluruh dunia.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca.
Untuk itu saran dan kritik penulis harapkan berkenan dengan pembuatan makalah
ini, demi kesempurnaanya. Atas perhatiannya, penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
B. Saran ...................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi,yakni suatu alat untuk mengungkapkan
keinginan yang ada dalam hati individu kepada orang lain. Di dalam Bahasa
Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa
mempelajari Bahasa Arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu
sangat penting untuk memahami Al-Qur’an.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan
biasa paham artinya Al-Qur’an dan Hadits, oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus
dipelajari dan dipahami lebih dahulu dibanding ilmu yang lain, karena tanpa
Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Adawat Asy-Syarth Al-Jazimah
2. Apa saja Adawat Asy-Syarth Ghairu Al-Jazimah
3. Apa pengertian dan fungsi dari masing-masing Adawat Asy-Syarth
C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuaniumum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan tugasimata kuliah Bahasa Arab.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adawat Asy-Syarat
Al-jumlah as-syartyhiyah merupakan susunan dua kalimat yang digabung menjadi
satu, kalimat pertama adalah syarat dan kalimat kedua adalah jawaban akibat dari
kalimat syarat. Jumlah syartiyah memiliki unsur-unsur yang harus ada di
dalamnya, diantaranya ada adawatu-syarat, fi’il syarat, dan jawab syarat.
Sedangkan, Adawat asy-syarat merupakan merupakan instrument atau alat-alat
dalam sebuah Bahasa yang digunakan dalam kalimat bersyarat. Adawat asy-syarat
terbagi menjadi dua, diantaranya: Adawat asy-syarat zajimah dan Adawat Asy-
Syarat Ghairu Zajimah.
2
c. أَلَمHuruf ini adalah gabungan dari لَمdan hamzah istifham bermakna (apakah
belum/tidak/bukankah).
Contohnya:
= أَلَم يَع ِرف أ َحدApakah belum ada seorang pun yang mengetahui
d. أَلَ َّماHuruf ini adalah gabungan dari لَ َّماdan hamzah istifham, bermakna (apakah
belum/tidak).
Contohnya:
َ = أَلَ َّما أُحسِن إِلَيكApakah aku tidak/belum berbuat baik kepadamu
e. ( ََل ُم األَم ِرhendaklah) Maksudnya, Lam Amr digunakan untuk memerintah sesuatu.
Contohnya:
= ِل َيقُم زَ يدHendaknya Zaid itu berdiri
َ ُّ ََل نَ ِهي & ََل الدMaksudnya, Lam Nahiyah adalah makna menunjukan larangan dari
f. عا
atasan ke bawah seperti Allah kepada hambanya, sedangkan Lam Do’a adalah
larangan dari bawah ke atas seperti seorang hamba kepada Tuhanya. Contohnya:
La Nahi : = َو ََل تُلقُوا ِباَيدِي ُكم اِلَى التَّهلُ َك ِةDan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri
La Do’a : َ “ = َربَّنَا ََل ت ُ َؤاخِ ذنَا اِن نَّسِينَا اَو اَخYa Tuhan kami, janganlah
طأنَا
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan
kesalahan”.
Amil Jawazim diatas,,yaitu berupa kalimat huruf yang dihukumi mabni (tetap).
3
Fi’il Mudhore: = َوإِن تَعُودُ نَعُدJika kalian kembali maka kami pun akan
kembali
b. ماBermakna (Apa saja/pun). Contohnya:
ٰ ُ = َو َما ت َف َعلُوا مِ ن خَير يَّعلَمهKebaikan apapun yang kamu
ُّللا
kerjakan, maka Allah mengetahuinya.
c. َمنBermakna (Barang siapa). Contohnya:
سو ًءا يُجزَ ا بِه
ُ = َمن يَع َملBarang Siapa yang melakukan
kejelekan maka dia akan di balas kejelekan pula.
d. َمه َماBermakna (Setiap/bagaimanapun). Contohnya:
َ = َوقَالُ ۡوا َمهۡ َما ت َۡاتِنَا ِبه مِ ۡن ٰايَة لِـت َسۡ َح َرنَا ِب َها َف َما نَحۡ نُ َلكَ ِب ُم ۡؤمِ ن ِۡينDan
mereka berkata (kepada Musa), "Bukti apa pun yang
engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami
tidak akan beriman kepadamu."
e. أَيBermakna (Mana saja/siapa saja/apa saja). Contohnya:
= اَيًّا َّما ت َدعُوا فَلَهُ اَلَس َم ۤا ُء ال ُحس ٰنىDengan nama yang mana saja
kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama
yang terbaik (Asma‘ul husna).
f. َمت َىBermakna (Kapan pun). Contohnya:
4
j. َحيث ُ َماBermakna (Dimana pun). Contohnya:
َ = َحيث ُ َما يَن ِزل َمDimana pun hujan turun, maka
َّ طر يَن ُم
ُالزرع
niscaya tanaman akan tumbuh
k. كَيفَ َماBermakna (Bagaimana saja/pun). Contohnya:
= كَيفَ َما ت َجلِس أَجلِسBagaimanapun kamu duduk, maka aku
akan duduk
Amil Jawazim di atas, yaitu berupa kalimat isim dan terbagi menjadi 2 bagian:
Ketentuan lain yaitu, apabila fi’il jawab dan jaza berupa fi’il mudhori, sedangkan
fi’il syaratnya berupa fi’il madhi, maka boleh merofa’kan fi’il jawab dan jaza dan
dihukumi hasan. Contohnya:
5
Contoh dari QS. At-Taubah: 47
لَو خ ََر ُجوا فِي ُكم َّما زَ ادُو ُكم
“Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah
(kekuatan)mu”
b. َلَوَل, (jikalau) disebut لَوَلimtina’iyah yang menempati adawat asy-syarat, karena
setelah (َ )لَوَلadalah isim marfu’ yang berkedudukan sebagai mubtada’ yang
khabarnya dibuang atau ditaqdirkan, yaitu َمو ُجودadapun ketentuan jawabnya sama
dengan لَو. Contoh:
ِ سا َءت َحالَةُ ال َم ِر
يض َّ وَل ال
َ َط ِبيبُ ل َ َ“ = لSeandainya tidak ada dokter,
niscaya keadaan orang sakit itu buruk.”
Contoh di QS. Saba’:31
َيَقُو ُل الَّذِينَ استُض ِعفُوا ِللَّذِينَ است َكبَ ُروا لَو ََل اَنتُم لَ ُكنَّا ُمؤمِ نِين
“Berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “Kalau tidaklah
karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang mukmin.”
c. لَو َما, disebut لَو َماimtina’iyah, karena masuk pada adawat asy-syart dan
penggunaan, serta ketentuannya sama dengan َ َلوَل. Contohnya:
“ = لَو َما العَ َم ُل لَم ت َ ُكن لِلعِل ِم فَائِدَةSeandainya tidak ada amal,
niscaya ilmu itu tidak ada faedahnya.”
d. أَ َّماLafadz amma adalah lafadz tafhsili (perinci) dan suka masuk kepada tempat
adawat asy-syarat dan jawabnya wajib diberi tanda fa’ robithoh, dan masuknya ke
jumlah mubtada’ dan Khobar. Contohnya:
َصر َوأ َ َّما البَاطِ ُل فَ ُمندَحِ ر
ِ “ = أ َ َّما ال َح ُّق فَ ُمنتAdapun yang haq akan menang
dan yang kebathilan akan kalah.”
Contoh dari Al-Quran:
َوأ َ َّما بِنِع َم ِة فَ َحدِث
“Maka terhadap nikmat tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan”
e. ( ِإذَاmensyaratkan waktu), yaitu isim yang mengandung zaman lil mustaqbal
َ )إِذَاContohnya:
digunakan untuk keterangan waktu yang akan datang (ظرفِيَّة
ب َّ = إِذَا َم ِرضتَ فَاذهَب إِلَى الKetika kamu sakit, maka pergilah ke dokter!
ِ طبِي
6
Contoh dari QS. Al-Anfal:2
َ إِنَّ َما ال ُمؤمِ نُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُك َِر للاُ َو ِجلَت قُلُوبُ ُهم َوإِذَا ت ُ ِليَت
علَي ِهم َءايَاتُهُ زَ ادَت ُهم إِي َمانًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah Maka gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, Maka bertambah (kuat) imannya”
f. لَ َّماyaitu, isim zharaf yang bermakna ( َ )حِ ينyang masuk ke tempat adawat as-syarat
yang artinya ketika atau tatkala. Jawabnya harus berupa fi’il madhi. Contohnya:
= لَ َّما ذَهَبتُ إِلَي ِه َو َجدتُهُ َم ِريضًاKetika aku pergi menemuinya,
maka aku dapati ia sedang sakit.
Contoh di QS. Al-Qashash: 14
ُ َ َولَ َّما َبلَ َغ أ
َشدَّهُ َواست ََوى َءات َينَاهُ ُحك ًما َوعِل ًما َو َكذَلِكَ نَج ِزي ال ُمح ِسنِين
“Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan
kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
7
Barang siapa yang berpaling,
4. Jumlah yang َ i َس ْلنَاك
علَ ْي ِهم َ أ َ ْرi فَ َماi ت ََولَّىi َو َم ْن maka kami tidak mengutusmu
kemasukan َماnafi َح ِف ْي اi
ظا menjadi pemelihara bagi
mereka
Dan barang siapa yang menukar
5. Jumlah yang diawali َ i ْفَقَدi ان
ض َّل ِ اْل ْي َم ْ يَتَبَدَّ ِلi َو َم ْن
ِ ْ ِبi ال ُك ْف َرi iman dengan kekafiran, maka
hurufi ْقَدi سبِ ْي ِل
َّ الi س َوا َء
َ i sungguh orang itu telah sesat
dari jalan lurus
Dan apa saja kebaikan yang
6. Jumlah yang diawali
ُيُّ ْكف َُر ْوهi فَلَ ْنi َخيْرi مِ ْنi يَ ْفعَلُ ْواi َو َما mereka kerjakan, maka sekali
hurufi لَ ْن
kali mereka tidak di halangi
Dia (Zulkarnain) berkata,
7. Jumlah yang diawali
نُ َع ِذبُهi ف َ َفi ظلَ َم
َ س ْو َ i َم ْنi ا َ َّماi قَا َل “Barangsiapa berbuat zalim,
huruf ف
َ س ْو
َ i&i س
kami akan menghukumnya”
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat Syarat terdiri dari 3 bagian yang harus ada. Diantaranya:
1. Adawatu Syarthi
2. Fi’lu Syarthi
3. Jawabu Syarthi
Adapun Adawatu Syarthi Al-Jazimah. Diantaranya:
ُّ َ أ، َك ْيفَ َما، َح ْيث ُ َما، أَنَّى، أ َ ْينَ َما، َ أَيَّان، َمت َى، َم ْه َما، َما، َم ْن،ِإ ْن
ي
Adapun Adawatu Syarthi Ghairu Jazimah. Diantaranya:
1). Berupa huruf
لَو–لَو ََل –لَو َما–أ َ َّما
2). Berupa isim zharaf
إِذَا–لَ َّما
B. Saran
Sangat disarankan bagi para pembaca yang telah membaca makalah ini agar terus
memperbanyak pengetahuan kita akan Adawatusy Syarth Al-Jazimah wa Ghairu
Jazimah, kita bisa mendalami pengetahuan kita akan Bahasa Arab. Bukan hanya
dari segi pengetahuan saja, tapi sisi positif lainnya kita dapat mendalami Al-
Qur’an dan makna-makna yang tersimpan di dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jurumiyyah
Al-Qur’an iAl-Karim iDan iTerjemahnya
Ilmu iNahwu, iMuqororun iLil iAsh-Shafi iTsalits
Sang iPangeran iNahwu, iAl-Jurumiyyah
Syarh iIbnu iAqil, iFi iIlmi iAl-fiyyah
Tashilul iMasalik, ifi iAt-Tarjamah iAl-Fiyyah iIbnu iMalik
10