Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan studi alquran dan Al

hadist Tarbawi

Oleh
FITRIANA
NURIKA SANGIDATUL UMMAH
ALAM SEMESTA
Alam Semesta dalam Perspektif Klasik dan Modern

• Pandangan Klasik
Menurut pakar fisika bahwa alam tidak hanya tak berhingga besarnya dan tak terbatas,
tetapi juga tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak berhingga lamanya yang
telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang akan datang
• Pandangan Modern
Menurut Gamow, Alpher dan Robert Herman, bahwa terjadi ledakan yang maha
dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagat raya ke semua arah, yang kemudian
membentuk bintang-bintang dan galaksi karena tidak mungkin materi seluruh alam itu
berkumpul di suatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya
gravitasinya yang sangat kuat, sehingga volumenya menjauhi titik
Alam Semesta dalam Perspektif Islam

Alam semesta menurut Islam adalah diciptakan pada suatu waktu dan
akan ditiadakan pada saat yang lain. Pandangan Einstein tentang alam
semesta sangat bertentangan dengan konsep alam menurut Al-Qur’an.
Karena semula alam tiada tetapi kemudian, sekitar 15 milyard tahun
yang lalu, tercipta dari ketiadaan. Sedangkan perbandingan konsepsi
fisika tentang penciptaan alam dengan ajaran Al-Qur’an dapat kita
lihat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 yang berbunyi:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?(Q.S. Al-Anbiya’ : 30).
Ayat-ayat yang Berhubungan dengan Alam Semesta

• Surat Al-Baqarah ayat 29

Artinya, “Dia (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di


bumi untuk kalian, kemudian Dia menuju langit, lalu
menyempurnakannya menjadi tujuh lapis langit. Dia maha
mengetahui atas segala sesuatu.” (Surat Al-Baqarah ayat 29).
Menurut Ali Ibnu Abu Talhah bahwa As-Daha (Penghamparan),dilakukan
sesudah penciptaan langit dan bumi.
As-Saddi telah mengatakan di dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan
makna surat al-Baqarah ayat 29. bahwa Arasy Allah SWT berada di atas
air, ketika itu Allah belum menciptakan makhluk, maka Dia mengeluarkan
asap dari air tersebut, lalu asap (agar) tersebut membumbung di atas air
hingga letaknya berada di atas air, dinamakanlah sama’ (langit).
Kemudian air dikeringkan, lalu Dia menjadikannya bumi yang menyatu.
Setelah itu bumi dipisahkan-Nya dan dijadikan-Nya tujuh lapis dalam 2
hari, yaitu Ahad dan Senin. Allah menciptakan bumi di atas ikan besar, dan
ikan besar inilah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-
Qolam ayat 1
Pesan dari ayat ini adalah bumi diciptakan untuk manusia, dimana Allah
menciptakan bumi agar manusia berperan sebagai khalifah, berperan
aktif dan utama dalam peristiwa-peristiwa serta pengembangannya. Dia
adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan
menjadi hamba yang diatur atau dikuasai oleh alat. Tidak juga tunduk
pada perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh alat-alat,
sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh paham materialisme
Surat Al-Mulk ayat 3

Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat


sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat
Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan seluruh langit secara bertingkat di
alam semesta. Tiap-tiap benda alam itu seakan-akan terapung kokoh di tengah-tengah
jagat raya, tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali-temali yang
mengikatnya. Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di
tengah-tengah jagat raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas begitu banyak planet
yang tidak terhitung jumlahnya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti garis edar yang telah
ditentukan baginya

Bila dihubungkan pengertian ayat tersebut dengan yang dijelaskan ilmu Astronomi,
maka yang dimaksud dengan tingkat-tingkat langit yang banyak itu ialah galaksi-galaksi.
Sedang angka tujuh dalam bahasa Arab biasa digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang jumlahnya banyak. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan tingkat langit yang
tujuh itu adalah galaksi-galaksi yang banyak terdapat di langit. Sementara itu, ada pula
ahli tafsir yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "tujuh lapisan langit" ialah
tujuh bintang yang berada di sekitar matahari, dan ada pula ahli tafsir yang tidak mau
menafsirkannya. Mereka menyerahkannya kepada Allah karena hal itu ada pada
pengetahuan-Nya yang belum diketahui dengan pasti oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai