Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Tafsir Ayat Peredaran Matahari dan Bulan Serta Implikasi Ilmu


Pengetahuan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Ilmi

Dosen Pengampu : Al-Ustadz Abdurrahim, S.Pd, M.Ag.

Disusun oleh :

Ilda Fitria Nurulsani : 202005035

Irla Virlianur : 202005068

Resa Amalia Zulfa : 202005072

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM GARUT

Jl. Aruji Kartawinata Ciawitali Tarogong Kidul Garut Kode Pos 44151

1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala Rabb semesta alam yang
telah memberikan akal untuk berfikir demi kemaslahatan kehidupan dunia dan
akhirat. Alhamdulillah dengan segala rahmat dan maghfirah-Nya, pemakalah
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tafsir Ayat Peredaran Matahari
dan Bulan Serta Implikasi Ilmu Pengetahuan” untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Tafsir Ilmi. Makalah ini tentunya jauh
dari kata sempurna, tapi pemakalah bertujuan untuk menjelaskan atau
memaparkan point-point dalam makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
penyusun peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber lain. Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Dalam penulisan makalah ini, kami
menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada :

1. Kepada dosen Al-Ustadz Abdurrahim, S.Pd, M.Ag.

2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah


memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, pemakalah
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pemakalah

Garut, April 2022

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I


DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Tafsir Ayat Peredaran Matahari ................................................................... 3
B. Tafsir ayat Peredaran Bulan ......................................................................... 7
C. Implikasi Ilmu Pengetahuan ......................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keyakinan bahwa Al-Quran memuat segala macam ilmu di jagad raya,
termasuk sains, menginspirasi Sebagian mufassir untuk menciptakan
penafsiran Al-Quran bernuansa ilmu pengetahuan yang kemudian dikenal
dengan Tafsir ‘Ilmi. Salah satu ayat yang sering dipakai untuk melegitimasi
penafsiran tersebut adalah:

ِ ِ ِ
ً ‫َسنُ ِريْ ِهم اَََيتنَا ِِف األَفَاق َوِِف أّنْ ُفس ِه ْم َح ىَّت يَتَ بَ ى‬
ْ ُ‫َّي َلُْم أّنَه‬
‫اْلَق‬

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa (Al-Quran) itu adalah benar.” (Q.S Fushilat:53)

Ayat diatas menunjukkan bahwa apa saja yang diungkap oleh Al-Quran
apapun itu akan diketahui, termasuk sains modern. Jaminan yang diberikan Al-
Quran diatas, tentu mendorong para mufassir yang menggeluti dunia sains dan
ilmu pengetahuan untuk memperbaharui penafsiran Al-Quran terkhusus kepada
ayat-ayat kauniyah. Seperti yang telah diketahui, Matahari merupakan salah satu
benda langit yang pengaruhnya sangat besar sebagai sumber kehidupan semua
makhluk di bumi, dalam tata surya matahari adalah pusat beredarnya benda langit
di sekitarnya serta mampu memancarkan cahayanya sendiri. Selain sebagai pusat
peredaran benda-benda langit, ia berfungsi sebagai control stabilitas peredaran
bumi serta planet lain. Selain matahari, bulan juga merupakan salah satu benda
angkasa yang juga merupakan satelit bumi. Posisinya sebagai satelit menyebabkan
secara alamiah senantiasa berada di sekeliling bumi. Penafsiran dengan
menggunakan metodologi pendekatan sains merupakan sebuah kesadaran akan
ketertinggalan dunia Islam dengan mengejar ketertinggalannya dengan
mengadopsi sains Barat yang maju.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan inti
permasalahan makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Tafsir ayat Peredaran Matahari?

2. Bagaimana Tafsir ayat Peredaran Bulan?

3. Bagaimana Implikasi Ilmu Pengetahuan dan Al-Quran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Tafsir ayat Peredaran Matahari

2. Untuk mengetahui Tafsir ayat Peredaran Bulan

3. Untuk mengetahui bagaimana implikasi antaa ilmu pengetahuan dan


Al-Quran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Ayat Peredaran Matahari


Al-Quran menyebut istilah matahari dengan kata (‫ ) ََشْس‬yang diulang

sebanyak 32 kali. Juga disebut dengan istilah (‫ ) ِسَرج‬dan diulang sebanyak 4

kali. Matahari sebagai benda luar angkasa digambarkan salah satunya


dalam surat Nuh ayat 16 menggambarkan matahari sebagai (‫) ِسَرج‬. Dan arti

‫ ِسَرج‬adalah pelita atau lampu. Maka dari itu, matahari memancarkan sinar.1

Dalam waktu yang lama, para filsuf Eropa dan Ilmuwan meyakini
bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan seluruh benda-benda langit
termasuk matahari mengelilingi bumi. Di Barat, teori Geosentris (konsep
yang meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta) sudah menjadi
pemahaman yang lazim sejak abad kedua sebelum masehi. Pada tahun
1512, Nicholas mengemukakan teori Heliosentris dalam konsep tata surya.
Teori ini menegaskan bahwa matahari senantiasa bergerak sebagai pusat
tata surya dengan planet-planet mengelilinginya. Pada tahun 1609.
Ilmuwan Jerman Yohannus Keppler mengenakan teori “Astronomis
Nova.” Dalam teori ini menyimpulkan bahwa selain planet-planet
bergerak mengelilingi matahari dalam garis orbit yang berbentuk elips.
Mereka juga berputar pada sumbu masing-masing dengan kecepatan yang
tidak teratur. Penemuan teori ini menjadi alasan yang tidak dapat
dipungkiri bagi para saintis Eropa untuk mengoreksi Kembali mekanisme
system dari matahari. Dimana posisi matahari sebagai pusat tata surya dan
termasuk di dalamnya proses bergantinya siang dan malam.2

Berkenaan dengan ini, Al-Quran menyebutkan:

1
Muhammad Hasan. 2015. Benda Astronomi Dalam Al-Quran Dari Perspektif Sains. Teologia.
Vol.26. No. 1
2
Naik, Dr. Zakir. 2015. Miracles of Al-Quran & Sunnah. Terj. Dani Ristanto. Penerbit: Solo,
Aqwam. Hal. 18
3
ٍ َ‫وهو الى ِذي خلَق الىيل والنىهار والشىمس والْ َقمر ُكلٌّ ِِف فَل‬
‫ك يى ْسبَ ُح ْو َن‬ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ًََ

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari


dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Al-Anbiya:33)

Kata ٌّ‫ ُكل‬digunakan dalam ayat tersebut bersifat umum, itu berarti

mencakup semua benda angkasa. Seperti, bintang, planet, komet dan


benda angkasa lainnya beredar pada garis edarnya yang telah ditentukan
oleh Allah. Benda-benda itu tidak keluar pada garis edarnya kecuali
dengan izin Allah.

Ayat ini menyatakan: Dan Dialah bukan selain Dia Yang Maha
Kuasa itu, yang telah menciptakan malam sehingga manusia dapat
berstirahat akibat gelapnya malam dan hanya Dia juga yang menciptakan
siang dengan terbitnya matahari. Allah juga menciptakan matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya terus menerus beredar pada garis
edarnya.

Firman-Nya (‫ح ْو َن‬ ٍ َ‫) ُكلٌّ ِِف فَل‬


ُ َ‫يى ْسب‬ ‫ك‬ Masing-masing beredar pada

garis edarnya, mengandung makna bahwa masing-masing mempunyai


proses dan garis edar sendiri-sendiri, dan semua tanpa kenal Lelah, tidak
pernah diam, terus beredar. Kenyataan ini jelas pada matahari dan bulan.

Ayat ini mengisyaratkan suatu fakta ilmiah yang baru ditemukan


oleh para astronom belasan abad sesudah turunnya Al-Quran. Matahari,
bumi, bulan dan seluruh planet serta benda-benda langit lainnya bergerak
di ruang angkasa luar dengan kecepatan dan arah tertentu. Di sisi lain,
matahari dengan tata suryanya berada dalam suatu nebula3 besar yang
disebut bima sakti. Kecepatan edarnya bisa mencapai sekitar 700

3
Nebula adalah awan antar bintang yang terdiri dari debu, gas, dan plasma. (wikipedia)
4
kilometer per detik dan peredarannya mengitari pusat membutuhkan waktu
sekitar 200 juta tahun cahaya.4

Lalu, yang selanjutnya adalah surat Yasin ayat 38 :

‫ك تَ ْق ِديْ ُر الْ َع ِزيْ ِز الْ َعلِْي ِم‬ ِ ِ


َ ‫س ََْت ِري ل ُم ْستَ َقِّر ىلَا ذَل‬
ُ ‫ىم‬
ْ ‫َوالش‬

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah


ketetapan (Allah) yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” (Yaasin:38)

Ayat diatas memberi contoh kuasa Allah yang lain sekaligus


merinci dan menjelaskan kandungan ayat yang lalu. Kuasa dan qudrat
Allah itu dapat diketahui jika Anda membayangkan besarnya matahari
yang mencapai satu juta kali lipat besarnya bumi, dan bahwa dia bergerak
di angkasa raya yang begitu luas, dan dalam keadaan yang sangat teliti lagi
teratur.

Kata (‫َت ِري‬


َْ ) pada awalnya digunakan menunjuk perjalanan cepat
sesuatu yang memiliki kaki. Lalu digunakan juga untuk menggambarkan
perpindahan satu benda dari satu tempat ke tempat yang lain, perpindahan
yang dinilai cepat dibandingkan dengan perpindahan benda lain yang
serupa. Ia juga digunakan untuk menunjuk perjalanan sangat jauh yang
ditempuh dalam waktu yang relatif singkat.

Huruf lam pada kalimat (‫ستَ َق ٍّر‬ ِ


ْ ‫ )ل ُم‬ada yang memahaminya dalam arti
(‫ )اِ َل‬yakni menuju batas atau akhir. Ada juga yang memahaminya dalam

arti agar. Sedangkan kata (‫ستَ َقر‬


ْ ‫ ) ُم‬artinya kemantapan. Kata yang digunakn
ini dapat berarti tempat atau waktu. Dengan demikian kata ini dapat
mengandung beberapa makna. Ia dapat berarti matahari bergerak (beredar)
menuju tempat perhentiannya atau sampai pada waktu perhentiannya, atau
agar dia mencapai tempat atau waktu perhentiannya. Bergerak menuju
4
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Hal 448-9. Jil. 8.
5
tempat perhentian dimaksud adalah peredarannya setiap hari di garis
edarnya dalam keadaan sedikitpun tidak menyimpang hingga dia
terbenam. Atau dalam arti bergerak terus menerus sampai waktu yang
ditetapkan Allah untuk perhentian geraknya, yakni pada saat dunia akan
kiamat. Atau peredarannya itu bertujuan agar ia sampai pada waktu atau
tempat yang ditentukan untuknya.5 Dalam arti lain disebutkan bahwa surat
Yasin ayat 38 ini menyatakan bahwa matahari akan padam setelah periode
tertentu, dengan alasan kata (‫ستَ َقر‬
ْ ‫ ) ُم‬adalah tempat dan waktu yang sudah
ditentukan. Yaitu matahari akan berjalan menuju waktu yang telah
ditentukan dan akan melakukannya hanya sampai periode tertentu. Dan
tentunya bermakna jika suatu masa dimana akan padam dan mati.6

Ayat ini ditutup dengan dua sifat Allah, yakni (‫ )الْ َع ِزيْ ِز‬yang Maha

Perkasa dan (‫ )الْ َعلِْي ِم‬yang Maha Mengetahui. Ini bertujuan untuk

menjelaskan bahwa pengaturan Allah terhadap benda langit seperti


matahari yang demikian besar, dapat terlaksana karena Dia Maha Perkasa
sehingga semua tunduk kepada-Nya, dan Maha Mengetahui sehingga
pengaturan-Nya sangat teliti dan juga mengagumkan.

Kata (‫ )تَ ْق ِديْ ُر‬digunakan dalam arti menjadikan sesuatu memiliki

kadar serta system tertenti dan teliti. Ia juga berarti menetapkan kadar
sesuatu, baik yang berkaitan dengan materi maupun waktu. Kata yang
digunakan diatas, mencakup kedua makna tersebut. Allah menetapkan
bagi matahari kadar system perjalanan/peredarannya yang sangat teliti dan
dalam saat yang Maha Kuasa itu mengatur dan menetapkan pula kadar
waktu bagi peredarannya itu. Penggunaan kata (Taqdir) pada ayat ini,
menunjukkan bahwa Bahasa dalam Al-Quran digunakan dalam konteks

5
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Hal 541-2. Jil 11.
6
Naik, Dr. Zakir. 2015. Miracles of Al-Quran & Sunnah. Terj. Dani Ristanto. Penerbit: Solo,
Aqwam. Hal. 21.
6
uraian tentang hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya, di samping
hukum-hukum-Nya yang berlaku bagi manusia.7

B. Tafsir ayat Peredaran Bulan


Bulan adalah salah satu benda angkasa yang merupakan satelit bumi.
Posisinya sebagai satelit telah menyebabkannya secara alamiah senantiasa
berada di sekeliling bumi. Benda langit ini berdiameter sekitar 3.476 km,
sedang jaraknya dari bumi sekitar 384.404 km. Massa benda angkasa ini
adalah sekitar 1/81 dari massa bumi, dan volumenya sekitar 1/49 volume
bumi.8 Adapun firman Allah :

‫س يَنْ بَغِ ْي َلَا اَ ْن تُ ْد ِرَك الْ َق َمَر َوََل الىْي ُل‬ ِ ِ


ْ ‫َوالْ َق َمَر قَد ْىرنٰهُ َمنَا ِزَل َح َّّٰت َع َاد َكالْعُ ْر ُج ْون الْ َقد ِْْي ََل الش‬
ُ ‫ىم‬
ٍ َ‫سابِق النىها ِر وُكلٌّ ِِف فَل‬
‫ك يى ْسبَ ُح ْو َن‬ ْ َ َ ُ َ

“Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga


(setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti
bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis
edarnya.” (QS Yasin : 39-40)

Setelah menguraikan takdir terhadap matahari, ayat di atas berbicara


tentang bulan. Allah berfirman: Dan bulan pun demikian. Kami Yang Maha
Perkasa menakdirkannya yakni menetapkan kadar dan sistem peredarannya di
manzilah-manzilah yakni posisi-posisi tertentu, sehingga karena itu kamu
melihatnya pada awal ketgunculannya kecil/sabit dan dari malam ke malam
membesar hingga purnama sampai akhirnya berangsur-angsur pula mengecil.
Ia pada mulanya bagaikan tandan segar kemudian sedikit demi sedikit
membesar dan menua, menguning lalu melengkung hingga ketika ia mencapai
manzilahnya yang terakhir ia kembali menjadi bagaikan tandan yang tua dan
layu.

7
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Hal 541-2. Jil 11.
8
Lipi. Kemenag RI. Tafsir Ilmi (Mengenal ayat-ayat sains dalam Al-Quran).
7
Perjalanan bulan seperti yang dijelaskan ayat di atas menggambarkan juga
perjalanan hidup banyak manusia di pentas bumi ini. Ia beranjak sedikit demi
sedikit dari bayi, remaja, hingga dewasa, kemudian menurun
kekuatanntya, melengkung dan membungkuk badannya hingga akhirnya
menua dan mati.

Setelah membicarakan masing-masing secara mandiri, matahari dan bulan,


kini ayat di atas memadukan pembicaraan tentang keduanya sambil
menunjukkan betapa takdir pengaturan Ilahi sangat teliti dan konsisten.
Allah berfirman: Matahari tidak akan dapat menyimpang dari garis edarnya,
tidak juga dapat mempercepat atau memperlambat perjalanannya sehingga
mengakibatkannya mendahului dan mendapatkan bulan. Dan tidak juga
malam di mana bulan sering kali nampak, dapat mendahului siang,
sehingga menghalangi kemunculannya. Tetapi semuanya telah Allah atur silih
berganti dan masing-masing baik matahari maupun bulan bahkan semua
benda-benda langit pada garis edarnya saja yang telah Kami tentukan terus-
menerus beredar tidak dapat menyimpang darinya.9

C. Implikasi Ilmu Pengetahuan


Gerakan Matahari dan Bulan

Menurut teori heliosentris, matahari merupakan pusat peredaran


benda-benda langit di dalam tata surya kita. Planet bumi selain berputar
pada porosnya, bersama dengan bulan bergerak mengitari matahari
melalui lintasan khayal berbentuk elips, sebagaimana yang dijelaskan
dalam hukum Kepler. Sedangkan bulan pada saat yang bersamaan berputar
pada porosnya sembari mengitari bumi. Pergerakan-pergerakan tersebut
ketika diamati dari bumi terlihat sebagai pergerakan yang bersifat semu.
Gerak semu inilah yang sejak lama dimanfaatkan oleh manusia khsusunya
dalam perhitungan waktu. Dalam keilmuan falak pergerakan-pergerakan
tersebut sangat penting, karena beberapa perintah dalam Islam, waktu

9
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Hal 542-3, Jil. 11
8
pelaksanaannya sangat terkait dengan posisi dan pergerakan matahari,
bumi dan bulan.10

1. Gerakan Matahari

Matahari merupakan pusat tata surya kita. Bumi, planet-planet dan


benda langit yang berada di jangkauan gravitasi matahari, bergerak
bersamaan mengitari matahari. Pada saat yang bersamaan matahari juga
terus bergerak di alam semesta ini bersamaan dengan bintang-bintang
lainnya. Dalam keilmuan astronomi gerak matahari dibagi menjadi dua
macam:

A. Gerak Matahari Hakiki

Gerak matahari hakiki adalah gerakan sebenarnya yang


dimiliki oleh matahari. Gerakan matahari hakiki ada dua:

- Rotasi Matahari, matahari berputar pada porosnya dengan


waktu rotasi yang berbeda-beda pada tiap bagiannya, yakni
sekitar 25,5 hari pada bidang ekuator dan 27 hari pada
daerah kutubnya. Peredaran tersebut disebabkan matahari
sebenarnya merupakan bola gas pijar raksasa yang berada di
luar angkasa yang terus bergerak.

- Gerak matahari diantara gugusan bintang. Matahari


bersamaan dengan sistem tata suryanya bergerak di alam
semesta ini dari suatu tempat menuju tempat yang lainnya
mengitari pusat galaksi Bimasakti dengan kecepatan sekitar
20 km/detik atau 72.000 km/jam atau 600 juta km/tahun.
Daerah yang dituju oleh matahari disebut dengan apeks dan
daerah yang telah ditinggalkan oleh matahari disebut anti-
apeks.

10
https:/eprints.walisongo.ac.id (Matahari, Bumi dan Bulan Dalam Tinjauan Alquran dan
Sains)
9
B. Gerak Semu Matahari

Jika diamati dari permukaan bumi, matahari terlihat seolah-


olah bergerak dari timur ke barat mengitari bumi. Posisi terbit dan
terbenam matahari tidak selalu tetap, melainkan berubah secara
gradual dari satu titik ke titik yang lain hingga akhirnya
membentuk titik awal lagi. Lintasan matahari tersebut kemudian
membentuk lingkaran besar yang disebut lingkaran ekliptika.
Lingkaran ekliptika tidak berimpit dengan ekuator, namun
membentuk sudut sekitar 2327’. Secara umum gerak semu
matahari dapat dibagi menjadi dua:

i. Gerak Semu Harian (gerak diurnal), terjadi akibat rotasi


bumi. Periode menengahnya yakni 24 jam. Arah
pergerakannya adalah dari timur ke barat. Kemiringan
lintasan gerak harian matahari tergantung letak
geografis pengamat. Lintasan pada bagian ekuator bumi
adalah berupa lingkaran tegak, di bagian kutub
mendatar, di belahan bumi selatan terlihat miring
kearah utara dan sebaliknya di belahan bumi utara
terlihat miring ke selatan. Besar kemiringan tersebut
bersanding lurus dengan besar lintangnya.

ii. Gerak Semu Tahunan (gerak annual), arah gerak semu


tahunan matahari yakni kearah timur sekitar 059’/hari.
Periode gerak semu tahunan matahari adalah sekitar
365,25 hari, akibatnya arah terbit dan tenggelam
matahari selalu berubah letaknya sepanjang tahun.

Pada tanggal 21 Maret dan 23 September matahari terbit tepat di


titik timur dan tenggelam tepat di titik berat, pada tanggal 22 Juni
matahari terbit dan tenggelam sejauh 23,5 kearah utara dari titik timur
dan barat, sebaliknya pada tanggal 22 Desember matahari berada 23,5

10
kearah selatan dari titik timur dan barat. Posisi matahari ketika berada di
dua titik terakhir disebut dengan soltitium, yang artinya pemberhentian
matahari. Hal tersebut karena pada saat itu perubahan deklinasi matahari
sangat lambat seolah-olah berhenti. Sebaliknya pada titik ekuinox, yakni
ketika lintasan matahari berada tepat pada titik timur dan barat,
perubahan deklinasi berlangsung cepat.

2. Gerak Bulan
Bulan merupakan satu-satunya satelit bumi. Jarak rata-rata bumi-
bulan adalah 385.000,56 km. titik perigee bulan berjarak sekitar 363.300
km, sedangkan titik apogee-nya mencapai sekitar 405.500 km. meski ja-
rak bulan-bumi cukup dekat bahkan masih dalam jangkauan gravitasi
bumi, bulan tidak sepenuhnya tertarik gaya gravitasi bumi, sebab bulan
memiliki gaya sentrifugal yang membuatnya tetap dapat bertahan pada
lintasannya. Namun akibat gaya sentrifugal bulan sedikit lebih besar
dibanding gaya gravitasi bumi-bulan, bulan semakin menjauh sekitar 3,8
cm setiap tahunnya.
Sebagaimana gerak matahari, di dalam astronomi juga dikenal dua
jenis gerak bulan yaitu:
a. Gerak Bulan Hakiki
Gerak bulan hakiki adalah gerak yang sebenarnya dilakukan
ketika beredar di angkasa luar. Gerak hakiki bulan terdiri dari tiga
macam gerak yaitu:
i. Rotasi Bulan. Bulan berputar pada porosnya dengan
periode sekitar 27 hari lebih 7 jam dengan arah
rotasi berlawanan dengan jarum jam. Lama rotasi
bulan adalah sama dengan lama revolusinya. Hal
tersebut yang mengakibatkan permukaan bulan
yang menghadap ke bumi selalu sama.
ii. Revolusi Bulan. Bulan mengelilingi bumi memer-
lukan waktu sekitar 27 hari 7j43m12d, sama dengan
periode rotasinya. Sebagaimana rotasinya, arah rev-
11
olusi bulan juga berlawanan dengan arah jarum jam.
Lama revolusi bulan tersebut kemudian disebut
dengan 1 periode Sideris bulan.
iii. Gerak bulan bersama bumi mengelilingi matahri.
Bulan bergerak mengitari bumi, maka secara otoma-
tis bulan juga bergerak mengitari matahri bersama-
sama dengan bumi. Hal tersebut yang menyebabkan
lintasan revolusi bulan tidak berbentuk lingkaran
sempurna melainkan lingkaran berpilin dimana titik
awal revolusi bulan tidak betremu titik akhirnya. Sa-
tu lingkaran berpilin ini ditempuh bulan dalam wak-
tu 29,5 hari. Adapun waktu yang diperlukan bulan
untuk mencapai titik awalnya yakni sekitar 365,5
hari atau setelah melewati 12 kali lingkaran berpilin.
b. Gerak Semu Bulan
Gerak rotasi bumi mengakibatkan penampakan benda langit,
termasuk bulan, ketika diamati dari bumi bergerak secara semu
dari arah timur ke barat. Pada saat yang bersamaan bulan juga
melakukan gerak revolusi. Akibatnya, setiap harinya bulan terlam-
bat terbit dari bintang tertentu sekitar 50 menit atau sekitar 13
busur. Terhadap matahari, setiap hari bulan terlambat sekitar 12
busur atau 0,5 setiap jamnya.
Hal tersebut kemudian menimbulkan penampakan bulan yang
berubah-ubah setiap harinya, mulai dari sebatas garis kecil
melengkung hingga semakin membesar membentuk bulatan sem-
purna kemudian mengecil kembali. Peristiwa perubahan fase-fase
penampakan semu bulan tersebut diakibatkan oleh fungsi elongasi
bulan, yakni sudut yang dibentuk bulan dari matahari ketika dia-
mati dari bumi. Bulan mencapai fase purnama ketika sudut elon-
gasinya sebesar 180 dan fase bulan mati pada sudut 0.

12
Periode revolusi bulan yang disertai dengan fase-fase permukaannya
berbeda dengan Sideris bulan. Waktu yang dibutuhkan oleh bulan untuk
kembali ke fase awal adalah sekitar 29,5305882 hari. Lama waktu tersebut
kemudian disebut dengan 1 periode sinodis bulan.

Adanya teori heliosentris, ditemukannya hukum lintasan planet oleh


Kepler, beserta fakta mengenai ketepatan jarak antara bumi, bulan dan
matahari serta pengaruhnya bagi kehidupan di bumi, merupakan bukti
bahwa alam semesta ini dirancang dengan sistem yang rumit dan teliti
namu teratur dan harmonis. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah
dinyatakan dalam surat Al-An’am ayat 96-97:

‫ك تَ ْق ِديْ ُر الْ َع ِزيْ ِز الْ َعلِْي ِم َوُه َو الى ِذ ْي َج َع َل‬ ِ ً ‫اح وجعل الىيل س َكنا ىوالشىمس والْ َقمر حسب‬ ِۚ ‫اَل‬
ِ ِ
َ ‫اًن ۗ ٰذل‬َْ ُ ََ َ َ ْ ً َ َ ْ َ َ َ َ ِ َ‫صب‬ ْ ْ ‫فَال ُق‬
‫ت لَِق ْوٍم يى ْعلَ ُم ْو َن‬ ِ ٰ‫اَلي‬ ‫ت الَِّْب َوالْبَ ْح ِۗر قَ ْد فَ ى‬
ٰ ْ ‫صلْنَا‬ ِ ‫لَ ُكم النجوم لِتَ هتَ ُدوا ِِبا ِِف ظُلُ ٰم‬
ْ َ ْ ْ َُْ ُ

“(Dia) yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk


beristirahat, serta (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan.
Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.(96)
Dialah yang menjadikan bagimu bintang-bintang agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan (yang pekat) di darat dan di
laut. Sungguh, Kami telah memerinci tanda-tanda (kekuasaan Kami)
kepada kaum yang mengetahui.”(97)

Dan juga di dalam surat Ar-Rahman ayat 5:

ٍ ‫اَلشىمس والْ َقمر ِِبسب‬


‫ان‬َْ ُ َُ َ ُ ْ

“Matahari dan bulan (beredar) sesuai dengan perhitungan.”

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan sebagai
berikut:

Alquran menyebut istilah matahari dengan dua kata, yaitu


“syamsun” dan “siroj”. Salah satu contoh ayat yang menjelaskan tentang
matahari yaitu Q.S. Al-Anbiya: 33. Matahari sebagai pusat tata surya yang
dimana semua benda luar angkasa mengelilingi matahari sesuai dengan
gariis orbitnya masing-masing. Matahari, bumi, bulan dan seluruh planet
serta benda-benda langit lainnya bergerak dengan kecepatan dan arah
tertentu. Matahari dan tata suryanya itu berada di satu nebula besar yang
disebut bima sakti.

Bulan adalah salah satu benda luar angkasa yang merupakan satelit
bumi. Sebagaimana satelit dan palnet lain, bulan melakukan beberapa
gerakan pada waktu yang sama. Di dalam Alquran, bulan disebut sebagai
”nur” karena bulan tidak mempunyai cahaya dan hanya memantulkan
cahaya dari matahari.

Di dalam sains, matahari dan bulan mempunyai gerakan masing-


masing. Gerak matahari ada dua, yaitu: (1) gerak matahari hakiki (rotasi
matahari dan gerak matahari diantara gugusan bintang), (2) gerak semu
matahari (gerak semu harian dan gerak semu tahunan). Sebagaimana
gerakkan matahari, nulan juga mempunyai dua gerakan yaitu, (1) gerak
bulan hakiki (rotasi bulan, revolusi bulan dan gerak bulan bersama bumi
mengelilingi matahari), (2) gerak semu bulan.

14
B. Saran
Makalah ini disusun dengan keterbatasan kemampuan penyusun makalah
dalam menguraikan pembahasan mengenai Tafsir Ayat Peredaran Matahari
dan Bulan Serta Implikasi Ilmu Pengetahuan. Dengan demikian, disarankan
kepada pihak yang lain untuk mengkaji lebih dalam mengenai
pembahasannya.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Hasan. 2015. Benda Astronomi Dalam Al-Quran Dari Perspektif
Sains. Teologia. Vol.26. No. 1
Naik, Dr. Zakir. 2015. Miracles of Al-Quran & Sunnah. Terj. Dani Ristanto.
Penerbit: Solo, Aqwam.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Jil.8 (pdf)

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati) Jil.11 (pdf)

Lipi. Kemenag RI. 2019. Tafsir Ilmi (Mengenal ayat-ayat sains dalam Al-Quran).

Sumber internet

https://Wikipedia.com/

https://eprints.walisongo.ac.id/

15

Anda mungkin juga menyukai