Anda di halaman 1dari 20

ALAM SEMESTA DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan sumber segala ilmu. AlQuran menyebutkan tentang kejadian alam
semesta dan berbagai proses kealaman lainnya,
tentang penciptaan manusia, termasuk manusia
yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu
akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada
disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia
alam semesta.
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran
Tuhan, karena penciptaan alan semesta dari
ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang
Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam
semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan
telah menyatakan tentang penciptaan alam
semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian
al-Quran bukan buku kosmlogi atau biologi, sebab
ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat
penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.
Keinginantahuan manusia tentang alam semesta
tidak hanya membaca al-Quran saja, akan tetapi
juga melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat
menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan
dalam pemahaman serta penafsiran al-Quran,
berdasarkan surat Yunus ayat101. Oleh karena itu
tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam
semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran
manusia, akan tetapiproduk dari hasil Tuhan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka kami dapat
menyimpulkan yang menjadi masalah di atas
adalah sebagai berikut :
Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Ayat-ayat Yang Berhubungan Dengan Al-quran
Tujuan Penciptaan Alam Semesta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alam Semesta dalam Perspektif Islam
Alam semesta menurut Islam adalah diciptakan
pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat
yang lain.
Pandangan Einstein tentang alam semesta sangat
bertentangan dengan konsep alam menurut AlQuran. Karena semula alam tiada tetapi kemudian,
sekitar 15 milyard tahun yang lalu, tercipta dari
ketiadaan. Sedangkan perbandingan konsepsi fisika
tentang penciptaan alam dengan ajaran Al-Quran
dapat kita lihat dalam surat Al-Anbiya ayat 30 yang
berbunyi:

Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui


bahwa langit (ruang alam) dan bumi (materi alam)
itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami

pisahkan keduanya itu. (Q.S. Al-Anbiya : 30).


B. Ayat-ayat yang Berhubungan dengan Alam
Semesta
Di antara ayat-ayat yang dijadikan sebagai bukti
otentik tentang penciptaan alam semesta dalam AlQuran yaitu:
1Surat Al-Baqarah ayat 29
Bahwa Allah SWT setelah merinci ayat-ayat-Nya
tentang diri manusia dengan mengingatkan awal
kejadian, sampai kesudahannya dan menyebutkan
bukti keberadaan serta kekuasaan-Nya kepada
Makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan
sendiri pada diri mereka, kemudian Dia
menyebutkan ayat-ayat-Nya atau bukti lain yang
ada di cakrawala melalui apa yang mereka saksikan,
yaitu penciptaan langit dan bumi, untuk
menunjukkan kekuasaan-Nya yang meliputi segalagalanya dan menunjukkan betapa banyak karuniaNya kepada umat manusia dengan menjadikan
segala yang di bumi sebagai bekal dan persediaan
untuk dimanfaatkan.

Penjelasan
Menurut Syekh Ahmad Musthofa Al-Maraghi
makna ayat:2
( Dialah Tuhan yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu)
yaitu : Dalam memanfaatkan benda-benda di bumi

ini dapat ditempuh melalui salah satu dari dua cara,


yaitu:
1. Memanfaatkan benda-benda itu dalam kehidupan
jasadi untuk memberikan potensi pada tubuh atau
kepuasan padanya dalam kehidupan duniawi.
2. Dengan memikirkan dan memperhatikan bendabenda yang tidak dapat diraih oleh tangan secara
langsung, untuk digunakan sebagai bukti tentang
kekuasaan penciptanya dan dijadikan santapan
rohani.
Dengan ayat ini kita mengetahui bahwa pada
dasarnya memanfaatkan segala benda di bumi ini
dibolehkan. Tidak seorangpun mempunyai hak
mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh
Allah kecuali dengan izin-Nya sebagaimana telah
difirmankan pada ayat 10 surat Yunus.
( kemudian Dia menuju langit)
yaitu:
Kata samaa artinya sesuatu yang jauh berada di atas
kepala kita. Dan kata Istawaa berarti langsung
menuju tujuan tanpa kecenderungan mengerjakan
sesuatu yang lain di tengah-tengah
menciptakannya.
( lalu menciptakan tujuh langit)
yaitu:
Maksud dari ayat tersebut, Allah menyempurnakan
penciptaan langit hingga menjadi tujuh langit.
Menurut Quraisy Shihab makna ayat :3
yaitu:
Dipahami oleh banyak Ulama menunjukkan bahwa
pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi
ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada
dalil yang melarangnya.
Makna yaitu:

Kata Istawaa pada mulanya berarti tegak lurus,


tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara
majazi dalam arti menuju ke sesuatu dengan cepat
dan penuh takad bagaikan yang berjalan tegak lurus
tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.
yaitu:
Kehendak Allah untuk mewujudkan sesuatu
seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan
seseorang yang menuju ke sesuatu untuk
mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik
mungkin.
yaitu:
Bahwa langit itu dijadikanNya dalam bentuk sebaik
mungkin, tanpasedikit aib/kekurangan apapun.
Seperti dalam surat al-Mulk ayat 03.
Menurut Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir AdDimasqy makna ayat:4
( kemudian Dia menuju langit)
yaitu:
Summa dalam ayat ini menunjukkan ataf khabar
kepada khabar, bukan ataf fiil kepada fiil yang
lain.
Istawaa ilas samaa yaitu berkehendak atau
bertujuan ke langit. Makna lafadz ini mengandung
pengertian kedua lafadz tersebut, yakni
berkehendak dan bertujuan, karena ia dimutaaddikan denagn memakai huruf ila.
( Lalu Dia menciptakan langit
tujuh lapis) yakni:
Lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim
jins, karena itu disebutkan saba samaawaat.
Maksud ayat ini yaitu Sebagian dari langit berada di
atas sebagian lainnya. Dikatakan saba samaawaati
artinya tujuh lapis bumi, yakni sebagian berada

dibawah yang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa


bumi diciptakan sebelum langit.
( Dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu) yaitu:
Maksudnya, pengetahuan-Nya meliputi semua
makhluk yang telah Ia ciptakan sebagaimana dalam
firman-Nya:
(14 : ).. Rincian makna ayat ini
diterangkan dalam surat Fushilat ayat 9-12 yang
berbunyi:

Di dalam ayat Fushilat terkandung dalil yang


menunjukkan bahwa Allah SWT memulai ciptaanNya dengan menciptakan Bumi, kemudian
menciptakan tujuh lapis langit. Memang
demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu
dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian
atasnya. Makna ayat ini juga diterangkan dalam
surat an-Naaziaat 27-33:5

Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya atau


langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan
bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia
menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan
siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah
dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata
airnya, dan (menumbuhkan) tumbuhtumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan
kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian.
Menurut Ali Ibnu Abu Talhah, dari Ibnu abbas,
bahwa As-Daha (Penghamparan),dilakukan
sesudah penciptaan langit dan bumi. As-Saddi telah
mengatakan di dalam kitab tafsirnya, dari Abu

Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari


Murrah, dari Ibnu Masud, serta dari sejumlah
sahabat sehubungan dengan makna surat alBaqarah ayat 29. bah wa Arasy Allah SWT berada di
atas air, ketika itu Allah belum menciptakan
makhluk, maka Dia mengeluarkan asap dari air
tersebut, lalu asap (agar) tersebut membumbung di
atas air hingga letaknya berada di atas air,
dinamakanlah sama (langit).
Kemudian air dikeringkan, lalu Dia menjadikannya
bumi yang menyatu. Setelah itu bumi dipisahkanNya dan dijadikan-Nya tujuh lapis dalam 2 hari,
yaitu Ahad dan Senin. Allah menciptakan bumi di
atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang
disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat
al-Qolam ayat 1 :
(1)
Sedangkan ikan besar (nun) berada di dalam air.
Air berada di atas permukaan batu yang licin,
sedangkan batu yang licin berada di atas punggung
malaikat. Malaikat berada di atas batu besar, dan
batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah
yang disebut oleh Luqman bahwa ia bukan berada
di langit dan juga di bumi.
Kemudian ikan besar itu bergerak, maka terjadilah
gempa di bumi, lalu Allah memancangkan gununggunung di atasnya hingga bumi menjadi tenang,
gunung-gunung itu berdiri dengan kokohnya di atas
bumi. Berdasarkan firman Allah dalam surat alAnbiya : 31:


31. Dan Telah kami jadikan di bumi Ini gununggunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka dan Telah kami jadikan
(pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar
mereka mendapat petunjuk.
Allah menciptakan gunung di bumi dan makanan
untuk penghuni-penghuninya dan menciptakan
pepohonan dan semuanya diperlukan di bumi pada
hari Selasa dan Rabu.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Fushilat
ayat 9-10. berdasarkan surat Fushilat ayat 11 yang
berbunyi:

11. Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit


dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia
Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati".
Bahwa asap itu merupakan uap dari air tadi.
Kemudian asap dijadikan langit tujuh lapis dalam
dua hari, yaitu hari Kamis dan Jumat.
Sesungguhnya hari Jumat dinamakan demikian
karena pada hari itu diciptakan langit dan bumi
secara bersamaan.
Ibnu Jaris mengatakan. Telah menceritakan
kepadanya Al-Musanna, telah menceritakan kepada
kami Abdullah Ibnu Saleh, telah menceritakan

kepadaku Abu Masyar, dari Said Ibnu Abu Said,


dari Abdullah Ibnu Salam yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Allah memulai penciptaan makhlukNya pada hari Ahad, menciptakan berlapis-lapis
bumi pada hari Ahad dan Senin, menciptakan
berbagai makanan dan gunung pada hari Selasa dan
Rabu, lalu menciptakan langit pada hari Kamis dan
Jumat. Hal itu selesai di akhir hari Jumat yang
pada hari itu juga Allah menciptakan Adam. Pada
saat itulah kelak hari qiamat akan terjadi.
Karena Alah pencipta segala sesuatu, yang
mengatur segala sesuatu. Dan jangkauan
pengetahuan-Nya yang mennyeluruh ini sama
dengan jangkauan-Nya yang menyeluruh bagi
pengaturan-Nya. Hal ini mendorong keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Esa,
memotivasi beribadah kepada Yang Maha Memberi
rizqi dan nikmat saja merupakan pengakuan yang
indah terhadapnya.
C. TUJUAN PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Bumi diciptakan untuk manusia, dimana Allah
menciptakan bumi agar manusia berperan sebagai
khalifah, berperan aktif dan utama dalam peristiwaperistiwa serta pengembangannya. Dia adalah
pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola
oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau
dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada
perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh
alat-alat, sebagaimana diduga bahkan dinyatakan
oleh paham materialisme.
Informasi Allah ini bertujuan mengecam orangorang kafir yang mempersekutukan Allah, padahal
Dia adalah pencipta yang menguasai alam raya

,yang menghamparkan bumi manusia dan


menyerasikan langit agar kehidupan di dunia
menjadi nyaman. Semua itu tidak ada tempatnya
untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia,
sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya
sekalipun tidak berkaitan dengan tujuan penciptaan
manusia dan sebagai hamba Allah dan khalifah di
dunia.
2 Surat Al-Mulk ayat 1-4
Yaitu surat yang menunjukkan tentang seluruh
kerajaan (kekuasaan) ada dalam tangan Allah.
Surat al-Mulk ayat 1 berbunyi :

Penjelasan
Menurut Prof. Dr. Hamka
( Maha Suci Dia, yang di dalam
tangan-Nya sekalian kerajaan) yaitu:
Bahwa ayat tersebut mengandung pengertian
betapa Tuhan memberi ingatan kepada manusia
dalam kerajaan dan kemegahan dalam dunia ini,
bahwasannya kerajaan yang sebenar kerajaan,
kekuasaan yang sebenar kekuasaan hanya ada
dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang ada di muka
bumi ini, bagaimanapun manusia mengejarnya atau
mempertahankannya bila telah dapat diperoleh,
tidaklah semua itu benar-benar kerajaan
(kekuasaan). Bagaimanapun seorang Raja
(Presiden) memerintah dengan segenap kekuatan,
kegagahan dan kadang-kadang kesewenangwenangan, namun kekuasaan yang seperti demikian
hanyalah pinjaman belaka dari Allah dan tidak ada

yang akan kekal dipegangnya terus.


Naiknya seorang penguasa pun hanyalah karena
adanya pengakuan sedang Allah sebagai Maha
Kuasa dan Maha Menentukan, tidaklah Dia
berkuasa karena diangkat. Itulah sebabnya maka
mustahil Allah itu beranak, sebab Allah itu hidup
selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk selamalamanya.
( Dan Dia atas tiap-tiap sesuatu
adalah Maha Menentukan) yaitu:
Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, pembagi
kekuasaan kepada sekalian raja dan penguasa di
dunia (di seluruh alam ini), baik di bumi atau di
langit, Allah lah yang maha menentukan segala
sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala
sesuatu, baik yang sangat besar maupun yang
sangat kecil.
Dengan menggali rahasia alam, akan mendapat
pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar
dan diselidiki, dari yang kecil sampai kepada yang
besar, di waktu mendapatkannya itulah kita akan
lebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada kata
takdir.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa segala
sesuatu itu ada ketentuannya. Jika tidak ada, maka
tidak akan berarti yang dinamakan ilmu
pengetahuan (sains). Dan ini ditegaskan pada dekat
penutup surat Ali-Imran ayat 191 :

Demikianlah bahwa Tuhan Maha Kuasa dan
Menentukan. Sehingga hidup dan mati manusia,
musibah atau keselamatan itu adalah pertemuan di
antara ketentuan dengan ketentuan, baik yang kecil
maupun besar ataupun yang diketahui manusia

maupun sebaliknya. Namun seluruh keadaan dalam


alam ini tidaklah ada yang terlepas dari ketentuan
yang telah ditentukan Tuhan, yang kadang-kadang
disebut juga hukum sebab akibat.
Surat Al-Mulk ayat 03, berbunyi :

Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb makna ayat :
( Dia telah menciptakan
tujuh langit bertingkat-tingkat) yaitu:
Di dalam zilal nya bahwa langit tujuh tingkat itu
jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan
(science, sains) yang bisa berubah-ubah. Karena
penyelidikan manusia tidak akan lengkap
menghadapi alam cakrawala yang begitu luas.
Surat Al-Mulk ayat 1 - 4, berbunyi :

Menurut Ust.Asrari Alfa MAg dan Drs. H. Syuaib


H. Muhammad MAg diambil dari Shofwatut Tafsir
makna surat al-Mulk ayat 1-4 yaitu:
Makna yaitu:
Maha mulia dan luhur Allah yang maha tinggi dan
maha besar, yang melimpahkan kepada
makhluknya bermacam-macam kebaikan .Yang
mana kerajaan langit dan bumi dalam genggaaman
kekuasaan dan berbuat sesuatu sekehendakNya.
Ibnu Abbas berkata: DitanganNyalah segala
kerajaan, Dia memulyakan dan menghinakan orang
yang dikehendaki, menghidupkan dan mematikan,
menjadikan kaya dan fakir, serta memberi dan
mencegah.
yaitu:
Dialah yang menguasai segala sesuatu yang baginya
kekuasaan yang sempurna, yang menyelesaikan
segala urusan secara sempurna tanpa menahan dan
menolak kemudian menerangkan kekuasaanNya
dan kata hikmahNya sangat mulia.
yaitu:
Menjadikan di dunia sebuah kehidupan dan
kematian, Dia menghidupkan dan mematikan apa
yan dikehendakiNya.Dialah Yang Maha Esa dan
Maha Perkasa. Akan tetapi Dia memberikan
kematian karena sesungguhnya kematian itu
bertiup dari nafas dan menakutkan.Ulama berkata:
Kematian itu bukanlah hal yang fana, yang terputus
dari segala kehidupan akan tetapi hanya
perpindahan dari satu alam ke alam lain. Hal ini

sudah menjadi ketetapan dalam qoul yang shahih


bahwa mayyit itu mendengar, melihat dan
merasakan di dalam kuburnya sebagaimana
Rasulullah bersabda: Sesungguhnya salah seorang
diantara kamu apabila diletakkan didalam
kuburnya dan para sahabatnya mengiringinya
,sesungguhnya dia mendengar suara langkah
kakinya. Kematian adalah terputusnya ruh dari
badan terpisahnya dari jasad.
yaitu:
Allah menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik dari yang jelek. Imam Qurthubi berkata:
Yakni amalmu yang diuji, sesungguhnya Allah
mengetahui orang yang taat dan berbuat dosa.
yaitu:Dzat yang mengalahkan orang
yang melawan-Nya.
yaitu:Maha pengampun atas dosa-dosaaa
orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
yaitu:Menciptakan tujuh
langit yang berlapis-berlapis
yaitu:Wahai para
pendengar kamu tiadak melihat ciptaan Allah
sesuatu kekurangan dan cacat atau perbedaan dan
perselisihan. Tuhan adalah puncaknya keyakinan,
sesungguhnya Dia bersabda Fi kholqir rohmaani
dan bukan fi hinna sebagai pengagungan bagi
makhlukNya dan mengingatkan atasluasnya
kekuasaan Allah.
yaitu:Melihat kelangit
secara berulang-ulang atas ciptaan Allah dan
apakah kamu mellihat ketereblahan dan
keterputusan?
yaitu:Kemudian mengulangulang lagi melihat ke langit yang sangat

menajubkan.
yaitu:Penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sebuah cacat sebagai bukti, dan tidak melihat apa
yang kamu inginkan.
yaitu:Penglihatanmu dalam keadaan
letih dan payah karena penyakit yang tak mau
sembuh. Imam fahr berkata: Bahwa makna
sesungguhnya apabila kamu mengulang-ulangi
pandanganmu, penglihatanmu tidak akan kembali
kepadamu dengan apa yang disandarkan dari
adanya cacad dan cela tetapi kembali karena tidak
menemukan cacad dan melihat keletihan serta
kepayahan penyakit yang tak mu sembuh.
Imam Qurthubi berkata: mengulangi pandanganmu
dan membalikkan penglihatanmu kelangit secara
berulang-ulang maka penglihatanmu akan kembali
kepadamu karena tunduk dan merasa kecil yang
jauh dari melihat cela dan cacad. Akan tetapi
masalah pandangan dengan berulang kali karena
manusia apabila melihat sesuatu ssekali tidak
melihat cela selagi tidak melihat yang kedua
kalinya.
Dan maksud bil karrotaini adalah untuk
memperbanyak dengan dalil yanqolib ilaikal
bashoro khosinan wahuwa hasiir ini menunjukkan
bukti atas banyaknya melihat kemudian Allah
menerangkan tentang bintang yang bercahaya dan
memancar menghiasi langit.
Sesungguhnya keempat ayat Mulk ini, membawa
kita manusia ke halaman alam yang Maha Kuasa
untuk mempergunakan penglihatan mata dan
pendengaran telinga menghubungkan diri dengan
Allah, dengan perantaraan alam yang Allah

ciptakan. Benarlah kata-kata yang jadi buah tutur


dari ahli tasawuf:
Aku ini adalah perbendaharaan yang sembunyi lalu
Aku ciptakan hamba-hambaKu. Maka dengan
bimbingan-Kulah mereka mengenal Aku.
Akal budi dan perasaan yang halus dalam diri
dipersambungkan dengan alam keliling oleh
penglihatan dan pendengaran, untuk mengambil
hasil dan mencari hakikat yang sebenarnya mencari
kenyataan sejati di belakang kenyataan yang
tampak.
Ayat-ayat ini mendorong kita berbuat untuk
mencintai seni, berperasaan halus, membawa kita
dalam ilmu pengetahuan serta dalam filsafat. Tetapi
hasil sejati adalah menumbuhkan keyakinan bahwa
kita datang ke bumi tidak kebetulan dan alam
sendiri mustahil begini teratur; kalau tidak ada
yang mengaturnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa:
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan
segala kebesarannya, yang menguasai alam ini,
mengaturnya dengan perintah-Nya
,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia
menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang
abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang
dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan
matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk
kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Al-Quran telah menghubungkan semua pagelaran

alam semesta dan seluruh getaran jiwa kepada


akidah tauhid. Ia mengubah setiap kilatan sinar
dalam lembaran alam semesta atau dalam batin
manusia kepada sebuah dalil atau isyarat.
Demikianlah alam semesta beserta segala isinya
beralih rupa menjadi tempat pementasan ayat-ayat
Allah yang dihiasi dengan keindahan oleh tangan
kekuasaan dan bekas-bekasnya tampak nyata dalam
setiap pagelaran dan pemandangan serta gambaran
dan bayang-bayang didalamnya. Sehingga manusia
diharuskan percaya dengan adanya alam semesta
ini sebagai bukti dari kebesaran Tuhan.
Alam semesta bukanlah produk dari hasil
pemikiran manusia melainkan produk dari hasil
pemikiranTuhan. Berdasarkan bukti yang kongkrit
dan valid yang berupa ayat-ayat al-Quran seperti
surat al-Baqoroh: 29, al-Araf: 54, Ibrahim: 32-34,
Fushilat: 9-11, al-Anbiya: 31, ali-Imran:190-194 dan
al-Mulk: 1-4 serta ayat-ayat yang lain dalam alQuran. Perdebatan yang terjadi dikalangan Teolog
Muslim menyangkut ungkapan-ungkapan al-Quran
itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari
sekian dampak buruk filsafat Yahudi dan Nashrani
yang bercampur dengan akal Islam yang murni.
Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus
dalam kesalahan tersebut sehingga memperburuk
keindahan akidah Islam dan keindahan al-Quran.
Allah menciptakan alam semsta ini dalam keadaan
yang sangat harmonis, serasi dan memenuhi
kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya
baik, memerintahkan hamba-hambanya untuk
memperbaikinya. Dalam ayat ini Tuhan
menerangkan dalil-dalil yang terdapat dalam
cakrawala yang menunjuk kepada kita agar

mensyukuri Allah dan tetap mentaati-Nya.


DAFTAR
PUSTAKA
Baiquni M.Sc.,Ph.D,Prof.Ahmad. Al-QuranIlmu
pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bakti
Prima Persada, 1985)
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida
Ismail. Tafsir Ibnu Katsir Juz I al-Fatihah alBaqoroh, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2002)
, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 ali Imron92-an-Nisa23,
(Bandung: Sinar baru Alggensindo, 2000)
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Quran: Dibawah
Naungan Al-Quran, Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2000)
.Tafsir fi Zhilalil Quran: Dilengkapi dengan Takhrij
hadits
dan Indeks Tematik, Jilid 2 Juz 3 dan 4, (Jakarta:
Robbani Press, 2001)
. Tafsir fi Zhilalil Quran: Dibawah Naungan alQuran al-Anam Surah al-Araf 137), Jilid 4,
(Jakarta: Gema Insani, 2002)
Tafsir fi Zhilalil Quran: Dibawah Naungan AlQuran ( Surat Yusuf 102-Thaahaa 56) Jilid 7,
(Jakarta: Gema Insani, 2003)
Hamka, Prof. Dr.Tafsir Al-Azhar, Juz IV (Bogor:
Yayasan Nurul Islam, 1981)
. Tafsir al-Azhar Juz XXIX, ( Bogor: Yayasan Nurul
Islam, 1964)
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa. Tarjamah
Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta: Sumber Ilmu,
1985)
Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz XIII (Semarang:
CV. Toha Putra, 1994)

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan


dan Keserasian Al-Quran Volume 1: Surat alBaqoroh, (Jakarta: Lentera hati, 2000)

Anda mungkin juga menyukai