Macam-macam istisna’
Istisna’ terbagi menjadi 2 ditinjau dari keterkaitan antara mustasna dengan
mustasna minhu, yaitu istisna’ muttashil dan istisna’ munqathi’.
Istisna’ muttashil adalah istisna’ yang mustasnanya sejenis dengan mustasna
minhu. Contoh:
الر َجا ُل ِإ اَّل زَ ْيدًا
ِ امَ َق
Para lelaki telah berdiri kecuali zaid
Pada contoh diatas, mustasnanya adalah زَ ْيدًاsedangkan mustasna minhunya
adalah ُالر َجال.
ِ Keduanya saling terkait karena mereka sejeni. Maksudnya adalah
zaid termasuk laki-laki.
Istisna’ munqathi’ adalah istisna’ yang mustasnanya berlainan sejenis dengan
mustasna minhu. Contoh:
س اكا ُن ْالقَ ْر َي ِة ِإ اَّل َبقَ َرا ِت ِه ْم
ُ َام
َ ن
Para penduduk desa telah tidur
kecuali sapi-sapi mereka
Pada contoh diatas, mustasnanya adalah بَقَ َراتِ ِه ْمsedangkan mustasna minhunya
adalah ان ْالقَ ْريَ ِة
ُ س اك
ُ . Keduanya tidak saling terkait karena yang satu berupa
manusi, sedangkan satunya berupa hewan yaitu sapi.
ِإ اَّل 1
َ
غي َْر 2
ِس َوى 3
Kecuali خ َََّل 4
عدَا
َ 5
َحاشَا 6
َ لَي
ْس 7
ََّل يَ ُك ْو ُن 8
Adat istina’ pada nomor 1 berjenis huruf, untuk yang nomor 2 dan 3 berjenis
isim, untuk yang nomor 4,5 dan 6 bisa berjenis fi’il atau huruf, sedangkan untuk
yang nomor 7 dan 8 berjenis fi’il
Hukum-hukum istisna’
Sebelum menggunakan adat istisna’ di atas, perlu diketahui bahwa kedelapan
adat itu memiliki perbedaan dalam penggunaannya dalam kalimat. Mereka
mempunyai hukum i’rab yang berbeda beda.
1. istisna’ menggunakan ِإ اَّل
Apabila kalimat tersebut tidak didahului huruf nafi, dan mustasna minhunya
disebutkan (disebut kalam tam mujab), maka mustasna harus dii’rab nashab.
Contoh:
ب ِإ اَّل ُم َح امدًا ُّ ض َر
ُ الط اَّل َ َح
Para siswa telah hadir kecuali muhammad
َام ْاْل َ ْو ََّلد ُ ِإ اَّل زَ ْيدًا
َ ن
Anak-anak telah tidur kecuali zaid
َ ََما ق
َ ام
غي ُْر َمحْ ُم ْو ٍد
Tidak ada yang berdiri kecuali mahmud
اط ٌل
ِ ََّللاَ ب َ أ َ ََّل ُك ُّل
ش ْيءٍ َما خ َََّل ا
Cukup sekian pembahasan yang singkat ini seputar istisna’, semoga kalian bisa
memahaminya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Referensi:
1. Mutammimatul ajurumiyah fi ilmil arabiyyah : Syamsuddin muhammad bin
muhammad arra’ini
2. Mulakhas qawaidul lughatil arabiyyah: fuad nikmah