Anda di halaman 1dari 31

TAFSIR-TAFSIR AYAT TENTANG ALAM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir 1


Dosen Pengampu: Drs. H. Sunardi, M.Pd

Disusun Oleh:
Amalina Mutia H
Marwiah
Nadila Tri Anjani

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “TAFSIR-TAFSUR AYAT TENTANG ALAM” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Tafsir 1. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Kuningan, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Al-Baqarah 2;29
B. Al-A’raf 7;54
C. Al-Imran 3;27,190-191
D. Al-Ghasiyah 88;17-20
E. Ibrahim 14;32-34
F. Yasiin 36;38-40
G. Yunus 10;5
H. Al-Nahl 16;12
I. Al-Anbiya 21;30
J. Al-Hajj 22;65
K. Fathir 35;41
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

MARAJI’ (BIBLIOGRAFI)
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Al-Quran merupakan sumber segala ilmu. Al-Quran menyebutkan tentang kejadian alam
semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan manusia, termasuk manusia
yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada
disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan alan semesta
dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan
alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan telah menyatakan tentang penciptaan
alam semesta dalam ayat-ayat-Nya. Meskipun demikian Al-Quran bukan buku kosmlogi atau
biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang
dimaksud.
Keingin tahuan manusia tentang alam semesta tidak hanya membaca Al-Quran saja, akan
tetapi juga melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat menemukan kebenaran yang dapat
dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran Al-Quran. Oleh karena itu tidak dapat
diragukan lagi bahwa penciptaan alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia,
akan tetapi produk dari hasil Tuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang penciptaan Alam Semesta?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang penciptaan Alam
Semesta
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al Baqarah Ayat 29
1. Terjemahan Al Baqarah Ayat 29

ٍ ‫ َس َما َوا‬ ‫ َو‬ ‫هُ َو‬  ِّ‫بِ ُكل‬ ‫ق الَّ ِذيْ هُ َو َعلِ ْي ٌم َش ْي ٍء‬
‫ َس ْب َع‬ ‫ت‬ ِ ْ‫ ْستَ َوىثُ َّم َج ِم ْيعًا اَأْلر‬ ‫ِإلَى‬ ‫ا‬ ‫ال َّس َما َء‬ ‫فَ َسوَّاه َُّن‬
َ َ‫خَ ل‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫ض فِي َّما‬
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

2. Tafsiran Al Baqarah  Ayat  29

       ‫ٱلَّ ِذى ه َُو‬ ‫ق‬ ِ ‫ٱَأۡل ۡر‬ (Dialah yang telah menciptakan bagimu segala yang terdapat di
َ َ‫خَ ل‬ ‫ َّما لَ ُكم‬  ‫فِى‬ ‫ض‬
muka bumi) yaitu menciptakan bumi beserta isinya, ‫ج ِمي ۬ ًعا‬ (kesemuanya) َ agar kamu memperoleh
ُ ٓ ٰ
manfaat dan mengambil perbandingan darinya, ‫ٱس}}تَ َوى ث َّم‬ (kemudian Dia hendak menyengaja ۡ
hendak menciptakan) Dalam penggalan terjemahan ayat tersebut yang berbunyi
Kata kemudian dalam ayat ini bukan berarti selang masa tapi dalam arti peringkat, yakni
peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung,
lebih besar, indah dan misterius daripada bumi. Maka Dia, yakni Allah menyempurnakan
mereka yakni menjadikan tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur
perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada disana. Itu
semua diciptakannya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya
karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. artinya setelah menciptakan bumi tadi Dia
bermaksud hendak menciptakan pula ‫ِإلَى‬ ‫ٱلس} َمآ ِء‬ َّ  ‫ ٰٮه َُّن فَ َس} َّو‬ (langit, maka dijadikan-Nya langit itu)
'hunna' sebagai kata ganti benda yang dimaksud adalah langit itu.
Maksudnya ialah dijadikan-Nya, sebagaimana didapati pada ayat yang lain, 'faqadhaahunna,'
yang berarti maka ditetapkan-Nya mereka, ‫بِ ُك ِّل‬ ‫ َعلِ ْي ٌم َش ْي ٍء‬ ‫ َس ْب َع‬ ‫ت‬
ٍ ‫ َس َما َوا‬ ‫ َو‬ ‫هُ َو‬ (tujuh langit dan Dia Maha
Mengetahui atas segala sesuatu) dikemukakan secara 'mujmal' ringkas atau secara mufasshal
terinci, maksudnya, "Tidakkah Allah yang mampu menciptakan semua itu dari mula pertama,
padahal Dia lebih besar dan lebih hebat daripada kamu, akan mampu pula menghidupkan kamu
kembali.
Setelah Allah menyebut peruntukan penciptaan segala yang ada di bumi, Dia kemudian
menggunakan kata sambung ‫ثُ َّم‬ (tsumma, kemudian), yang menunjukkan adanya pengurutan
(tartĭb), yaitu—yang oleh ahli bahasa disebut—tartĭb infishāl (pengurutan terpisah); artinya,
kejadian berikutnya tidak terjadi dengan serta-merta. Di belakang kata sambung ‫ثُ َّم‬ (tsumma,
kemudian) ini ialah kalimat ‫ا ْستَ َوى ِإلَى ال َّس َماء‬ (istawā ilas-samāi, beranjak ke langit). Maksudnya,
pelaksanaan amanah tadi sekaligus menjadi tangga-tangga ruhaniah yang starting point (titik
anjak)-nya bermula dari bumi, dari dunia material, dari tubuh biologis, untuk selanjutnya menuju
ke ‘langit’. Hanya individu-individu yang bisa melepaskan diri dari jeratan bumi, dunia material,
tubuh biologisnyalah yang bisa melanjutkan perjalanannya menuju ke ‘langit’. Itu sebabnya kata
sambungnya menggunakan ‫ثُ َّم‬ (tsumma, kemudian)—tartĭb infishāl (pengurutan terpisah)—dan
bukan  َ‫ف‬ (fa', lantas)—tartĭb ittishāl (pengurutan bersambung). Jadi yang Allah sampaikan di
ayat ini bukanlah proses penciptaan, melainkan rangkaian perjalanan spiritual (mi’raj ruhani)
yang sejatinya ditempuh oleh manusia.
Penggunaan kata ‫ َعلِي ٌم‬ ('alĭm, Maha Mengetahui) di akhir ayat ini mengisyaratkan bahwa
perjalanan ruhani pada hakikatnya adalah sebuah napak tilas menelusuri ilmu Allah. Yang
artinya, progresifitas perjalanan itu berbanding lurus dengan makin bertambahnya ilmu
seseorang. Kian bertambah ilmu sesorang tentang Allah (seharusnya) kian bertambah pula
kapasitasnya dalam memikul amanah yang diembannya, dan kian bertambah tinggi pula
martabat ‘langit’ yang dicapainya, sehingga (pada akhirnya) kian dekat yang bersangkutan
kepada ‘arasy Rab-nya.
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-
Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia
menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi.
Dari uraian diatas dapat diketahui, yakni berkaitan dengan materi pendidikan yang
terkandung dalam ayat tersebut, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta
merupakan salah satu dari beberpa bukti keagungan Allah SWT yang menuntut kita untuk
mempelajarinya sehingga dapat menambah keimanan kita terhadap kekuasaan Allah SWT.
Ayat ini turun dalam rangka Al-Taubih (ejekan) dan Al-Ta’ajjub (keanehan) yang
disebabkan karena sifat ingkar yang ditunjukkan oleh orang-orang fasik dengan menyebutkan
bukti-bukti yang mendorong mereka agar memiliki keimanan dan menjauhi kekafiran.
Adapun diantara bukti-bukti tersebut adalah adanya kenikmatan yang menunjukkan
kekuasaan Allah SWT, yang diperlihatkan dengan permulaan penciptaan makhluk-Nya hingga
berakhirnya kehidupan ini.
Maka dari uraian-urain tersebut diatas dapat difahami bahwasanya yang terkandung
dalam Surat Al Baqarah ayat 29 adalah berbicara tentang penciptaan alam semesta dalam rangka
memberi peringatan orang – orang fasik. kemudian Allah juga menciptakan segala apa yang ada
di bumi dan di langit untuk manusia, dengan demikian ayat tersebut tidak membicarakan proses
penciptaan alam, melainkan lebih ditunjukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang
penuh karunia tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sehingga manusia dapat bersyukur
atas karunia tersebut dan meningkatkan keimanannya.
B. Surah Al A’raf Ayat 54
1. Terjemahan Ayat Al-A’raf ayat 54

َ ‫ار َي ْطلُ ُبهُۥ َحث ًِيثا َوٱل َّش‬


‫مْس َو ْٱل َق َم َر َوٱل ُّنجُو َم‬ ِ ْ‫ض فِى سِ َّت ِة َأي ٍَّام ُث َّم ٱسْ َت َو ٰى َعلَى ْٱل َعر‬
َ ‫ش ي ُْغشِ ى ٱلَّ ْي َل ٱل َّن َه‬ َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ِإنَّ َر َّب ُك ُم ٱهَّلل ُ ٱلَّذِى َخلَقَ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ْ
َ ‫ك ٱ ُ َربُّ ٱل ٰ َعلَم‬
‫ِين‬ ‫هَّلل‬ َ ‫ار‬ ‫َأْل‬
َ ‫ت ِبَأ ْم ِر ِهۦٓ ۗ َأاَل لَ ُه ْٱل َخ ْل ُق َوٱ ْم ُر ۗ َت َب‬
ٍ ۭ ‫ُم َس َّخ ٰ َر‬

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

2. Tafsiran Al A’raf Ayat  54

        ‫إن ربكم هللا الذي خلق السموات واألرض في ستة أيام ثم‬ (Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa) menurut ukuran hari dunia atau yang
sepadan dengannya, sebab pada zaman itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Allah
menghendakinya niscaya Ia dapat menciptakannya dalam sekejap mata, adapun penyebutan hal
ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan sabar dalam mengerjakan sesuatu ‫ا‬ ‫ثم‬
‫رش‬MM‫توى على الع‬MM‫س‬ (lalu Dia bersemayam di atas Arsy) Arsy menurut istilah bahasa artinya
singgasana raja, yang dimaksud dengan bersemayam ialah yang sesuai dengan kebesaran Allah
dan kesucian-Nya ‫ار اللَّي َْل يُ ْغ ِشي‬
َ َ‫النَّه‬ (Dia menutupkan malam kepada siang) bisa dibaca takhfif yakni
yughsyii dan dibaca tasydid, yakni yughasysyii, artinya: keduanya itu saling menutupi yang lain
silih-berganti ُ‫طلُبُه‬ْ َ‫ي‬ (yang mengikutinya) masing-masing di antara keduanya itu mengikuti yang
lainnya ‫حثِيثًا‬ (dengan
َ cepat) secara cepat ‫والشمس والقمر والنجوم‬ (dan diciptakan-Nya pula matahari,
bulan dan bintang-bintang) dengan dibaca nashab diathafkan kepada as-samaawaat, dan dibaca
rafa` sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah ‫ت‬ ٍ ‫ ُم َس}}}}} َّخ َرا‬ (masing-masing tunduk)
patuh ‫بأمره‬ (kepada perintah-Nya) kepada kekuasaan-Nya  ‫ه الخلق‬M‫أال ل‬ (ingatlah, menciptakan itu
hanya hak Allah) semuanya ۗ  ‫واألمر‬dan memerintah) kesemuanya adalah hak-Nya
pula ‫ك‬ َ َ‫تَب‬ (Maha Suci) Maha Besar ُ ‫ربُّ هَّللا‬ (Allah,
َ ‫ار‬ َ ْ
Tuhan) Pemelihara  َ‫ال َعالَ ِمين‬ (semesta alam).
                        Menurut Sayyid Quthb: Akidah tauhid Islam tidak meninggalkan satu pun lapangan
bagi manusia untuk merenungkan zat Allah Yang Maha Suci dan bagaimana ia berbuat, maka,
Allah itu Maha Suci, tidak ada lapangan bagi manusia untuk menggambarkan dan melukiskan
zat Allah. Adapun enam hari saat Allah menciptakan langit dan bumi, juga merupakan perkara
ghaib yang tidak ada seorang makhlukpun menyaksikannya. Allah telah menciptakan alam
semesta ini dengan segala kebesaran-Nya, yang menguasai alam ini mengaturnya dengan
perintah-Nya, mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini yaitu putaran malam mengikuti
siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semuanya
tunduk kepada perintah-Nya, sesungguhnya Allah Maha Pencipta, Pelindung, Pengendali dan
Pengatur. Dia adalah Tuhan kalian yang memelihara kalian dengan manhaj-Nya, mempersatukan
kalian dengan peraturan-Nya, membuat syariat bagi kalian dengan izin-Nya dan memutuskan
perkara kalian dengan hukum-Nya. Dialah yang berhak menciptakan dan memerintah. Inilah
persoalan yang menjadi sasaran pemaparan ini yaitu persoalan uluhiah, rububiyah dan
hakimiyah, serta manunggalnya Allah SWT. Pada semuanya ini ia juga merupakan persoalan
ubudiyah manusia di dalam syariat hidup mereka. Maka, ini pulalah tema yang dihadapkan
konteks surat ini yang tercermin dalam masalah pakaian sebagaimana yang dihadapi surat Al-
An’am dalam masalah binatang ternak, tanaman,nazar-nazar dan syiar-syiar.
C. QS. Ali 'Imran ayat 27
ٍ ‫ق َم ۡن تَ َشٓا ُء بِغ َۡي ِر ِح َسا‬
‫ب‬ ‌ِّ ‫ت َوتُ ۡخ ِر ُج ۡال َميِّتَ ِمنَ ۡال َحـ‬
ُ ‫ى ۖ َوت َۡر ُز‬ ِ ِّ‫ى ِمنَ ۡال َمي‬
َّ ‫ل ۖ َوتُ ۡخ ِر ُج ۡال َحـ‬
‌ِ ‫ار َوتُ ۡولِ ُج النَّهَا َر فِى الَّ ۡي‬
ِ َ‫تُ ۡولِ ُج الَّ ۡي َل فِى النَّه‬

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali 'Imran ayat 27)
Tafsir :

Firman-Nya (‫“( )تولج الليل في النهار وتولج النهار في الليل‬Engkau masukkan malam ke dalam siang dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam”) Maksudnya, Engkau mengambil waktu dari yang
berwaktu panjang, lalu menambahkannya pada yang berwaktu pendek sehingga kedua waktu itu
(siang dan malam) menjadi seimbang. Kemudian Engkau mengambil waktu dari yang satu, lalu
dimasukkan kepada yang lain, maka keduanya pun (siang dan malam) berbeda panjang
pendeknya, kemudian berimbang lagi. Demikian seterusnya sehingga genap satu tahun dengan
melewati musim semi dan musim panas, musim gugur dan musim dingin.

Firman-Nya (‫“( )وتخرج الحي من الميت وتخرج الميت من الحي‬Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati dan Engkau keluarkan yang mati dan yang hidup.”) Yakni, Engkau keluarkan tanaman dari
biji-bijian dan biji-bijian dari tanaman, pohon kurma dari bijinya dan biji kurma dari pohonnya,
orang mukmin dari orang kafir, orang kafir dari orang mukmin, ayam dari telur dan telur dari
ayam, dan lain sebagainya yang serupa dengan itu. Firman-Nya (‫“( )وترزق من تشاء بغير حساب‬Dan
Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab [batas].”) Maksudnya, Engkau
berikan kekayaan kepada orang yang Engkau kehendaki dalam jumlah yang tidak dihitung, serta
menahannya dari orang lain, karena pada yang demikian itu mengandung hikmah, keinginan dan
kehendak(Mu).

QS. Ali 'Imran Ayat 190-191

ِ ‫ت اِّل ُولِى ااۡل َ ۡلبَا‬


‫ب‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬
ِ َ‫ف الَّ ۡي ِل َوالنَّه‬ ۡ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ‫ق السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬
ِ ‫ت َوا َ ۡر‬
ۡ
ِ ‫اِ َّن فِ ۡى خَ ل‬
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
ۡ ‫هّٰللا‬ ۡ
ِ َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ۡقتَ ٰه َذا ب‬
َ ‫اطاًل ۚ س ُۡب ٰحنَكَ فَقِنَا َع َذ‬
‫اب‬ ‌ِۚ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬ ِ ‫الَّ ِذ ۡينَ يَذ ُكر ُۡونَ َ قِيَا ًما َّوقُع ُۡودًا َّوع َٰلى ُجنُ ۡوبِ ِهمۡ َويَتَفَ َّكر ُۡونَ فِ ۡى خَل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.
1. Asbabun Nuzul Surat Al Imron Ayat 190-191
At-Tabari dan Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy datang
kepada orang-orang Yahudi dan bertanya “bukti bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa as
kepadamu?” Pertanyaan itu di menjawab “Tongkat dan tangannya terlihat putih bersinar bagi
yang memandangnya”Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan bertanya
“bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir
dan penyakit sopak serta menghidupkan orang sudah mati” Selanjutnya mereka mendatangi
Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah kepada tuhanmu agar bukit shofa itu menjadi emas untuk
kami. “Maka berdoalah nabi Muhammad saw kepada Allah SWT dan turunlah ayat ini,
mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal hal yang
menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari, laut, gunung, pohon,
binatang, dan sebagainya di bumi ini.
2. Isi Kandungan Q.S Ali-Imron Ayat 190-191
Diriwatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah berkata: “Wahai Aisyah, saya pada malam hari ini
beribadah kepada Allah SWT.” Jawab Aisyah r.a. “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah
berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya. Tetapi baiklah! Saya
tidak keberatan.” Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air
wudhu, tidak jauh dari tempatnya lalu sholat.Pada waktu sholat beliau menangis sampai air
matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat al-Qur’an yang dibacanya. Setelah
shalat beliau duduk dan memuji Allah SWT dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian
beliau mengangkat kedua belah tangannya berdo’a dan menangis lagi dan air matanya
membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan shubuh dan melihat Nabi saw menangis ia
bertanya. “Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah SWT telah
mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab
“Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT?
Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah menurunkan ayat
kepadaku. Selanjutnya beliau berkata,” Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca
ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya.
4. Surat Al-Ghasyiyah 88:17-20

‫ْف ُخلِ َقت‬


َ ‫ُون ِإلَى اِإْل ِب ِل َكي‬ ُ ‫َي‬
َ ‫نظر‬
َ ‫َوِإلَى ال َّس َما ِء َكي‬
ْ ‫ْف ُرفِ َع‬
‫ت‬
ْ ‫ْف ُنصِ َب‬
‫ت‬ ِ ‫َوِإلَى ْال ِج َب‬
َ ‫ال َكي‬
ْ ‫ْف سُطِ َح‬
‫ت‬ ِ ْ‫َوِإلَى اَأْلر‬
َ ‫ض َكي‬
( 17 )   Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?

( 18 )   Dan kepada langit, bagaimana ia ditinggikan?


( 19 )   Dan kepada gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

( 20 )   Dan kepada bumi bagaimana ia dihamparkan?

A. Makna ijmali

Pada ayat ini dan tiga ayat berikutnya, Allah mengajak kita untuk mengamati alam ciptaan-Nya yang
menakjubkan. Ajakan tersebut diikuti kata “ila” yang secara struktural tidak harus ditambahkan ke
dalam redaksi ayat. Kata “ila” yang biasa diartikan “kepada” pada masing-masing ayat, menurut M.
Quraish Shihab menunjukkan arti lebih dari sekadar melihat sesuatu, yakni merenung secara mendalam
apa rahasia yang ada di baliknya. Pendapat ini sejalan dengan apa yang diutarakan Ibn ‘Asyur dalam
tafsirnya.

B. Mufradat

ِ ‫ْال ِج َب‬
‫ال‬

ِ ْ‫ْاَألر‬
‫ض‬
‫اِإْل ِب ِل‬
‫ال َّس َما ِء‬

C. Asbabunnuzul

Menurut Mustafa al Maraghi, Surat Al Ghasyiyah turun di Makkah setelah surat Adz-Dzariyat sehinggga
tergolong kelompok Surat Makiyah. Suguhan artikel kali ini kami ambil dari Al Quran surat tersebut dari
ayat 17 sampai 26 yang terjemahannya sebagai berikut: "Apakah mereka tidak memperhatikan tentang
unta bagaimana dijadikan? Dan tentang langit bagaimana ditinggikan? Dan tentang gunung bagaimana
ditancaplan? Dan tentang bumi bagaimana dihamparkan? Maka peringatkanlah, sesungguhnya engkau
adalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah penguasa. Kecuali siapa yang berpaling dan ingkar. Maka
Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang besar. SeSungguhnya kepada Kami mereka akan
kembali. Kemudian sesungguhnya bagi Kami perhitungan mereka." Asbabun Nuzul, sebab turunnya ayat
tersebut yakni ayat ke 17.26 adalah ketika turun ayat tentang siksaan neraka dan nikmat surga di awal
surat Al Ghasyiyah, orang-orang kafir takjub dan menganggap aneh hal itu maka Allah menurunkan ayat
lanjutannya yang menyuruh memperhatikan benda-benda di alam sekitar agar bisa memahami
kebenaran akan akhirat nanti. At Tabrisyi mengemukakan sebuah hadist dari Ubay bin Ka'ab bahwa Nabi
Muhammad Saw.bersabda, "Barang siapa membaca surat Al Ghasyiyah maka Allah menghisabnya
dengan hisab yang ringan."
    Surat Al Ghasyiyah ini menarik untuk di simak, setelah dari ayat ke satu sampai ayat ke 16, Allah
berfirman tentang wajah wajah muram dan wajah ceria di hari kiamat nanti, tentang makanan di neraka
dan kenikmatan di surga, dalam ayat ke-17 Allah berfirman tentang unta, lalu tentang langit, kemudian
tentang gunung dan ahirnya tentang daratan bumi. Setelah itu, baru menyuruh memberi peringatan dan
memastikan siksaan besar pada orang kafir serta perhitungan bagi mereka.

Dalam surat ini Allah sengaja menyusun ayat-ayat berselang-seling antara hal-hal akhirat 4 ayat, dunia 4
ayat, akhirat lagi. Antara alam gaib, alam nyata,alam gaib lagi. Antara ilmu aqidah 4 ayat, ilmu alam
4ayat, ilmu aqidah lagi. Antara bumi 4ayat, langit 4ayat, bumi lagi. Irama dengan amplitudo yang sangat
kontras ini seakan menyatakan pikiran manusia dari keadaan tertidur lelap larut dalam aktivitas sia-sia
agar bangun dan menjelajahi makna wujud segala sesuatu di sekitar. Ini adalah salah satu gaya bahasa Al
Quran yang ampuh dalam menembus hati manusia.

D. Tafsir

17.

(17-20) Dalam ayat-ayat ini, Allah mempertanyakan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
unta, yang ada di depan mata mereka dan dipergunakan setiap waktu, diciptakan. Bagaimana pula langit
yang berada di tempat yang tinggi tanpa tiang; bagaimana gunung-gunung dipancangkan dengan kukuh,
tidak bergoyang dan dijadikan petunjuk bagi orang yang dalam perjalanan. Di atasnya terdapat danau
dan mata air yang dapat dipergunakan untuk keperluan manusia, mengairi tumbuh-tumbuhan, dan
memberi minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi dihamparkan sebagai tempat tinggal bagi
manusia.

Apabila mereka telah memperhatikan semua itu dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa
penciptanya dapat membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat.

5. Ibrahim 14:32-34

‫ي فِي ْال َبحْ ِر ِبَأمْ ِر ِه َو َس َّخ َر‬ َ ‫ك ِل َتجْ ِر‬َ ‫ت ِر ْز ًقا َل ُك ْم َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ْالفُ ْل‬ِ ‫الث َم َرا‬َّ ‫ء َما ًء َفَأ ْخ َر َج ِب ِه م َِن‬Kِ ‫ض َوَأنز َل م َِن ال َّس َما‬ َ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫هَّللا ُ الَّذِي َخلَقَ ال َّس َم َاوا‬
‫) َوآ َتا ُك ْم مِنْ ُك ِّل َما َسَأ ْل ُتمُوهُ َوِإنْ َت ُعدُّوا نِعْ َم َة هَّللا ِ اَل‬33( ‫ار‬ ِ ‫مْس َو ْال َق َم َر دَاِئ َبي‬
َ ‫ْن َو َس َّخ َر لَ ُك ُم اللَّ ْي َل َوال َّن َه‬ َ ‫) َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ال َّش‬32( ‫ار‬ َ ‫لَ ُك ُم األ ْن َه‬
)34( ‫ان لَظلو ٌم َك َّفا ٌر‬ ُ َ ْ
َ ‫} ُتحْ صُو َها ِإنَّ اإلن َس‬

Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untuk kalian; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia
telah menundukkan (pula) bagi kalian sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagi kalian
malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang
kalian mohonkan kepada-Nya. Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

A. Makna ijmali

Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, bahwa Dia
telah menciptakan bagi mereka langit yang berlapis-lapis sebagai atap yang dipelihara-Nya, dan bumi
yang menjadi hamparannya.

ٍ ‫َوَأ ْن َز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفَأ ْخ َرجْ َنا ِب ِه َأ ْز َواجً ا مِنْ َن َبا‬
‫ت َش َّتى‬

dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis dari tumbuh-
tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaha: 53)

Yakni buah-buahan yang bermacam-macam dan hasil tanaman yang beraneka ragam warna, bentuk,
rasa, bau, dan manfaatnya. Allah menundukkan bahtera sehingga bahtera dapat mengapung di atas air
laut dan berlayar menempuhnya dengan seizin Allah. Allah menundukkan laut untuk membawa bahtera
agar orangrorang yang musafir menempuh jalan laut dapat bepergian dari suatu daerah ke daerah yang
lain guna mengangkut kebutuhan mereka dari suatu daerah ke daerah yang lain (impor dan ekspor).
Allah juga menundukkan sungai-sungai yang membelah bumi, lalu mengalir dari suatu daerah ke daerah
yang lain, sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya berupa air minum, pengairan, dan kegunaan-kegunaan
lainnya yang bermanfaat bagi mereka.

ِ ‫ْس َو ْال َق َم َر َداِئ َبي‬


{‫ْن‬ َ ‫}و َس َّخ َر لَ ُك ُم ال َّشم‬
َ

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya). (Ibrahim: 33)

Artinya, keduanya terus-menerus beredar pada garis edarnya malam dan dan siang hari tanpa henti-
hentinya.

َ ‫ار َو ُك ٌّل فِي َفلَكٍ َيسْ َبح‬


{‫ُون‬ َ ‫}اَل ال َّشمْسُ َي ْن َبغِي َل َها َأنْ ُت ْد ِر‬
ِ ‫ك ْال َق َم َر َوال اللَّ ْي ُل َس ِاب ُق ال َّن َه‬
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40)

Allah Swt. telah berfirman:

َ ‫ك هَّللا ُ َربُّ ْال َعالَم‬


{‫ِين‬ َ ‫ت ِبَأ ْم ِر ِه َأال لَ ُه ْال َخ ْل ُق َواألمْ ُر َت َب‬
َ ‫ار‬ َ ‫ار َي ْطلُ ُب ُه َحث ًِيثا َوال َّش‬
ٍ ‫مْس َو ْال َق َم َر َوال ُّنجُو َم م َُس َّخ َرا‬ َ ‫}ي ُْغشِ ي اللَّ ْي َل ال َّن َه‬

Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A’raf: 54)

Matahari dan bulan silih berganti, malam dan siang hari saling berebutan; adakalanya siang hari
mengambil sebagian waktu malam hari hingga menjadi bertambah panjang. Begitu pula malam hari,
adakalanya ia mengambil sebagian waktu dari siang hari sehingga siang hari pendek waktunya dan
malam hari panjang.

َ ‫مْس َو ْال َق َم َر ُك ٌّل َيجْ ِري‬


{‫ألج ٍل م َُس ًّمى‬ َ ‫ار َعلَى اللَّي ِْل َو َس َّخ َر ال َّش‬ ِ ‫} ُي َكوِّ ُر اللَّ ْي َل َعلَى ال َّن َه‬
َ ‫ار َو ُي َكوِّ ُر ال َّن َه‬

Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Maha Pengampun. (Az-Zumar: 5)

Tafsir

32.

(32) Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa sangat banyak melimpahkan nikmat kepada hamba-hamba-
Nya. Di antaranya ialah:

Allah Yang Maha Agung, yang ilmunya meliputi segala sesuatu, menerangkan bahwa Dialah yang telah
menciptakan langit dan bumi, yang kejadiannya jauh lebih besar dan lebih sulit dari kejadian manusia,
yang selalu disaksikan dan diperhatikan manusia dan pada keduanya terdapat pelajaran dan manfaat.
Langit berupa ruang angkasa yang tidak terhingga luas dan besarnya, di dalamnya terdapat benda-benda
angkasa berupa planet-planet yang tidak terhitung jumlahnya, masing-masing berjalan menurut garis
edar yang telah ditentukan, mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah swt. Tidak ada satu
pun dari planet-planet yang tidak mengikuti hukum itu, karena tidak mengikuti hukum-hukum yang
telah ditetapkan itu berarti kehancuran bagi seluruh planet-planet itu. Jika direnungkan, diperhatikan,
dan dipelajari tata ruang angkasa yang rapi dan teratur itu, akan terasa ketiadaan arti manusia dan
semakin terasa pula keagungan dan kebesaran Penciptanya.

Allah juga yang menciptakan bumi yang merupakan salah satu dari planet-planet ruang angkasa, tempat
manusia hidup, berdiam, dan mempersiapkan diri sebelum mengalami hidup yang sebenarnya di
akhirat. Permukaan bumi ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, dengan buahnya yang
beraneka macam pula yang berguna dan bermanfaat bagi manusia. Di dalam perut bumi terdapat
barang tambang yang beraneka macam. Semuanya itu diciptakan Allah untuk manusia.

Dialah yang menurunkan hujan yang berasal dari uap air dan menjadi awan. Awan itu dihalau-Nya
dengan angin ke tempat tertentu, hingga menjadi mendung yang hitam pekat, kemudian berubah dan
jatuh sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Dengan siraman hujan itu, tumbuh dan suburlah
tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi besar, berbunga, dan berbuah, sebagaimana firman Allah
swt:
ْ ‫ت َواَ ۢ ْن َب َت‬
ٍ ‫ت مِنْ ُك ِّل َز ْو ۢ ٍج َب ِهي‬
‫ْج‬ ْ ‫ض َهامِدَ ًة َفا َِذٓا اَ ْن َز ْل َنا َعلَ ْي َها ْال َم ۤا َء اهْ َت َّز‬
ْ ‫ت َو َر َب‬ َ ْ‫َو َت َرى ااْل َر‬
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah
bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah. (al-
Ḥajj/22: 5);Dan firman Allah swt:

‫ت َش ٰ ّتى‬
ٍ ‫ك لَ ُك ْم فِ ْي َها ُس ُباًل َّواَ ْن َز َل م َِن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ۗ ًء َفا َ ْخ َرجْ َنا ِب ٖ ٓه اَ ْز َواجً ا مِّنْ َّن َبا‬ َ ْ‫الَّذِيْ َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر‬
َ َ‫ض َم ْه ًدا َّو َسل‬
(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya
bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan
itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. (Ṭāhā/20: 53);Secara kauniyah (sains) ayat ini
menjelaskan tentang siklus biosfer (Biospheric Cycle). Allah menegaskan kembali akan kekuasaan-Nya
dalam mengatur kehidupan di bumi ini. Dari air yang tercurah dari langit, maka muncullah kebun-kebun
yang subur yang mengeluarkan buah-buahan, yang kesemuanya diperuntukkan sebagai rezeki bagi
manusia. Kemudian dalam ayat tersebut dilanjutkan dengan ”Dia menundukkan kapal bagimu”, dan
juga ”Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu”. Menundukkan dalam kedua kalimat ayat di atas
diterjemahkan dari kata dalam bahasa Arab sakhkhara. Ini mengisyaratkan kepada manusia untuk
menggunakan akalnya (teknologinya) dalam membuat atau menciptakan kapal yang mampu berlayar di
lautan, atau dalam pengelolaan sungai, sebagai tempat untuk pelayaran atau keperluan lainnya.

Jika manusia menggunakan akalnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan alam (ketentuan Allah)
sehingga dapat menemukan sendiri ketentuan Allah yang digunakan Allah untuk mengendalikan kapal,
maka manusia tadi dapat mengusahakan agar kehendak manusia sejalan dengan kehendak-Nya dan
ketentuan-Nya,

Ketentuan Allah itu menunjukkan bagaimana mengkonstruksikan kapal agar bisa mengangkat tubuhnya
beserta muatannya agar tidak tenggelam. Ketentuan Allah menunjukkan bahwa suatu benda yang
mengapung di air akan memindahkan air sebanyak isi benda tersebut. Berat dari air yang dipindahkan
benda tadi akan sebanding dengan tekanan ke atas yang dialami oleh benda itu. Dengan membuat kapal
berongga maka akan tercapai volume luar yang besar, tapi beratnya kecil karena berongga. Oleh sebab
itu, tubuh kapal dan muatannya itu mampu diangkat kekuatan ke atas hingga mengapung.
Dengan menggunakan mesin penggerak yang serupa dengan kendaraan darat tapi telah disesuaikan
sedemikian rupa, maka kapal itu selain mampu mengapung juga mampu bergerak ke arah yang
dikehendaki. Demikian penjelasan dari sudut kajian saintis.

Allah menjelaskan yang demikian itu agar manusia mengetahui betapa besar kekuasaan-Nya dalam
mengatur hidup dan kehidupan di permukaan bumi ini dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada
manusia. Bagi manusia yang suka memperhatikan kejadian hujan, tumbuh-tumbuhan, serta proses
kehidupan di permukaan bumi ini akan mengetahui betapa tingginya nilai hukum Allah dan betapa luas
ilmu-Nya, yang berlaku secara tetap, tiada henti-hentinya sampai kepada waktu yang ditentukan-Nya.
Allah juga memerintahkan manusia memperhatikan air yang diminumnya agar mereka bersyukur,
sebagaimana firman-Nya:

٧٠ ‫ء َج َع ْل ٰن ُه ا ُ َجاجً ا َفلَ ْواَل َت ْش ُكر ُْو َن‬Kُ ‫لَ ْو َن َش ۤا‬٦٩ ‫ َءاَ ْن ُت ْم اَ ْن َز ْل ُتم ُْوهُ م َِن ْالم ُْز ِن اَ ْم َنحْ نُ ْال ُم ْن ِزلُ ْو َن‬٦٨ ‫اَ َف َر َء ْي ُت ُم ْال َم ۤا َء الَّذِيْ َت ْش َرب ُْو ۗ َن‬

Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan
ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin,
mengapa kamu tidak bersyukur? (al-Wāqi‘ah/56: 68-70); Allah menaklukkan kapal (bahtera) bagi
manusia maksudnya ialah memberikan kemampuan kepada manusia membuat kapal dan
menjadikannya dapat mengapung di permukaan air dan berlayar ke tempat yang dikehendakinya,
membawanya ke segenap penjuru dunia. Allah swt menaklukkan lautan bagi manusia sehingga laut itu
dapat dilayari kapal-kapal yang mengangkut segala keperluan mereka, sebagaimana firman-Nya:

٤٢ ‫ َو َخلَ ْق َنا لَ ُه ْم مِّنْ م ِّْثلِهٖ َما َيرْ َكب ُْو َن‬٤١ ‫َو ٰا َي ٌة لَّ ُه ْم اَ َّنا َح َم ْل َنا ُذرِّ َّي َت ُه ْم فِى ْالفُ ْلكِ ْال َم ْشح ُْو ۙ ِن‬

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam
kapal yang penuh muatan, dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang
mereka kendarai. (Yāsīn/36: 41-42)

Dengan kapal itu pula, manusia bersenang-senang menikmati pelayaran. Dengan kapal itu pula mereka
mencari nafkah, menangkap ikan, mencari hasil-hasil lautan, dan mencari barang tambang yang tidak
ternilai harganya. Semuanya itu merupakan nikmat Allah kepada manusia.

Allah menundukkan sungai-sungai bagi manusia, seperti memberi kemampuan untuk membendung dan
mengalirkannya untuk kepentingan pertanian, serta mengubah arus air yang deras itu menjadi sumber
tenaga yang bermanfaat, seperti kincir air dan arus listrik. Sungai dapat juga berfungsi sebagai jalan raya
yang dilalui kapal-kapal dan merupakan urat nadi perdagangan. Untuk memperpendek lalu-lintas sungai
maka manusia membuat terusan-terusan yang menghubungkan antara sungai yang satu dengan sungai
yang lain, dan antara lautan yang satu dengan lautan yang lain. Air sungai yang kotor dapat dibersihkan,
sehingga

33.

(33) Demikian pula sebagai nikmat Allah swt kepada manusia ialah Dia telah menaklukkan bagi manusia
matahari dan bulan, yaitu menjadikan matahari dan bulan terus menerus berjalan mengelilingi garis
edarnya, yang menimbulkan terang dan gelap yang berfaedah bagi hidup dan kehidupan makhluk.
Dengan tetapnya matahari dan bulan, demikian juga planet-planet yang lain, berjalan mengelilingi garis
edarnya, akan terhindarlah terjadinya benturan yang dahsyat antara planet-planet yang ada di
cakrawala, sebagaimana firman Allah:
َ ‫ اَل ال َّشمْسُ َي ۢ ْن َبغِيْ لَ َهٓا اَنْ ُت ْد ِر‬٣٩ ‫از َل َح ٰ ّتى َعادَ َك ْالعُرْ ج ُْو ِن ْال َق ِدي ِْم‬
ِ ‫ك ْال َق َم َر َواَل الَّ ْي ُل َس ِاب ُق ال َّن َه‬
‫ار َۗو ُك ٌّل فِيْ َفلَكٍ يَّسْ َبح ُْو َن‬ ِ ‫َو ْال َق َم َر َقدَّرْ ٰن ُه َم َن‬
٤٠

Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat
peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari
mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis
edarnya. (Yāsīn/36: 39-40); Keberadaan garis edar yang terus menerus dilalui oleh setiap planet, telah
memberi jalan kepada manusia sampai ke bulan, memberi kemungkinan yang besar bagi manusia untuk
berusaha mencapai planet-planet yang lain. Dengan perantara garis edar itu pula, manusia dapat
menempatkan satelit-satelit yang dapat digunakan untuk kepentingan umat manusia, seperti untuk
mengetahui keadaan cuaca, untuk memperlancar hubungan telekomunikasi dan sebagainya, sehingga
hubungan antar negara yang semula dirasakan jauh, maka sekarang dirasakan bertambah dekat.

Allah swt menundukkan pula bagi manusia siang dan malam. Siang dapat digunakan manusia sebagai
tempat berusaha, beramal, dan bermasyarakat. Sedangkan malam dapat dijadikan sebagai waktu untuk
beristirahat dari kelelahan setelah berusaha di siang hari. Allah berfirman:

‫ار ِل َتسْ ُك ُن ْوا فِ ْي ِه َولِ َت ْب َت ُغ ْوا مِنْ َفضْ لِهٖ َولَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر ُْو َن‬
َ ‫َومِنْ رَّ حْ َمتِهٖ َج َع َل لَ ُك ُم الَّ ْي َل َوال َّن َه‬
Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada
malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur
kepada-Nya. (al-Qaṣaṣ/28: 73);Dalam ayat ini pula Allah menggunakan kata sakhkhara (menunduk-kan),
yang mengisyaratkan kita untuk menggunakan akal dalam memanfaat-kan baik matahari, bulan,
maupun fenomena malam maupun siang. Dengan demikian sakhkhara ini mengandung perintah untuk
mengembangkan teknologi, kalender berbasis matahari (solar calendar) atau bulan (lunar calendar), dan
energi matahari (solar energy). Juga mengandung perintah untuk menggunakan baik matahari atau
bulan untuk keperluan navigasi dalam pelayaran maupun penerbangan, dan sebagainya. Begitu juga
meng-gunakan malam dan siang untuk mengetahui atau mengukur biological clock kita. Demikian
penjelasan dari sudut pandang saintis.

34. Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 34

‫هّٰللا‬
َ ‫ࣖ و ٰا ٰتى ُك ْم مِّنْ ُك ِّل َما َسا َ ْل ُتم ُْو ۗهُ َواِنْ َت ُعد ُّْوا نِعْ َمتَ ِ اَل ُتحْ ص ُْو َه ۗا اِنَّ ااْل ِ ْن َس‬
‫ان لَ َظلُ ْو ٌم َك َّفا ٌر‬ َ
Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.

TAFSIR TAHLILI

(34) Sebagai nikmat Allah juga ialah Dia telah menyediakan bagi manusia segala yang diperlukannya,
baik diminta atau tidak, karena Allah telah menciptakan langit dan bumi ini untuk manusia. Dia
menyediakan bagi manusia segala sesuatu yang ada, sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan kapan
dikehendaki. Kadang-kadang manusia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keperluan pokoknya,
dimana tanpa keperluan itu, ia tidak akan hidup atau dapat mencapai cita-citanya. Keperluan seperti itu
tetap dianugerahkan Allah kepadanya sekalipun tanpa diminta. Ada pula bentuk keperluan manusia
yang lain yang tidak mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan berdoa, karena itu diperlukan usaha
manusia untuk memperolehnya.

Sangat banyak nikmat Allah swt yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, sehingga jika ada yang
ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup. Oleh karena itu, hendaknya setiap manusia mensyukuri
nikmat yang telah diberikan Allah swt dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan
hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Mensyukuri nikmat Allah yang wajib dilakukan oleh manusia itu
bukanlah sesuatu yang diperlukan oleh Allah swt. Allah Mahakaya, tidak memerlukan sesuatupun dari
manusia, tetapi kebanyakan manusia sangat zalim dan mengingkari nikmat yang telah diberikan
kepadanya.

6. Surat Yasin 38-40

َ ِ‫َوال َّشمْسُ َتجْ ِريْ لِمُسْ َت َقرٍّ لَّ َها ٰۗذل‬


٣٨ - ‫ك َت ْق ِد ْي ُر ْال َع ِزي ِْز ْال َعلِي ۗ ِْم‬

dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa,
Maha Mengetahui.

٣٩ - ‫از َل َح ٰ ّتى َعادَ َك ْالعُرْ ج ُْو ِن ْال َق ِدي ِْم‬


ِ ‫َو ْال َق َم َر َقدَّرْ ٰن ُه َم َن‬
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat
peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.

َ ‫اَل ال َّشمْسُ َي ۢ ْن َبغِيْ َل َهٓا اَنْ ُت ْد ِر‬


ِ ‫ك ْال َق َم َر َواَل الَّ ْي ُل َس ِاب ُق ال َّن َه‬
٤٠ - ‫ار َۗو ُك ٌّل فِيْ َفلَكٍ يَّسْ َبح ُْو َن‬

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-
masing beredar pada garis edarnya.

A. Makna ijmali

hubungan antara semua adalah firman Allah yg di tuangkan dalam Alquran dengan perantara nabi
Muhammad yg menjelaskan tentang siang dan malam yg silih bergantian menghiasi bumi Allah ini,
kemudian matahari tepat pada garis edarnya, pada surah Al isra, telah dijadikan malam dan siang
sebagai dua tanda, tanda siang itu adalah terang agar kita para manusia dapat mencari karunia Tuhan
mu, intinya semua perhitungan yg di berikan semua sudah jelas

B. Tafsir

38. (38) Allah menjelaskan bukti lain tentang kekuasaan-Nya, yaitu peredaran matahari, yang bergerak
pada garis edarnya yang tertentu dengan tertib menurut ketentuan yang telah ditetapkan Allah. Sedikit
pun ia tidak menyimpang dari garis yang telah ditentukan itu. Andaikata ia menyimpang seujung rambut
saja, niscaya akan terjadi tabrakan dengan benda-benda langit lainnya. Kita tidak dapat membayangkan
apa yang akan terjadi akibat peristiwa itu.

Dilihat sepintas lalu, orang akan menerima bahwa hanya matahari yang bergerak, sedang bumi tetap
pada tempatnya. Di pagi hari, matahari terlihat di sebelah timur, sedang pada sore hari ia berada di
barat. Akan tetapi, ilmu falak mengatakan bahwa matahari berjalan sambil berputar pada sumbunya,
sedang bumi berada di depannya, juga berjalan sambil berputar pada sumbunya, dan beredar
mengelilingi matahari.

Ternyata apa yang ditetapkan oleh ilmu falak sejalan dengan apa yang telah diterangkan dalam ayat
tersebut. Oleh sebab itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semakin tinggi kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia, semakin terbuka pula kebenaran-kebenaran yang telah
dikemukakan Al-Qur'an sejak empat belas abad yang lalu. Allāhu Akbar. Allah Mahabesar kekuasaan-
Nya.

39.

(39) Allah telah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga pada setiap jarak
tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk dan ukurannya, maupun dalam kekuatan
sinarnya. Mula-mula bulan itu timbul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah. Kemudian ia menjadi
bulan sabit dengan bentuk melengkung serta sinar yang semakin terang. Selanjutnya bentuknya semakin
sempurna bundarnya, sehingga menjadi bulan purnama dengan cahaya yang amat terang. Tetapi
kemudian makin menyusut, sehingga pada akhirnya ia menyerupai sebuah tandan kering yang
berbentuk melengkung dengan cahaya yang semakin pudar, kembali kepada keadaan semula.

Jika diperhatikan pula benda-benda angkasa lainnya yang bermiliar-miliar banyaknya, dengan jarak dan
besar yang berbeda-beda, serta kecepatan gerak yang berlainan pula, semua berjalan dengan teratur
rapi, semua itu akan menambah keyakinan kita tentang tak terbatasnya ruang alam ini dan betapa
besarnya kekuasaan Allah yang menciptakan dan mengatur makhluk-Nya.

Dengan memperhatikan semua itu, tak akan ada kata-kata lain yang ke luar dari mulut orang yang
beriman, selain ucapan “Allāhu Akbar, Allah Mahabesar, lagi Mahabesar kekuasaan-Nya.”

40.

(40) Berdasarkan pengaturan dan ketetapan Allah yang berlaku bagi benda-benda alam itu, peraturan
yang disebut “Sunnatullah”, maka tidaklah mungkin terjadi tabrakan antara matahari dan bulan, dan
tidak pula malam mendahului siang. Semuanya akan berjalan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan-Nya. Masing-masing tetap bergerak menurut garis edarnya yang telah ditetapkan Allah
untuknya.

Betapa kecilnya kekuasaan manusia, dibanding dengan kekuasaan Allah yang menciptakan dan
mengatur perjalanan benda-benda alam sehingga tetap berjalan dengan tertib. Manusia telah membuat
bermacam-macam peraturan lalu lintas di jalan raya dilengkapi dengan rambu-rambu yang beraneka
ragam. Akan tetapi kecelakaan lalu-lintas di jalan raya tetap terjadi di mana-mana. Peraturan manusia
selalu menunjukkan sisi kelemahannya.

7. Surat yunus ayat 5

ِ ‫ص ُل ٱ ْل َءا ٰ َي‬
‫ت لِ َق ْو ٍم‬ َ ِ‫اب ۚ َما َخلَقَ ٱهَّلل ُ ٰ َذل‬
ِّ ‫ك ِإاَّل ِب ْٱل َح ِّق ۚ ُي َف‬ Kَ ‫ِين َو ْٱلح َِس‬ ۟ ‫مْس ضِ َيٓا ًء َو ْٱل َق َم َر ُنورً ا َو َقد ََّرهُۥ َم َناز َل لِ َتعْ لَم‬
َ ‫ُوا َعدَدَ ٱل ِّسن‬ ِ َ ‫ه َُو ٱلَّذِى َج َع َل ٱل َّش‬
َ ‫َيعْ لَم‬
‫ُون‬

Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-
manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

A. Makna ijmali

Allah memberi kabar tentang ciptaan-Nya berupa tanda-tanda yang menunjukkan atas kekuasaan-Nya
dan keagungan kerajaan-Nya. Sesungguhnya Allah menjadikan cahaya yang memancar dari matahari
sebagai sinar dan menjadikan cahaya bulan sebagai penerang. Yang ini merupakan sinar matahari dan
yang itu adalah cahaya bulan, keduanya berbeda dan tidak serupa (antara matahari dan bulan.)

Dan Allah menjadikan kekuasaan matahari pada siang dan kekuasaan bulan pada malam hari. Allah
menentukan bulan pada manzilah-manzilah (tempat-tempat bagi perjalanan bulan), maka mula-mula
bulan itu kecil, kemudian cahaya dan bentuknya semakin bertambah sehingga menjadi penuh
cahayanya dan sempurnalah purnamanya, kemudian mulailah mengecil hingga kembali kepada bentuk
semula dalam waktu satu bulan.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.”
(QS. Yaasiin: 39)

Dan firman-Nya dalam ayat yang mulia ini: wa qaddaraHuu (“Dan Allah netapkannya.”) Maksudnya
adalah bulan. Manaazila lita’lamuu ‘adadas siniina wal hisaab (“Tempat-tempat bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.”) Maka dengan matahari, kamu
mengetahui hari, dan dengan bulan kamu mengetahui bilangan bulan-bulan dan tahun-tahun.

Maa khalaqallaaHu dzaalika illaa bilhaqqi (“Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
haq.”) Maksudnya, Allah tidak menciptakannya dengan main-main, akan tetapi dalam penciptaan itu
ada hikmah yang agung dan hujjah yang kuat, sebagaimana firman-Nya yang artinya:

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka
akan masuk neraka.” (QS. Shaad 27)

Firman-Nya: yufash-shilul aayaati (“Allah menjelaskan tanda-tanda [kebesarannya].”) Maksudnya, Allah


menerangkan bukti-bukti dan dalil-dalil; liqaumiy ya’lamuun (“Kepada orang-orang yang mengetahui.”)

B. Tafsir
Al-Qur'an surah Yunus ayat 5

‫ت ِل َق ْو ٍم يَّعْ لَم ُْو َن‬ ِّ ‫ك ِااَّل ِب ْال َح ۗ ِّق ُي َف‬


ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬ ‫هّٰللا‬
َ ِ‫اب َما َخلَقَ ُ ٰذل‬
َ Kۗ ‫از َل ِل َتعْ لَم ُْوا َعدَدَ ال ِّس ِني َْن َو ْالح َِس‬ ۤ
ِ ‫ْس ضِ َيا ًء َّو ْال َق َم َر ُن ْورً ا َّو َقد ََّرهٗ َم َن‬
َ ‫ه َُو الَّذِيْ َج َع َل ال َّشم‬
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.343) Dialah pula yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).344) Allah
tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada kaum yang mengetahui.

TAFSIR TAHLILI

(5) Ayat ini menerangkan bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan yang bersemayam di atas
‘Arsy-Nya. Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Matahari dengan sinarnya
merupakan sumber kehidupan, sumber panas dan tenaga yang dapat menggerakkan makhluk-makhluk
Allah yang diciptakan-Nya. Dengan cahaya manusia dapat berjalan dalam kegelapan malam dan
beraktivitas di malam hari.

Ayat ini membedakan antara cahaya yang dipancarkan matahari dan yang dipantulkan oleh bulan. Yang
dipancarkan oleh matahari disebut “ḍiyā” (sinar), sedang yang dipantulkan oleh bulan disebut “nūr”
(cahaya) Pada firman Allah yang lalu dijelaskan:

َ ‫وَّ َج َع َل ْال َق َم َر فِي ِْهنَّ ُن ْورً ا َّو َج َع َل ال َّشم‬


‫ْس سِ َراجً ا‬

Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang
cemerlang)? (Nūh/71: 16);Dari ayat-ayat ini dipahami bahwa matahari memancarkan sinar yang berasal
dari dirinya sendiri, sebagaimana pelita memancarkan sinar dari dirinya sendiri yakni dari api yang
membakar pelita itu. Lain halnya dengan bulan, yang cahayanya berasal dari pantulan sinar yang
dipancarkan matahari ke permukaannya, kemudian sinar itu dipantulkan kembali berupa cahaya ke
permukaan bumi.

Matahari dan bulan adalah dua benda langit yang banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kata ‘bulan’ terdapat
dalam 27 ayat dan matahari disebut dalam 33 ayat. Seringkali kedua benda ini disebut secara bersamaan
dalam satu ayat. Sejumlah 17 ayat menyebut matahari dan bulan secara beriringan. Biasanya ayat yang
menyebut matahari dan bulan secara beriringan adalah ayat yang menjelaskan aspek kauniyah dari
kedua benda langit ini. Di dalam 3 ayat, kedua benda langit ini disebut bersamaan dengan bintang,
benda langit lainnya.

Ayat 5 Surah Yūnus di atas adalah contoh ayat yang menyebutkan matahari dan bulan secara beriringan.
Ayat ini mengisyaratkan tiga aspek penting dari terciptanya matahari dan bulan.

Pertama, dalam ayat ini Allah menyebut matahari dan bulan dengan sebutan yang berbeda. Meskipun
kedua benda langit ini sama-sama memancarkan cahaya ke bumi, namun sebutan cahaya dari keduanya
selalu disebut secara berbeda. Pada ayat ini, matahari disebut dengan sebutan ḍiyā' dan bulan dengan
sebutan nūr. Hal ini untuk membedakan sifat cahaya yang dipancarkan oleh kedua benda ini. Dewasa ini,
ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir yang
menghasilkan panas yang sangat tinggi dan cahaya yang terang benderang. Sementara itu cahaya bulan
hanya berasal dari pantulan cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan ke bumi. Istilah
yang berbeda ini menunjukkan bahwa memang Al-Qur'an berasal dari Allah sang Pencipta, karena pada
waktu Al-Qur'an diturunkan pengetahuan manusia belum mencapai pemahaman seperti ini.

Di ayat lain, matahari disebut sebagai sirāj (lampu) dan bulan disebut sebagai munīr (cerah berbinar-
binar).

‫ء ُبر ُْوجً ا َّو َج َع َل فِ ْي َها سِ َراجً ا َّو َق َمرً ا ُّم ِنيْرً ا‬Kِ ‫ك الَّذِيْ َج َع َل فِى ال َّس َم ۤا‬
َ ‫; َت ٰب َر‬Maha Suci Allah yang menjadikan di langit
gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan padanya sirāj (matahari) dan bulan yang bercahaya (al-
Furqān/25: 61)

َ ‫وَّ َج َع َل ْال َق َم َر فِي ِْهنَّ ُن ْورً ا َّو َج َع َل ال َّشم‬


‫ْس سِ َراجً ا‬

Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang
cemerlang) (Nūh/71: 16);Lebih tegas lagi di ayat lain matahari disebut sebagai sirāj dan wahhāj (terang
membara).

١٣ ‫ وَّ َج َع ْل َنا سِ َراجً ا َّوهَّاجً ۖا‬١٢ ‫; َو َب َن ْي َنا َف ْو َق ُك ْم َس ْبعًا شِ َدا ًد ۙا‬Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang
kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (an-Naba'/78: 12-13);Kedua, penegasan
dari Allah bahwa matahari dan bulan senantiasa berada pada garis edar tertentu (wa qaddarahū
manāzila). Garis edar ini tunduk pada hukum yang telah dibuat Allah, yaitu hukum gravitasi yang
mengatakan bahwa ada gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki masa. Besarnya gaya tarik
menarik ini berbanding lurus dengan massa dari kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
jarak antara keduanya.

Adalah Newton yang memformulasikan hukum gravitasi pada abad ke-18. Perhitungan menggunakan
hukum gravitasi ini telah berhasil menghitung secara akurat garis edar yang dilalui oleh bulan ketika
mengelilingi bumi, maupun bumi ketika mengelilingi matahari. Hukum gravitasi inilah yang dimaksud
oleh Allah ketika Dia berfirman dalam Surah al-A‘rāf/7: 54: ”... (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya….” Matahari, bulan, dan bintang tunduk kepada ketentuan
Allah, yakni hukum gravitasi yang mengendalikan gerak benda. Di berbagai ayat lainnya sering
disebutkan bahwa Allah-lah yang telah menundukkan bulan dan matahari bagi manusia (Lihat misalnya
Surah ar-Ra‘d/13: 2, Ibrāhīm/14: 33, an-Naḥl/16: 12, Luqmān/31: 29, Fāṭir/35: 13, az-Zumar/39: 5). Yang
dimaksud adalah bahwa Allah-lah yang telah menetapkan bahwa matahari dan bulan serta bintang-
bintang tunduk kepada hukum gravitasi yang telah dia tetapkan.

Ketiga, ketentuan Allah tentang garis edar yang teratur dari bulan dan matahari dimaksudkan agar
supaya manusia mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab (lita ’lamū ‘adad as-sinīna walhisāb). Bisa
dibayangkan, seandainya bulan dan matahari tidak berada pada garis edar yang teratur, atau dengan
kata lain beredar secara acak, bagaimana kita dapat menghitung berapa lama waktu satu tahun atau
satu bulan? Maha Suci Allah yang Maha Pengasih yang telah menetapkan segalanya bagi kemudahan
manusia.;Hal ini dijelaskan pula oleh firman Allah:

‫ء ُبر ُْوجً ا َّو َج َع َل فِ ْي َها سِ َراجً ا َّو َق َمرً ا ُّم ِنيْرً ا‬Kِ ‫ك الَّذِيْ َج َع َل فِى ال َّس َم ۤا‬
َ ‫; َت ٰب َر‬Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan
bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan bersinar. (al-Furqān/25: 61);Dalam
hakikat dan kegunaannya terdapat perbedaan antara sinar matahari dan cahaya bulan. Sinar matahari
lebih keras dari cahaya bulan. Sinar matahari itu terdiri atas tujuh warna dasar sekalipun dalam bentuk
keseluruhannya kelihatan berwarna putih, sedang cahaya bulan adalah lembut, dan menimbulkan
ketenangan bagi orang yang melihat dan merasakannya. Demikian pula kegunaannya. Sinar matahari
seperti disebutkan di atas adalah sumber hidup dan kehidupan, sumber gerak tenaga dan energi.
Sedang cahaya bulan adalah penyuluh di waktu malam.

Tidak terhitung banyak kegunaan dan faedah sinar matahari dan cahaya bulan itu bagi makhluk Allah
pada umumnya, dan bagi manusia pada khususnya. Semuanya itu sebenarnya dapat dijadikan dalil
tentang adanya Allah Yang Maha Esa bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan perasaannya.

Allah menerangkan bahwa Dia telah menetapkan garis edar dari bulan dan menetapkan manzilah-
manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan-Nya. Pada tiap malam, bulan melalui suatu manzilah. Sejak
dari manzilah pertama sampai manzilah terakhir memerlukan waktu antara 29 atau 30 malam atau
disebut satu bulan. Dalam sebulan itu bulan hanya dapat dilihat selama 27 atau 28 malam, sedang pada
malam-malam yang lain bulan tidak dapat dilihat, sebagaimana firman Allah:

‫از َل َح ٰ ّتى َعا َد َك ْالعُرْ ج ُْو ِن ْال َق ِدي ِْم‬


ِ ‫َو ْال َق َم َر َقدَّرْ ٰن ُه َم َن‬
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai tempat peredaranya
yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. (Yāsīn/36: 39);Maksud ayat ini ialah bulan
itu pada awal bulan adalah kecil berbentuk sabit, kemudian setelah melalui manzilah ia bertambah
besar sampai menjadi purnama, setelah itu kembali berangsur-angsur kecil, dan bertambah kecil yang
kelihatan seperti tandan yang melengkung, akhirnya menghilang dan muncul kembali pada permulaan
bulan.

Allah berfirman:

ٍ ۙ ‫اَل َّشمْسُ َو ْال َق َم ُر ِبحُسْ َب‬


‫ان‬

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. (ar-Rahmān/55: 5);Allah menciptakan bulan dan
menjadikannya beredar menjalani garis edar dalam manzilah-manzilah-Nya agar dengan demikian
manusia dengan mudah mengetahui bilangan tahun, perhitungan waktu, perhitungan bulan, penentuan
hari, jam, detik dan sebagainya, sehingga mereka dapat membuang rencana untuk dirinya, untuk
keluarganya, untuk masyarakat, untuk agamanya serta rencana-rencana lain yang berhubungan dengan
hidup dan kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai hamba Allah. Allah berfirman:

‫اب َو ُك َّل َشيْ ٍء‬ ِ ‫ْن َف َم َح ْو َنٓا ٰا َي َة الَّي ِْل َو َج َع ْل َنٓا ٰا َي َة ال َّن َه‬
َ Kۗ ‫ار ُمبْصِ َر ًة لِّ َت ْب َت ُغ ْوا َفضْ اًل مِّنْ رَّ ِّب ُك ْم َولِ َتعْ لَم ُْوا َع َد َد ال ِّس ِني َْن َو ْال ِح َس‬ ِ ‫ار ٰا َي َتي‬
َ ‫َو َج َع ْل َنا الَّ ْي َل َوال َّن َه‬
‫; َفص َّْل ٰن ُه َت ْفصِ ْياًل‬Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar kamu (dapat) mencari
karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala
sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (al-Isrā'/17: 12)

Dengan mengetahui perhitungan tahun, waktu hari dan sebagainya, dapatlah manusia menetapkan
waktu-waktu salat, waktu puasa, waktu menunaikan ibadah haji, waktu turun ke sawah, dan sebagainya.

Allah menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
semua makhluk itu adalah berdasarkan kenyataan, keperluan, dan mempunyai hikmah yang tinggi. Dan
Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya itu kepada orang-orang yang mau menggunakan akal
pikirannya dengan benar dan kepada orang-orang yang mau mengakui kenyataan dan beriman
berdasarkan bukti-bukti yang diperolehnya itu. Dengan perkataan lain, tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah ini tidak akan berfaedah sedikit pun bagi orang-orang yang tidak mau mencari
kebenaran, yang hatinya dipenuhi oleh rasa dengki dan rasa fanatik kepada kepercayaan yang telah
dianutnya.

8. An-nahl 16:12

)١٢ : ‫( النحل‬ َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّ ْعقِلُوْ ۙن‬


ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬ ٌ ۢ ‫س َو ْالقَ َم َر ۗ َوالنُّجُوْ ُم ُم َس َّخ ٰر‬
َ ِ‫ت بِا َ ْم ِر ٖه ۗاِ َّن فِي ٰذل‬ َ ۙ َ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ُم الَّ ْي َل َوالنَّه‬
َ ‫ار َوال َّش ْم‬

wasakhara
‫َو َس َّخ َر‬
And He has subjected
dan Dia menundukkan
lakumu
‫لَ ُك ُم‬
for you
bagi kalian
al-layla
‫ٱلَّي َْل‬
the night
malam
wal-nahāra
‫ار‬ َ َ‫َوٱلنَّه‬
and the day
dan siang
wal-shamsa
‫س‬ َ ‫َوٱل َّش ْم‬
and the sun
dan matahari
wal-qamara
‫َو ْٱلقَ َم ۖ َر‬
and the moon
dan bulan
wal-nujūmu
‫َوٱلنُّجُو ُم‬
and the stars
dan bintang-bintang
musakharātun
‫ت‬ ٌ ۢ ‫ُم َس َّخ ٰ َر‬
(are) subjected
ditundukkan
bi-amrihi
‫بَِأ ْم ِر ۗ ِٓۦه‬
by His command
dengan perintahNya
inna
‫ِإ َّن‬
Indeed
sesungguhnya

‫فِى‬
in
didalam/pada
dhālika
َ‫ٰ َذلِك‬
that
demikian
laāyātin
ٍ َ‫َل َءا ٰي‬
‫ت‬
surely (are) signs
sungguh tanda-tanda
liqawmin
‫لِّقَوْ ٍم‬
for a people
bagi kaum
yaʿqilūna
َ‫يَ ْعقِلُون‬
who use reason
mereka berakal/memahami

Transliterasi Latin:

Wa sakhkhara lakumul-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamar, wan-nujụmu musakhkharātum


bi`amrih, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy ya'qilụn (QS. 16:12)

Arti / Terjemahan:

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), (QS. An-Nahl ayat
12)

Tafsir Ringkas Kemenag


Kementrian Agama RI

Dia pula yang telah menundukkan malam sehingga menjadi gelap agar kamu dapat beristirahat,
dan menundukkan siang sehingga menjadi terang agar kamu dapat berkarya. Allah pula yang
telah menundukkan matahari yang menghangatkan dan menyinari bumi, dan menundukkan
bulan untukmu agar dapat kamu jadikan pedoman penanggalan dan perhitungan. Dan bintang-
bintang di langit dikendalikan dengan perintahNya untuk kemaslahatan kamu. Sungguh, pada
yang demikian itu, yaitu penundukan dan pengendalian tersebut, benar-benar terdapat tanda-
tanda yang nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah bagi orang yang mengerti.

Allah swt menjelaskan bahwa Dialah yang mengendalikan malam dan siang, serta matahari dan
bulan. Semua itu untuk kepentingan manusia dan sebagai nikmat yang diciptakan Allah untuk
mereka. Allah mengendali-kan siang dan malam secara berganti-ganti. Malam sebagai waktu
untuk beristirahat dan tidur agar tenang pikirannya di siang hari. Sedang siang adalah waktu
untuk berusaha mencari rezeki guna memenuhi kebutuhan hidup.
Allah menyebutkan matahari dan bulan. Matahari sebagai penyebab adanya siang dan malam.

9. Tafsir Surat Al-anbiya 21:30

‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق َنا ُه َما َو َج َع ْل َنا مِنَ ا ْل َماء‬


َ ‫األر‬ َّ َّ‫َأ َو َل ْم َي َر ا َّلذِينَ َك َف ُروا َأن‬
ِ ‫الس َم َاوا‬
ْ ‫ت َو‬
َ‫ش ْي ٍء َح ٍّي َأ َفال ُيْؤ ِم ُنون‬
َ َّ ‫ُكل‬
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

َ ‫{َأ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ‬


}‫ين َكفَ ُروا‬
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 30)
Yakni orang-orang yang mengingkari ketuhanan-Nya lagi menyembah yang lain bersama Dia.
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah, Dialah Yang Maha Menyendiri dalam menciptakan
makhluk-Nya, lagi Mahakuasa dalam mengatur makhluk-Nya. Maka apakah pantas bila Dia
disembah bersama dengan yang selain-Nya, atau mempersekutukan-Nya dengan yang lain?
Tidakkah mereka perhatikan bahwa langit dan bumi itu pada asalnya menyatu. Dengan kata lain,
satu sama lainnya menyatu dan bertumpuk-tumpuk pada mulanya. Lalu keduanya dipisahkan
dari yang lain, maka langit dijadikan-Nya tujuh lapis, bumi dijadikan-Nya tujuh lapis pula. Dia
memisahkan antara langit yang terdekat dan bumi dengan udara, sehingga langit dapat
menurunkan hujannya dan dapat membuat tanah (bumi) menjadi subur karenanya. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
َ ُ‫َي ٍء َح ٍّي َأفَال يُْؤ ِمن‬
}‫ون‬ ْ ‫{و َج َع ْلنَا ِم َن ا ْل َما ِء ُك َّل ش‬
َ
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman? (Al-Anbiya: 30)
Padahal mereka menyaksikan semua makhluk tumbuh sedikit demi sedikit dengan jelas dan
gamblang. Semuanya itu menunjukkan adanya Pencipta, Yang Membuat semuanya,
Berkehendak Memilih, dan Mahakuasa atas segala sesuatu.
... ‫ تَ ُد ّل علَى أنَّه َواحد‬... ‫فَِفي ُك ّل َش ْي ٍء لَهُ آيَة‬
Pada segala sesuatu terdapat tanda (yang menunjukkan kekuasaan)-Nya, bahwa Dia adalah
Maha Esa.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas pernah
ditanya, "Apakah pada permulaannya penciptaan malam lebih dahulu, ataukah siang lebih
dahulu?" Ibnu Abbas menjawab, "Bagaimanakah menurut kalian, langit dan bumi saat keduanya
masih menjadi satu, tentu di antara keduanya tiada lain kecuali hanya kegelapan. Demikian itu
agar kalian mengetahui bahwa malam itu terjadi sebelum siang."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim ibnu Abu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Hatim dari Hamzah
ibnu Abu Muhammad, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ada seorang
lelaki datang kepadanya menanyakan langit dan bumi yang dahulunya suatu yang padu, lalu
Allah memisahkan keduanya. Ibnu Umar berkata, " Pergilah kepada syekh itu, lalu tanyakanlah
kepadanya, kemudian datanglah kamu kemari dan ceritakanlah kepadaku apa yang telah
dikatakannya." Lelaki itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan masalah itu kepadanya.
Ibnu Abbas menjawab, "Ya, memang dahulunya langit itu terpadu, tidak dapat menurunkan
hujan; dan bumi terpadu (dengannya) sehingga tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Setelah
Allah menciptakan bagi bumi orang yang menghuninya, maka Dia memisahkan langit dari bumi
dengan menurunkan hujan, dan memisahkan bumi dari langit dengan menumbuhkan
tetumbuhan." Lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah
dikatakan oleh Ibnu Abbas. Maka Ibnu Umar berkata, "Sekarang aku mengetahui bahwa Ibnu
Abbas telah dianugerahi ilmu tentang Al-Qur'an. Dia benar, memang demikianlah pada asal
mulanya." Ibnu Umar mengatakan, "Sebelumnya aku sering mengatakan bahwa betapa
beraninya Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku mengetahui bahwa dia benar-
benar telah dianugerahi ilmu takwil Al-Our'an."
Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa langit ini dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu, tidak
dapat menurunkan hujan, lalu menurunkan hujan. Bumi ini juga dahulunya merupakan sesuatu
yang terpadu tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan, lalu dijadikan dapat menumbuhkan
tetumbuhan.
Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Saleh Al-Hanafi
tentang makna firman-Nya: bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang terpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al-Anbiya: 30) Bahwa langit
dahulunya menyatu, lalu dipisahkan menjadi tujuh lapis langit; dan bumi dahulunya menyatu,
lalu dipisah-pisahkan menjadi tujuh lapis.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, hanya ditambahkan dalam riwayatnya bahwa langit
dan bumi menjadi tidak saling berkaitan.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahkan langit dan bumi pada mulanya saling melekat; setelah
langit ditinggikan dan ditampakkan darinya bumi ini, maka kejadian inilah yang disebutkan
'pemisahan' dalam Al-Qur'an.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang terpadu, lalu
dipisahkan di antara keduanya oleh udara ini.

10. Surat AL-hajj 22:65

‫ض َوا ْلفُ ْل َك َت ْج ِري فِي ا ْل َب ْح ِر ِبَأ ْم ِر ِه َو ُي ْمسِ ُك‬ ِ ‫األر‬ َ َ ‫َأ َل ْم َت َر َأنَّ هَّللا‬
ْ ‫س َّخ َر َل ُك ْم َما فِي‬
‫وف َرحِي ٌم‬ ٌ ‫اس َل َر ُء‬ِ ‫ض ِإال بِِإ ْذ ِن ِه ِإنَّ هَّللا َ ِبال َّن‬ ْ ‫اء َأنْ َت َق َع َع َلى‬
ِ ‫األر‬ َ ‫الس َم‬
َّ
Apakah kamu tiada melihat bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan
bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan dia menahan (benda-benda) langit
jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada manusia.

}‫ض‬
ِ ‫األر‬ َ َ ‫{َألَ ْم ت ََر َأنَّ هَّللا‬
ْ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي‬
Apakah kamu tiada melihat bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi. (Al-Hajj:
65)
Yakni semua yang bernyawa dan semua yang tidak bernyawa, serta semua tanaman dan buah-
buahan. Seperti halnya yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
}ُ‫ض َج ِمي ًعا ِم ْنه‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو َما فِي‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال‬
َ ‫س َم‬ َ ‫{و‬
َ
Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, (sebagai
suatu rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13)
Yaitu dari kebaikan, kemurahan, dan karunia-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
}‫{وا ْلفُ ْل َك ت َْج ِري فِي ا ْلبَ ْح ِر بَِأ ْم ِر ِه‬
َ
dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. (Al-Hajj: 65)
Yakni ditundukkan oleh-Nya dan dijalankan oleh-Nya di laut. Perahu-perahu dan bahtera-
bahtera itu dapat berlayar membelah ombak, sehingga mereka dapat memuatkan padanya segala
barang dagangan dan barang-barang lainnya menurut kemauan mereka, dari suatu negeri ke
negeri lain dan dari suatu pulau ke pulau yang lain. Kemudian dari negeri dan pulau yang
didatanginya, mereka dapat membawa segala sesuatu yang diperlukan oleh mereka atau oleh
orang lain yang dipesankan kepada mereka.
}‫ض ِإال بِِإ ْذنِ ِه‬ ْ ‫س َما َء َأنْ تَقَ َع َعلَى‬
ِ ‫األر‬ َّ ‫س ُك ال‬
ِ ‫{ويُ ْم‬
َ
Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? (Al-Hajj:
65)
Yaitu kalau Dia menghendaki, tentulah Dia memerintahkan kepada langit untuk menjatuhkan
bintang-bintang yang ada padanya, lalu jatuh ke bumi dan membinasakan penduduknya. Tetapi
berkat kelembutan, rahmat, dan kekuasaan-Nya, Dia menahan benda-benda langit jatuh ke bumi,
kecuali dengan seizin-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
ِ ‫{ِإنَّ هَّللا َ بِالنَّا‬
Mٌ ‫س لَ َر ُء‬
}‫وف َر ِحي ٌم‬
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Al-
Hajj: 65)
padahal mereka berbuat aniaya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا‬
}‫ب‬ ِ ‫{وِإنَّ َربَّكَ لَ ُذو َم ْغفِ َر ٍة لِلنَّا‬
َ َ‫س َعلَى ظُ ْل ِم ِه ْم َوِإنَّ َربَّ َك ل‬ َ
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun
mereka zalim; dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 6)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
}‫ان لَ َكفُو ٌر‬
َ ‫س‬َ ‫{وه َُو الَّ ِذي َأ ْحيَا ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُ ْحيِي ُك ْم ِإنَّ اإل ْن‬
َ
Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian
menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat.
(Al-Hajj: 66)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
َ ‫ون بِاهَّلل ِ َو ُك ْنتُ ْم َأ ْم َواتًا فََأ ْحيَا ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُ ْحيِي ُك ْم ثُ َّم ِإلَ ْي ِه تُ ْر َج ُع‬
}‫ون‬ َ ‫ف تَ ْكفُ ُر‬
َ ‫{ َك ْي‬
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kalian
dikembalikan? (Al-Baqarah: 28)
َ ‫{قُ ِل هَّللا ُ يُ ْحيِي ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يَ ْج َم ُع ُك ْم ِإلَى يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة اَل َر ْي‬
}‫ب فِي ِه‬
Katakanlah, 'Allah-lah yang menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, setelah itu
mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. (Al-Jatsiyah: 26)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
}‫{قَالُوا َربَّنَا َأ َمتَّنَا ا ْثنَتَ ْي ِن َوَأ ْحيَ ْيتَنَا ا ْثنَتَ ْي ِن‬
Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula)." (Al-Mu’min: 11)
Makna yang dimaksud oleh ayat ini ialah 'mengapa kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi
Allah dan menyembah selain-Nya bersama Dia, padahal Allah sendirilah yang menciptakan,
yang memberi rezeki, dan yang mengatur.'

11. Fathir 35:41

۞ ‫ض َأن تَ ُزواَل ۚ َولَِئن َزالَتَٓا ِإ ْن َأ ْم َس َكهُ َما ِم ْن َأ َح ٍد ِّم ۢن بَ ْع ِد ِٓۦه ۚ ِإنَّ ۥهُ َكانَ َحلِي ًما َغفُورًا‬
َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ُ ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ْم ِس‬
ِ ‫ك ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

Arab-Latin: Innallāha yumsikus-samāwāti wal-arḍa an tazụlā, wa la`in zālatā in amsakahumā


min aḥadim mim ba'dih, innahụ kāna ḥalīman gafụrā

Artinya: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika
keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
TAFSIR TAHLILI
(41) Allah melukiskan kebenaran dan keagungan kekuasaan-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, langit
tercipta tanpa tiang, dan gunung-gunung berdiri dengan kokoh. Allah menyebarkan makhluk
melata (dabbah), manusia, dan hewan di atas bumi, seperti bunyi ayat:;‫ت بِ َغي ِْر َع َم ٍد تَ َروْ نَهَا‬ َ َ‫خَ ل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
ۢ ۤ ۤ ْ ۗ ۤ َّ ‫اْل‬ ٰ ْ
ٍ ْ‫الس} َما ِء َم}}ا ًء فَا َ ْنبَ ْتنَ}}ا فِ ْيهَ}}ا ِم ْن ُك}}لِّ زَ و‬
ِ ‫ج َك‬
‫}ري ٍْم‬ َّ َ‫ض َر َوا ِس َي اَ ْن تَ ِم ْي} َد بِ ُك ْم َوبَث فِ ْيهَ}}ا ِم ْن ُك} ِّل دَابَّ ٍة َواَ ْن َزلنَ}ا ِمن‬
ِ ْ‫; َواَلقى فِى ا َر‬Dia
menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan
Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-
tumbuhan yang baik. (Luqmān/31: 10) ;Semuanya membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah
Yang Maha-agung. Pengertian Allah menahan langit dan bumi ialah menahan langit itu dengan
hukum gravitasi agar tidak guncang dan roboh, atau bergeser dari tempatnya. Allah memelihara
dan mengawasi keduanya dengan pengawasan yang Dia sendirilah yang mengetahuinya. Semua
benda-benda langit di jagat raya ini beredar menurut garis edarnya masing-masing. Para ahli
ilmu astronomi dapat membuktikan bahwa tidak pernah terjadi benturan antara benda-benda
angkasa itu satu dengan yang lain. Semuanya beredar menurut garis edarnya masing-masing.
Keterangan lain yang menguatkan arti yang terkandung dalam ayat di atas yakni:; ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن تَقُوْ َم‬
ۖ ۤ
ِ ْ‫; ال َّس َما ُء َوااْل َرْ ضُ بِا َ ْم ِر ٖ ۗه ثُ َّم اِ َذا َدعَا ُك ْم َد ْع َوةً ِّمنَ ااْل َر‬Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-
َ‫ض اِ َذٓا اَ ْنتُ ْم ت َْخ ُرجُوْ ن‬
Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil
kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). (ar-Rūm/30: 25);Kuatnya
bangunan langit dan bumi itu sehingga tidak pernah mengalami kerusakan, keruntuhan, dan
sebagainya adalah karena kekuasaan Allah juga. Jika Allah Yang Mahakuasa itu bermaksud
menghancurkan bumi dan langit itu, tiada satu kekuatan pun dari makhluk yang sanggup
mencegahnya. Demikianlah pula dijelaskan oleh ayat lain:
‫ك ال َّسم ۤاء اَ ْن تَقَ }ع َعلَى ااْل َرْ ض ااَّل با ْذ ۗ هّٰللا‬ ُ ‫ك تَجْ ِريْ فِى ْالبَحْ ِر بِا َ ْم ِر ٖ ۗه َويُ ْم ِس‬
َ ‫ض َو ْالفُ ْل‬ ‫هّٰللا‬
ِ َّ‫نِه اِ َّن َ بِالن‬
‫اس‬ ٖ ِِ ِ ِ َ َ َ ِ ْ‫اَلَ ْم ت ََر اَ َّن َ َس َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى ااْل َر‬
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ٌ ْ‫; لَ َرءُو‬Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia) apa
yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan
(benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah
Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Ḥajj/22: 65);Di samping sifat-Nya Yang
Maha Perkasa itu, Allah juga mempunyai sifat rasa kasih sayang kepada hamba-Nya. Biarpun
manusia di bumi ini kebanyakan kafir dan tidak mau tunduk pada pengajaran dan pedoman hidup
menuju kesejahteraan dunia dan akhirat yang telah ditetapkan-Nya, namun azab dan murka Allah
tiada segera diturunkan untuk menghukum kaum kafir dan pendurhaka. Kasih sayang Allah itu
ialah selain menunda siksaan bagi orang kafir dan ingkar, juga sangat mudah memberi ampunan
kepada siapa yang mau tobat dari segala kesalahannya, bagaimanapun besarnya perbuatan
maksiat yang pernah dilakukannya. Allah Maha Perkasa, Maha Pengasih, dan Penyayang kepada
seluruh hamba-Nya, baik terhadap orang mukmin maupun kafir.
BAB III
PENUTUP
A. KHULASHOH

                  Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesarannya, yang menguasai
alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya ,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini.
Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari,
bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
                  Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan yang
terkandung didalam Surat Al-Baqarah ayat 29 yaitu tentang penciptaan segala apa yang ada di
bumi dan di langit. Dengan demikian ayat tersebut tidak membicarakan proses penciptaan alam,
melainkan lebih ditunjukkan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh kerunia
Tuhan yang dapat dimanfaatkan manusia. Sedangkan dalam Surat Al-A’raf ayat 54 yaitu bahwa
Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.
MARAJI’ (BIBLIOGRAFI)

Shihab ,M. Quraish, Tafsir Al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati, cet. X 2002.


Al-Mahalliy ,Jalalud– Din –dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990
Ahmad, Nurwadjah.  Tafsir Ayat Ayat Pendidikan Bandung : Marja, Cet. 1. 2007
Al Qurthubi/Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, ed. Mukhlis B. Mukti, trans. Ahmad
Khatib et al., vol. IX,.Jakarta: PUSTAKA AZZAM, Cetakan ke-I 2009.
M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan, Dan Keserasian al-Qur’an,Jakarata:
Lentera Hati, vol. 15Cetakan ke-II 2002
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,, (Jakarta: Lentera Hati, cet. X 2002), hlm. 138
 Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet
1,1990)hal.16-17
 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat Ayat Pendidikan (Bandung : Marja, Cet. 1,, 2007), hlm. 129
 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, Cet. I,,2009), hlm. 105
 Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990)hal.
643
TAFSIR KEMENAG
TAFSIR IBNU KATSIR

Anda mungkin juga menyukai