Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KELAHIRAN ALAM SEMESTA DITINJAU DARI SUDUT


PANDANG ISLAM
TUGAS ILMU ALAMIAH DASAR

Dosen Pengampu : Widya Ismar,SE,M PD


Disusun Oleh :
Rizzna Hidayatul Akhmaliah
Khusnun Mualimah Zahro
Siti khodijah
Krisdayani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANI SALEH

BEKASI 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah atas segala nikmat dan rahmat yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ni dengan tepat waktu.

Tak ada gading yang tak retak karenanya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang
bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca,dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
A. Kelahiran Alam Semesta di Tinjau Dari Sudut Pandang Islam....................6
BAB III PENUTUP............................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang dan waktu dimana
semua energi dan materi berpadu. Alam semesta, kadang disebut alam raya atau
mayapada. Terjadinya alam semesta telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Dari waktu
ke waktu, sejalan dengan perkembangan akal pikiran manusia yang diikuti oleh kemajuan
teknologi, pandangan terhadap alam semesta semakin luas.1
Terbentuknya alam semesta menjadi teka-teki yang menyibukkan bagi umat
manusia. Sejauh perkembangan teori terbentuknya alam semesta, belum ada yang dapat
membuktikan secara empirik kebenarannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah hal nisbi
bagi alam raya. Manusia adalah sesuatu yang sangat baru di alam raya. Maka walaupun
manusia dengan susah payah mencari-cari bagaimana terbentuknya alam semesta sering
terhalang keterbatasan pandangannya. Keterbatasan pandangan ini sangat terikat dengan
pengetahuan apriori yang dimiliki manusia. Hal ini menyebabkan bahwa pandangan
tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.
Awal mula, manusia berpandangan bahwa alam semesta terbentuk dalam mitos.
Menurut bangsa Mesir Purba, alam raya ini dikuasai Dewi Langit Nut yang tubuhnya
bertaburan bintang, memayungi alam raya sambil menopang langit agar tidak runtuh
menekan bumi. Setiap malam dia menelan matahari dan memuntahkannya di pagi hari. Di
antara pagi dan malam hari matahari berlayar di langit dengan menggunakan perahu.
Selain dewi Nut di bawahnya berkuasa Dewa Udara Syu, di bawah lagi ada Dewa bumi
Geb.
Sedangkan kepercayaan bangsa Babilonia, bumi merupakan pusat alam semesta.
Bumi adalah sebuah gunung yang memiliki rongga di bawahnya dan ditopang oleh suatu
samudera. Di atas bumi ada angkasa yang melengkung, berdiri tegak di antara perairan
bawah dan perairan atas samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
Pada zaman kebangkitan pada abad ke 17, pandangan orang Eropa mengenai asal
usul kehidupan dibentuk oleh ajaran dalam Perjanjian Lama pada Kitab Genesis. Dalam
kitab ini berisi ajaran tentang bumi yang mirip dengan pandangan orang Babilonia.
Bedanya bahwa di atas `langit ada suatu tempat yang disebut Surga yaitu tempat Tuhan
1
Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994, hal. 45
Yang Maha Esa bertakhta, sedangkan dibawah bumi terdapat suatu tempat yang disebut
Neraka.
Seiring dengan waktu mitos tersebut tergusur dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan cara berpikir manusia membuat para ilmuwan merumuskan teori
mengenai terbentuknya alam semesta. Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang
penciptaan alam semesta? Konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantungpada
tingkat kecanggihan alat-alat dan sarana observasinya, dan bergantung pada tingkat
kemajuanfisika itu sendiri.
Dalam makalah ini penulis membahas teori-teori tentang pembentukan alam
semesta ditinjau dari pandangan barat juga pandangan Islam yaitu menurut Alquran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelahiran alam semesta dalam perspektif Islam ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui kelahiran alam semesta dalam perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelahiran Alam Semesta di Tinjau Dari Sudut Pandang Islam


Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad yang lalu.Al Quran
mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan keagamaannya. Beberapa fakta yang
baru dapat diungkap dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam
Al Quran empat belas abad yang lalu.2
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar
mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa dalam Al
Quran tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal
penting, karena keasesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah ” firman Allah”.
a. Al Qur’an surat Fussilat (41:11) yang artinya: ” Kemudian Dia menuju langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ”
Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
Keduanya menjawab: ”Kami datang dengan suka hati”. Kata asap dalam ayat
tersebut menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan
partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada tempratur yang
tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
b. Dalam Al Quran surat Al-Anbiya (21:30) disebutkan ”Dan apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara
keduanya.Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?” . Matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala
yang telah berputar keliling sumbuhnya sejak berjuta-juta tahun. Dalam proses
perputarannya dengan kecepatan tinggi itu, maka terhamburkan bingkah-bingkahan
yang akhirnya menjadi beberapa benda angkasa termasuk bumi. Masing-masing
bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran matahari, semangkin lama
semangkin bertambah jauh, hingga masing-masingnya menempati garis edarnya
yang sekarang. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas
waktu yang hanya diketahui oleh Allah S.W.T
2
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006. Hal. 30
c. Surat Adz Dzaariyaat (51:47) ” Dan langit, dengan kekuasaan Kami,Kami bangun
dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”. Teori Big Bang juga
mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus menerus dengan
kecepatan maha dahsyat yang di umpamakan mengembangnya permukaan balon
yang sedang ditiup ,yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali.
Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya (21:104) ”(Yaitu) pada hari
Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana
Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya.
Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya”
d. Dalam surat Al-Sajda (32:4) yang artinya : ”Allah lah yang menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa...” . Uraian
penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada antara keduanya, terdapat dalam
surat Fush-Shilat ayat 9,10 dan 12. yang perincian tafsirannya sebagai berikut:
Tahapan pertama penciptaan bumi 2 rangkaian waktu, tahapan kedia
penyempurnaan aparat bumi 2 rangkaian waktu, tahap ketiga penciptaan (angkasa
raya) dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu. Jadi terbentuknya alam raya ini
terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at
ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis.
Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Masa I (ayat 27): Penciptaan Langit Pertama Kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut
”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang
mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil
berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain
berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infrared. Perubahan wujud hidrogen ini
mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa
atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan
menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa
piringan, yang kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan
mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void
(rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian
yang kosong dan bagian yang terisi.
2. Masa II (ayat 28): Pengembangan dan Penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan
”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta
yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin
tinggi.3
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada
dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam
semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta
merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Sebelum langit itu
disempurnakan, keadaanyya masih primitif dan masih sempit atau belum meluas[2][18].
Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
3. Masa III (ayat 29): Pembentukan Tata Surya Termasuk Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap
gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan
matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan
malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif
kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi
seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal
dari reaksi nuklir dalam inti besinya Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai
inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut,
disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak.
Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang
3
Jasin Maskuri, Drs. Ilmu Alamiah Dasar, Bina Ilmu, Surabaya 1987, hal. 103
berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari
Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
4. Masa IV (ayat 30): Awal Mula Daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai
pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang
artinya, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam”.
Sedang dalam Surat Nuh ayat 9, “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai
hamparan”. Bumi dijadikan hamparan. Meskipun tidak licin, tetapi sudah memenuhi
syarat-syarat untuk bekerja/berfungsi sebagaimana mestinya dan sudah memenuhi syarat
hidup bagi makhluk biologis dan botanis.
5. Masa V (ayat 31): Pengiriman Air ke Bumi Melalui Komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-
mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih
sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di
Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama.
Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut,
yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya
lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan
pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
6. Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan
teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air
dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng
ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya
manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih
sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan
Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dikemukakan beberapa teori dari beberapa ilmuwan serta dari pandangan Islam
berdasarkan Al Quran. Teori terciptanya alam semesta meliputi Teori Keadaan Tetap
(Steady State Theory), Teori Dentuman Besar (Big Bang) Dan Teori Osilasi. Sedangkan
pembentukan tata surya dibahaskan dalam teori bintang kembar, teori nebular dan teori
tidal atau pasang surut.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan ternyata
ilmuwan modern menyetujui bahwa teori dentuman besar (Teori Big Bang) merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam
semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu disadari bahwa
jauh sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat- ayat Al Quran telah secara
jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
DAFTAR PUSTAKA

Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Jasin Maskuri, Drs. Ilmu Alamiah Dasar, Bina Ilmu, Surabaya 1987

Anda mungkin juga menyukai