Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALAM SEMESTA

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Pengembangan studi alquran dan Al hadist Tarbawi “

Dosen Pengampu : Dr.H.M.Fadhil.M.Ag

Disusun oleh :
1. FITRIANA
2. NURIKA SANGIDATUL UMMAH

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI PASCASARJANA PROGRAM


MAGISTER UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN THAHA
SAIFUDDIN
JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an menyebutkan tentang
kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan
manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya
untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang
rahasia alam semesta.
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan
alan semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan
telah menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun
demikian al-Qur’an bukan buku kosmlogi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan
bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.
Keinginantahuan manusia tentang alam semesta tidak hanya membaca al-
Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat
menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran
al-Qur’an, berdasarkan surat Yunus ayat101. Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi
bahwa penciptaan alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan
tetapi produk dari hasil Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alam Semesta dalam Perspektif Klasik dan Modern


1. Pandangan Klasik
Menurut pakar fisika bahwa alam tidak hanya tak berhingga besarnya dan tak
terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak berhingga lamanya
yang telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang akan datang. Menurut
Einstein bahwa alam semesta tidak pernah diciptakan, yang qadim, langgeng, sesuai
dengan konsesus yang didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai analisis
yang kritis terhadap berbagai data yang diperolehnya dari pemikiran dalam
pengamatan.

2. Pandangan Modern
Menurut Hubble bahwa alam semesta ini tidak statis, melainkan merupakan alam
yang dinamis, seperti model Friedman. Hubble melakukan observasi tentang alam
melalui teropong bintang terbesar di dunia, melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita,
yang menurut analisis terhadap spektrum cahayanya tampak menjauhi galaksi kita
dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak
paling cepat meninggalkan kita.
Menurut Gamow, Alpher dan Robert Herman, bahwa terjadi ledakan yang maha
dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagat raya ke semua arah, yang kemudian
membentuk bintang-bintang dan galaksi karena tidak mungkin materi seluruh alam itu
berkumpul di suatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya
gravitasinya yang sangat kuat, sehingga volumenya menjauhi titik, maka disimpulkan
bahwa dentuman besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos terlempar dengan
kecepatan yang sangat tinggi keluar dari keberadaannya dalam volume yang sangat
kecil.
Sehingga menurut mereka alam semesta lahir dari sebuah singularitas dengan
keadaan ekstrem.
B. Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Alam semesta menurut Islam adalah diciptakan pada suatu waktu dan akan
ditiadakan pada saat yang lain. Pandangan Einstein tentang alam semesta sangat
bertentangan dengan konsep alam menurut Al-Qur’an. Karena semula alam tiada tetapi
kemudian, sekitar 15 milyard tahun yang lalu, tercipta dari ketiadaan. Sedangkan
perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran Al-Qur’an dapat
kita lihat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 yang berbunyi:

Artinya : Dan tidaklah oarang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam) dan
bumi (materi alam) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya
itu. (Q.S. Al-Anbiya’ : 30).
C. Ayat-ayat yang Berhubungan dengan Alam Semesta
Di antara ayat-ayat yang dijadikan sebagai bukti otentik tentang penciptaan alam
semesta dalam Al-Qur’an yaitu:
1. Surat Al-Baqarah ayat 29
Bahwa Allah SWT setelah merici ayat-ayat-Nya tentang diri manusia dengan
mengingatkan awal kejadian, sampai kesudahannya dan menyebutkan bukti
keberadaan serta kekuasaan-Nya kepada Makhluk-Nya melalui apa yang mereka
saksikan sendiri pada diri mereka, kemudian Dia menyebutkan ayat-ayat-Nya atau bukti
lain yang ada di cakrawala melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit
dan bumi, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang meliputi segala-galanya dan
menunjukkan betapa banyak karunia-Nya kepada umat manusia dengan menjadikan
segala yang di bumi sebagai bekal dan persediaan untuk dimanfaatkan. Untuk itu Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Penjelasan
Menurut Syekh Ahmad Musthofa Al-Maraghi makna ayat: 2

(Dialah Tuhan yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu) yaitu :
Dalam memanfaatkan benda-benda di bumi ini dapat ditempuh melalui salah
satu dari dua cara, yaitu:
1. Memanfaatkan benda-benda itu dalam kehidupan jasadi untuk memberikan potensi
pada tubuh atau kepuasan padanya dalam kehidupan duniawi.
2. Dengan memikirkan dan memperhatikan benda-benda yang tidak dapat diraih oleh
tangan secara langsung, untuk digunakan sebagai bukti tentang kekuasaan
penciptanya dan dijadikan santapan rohani.
3. Dengan ayat ini kita mengetahui bahwa pada dasarnya memanfaatkan segala
benda di bumi ini dibolehkan. Tidak seorangpun mempunyai hak mengharamkan
sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah kecuali dengan izin-Nya sebagaimana telah
difirmankan pada ayat 10 surat Yunus.

(kemudian Dia menuju langit) yaitu: Kata samaa artinya sesuatu yang jauh berada di
atas kepala kita. Dan kata Istawaa berarti langsung menuju tujuan tanpa
kecenderungan mengerjakan sesuatu yang lain di tengah-tengah menciptakannya.

(lalu menciptakan tujuh langit) yaitu: Maksud dari ayat tersebut, Allah menyempurnakan
penciptaan langit hingga menjadi tujuh langit.
Menurut Quraisy Shihab makna ayat :3
 Makna yaitu: Kata Istawaa pada mulanya berarti tegak lurus, tidak
bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara majazi dalam arti menuju ke sesuatu
dengan cepat dan penuh takad bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh ke kiri
dan ke kanan.
 ‫ماء‬BBB‫توى إلى الس‬BBB‫ اس‬yaitu: Kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan
kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju ke sesuatu untuk
mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin.
 ‫واهن‬BB‫ فس‬yaitu:Bahwa langit itu dijadikanNya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa
sedikit aib/kekurangan apapun. Seperti dalam surat al-Mulk ayat 03.
Menurut Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasqy makna ayat:4
 ‫ماء‬BBB‫توى إلى الس‬BBB‫( ثم اس‬kemudian Dia menuju langit) yaitu: Summa dalam ayat ini
menunjukkan ‘ataf khabar kepada khabar, bukan ‘ataf fi’il kepada fi’il yang lain. Istawaa
ilas samaa yaitu berkehendak atau bertujuan ke langit. Makna lafadz ini mengandung
pengertian kedua lafadz tersebut, yakni berkehendak dan bertujuan, karena ia
dimuta’addi-kan denagn memakai huruf ila.

(Lalu Dia menciptakan langit tujuh lapis) yakni:


Lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim jins, karena itu disebutkan sab’a
samaawaat. Maksud ayat ini yaitu Sebagian dari langit berada di atas sebagian lainnya.
Dikatakan sab’a samaawaati artinya tujuh lapis bumi, yakni sebagian berada dibawah
yang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum langit.

(Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu) yaitu:


Maksudnya, pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk yang telah Ia ciptakan
sebagaimana dalam firman-Nya:
Rincian makna ayat ini diterangkan dalam surat Fushilat ayat 9-12 yang berbunyi:

Di dalam ayat Fushilat terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT memulai
ciptaan-Nya dengan menciptakan Bumi, kemudian menciptakan tujuh lapis langit.
Memang demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah,
setelah itu baru bagian atasnya. Makna ayat ini juga diterangkan dalam surat an-
Naazi’aat 27-33:5

Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya atau langit? Allah telah
membinanya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan
bumi sesudah dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang
ternak kalian.
Menurut Ali Ibnu Abu Talhah, dari Ibnu abbas, bahwa As-Daha
(Penghamparan),dilakukan sesudah penciptaan langit dan bumi. As-Saddi telah
mengatakan di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas,
juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, serta dari sejumlah sahabat sehubungan dengan
makna surat al-Baqarah ayat 29. bahwa Arasy Allah SWT berada di atas air, ketika itu
Allah belum menciptakan makhluk, maka Dia mengeluarkan asap dari air tersebut, lalu
asap (agar) tersebut membumbung di atas air hingga letaknya berada di atas air,
dinamakanlah sama (langit).
Kemudian air dikeringkan, lalu Dia menjadikannya bumi yang menyatu. Setelah
itu bumi dipisahkan-Nya dan dijadikan-Nya tujuh lapis dalam 2 hari, yaitu Ahad dan
Senin. Allah menciptakan bumi di atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang
disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Qolam ayat 1 :

Sedangkan ikan besar (nun) berada di dalam air. Air berada di atas permukaan
batu yang licin, sedangkan batu yang licin berada di atas punggung malaikat. Malaikat
berada di atas batu besar, dan batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah yang
disebut oleh Luqman bahwa ia bukan berada di langit dan juga di bumi.
Kemudian ikan besar itu bergerak, maka terjadilah gempa di bumi, lalu Allah
memancangkan gunung-gunung di atasnya hingga bumi menjadi tenang, gunung-
gunung itu berdiri dengan kokohnya di atas bumi. Berdasarkan firman Allah dalam surat
al-Anbiya’ : 31:

Allah menciptakan gunung di bumi dan makanan untuk penghuni-penghuninya


dan menciptakan pepohonan dan semuanya diperlukan di bumi pada hari Selasa dan
Rabu.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 9-10. berdasarkan surat
Fushilat ayat 11 yang berbunyi:

Bahwa asap itu merupakan uap dari air tadi. Kemudian asap dijadikan langit
tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari Kamis dan Jum’at. Sesungguhnya hari Jum’at
dinamakan demikian karena pada hari itu diciptakan langit dan bumi secara bersamaan.
Setelah Allah menyelesaikan penciptaan apa yang Dia sukai, lalu Dia menuju
Arasy, sebagaimana dalam firman-Nya surat al-Hadid ayat 4 yaitu :

Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia berkuasa di
atas Arasy.
Ibnu Jaris mengatakan. Telah menceritakan kepadanya Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Saleh, telah menceritakan kepadaku Abu
Ma’syar, dari Sa’id Ibnu Abu Sa’id, dari Abdullah Ibnu Salam yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Allah memulai penciptaan makhluk-Nya pada hari Ahad, menciptakan
berlapis-lapis bumi pada hari Ahad dan Senin, menciptakan berbagai makanan dan
gunung pada hari Selasa dan Rabu, lalu menciptakan langit pada hari Kamis dan
Jum’at. Hal itu selesai di akhir hari Jum’at yang pada hari itu juga Allah menciptakan
Adam dengan tergesa-gesa. Pada saat itulah kelak hari qiamat akan terjadi
Menurut Sayyid Quthb makna surat al-Baqarah ayat 29 yaitu Banyak sekali
uraian para Mufassir dan Teolog tentang penciptaan langit dan bumi, mereka berbicara
tentang apa yang ada sebelum penciptaan dan sesudahnya dan juga tentang istawaa.
Mereka lupa bahwa sebelum dan sesudah adalah dua istilah yang digunakan manusia
dan keduanya itu tidak menyentuh sisi Allah dan istawaa adalah istilah kebahasaan
yang disini hanya menggambarkan bagi manusia (makhluk terbatas ini), suatu
substansi yang tidak terbatas.
Pesan dari ayat ini adalah bumi diciptakan untuk manusia, dimana Allah
menciptakan bumi agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama
dalam peristiwa-peristiwa serta pengembangannya. Dia adalah pengelola bumi dan
pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau dikuasai
oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh
alat-alat, sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh paham materialisme.
Informasi Allah ini bertujuan mengecam orang-orang kafir yang
mempersekutukan Allah, padahal Dia adalah pencipta yang menguasai alam raya ,yang
menghamparkan bumi manusia dan menyerasikan langit agar kehidupan di dunia
menjadi nyaman. Semua iti tidak ada tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan
akal manusia, sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya sekalipun tidak
berkaitan dengan tujuan penciptaan manusia dan sebagai hamba Allah dan khalifah di
dunia. Demikianlah segmen surat ini, semuanya difokuskan pada masalah keimanan,
dan seruan untuk memilih rombongan konvoi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.
2. Surat Al-Mulk ayat 1-4
Yaitu surat yang menunjukkan tentang seluruh kerajaan (kekuasaan) ada dalam tangan
Allah. Surat al-Mulk ayat 1 berbunyi :

Penjelasan
Menurut Prof. Dr. Hamka makna ayat:7

(Maha Suci Dia, yang di dalam tangan-Nya sekalian kerajaan) yaitu:


Bahwa ayat tersebut mengandung pengertian betapa Tuhan memberi ingatan
kepada manusia dalam kerajaan dan kemegahan dalam dunia ini, bahwasannya
kerajaan yang sebenar kerajaan, kekuasaan yang sebenar kekuasaan hanya ada
dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang ada di muka bumi ini, bagaimanapun
manusia mengejarnya atau mempertahankannya bila telah dapat diperoleh, tidaklah
semua itu benar-benar kerajaan (kekuasaan). Bagaimanapun seorang Raja (Presiden)
memerintah dengan segenap kekuatan, kegagahan dan kadang-kadang kesewenang-
wenangan, namun kekuasaan yang seperti demikian hanyalah pinjaman belaka dari
Allah dan tidak ada yang akan kekal dipegangnya terus.
Naiknya seorang penguasa pun hanyalah karena adanya pengakuan sedang
Allah sebagai Maha Kuasa dan Maha Menentukan, tidaklah Dia berkuasa karena
diangkat. Itulah sebabnya maka mustahil Allah itu beranak, sebab Allah itu hidup
selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk selama-lamanya.

(Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan)


yaitu:
Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, pembagi kekuasaan kepada sekalian raja
dan penguasa di dunia (di seluruh alam ini), baik di bumi atau di langit, Allah lah yang
maha menentukan segala sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala sesuatu,
baik yang sangat besar maupun yang sangat kecil.
Dengan menggali rahasia alam, akan mendapat pengetahuan tentang segala
yang dilihat, didengar dan diselidiki, dari yang kecil sampai kepada yang besar, di waktu
mendapatkannya itulah kita akan lebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada kata
takdir.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya.
Jika tidak ada, maka tidak akan berarti yang dinamakan ilmu pengetahuan (sains). Dan
ini ditegaskan pada dekat penutup surat Ali-Imran ayat 191:

Demikianlah bahwa Tuhan Maha Kuasa dan Menentukan. Sehingga hidup dan
mati manusia, musibah atau keselamatan itu adalah pertemuan di antara ketentuan
dengan ketentuan, baik yang kecil maupun besar ataupun yang diketahui manusia
maupun sebaliknya. Namun seluruh keadaan dalam alam ini tidaklah ada yang terlepas
dari ketentuan yang telah ditentukan Tuhan, yang kadang-kadang disebut juga hukum
sebab akibat.
Surat Al-Mulk ayat 2 berbunyi:

Penjelasan
Menurut prof. Dr. Hamka makna ayat:8

(Dan Dia yang menciptakan maut dan hidup) yaitu:


Bahwa Allah-lah yang menciptakan mati dan hidup. Tujuan dari ayat tersebut
memberi peringatan kepada manusia, bahwa hidup ini tidaklah berhenti di dunia ini
saja. Ini adalah peringatan kepada manusia agar mereka ingat akan mati di samping
dia terpesona oleh hidup. Berkenaan dengan ayat tersebut, ada sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Qatadah yang artinya :
Sesungguhnya Allah menghinakan keturunan Adam dengan maut, dan Allah
menjadikan dunia ini negeri untuk hidup, kemudian itu negeri untuk mati, dan Dia
jadikan negeri akhirat untuk menerima ganjaran dan negeri untuk kekal.
(karena Dia akan menguji kamu, manakah
di antaraKamu yang terlebih baik amalannya.)
yaitu: Maka di antara hidup dan mati itulah kita mempertinggi mutu amalan diri,
berbuat amalan yang bermutu dan lebih baik. Tegasnya di sini dijelaskan bahwa yang
dikehendaki Allah dari kita adalah ahsanu’amalan, amalan yang terlebih baik, biar pun
sedikit, oleh karena itu janganlah beramal hanya karena mengharapkan kuantitas,
tetapi beramallah yang bermutu tinggi walaupun berkualitas.

(Dan Dia adalah Maha Perkasa dan Maha Pengampun)


yaitu:Dengan menonjolkan terlebih dahulu sifat Allah yang bernama Al-Aziz,
Yang Maha Perkasa dijelaskan bahwa Allah tidak boleh dipermainkan. Di hadapan
Allah tidak boleh beramal separo atau ragu-ragu, melainkan dikerjakan dengan
sungguh-sungguh, hati-hati dan penuh disiplin. Karena kalau tidak demikian, Tuhan
akan murka. Tetapi Tuhan pun memiliki sifat Al-Ghofur, Maha Pengampun atas hamba-
Nya yang tidak dengan sengaja melanggar perintah Tuhan, dan berniat hendak berbuat
amalan yang lebih baik, tetapi tidak mempunyai tenaga yang cukup buat mencapai
yang lebih baik itu.
Surat Al-Mulk ayat 03, berbunyi :

Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb makna ayat :

(Dia telah menciptakan tujuh langit bertingkat-


tingkat) yaitu: Di dalam zilal nya bahwa langit tujuh tingkat itu jangan ditafsirkan dengan
ilmu pengetahuan (science, sains) yang bisa berubah-ubah. Karena penyelidikan
manusia tidak akan lengkap menghadapi alam cakrawala yang begitu luas.
Menurut Prof. Dr. Hamka makna ayat:9
(Tidaklah akan engkau lihat pada
penciptaan yang Maha Pemurah itu sesuatu pun dari yang bertikaian) yaitu:
Bahwa semua yang diciptakan Tuhan dijadikan dengan teratur dan tersusun rapi.
Menurut ahli-ahli astronomi bahwasannya bintang-bintang yang bertaburan di langit itu
diatur menurut jarak ukuran tertentu, ukuran keseimbangan. Sehingga yang satu berkait
dengan yang lain. Dan tidak terjatuh dari tempat yang telah ditentukan.

(Maka ulanglah kembali penglihatan adalah


engkau lihat semuanya itu janggal) yaitu: Ilmu pengetahuan manusia telah
membuktikan bahwa bulan lebih kecil dari bumi. Mengapa sama saja kelihatan
besarnya? Alangkah cerdik dan pandai Tuhan mengaturnya. Sebab itu tidaklah ada
yang janggal.
Surat Al-Mulk ayat 04, berbunyi :

Penjelasan
Menurut Prof.Dr. Hamka makna ayat :10

(kemudian itu ulanglah penglihat kedua kalinya) yaitu:


Ayat ini menyuruh kita mengulangi penglihatan memperhatikan sekali lagi, dua tiga kali.
Karena apabila ditambah mengulangi melihatnya akan terdapat lagi keajaiban yang
baru.

(niscaya akan kembalilah penglihatan dalam keadaan payah)


yaitu:Payah dalam ayat ini adalah payah karena kagum dengan kebesaran Ilahi, bila
dilihat keadaan alam yang sekelilingnya kita ini akan terdapatlah sifat-sifat Allah yang
mulia tertulis dengan jelasnya.

(Dan dia akan mengeluh) yaitu:Mengapa mengeluh? Mengeluh lantaran


karena di waktu itu menedesaklah dari dalam jiwa kita sebagai manusia berbagai
perasaan. Di antaranya kagum melihat betapa besarnya kekuasaan Tuhan dan terasa
kecil diri di bawah kekuasaan Tuhan dan terasa kecil diri di bawah kekuasaan Ilahi.
Menurut Ust.Asrari Alfa MAg dan Drs. H. Syu’aib H. Muhammad MAg diambil
dari Shofwatut Tafsir makna surat al-Mulk ayat 1-4 yaitu:11

 Makna yaitu: Maha mulia dan luhur Allah yang maha tinggi dan
maha besar, yang melimpahkan kepada makhluknya bermacam-macam
kebaikan .Yang mankerajaan langit dan bumi dalam genggaaman kekuasaan dan
berbuat sesuatu sekehendakNya. Ibnu Abbas berkata: DitanganNyalah segala
kerajaan, Dia memulyakan dan menghinakan orang yang dikehendaki, menghidupkan
dan mematikan, menjadikan kaya dan fakir, serta memberi dan mencegah.

yaitu: Dialah yang menguasai segala sesuatu yang baginya


kekuasaan yang sempurna, yang menyelesaikan segala urusan secara sempurna
tanpa menahan dan menolak kemudian menerangkan kekuasaanNya dan kata
hikmahNya sangat mulia.

yaitu:Menjadikan di dunia sebuah kehidupan dan


kematian, Dia menghidupkan dan mematikan apa yan dikehendakiNya.Dialah Yang
Maha Esa dan Maha Perkasa. Akan tetapi Dia memberikan kematian karena
sesungguhnya kematian itu bertiup dari nafas dan menakutkan.Ulama’ berkata:
Kematian itu bukanlah hal yang fana, yang terputus dari segala kehidupan akan tetapi
hanya perpindahan dari satu alam ke alam lain. Hal ini sudah menjadi ketetapan dalam
qoul yang shahih bahwa mayyit itu mendengar, melihat dan merasakan di dalam
kuburnya sebagaimana Rasulullah bersabda: Sesungguhnya salah seorang diantara
kamu apabila diletakkan didalam kuburnya dan para sahabatnya
mengiringinya ,sesungguhnya dia mendengar suara langkah kakinya. Kematian adalah
terputusnya ruh dari badan terpisahnya dari jasad.

yaitu:Allah menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik


dari yang jelek. Imam Qurthubi berkata: Yakni amalmu yang diuji, sesungguhnya Allah
mengetahui orang yang taat dan berbuat dosa.
Sesungguhnya keempat ayat Mulk ini, membawa kita manusia ke halaman alam
yang Maha Kuasa untuk mempergunakan penglihatan mata dan pendengaran telinga
menghubungkan diri dengan Allah, dengan perantaraan alam yang Allah ciptakan.
Benarlah kata-kata yang jadi buah tutur dari ahli tasawuf:
Aku ini adalah perbendaharaan yang sembunyi lalu Aku ciptakan hamba-
hambaKu. Maka dengan bimbingan-Kulah mereka mengenal Aku. Akal budi dan
perasaan yang halus dalam diri dipersambungkan dengan alam keliling oleh
penglihatan dan pendengaran, untuk mengambil hasil dan mencari hakikat yang
sebenarnya mencari kenyataan sejati di belakang kenyataan yang tampak.
Ayat-ayat ini mendorong kita berbuat untuk mencintai seni, berperasaan halus,
membawa kita dalam ilmu pengetahuan serta dalam filsafat. Tetapi hasil sejati adalah
menumbuhkan keyakinan bahwa kita datang ke bumi tidak kebetulan dan alam sendiri
mustahil begini teratur; kalau tidak ada yang mengaturnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesarannya, yang
menguasai alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya,mengendalikannya dengan
kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat dalam putaran yang abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam
peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula
tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian
alam.
Al-Qur’an telah menghubungkan semua pagelaran alam semesta dan seluruh
getaran jiwa kepada akidah tauhid. Ia mengubah setiap kilatan sinar dalam lembaran
alam semesta atau dalam batin manusia kepada sebuah dalil atau isyarat. Demikianlah
alam semesta beserta segala isinya beralih rupa menjadi tempat pementasan ayat-ayat
Allah yang dihiasi dengan keindahan oleh “tangan” kekuasaan dan bekas-bekasnya
tampak nyata dalam setiap pagelaran dan pemandangan serta gambaran dan bayang-
bayang didalamnya. Sehingga manusia diharuskan percaya dengan adanya alam
semesta ini sebagai bukti dari kebesaran Tuhan.
Alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk
dari hasil pemikiranTuhan. Berdasarkan bukti yang kongkrit dan valid yang berupa ayat-
ayat al-Qur’an seperti surat al-Baqoroh: 29, al-A’raf: 54, Ibrahim: 32-34, Fushilat: 9-11,
al-Anbiya’: 31, ali-Imran:190-194 dan al-Mulk: 1-4 serta ayat-ayat yang lain dalam al-
Qur’an. Perdebatan yang terjadi dikalangan Teolog Muslim menyangkut ungkapan-
ungkapan al-Qur’an itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak
buruk filsafat Yahudi dan Nashrani yang bercampur dengan akal Islam yang murni.
Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga
memperburuk keindahan akidah Islam dan keindahan al-Qur’an.
Allah menciptakan alam semsta ini dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi
dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, memerintahkan
hamba-hambanya untuk memperbaikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Baiquni M.Sc.,Ph.D,Prof.Ahmad. Al-Qur’an Ilmu pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta:


Dana Bakti Prima Persada, 1985)
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail. Tafsir Ibnu Katsir Juz I al-Fatihah –
al- Baqoroh, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2002)
Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 ali Imron92-an-Nisa’23,(Bandung: Sinar baru Alggensindo,
2000)
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 1, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2000)
Hamka, Prof. Dr.Tafsir Al-Azhar, Juz IV (Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1981)
. Tafsir al-Azhar Juz XXIX, (Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1964)
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa. Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta: Sumber
Ilmu, 1985)
Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz XIII (Semarang: CV. Toha Putra, 1994)
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume
1: Surat al-Baqoroh, (Jakarta: Lentera hati, 2000)
Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-A’raf-Yunus,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000)
H. Syu’aib. Drs.H.Muhammad, Alfa,Asrori. Tafsir Mashohib (Diambil dari Shofwatut
tafsir), (Malang, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 20005)

Anda mungkin juga menyukai