Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ISIM MAUSHUL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Hanif Shobaruddin, M.Pd

Disusun Oleh :

Irma Rahmawati (21221011232)

Rizki Darul Fadli (21221011256)

Fajar Khalifah

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 16 Maret 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama


islam, karena kitab suci Al-qur’an dan al-hadis ditulis dalam bahasa arab. Selain
itu, bahasa arab juga sudah termasuk bahasa internasional dan banyak dipelajari
oleh para ilmuwan barat untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam hadits
dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad)
adalah orang Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni
surga di dalam surga adalah bahasa Arab.” (HR. Ath-Thabrani)

Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan


mempunyai berbagai macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata
kerja dan kata ganti itu terbagi lagi kedalam beberapa macam bentuk, seperti pada
kata ganti diketahui kata ganti isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti penghubung (al-
isim al-maushũl) dan kata ganti penanya (adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini
saya akan membahas mengenai al-isim al-maushũl [ ‫االسم الموصول‬ ] atau kata ganti
penghubung beserta contoh-contohnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isim maushul ?
2. Pembagian isim maushul ?
3. Bentuk isim maushul ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud isim maushul
2. Mahasiswa mampu mengetahui pembagian isim maushul
3. Mahasiswa mampu mengenal bentuk isim maushul
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ISIM MAUSHUL

Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk


menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu
kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila
bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan Shilah. Shilah(anak
kalimat) itu harus memiliki dhamir  yang kembali pada isim maushul, yang
dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili
oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah:  ْ‫الَّ ِذي‬ (yang).
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat
di bawah ini:

Kalimat I   ُ‫ َجا َء ْال ُمدَرِّ س‬ = “datang guru itu”.

Kalimat II   َ‫اَ ْل ُمدَرِّ سُ يَ ْدرُسُ ْالفِ ْقه‬ = “guru itu mengajar fiqh”.

Kalimat III  َ ‫ َجا َء ْال ُم َد ِّرسُ الَّ ِذيْ يَ\ ْدرُسُ ْالفِ ْقه‬ = “datang guru
yang mengajar fiqh”.

Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl:  ْ‫الَّ ِذي‬.

2. PEMBAGIAN ISIM MAUSHŨL

Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.  Isim Maushũl Ismi

Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh
kepada Shilah dan A’id.

Contoh :  ُ‫ َجا َء الَ ِّذي قَا َم اَب ُْوه‬ = telah datang seseorang yang ayahnya
berdiri.

2.  Isim Maushũl Harfi

Isim Maushũl Harfi adalah semua huruf yang


dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar . Sedangkan Isim Maushũl Harfi itu
ada lima macam:

a). Huruf   ْ  “An”


‫أن‬  dengan dibaca fathah, ini bisa masuk
pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.

contoh fi’il madli =  ‫ْت ِم ْن اَ ْن قَا َم َز ْي ٌد‬


ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran dari telah
berdirinya Zaid”.

contoh fi’il mudlori’ =  ‫ْت ِم ْن اَ ْن يَقُ ْو َم َز ْي ٌد‬


ُ ‫عجب‬
ِ  “saya heran dari
berdirinya Zaid”.

contoh fi’il Amar =  ‫ت الَ ْي ِه بِا َ ْن قُ ْم‬


ُ ْ‫اَ َشر‬ “saya memberi isyarat dengan
perintah berdiri”

b). Huruf  ‫َأ َّن‬ “Anna”


contoh =  َ ‫ك ۡٱلڪِتَ ٰـ‬
‫ب ي ُۡتلَ ٰى َعلَ ۡي ِه ۚمۡ‌ ِإ َّن‬ َ \‫َأن َز ۡلنَ\\ا َعلَ ۡي‬ ‫َأ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ َأنَّٓا‬
‫ڪ َر ٰى لِقَ ۡو ۬ ٍم ي ُۡؤ ِمنُون‬ ۡ ‫ك لَ َر ۡح َم ۬ةً َو ِذ‬
َ ِ‫فِى َذٲل‬
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran
bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)

c). Huruf ْ ‫ َكى‬ “Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.

contoh =  ً‫ت لِ َك ْى تُ ْك ِرم \ا َ َز ْي\\دا‬


ُ ‫جْئ‬ 
ِ “saya datang supaya kamu 
memuliakan atas Zaid”

d). Huruf  ‫ َما‬ “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada


yang  Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.

Contoh Masdariyah Dharfiyyah =  ً ‫ت ُم ْنطَلِق \ا‬


َ ‫ك ما َ ُد ْم‬
َ ُ‫اَل اَصْ َحب‬ “saya
tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”

Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =  ً‫ْت َز ْي\\دا‬ َ َ ‫ْت ِمما‬


َ ‫ض َرب‬ ُ ‫عجب‬ 
ِ “saya
heran tentang pukulanmu kepada Zaid”

e). Huruf  ‫لَ ْو‬ “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il
Mudlori’.

Contoh fi’il Madli =  ‫\و ق\ا َ َم َز ْي\ ٌد‬


ْ \َ‫ت ل‬
ُ ‫و ِد ْد‬ 
َ “saya senang jika Zaid sudah
berdiri”

Contoh fi’il Mudlori’ =  ‫\و يَقُ\ ْ\و ُم َز ْي\ ٌد‬


ْ \َ‫ت ل‬
ُ ‫ َو ِد ْد‬  “saya senang  jika Zaid
berdiri”

3. BENTUK-BENTUK  ISIM MAUSHUL


1). Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (dual)

ِ ِ‫ َو ْاليَـــــا\ إ َذا َما ثُنِّيَــــا\ الَ تُ ْثــــــب‬¤ ‫َم ْوصُو ُل اال ْس َما ِء الَّ ِذي اُأل ْنثَى الَّتِي‬
‫ت‬

“Adapun Isim Mausũl yaitu ‫ال َّ ِذي‬ (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan


untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu ‫الَّتِي‬. Jika keduanya
ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.

Contoh = ‫جا َء نِ ْي الَ ِّذي قَا َم‬ “datang


َ kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.

Contoh = ‫ َجا َء ْتنِ ْي الَ ِّذي قَا َم‬ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.

ْ ُ‫ َوالنُّوْ ن‬¤ ‫بَلْ َمــا تَلِيْـ ِه َأوْ لِ ِه ْال َعالَ َمـــ ْه‬
‫إن تُ ْش َد ْد فَالَ َمالَ َم ْه‬

Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tersebut,
sekarang iringilah! dengan (memasang) tanda
Alamat I’rob (menjadi: ‫ال\\\\\\\\\\\\ذان‬ dan ‫الت\\\\\\\\\\\\ان‬ ketika mahal Rofa’. dan
menjadi: ‫ال\\\\\\\\\ َذيْن‬ dan ‫التَين‬ ketika mahal Nashab dan Jarr). adapun Nun-nya
jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.

Contoh Mutsanna (dual) mahal Rofa’ = َ ‫ قَا َم ابُوْ هُما‬ ‫ الَل ِّذا ِن‬ ‫ َجا َء‬ “ telah datang dua orang
yang ayah keduanya berdiri”

Contoh Mutsanna (dual) mahal Nashab =  َ ‫ قَ\\ا َم ابُوْ هُم \ا‬ ‫ْت اللَّ َذ ْي ِن‬


ُ ‫ َراَي‬ “saya melihat dua
orang yang ayah keduanya berdiri”

Contoh Mutsanna (dual) mahal Jarr = َ ‫ قَا َم ابُوْ هُم\ا‬ ‫ت بِللَّتَي ِْن‬


ُ ْ‫ َم َرر‬  “saya bertemu dengan
dua orang yang ayah keduanya berdiri”[4]

2)    Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)

ِ ‫ضهُ ْم بِ ْال َو‬


‫او َر ْف َعا ً نَطَقَا‬ ْ ‫َج ْم ُع الَّ ِذي األلَى الَّ ِذ ْينَ ُم‬
ُ ‫ َوبَ ْع‬¤ ‫طلَقَا‬
Jamak-nya lafadz ‫الَّ ِذي‬ (Isim Mausũl tunggal laki-laki) adalah ‫األلَى‬ atau  َ‫الَّ ِذ ْين‬ secara
mutlak (baik untuk mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang
Arab berbicara dengan menggunakan Wawu ketika mahal Rofa’ (menjadi:  َ‫اَلَّ ُذوْ ن‬ )

‫ َوالَالَّ ِء َكالَّ ِذ ْينَ ن َْز َراً َوقَ َعا‬¤ ‫ت َوالالَّ ِء الَّتِي قَ ْد ُج ِم َعا‬
ِ َّ‫بِالال‬

Lafadz ‫الَّتِي‬ (Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan


ِ َّ‫الال‬ atau ‫الالَّ ِء‬.Ditemukan juga ‫الالَّ ِء‬ dihukumi seperti  َ‫الَّ ِذ ْين‬ (isim Mausũl
menjadi ‫ت‬
jamak untuk perempuan) tapi jarang.

Contoh mahal Rofa’ = ‫جا َء نِ ْي الَّ ِّذ ْينَ قا َ ُموْ ا‬ “datang


َ kepadaku mereka yang semuanya
berdiri”

Contoh mahal Nashab = ‫ْت الَّ ِّذ ْينَ ق\\\ا َ ُموْ ا‬


ُ ‫راَي‬ “saya
َ melihat mereka yang semuanya
berdiri”

Contoh mahal Jarr = ‫ت بِالَّ ِّذ ْينَ ق\\\ا َ ُموْ ا‬


ُ ْ‫ َم\\\ َرر‬ “saya bertemu dengan mereka yang
semuanya berdiri”

َ ‫ْ\\ل غ\\ا َ َرةً ِم ْل َح‬


Contoh mahal Rofa’ ‫احا‬ ِ ‫ يَ\\وْ َم النٌّ َحي‬ ‫الص\\بَا َحا‬ َ َ‫نَحْ نُ اللَّ ُذوْ ن‬ = ‫ب\\الوو‬ “kami
َّ ‫ص\\بَحُوْ ا‬
datang diwaktu pagi-pagi sekali dihari peperangan di tanah Syam karena
menggegerkan musuh juga kami sungguh menjelekkannya”.

ۡ َ‫وٱلَّ ٰـتِى ي‬ “Dan (terhadap) para wanita yang


Contoh =  ۡ‫\\\أتِينَ ۡٱلفَ ٰـ ِح َشةَ ِمن نِّ َس\\\ ِٕٓاٮڪُم‬ َ
mengerjakan perbuatan keji ,..”(Q.S. An-Nisa’: 15)

ۡ
ِ ‫ َوٱلَّ ٰـ ِٓٔـى يَ ِٕٮ ۡس\نَ ِمنَ ٱل َم ِح‬  “Dan perempuan-perempuan yang tidak
Contoh =  ۡ‫يض ِمن نِّ َس\ ِٕٓاٮ ُكم‬
haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu..” (Q.S. At-Thalaq: 4)

3)    Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)

ِ ‫َو َم ْن َو َما َوَألْ تُ َس‬


ْ‫اوي َما ُذ ِكر‬
Adapun Isim Mausũl ‫ َما‬,‫ َم ْن‬ , dan  ْ‫َأل‬ adalah menyamakan hukumnya dengan Isim
Mausũl yang telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki,
Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).

Contoh =  َ‫ قُ ْمن‬ ‫ َو َم ْن‬،‫ قَ\\ا ُموْ ا‬ ‫ َو َم ْن‬،‫ قَا َمتَ\\ا‬ ‫ َو َم ْن‬ ،‫ قَا َم\\ا‬ ‫ َو َم ْن‬ ،‫ت‬
ْ ‫ قَ\\ا َم‬ ‫ َو َم ْن‬،‫ قَ\\ا َم‬ ‫ َج\ ا َء نِ ْي َم ْن‬ “datang
kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang
laki-laki) yang berdiri, (dua orang  perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki)
yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”[5]

4)    Bentuk Isim Maushũl Dza (‫) َذا‬

‫ َأوْ َم ْن إ َذا لَ ْم تُ ْل َغ فِي ْال َكالَ ِم‬¤ ‫ـام‬


ِ َ‫َو ِم ْث ُل َما َذا بَ ْع َد َما ا ْستِ ْفه‬

Isim Mausũl ‫ َذا‬ statusnya sama dengan isim Mausũl ‫ َما‬ (dipakai untuk tunggal,
dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan syarat (1) ‫ َذا‬ jatuh
sesudah ‫ما‬ Istifham atau ‫من‬ Istifham, (2); ‫ َذا‬ tidak dibatalkan didalam Kalam
(maksudnya: ‫ َذا‬ dan ‫ما‬ atau ‫من‬ tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata
tanya).

َ ‫ َماذاَ ِع ْن َد‬- َ‫ َم ْن ذاَ َجا َءك‬ “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada
Contoh = ‫ك‬
orang yang disampingmu”

5)    Bentuk Shilah Isim Maushũl

‫ق ُم ْشتَ ِملَ ْه‬ ِ ُ‫َو ُكلُّهَــا يَ ْلـ َز ُم بَ َعــ َده‬


َ ‫ َعلَى‬¤ ‫صلَـ ْه‬
ٍ ‫ض ِمي ٍْر الَِئ‬
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat
keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir
atau ’Aid yang kembali kepada Isim Mausũl)[6].

Contoh =

َ َ‫ الَ ِّذ ْين‬-‫ض َر ْبتُهُ َما‬


  ‫ض َر ْبتُهُ ْم‬ ِ ‫ والَ ِّذ‬- ُ‫ض َر ْبتُه‬
َ ‫ان‬ َ ‫جا َء نِ ْي الَ ِّذي‬ “datang
َ kepadaku seorang (laki-laki)
yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”

‫ض\\\\ َر ْبتُه َُّن‬ َ ‫ والَّتَ\\\\ا ِن‬-‫ض\\\\ َر ْبتُهَا‬


َ ‫ والاَّل تِي‬-‫ض\\\\ َر ْبتُهُ َما‬ َ ‫ت الَّتِي‬
ِ ‫ج\\\\ اَئ‬ “datang
َ kepadaku seorang
(perempuan) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang
saya pukul”

ْ‫ بِ ِه َك َم ْن ِع ْن ِدي الَّ ِذي ا ْبنُهُ ُكفِل‬¤ ْ‫صل‬


ِ ‫َو ُج ْملَةٌ أوْ ِش ْبهُهَا الَّ ِذي ُو‬

Shilah yang tersambung oleh Isim Mausũl, biasanya terdiri


dari Jumlah atau Shibhul Jumlah (serupa jumlah).

Contoh = ‫ َجا َء نِ ْي الَ ِّذي‬  َ‫ ِع ْندَك‬ “datang kepadaku seorang yang ada disampingmu”

Contoh = ‫ َجا َء نِ ْي الَ ِّذي‬ ‫فِي ال َّد ِر‬ “datang kepadaku seorang yang didalam rumah”[7]

ْ‫ب اَأل ْف َعا ِل قَل‬


ِ ‫ َو َكوْ نُهَا بِ ُمع َْر‬¤ ْ‫صــلَةُ َأل‬
ِ ٌ‫ص ِر ْي َحة‬
َ ٌ‫َوصــفَة‬

Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah)


merupakan Shilah untuk Isim Mausul ‫ال‬ “Al”, sedangkan Shilah-nya yang
berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.

Contoh isim fa’il =  ٌ‫َّارب‬


ِ ‫ َجا َء نِ ْي الض‬ “datang kepadaku orang yang memukul”

Contoh isim maf’ul =  ٌ‫جا َء نِ َي ال َمضْ رُوب‬ “datang


َ kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat = ُ‫ج\\\ ا َء نِ ْي ال َح َس\\\نُ َوجْ هُ\\\ه‬ “datang
َ kepadaku orang yang
memiliki wajah tampan”[8]

ٌّ ‫ )َأ‬dan Shilahnya
6)    Bentuk Isim Maushũl  Ayyun  (‫ي‬

ْ ‫ض ِم ْي ٌر ا ْن َح َذ‬
‫ف‬ َ ‫ص ْد ُر َوصْ لِهَا‬ ْ ‫ض‬
َ ‫ َو‬¤ ‫ف‬ ْ َ‫َأيُّ َك َما َوُأ ْع ِرب‬
َ ُ‫ت َما لَ ْم ت‬

Isim ّ ‫أ‬ “Ayyun”
Mausul ‫ي‬ dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa
untuk Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi
tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah)
adalah berupa Dhamir yang terbuang.

ٌ َ‫يُ ْع ِجبُنِي ا‬ “manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”


Contoh = ‫ي قَاِئ ٌم‬

Contoh = ‫يُ ْع ِجبُنِي اَيٌهُ ْم هُ َو قَاِئ ٌم‬ “manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana
dia orang yang berdiri”[9]

ٌ َ‫يُ ْع ِجبُنِي ا‬ “manakah orang yang telah mengherankanku yang mana


Contoh = ‫ي هُ َو قَاِئ ٌم‬
dia orang yang berdiri”

7)      Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)

ٍ ‫اض بَ ْع َد َأ ْم‬
َ َ‫ـر ِم ْن ق‬
‫ضى‬ ٍ َ‫ َكَأ ْنتَ ق‬¤ ‫ضا‬ ٍ ْ‫ك َح ْذفُ َما بِ َوص‬
َ ِ‫ف ُخف‬ َ ‫َك َذا‬

Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang
ٍ َ‫َأ ْنتَ ق‬ ( takdirannya:  َ‫َأ ْنت‬
dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz ‫اض‬
ِ َ‫ق‬ ) setelah Fi’il Amarnya lafadz ‫ضى‬
‫اضيْه‬ َ َ‫ق‬.
Contoh = ‫\\\\اض‬
ٍ َ‫ض َم\\\\ا َأ ْنتَ ق‬
ِ ‫فَ\\\\ا ْق‬ “maka putuskanlah apa yang hendak kamu
putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)

ُ ْ‫ َك ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬¤ ْ‫َك َذا الَّ ِذي ُج َّر بِ َما ْال َموْ صُوْ َل َجر‬
ْ‫ت فَهْــ َو بــَــر‬

Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang
dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang
seragam).

َ \‫ ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم‬ (takdirannya: ‫ت بِ\ ِه‬


ُ ْ‫\رر‬
Contoh = ‫ت‬ ُ ْ‫“ ) ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم\ َرر‬berjalanlah kamu
dengan orang yang mana saya telah bertemu”[10]

Anda mungkin juga menyukai