Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES TERJADINYA ALAM SEMESTA


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Pada Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Dosen Pengampu: Bpk. H. Jejen Supriadi,

Disusun Oleh:
Adam Fauzan Nugraha 0101.2201.044
A. Muhajir Al Zahran Arifin 0101.2201.047
Mar’atul Azizah Bela N. K. 0101.2201.058
Nur Afifah 0101.2201.061
Rian Apriatna 0101.2201.065

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KH. EZ. MUTTAQIEN PURWAKARTA
TAHUN. 2023
KATA PENGANTAR

Puja puji beserta rasa syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang mana berkat rahmat dan karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul proses terjadinya alam semesta sebagai tugas kelompok pada mata kuliah
ilmu alamiah dasar. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan pada baginda
alam yakni Nabi Muhammad SAW.
Terimaksih kami ucapakan kepada Bpk. Jejen Supriadi, M.Pd. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah ilmu alamiah dasar. Tidak lupa juga kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Tentunya, makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak dapat dukungan dari
berbagai pihak.
Kami sadar bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dalam segi kepenulisan maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, dengan rendah
hati penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga berharap
semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembaca.

Purwakarta, 01 Maret 2023

Penyusun,.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................3
A. Definisi Alam Semesta ................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................4
A. Penciptaan Alam Semesta Menurut Mufassir ..........................................4
B. Penciptaan Alam Semesta Menurut Pandangan Astronom Fisika ........7
C. Perbedaan Dan Persamaan Penciptaan Alam Semesta Menurut Mufassir
Dan Pandangan Astronom .........................................................................8
BAB IV PENUTUP .................................................................................................10
A. Kesimpulan ..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta memiliki dimensi yang sangat luas sebagai tolak ukur batas
kemampuan akal dan teknologi. Alam semesta menjadi cerminan kehidupan
manusia sejak dulu, kini dan masa mendatang. Seiring dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan pun ikut berkembang juga. Salah satu perkembangan
ilmu pengetahuan yang ada hingga sekarang adalah ilmu pengetahuan tentang
bagaimana proses terbentuknya alam semesta.
Penciptaan alam merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Kenyataan tersebut membuktikan kemahaluasan ilmu Allah dibandingkan
pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada kesulitan bagi Allah untuk mencipta
juga menghancurkan alam semesta ini. Ungkapan kesyukuran atas segala nikmat
alam semesta ini dibuktikan dengan sikap bersahabat dengan alam yang lebih
baik. Ayat-ayat kosmologis dalam Al-Qur’an merupakan pertanda lain dari fakta
alam semesta. Keduanya saling menjelaskan satu sama lain. Makro-kosmos dan
mikrokosmos merupakan bukti nyata akan belas kasih-Nya terhadap manusia di
muka bumi.1
Kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah telah
menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas
bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada
jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di
dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan
meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat
tersebut. Dengan memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan
menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada
umumnya merupakan garis-garis besar saja.2

1
Ade Jamarudin, Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur’an, Jurnal Usuluddin, vol. 16 No. 2, 2010.
2
Muhammad Zaini, Alam Semesta Menurut Al-Qur’an, Journal Of Qur’anic Studies, Vol. 3 No. 1, 2018.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang penyusun rumuskan,
diantaranya:
1. Bagaimanakah penciptaan alam semesta menurut mufassir?
2. Bagaimanakah penciptaan alam semesta menurut pandangan astronom
fisika?
3. Bagaimanakah perbedaan dan persamaan menurut mufassir dan
pandangan astronom fisika?
C. Tujuan
Dari beberapa masalah yang dirumuskan oleh penyusun diharapkan agar dapat
mengetahui:
1. Penciptaan alam semesta menurut mufassir
2. Penciptaan alam semesta menurut pandangan astronom fisika
3. Perbedaan dan persamaan menurut mufassir dan pandangan astronom
fisika

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Proses
Proses merupakan suatu tahapan-tahapan yang diterapkan dari suatu
pekerjaan sehingga hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut mampu
menggambarkan baiknya prosedur yang digunakan.
Menurut S. Handayaningrat proses adalah serangkaian tahap kegiatan
mulai dari menentukan sasaran sampai tercapainya tujuan. Sedangkan
menurut JS Badudu dan Sutan M Zain Proses adalah jalannya suatu peristiwa
dari awal sampai akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan
dan tindakan.
B. Definisi Alam Semesta
Kata alam (‫ ) الع??الم‬secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika
dikatakan al-kauny (‫) الكوني‬: al-alamy (‫ ) العالمي‬artinya yang meliputi seluruh
dunia. Dalam bahasa Yunani, alam semesta atau jagat raya disebut sebagai
“kosmos” yang berarti “serasi, harmonis”. Dari segi akar kata, “alam” (alam)
memiliki akar yang sama dengan “ilm” (ilmu, pengetahuan) dan “alamat”
(alamat, pertanda). Disebut demikian karena jagat raya ini sebagai pertanda
adanya sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt. Jagat raya juga disebut sebagai
ayat-ayat yang menjadi sumber ilmu dan pelajaran bagi manusia. Salah satu
pelajaran dan ajaran yang dapat diambil dari pengamatan terhadap alam
semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban, bukan suatu
kekacauan. Disebabkan sifatnya yang penuh maksud, maka studi tentang alam
semesta akan membimbing seseorang kepada kesimpulan positif dan sikap
penuh apresiasi.3

3
Ibid., Hlm. 30.

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penciptaan Alam Semesta Menurut Mufassir


1. Pemikiran Zaghloul Naggar
ٍ ‫ض َج ِميعًا ثُ َّم ا ْستَ َوى ِإلَى ال َّس َما ِء فَ َسوَّاه َُّن َس ْب َع َس َما َوا‬
‫ت َوه َُو بِ ُك ِل َش ْي ٍء‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي خَ ل‬
ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َما فِي األر‬
‫َعلِيم‬
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:29).

Al-Qur’an menerangkan secara global penciptaan langit dan bumi pada


tiga ayat, yaitu pada QS. Adz-Dzariyat:57, QS. Al-Anbiya:30 dan QS.
Fussilat:9-11. Demikian pula telah terbukti secara imiah, bahwa penciptaan
alam semesta yang sangat luas, sangat akurat kontruksi dan sangat terkontrol
geraknya dan sangat disiplin dalam setiap urusannya, berawal dari satu planet
yang berbobot kecil, bahkan hampir mendekati titik nol, sangat tinggi tingkat
kepadatan dan tingkat kepanasannya sampai ke tingkat tidak dapat dijangkau
oleh hukum fisika dan dimensi ruang dan waktu. Dari titik kecil yang sangat
berbobot ini, Allah SWT menciptakan alam semesta dengan perintah ilahi (‫كن‬
) (Jadilah) dengan proses yang disebut para alhi fisika dan astronomi sebagai
big bang (ledakan besar alam semesta). Ledakan besar ini menghasilkan
selaput tipis asap yang menjadi cikal bakal penciptaan langit dan bumi dengan
segala isinya (Naggar , 2010).4
Dapat disimpulkan bahwa bumi diciptakan dari langit berasap dalam
empat fase berturut-turut, sementara pembentukan langit asap dalam bentuk
tujuan lapis langit tercipta dalam dua fase.

4
Ali Mahfudz Munawar, Lc.,M.Hum, Sri Rianti, Penciptaan Alam Semesta Menurut Mufassir dan
Astronom, Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, Vol. 4, 2022.

4
2. Pemikiran Fakhruddin Ar-Razi
Tafsir surat Fussilat ayat 9-12
‫?ل‬ َ ?‫ ( َو َج َع‬9 ) َ‫ك َربُّ ْال َع??الَ ِمين‬َ ِ‫ض فِي يَوْ َم ْي ِن َوتَجْ َعلُونَ لَهُ َأ ْندَادًا َذل‬ َ ْ‫ق األر‬ َ َ‫قُلْ َأِئنَّ ُك ْم لَتَ ْكفُرُونَ بِالَّ ِذي خَ ل‬
‫ (ثُ َّم‬10 ) َ‫ك فِيهَ??ا َوقَ? َّد َر فِيهَ??ا َأ ْق َواتَهَ??ا فِي َأرْ بَ َع? ِة َأي ٍَّام َس? َوا ًء لِلسَّ اِئلِين‬
َ ‫اس? َي ِم ْن فَوْ قِهَ??ا َوبَ??ا َر‬
ِ ‫فِيهَ??ا َر َو‬
َ ‫ض ِاْئتِيَ??ا طَوْ ًع??ا َأوْ كَرْ هً?ا قَالَتَ?ا َأتَ ْينَ??ا‬
11 ) َ‫ط??اِئ ِعين‬ ِ ْ‫ا ْستَ َوى ِإلَى ال َّس َما ِء َو ِه َي ُد َخ? ا ن فَقَ?ا َل لَهَ?ا َولِألر‬
‫يح‬
َ ِ‫ص?اب‬ َّ ‫ك ِل َس? َما ٍء َأ ْم َرهَ??ا َو َزيَّنَّا‬
َ ‫الس? َم ا َء ال? ُّد ْنيَا بِ َم‬ ُ ‫ت فِي يَ??وْ َم ْي ِن َوَأوْ َحى فِي‬ َ َ‫(فَق‬
ٍ ‫ض?اه َُّن َس? ْب َع َس? َم َوا‬
12 )‫يز ْال َعلِ ِيم‬
ِ ‫ك تَ ْق ِدي ُر ْال َع ِز‬
َ ِ‫َو ِح ْفظًا َذل‬
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-
Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.” Dan Dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit
dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, "Kami datang dengan
suka hati.” Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi
Maha Mengetahui.”

Dari paparan ayat diatas ar-Razi menjelaskan tentang empat konsep


atau teori ilmiah dalam penciptaan alam semesta: (ar-Razi , 2005)
a. Penciptaan bumi dalam dua masa
Dalam surah fushilat ayat 29 ar-Razi menjelaskan bahwa Allah
swt menciptakan bumi dalam dua masa, dan menyempurnakan dala
empat masa yang lain, dan menyebutkan bahwa dia menciptakan
langit dalam du amasa, maka jumlah keseluruhan menjadi delapan
hari. Namun dalam beberapa ayat lain yang menyebutkan bahwa Allah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. sehingga dengan itu
firman llah swt: “wa qadaro fiha aqwataha fi arba’ati ayyamin” adalah
termasuk dua hari yang pertama, hal ini diumpamakan ar-Razi seperti
perkataan seseorang bahwa dia telah berjalan dari Bashrah menuju

5
Baghdad dalam sepuluh hari, kemudian melanjutkan perjalanan
menuju mekkah dalam lima belas hari, dan yang dimaksud adalah dua
perjalanan sekaligus. (ar-Razi , 2005) Allah menciptakan tiga perkara
ini (langit, bumi dan seluruh isinya) dalam dua masa, itu berarti bahwa
hal tersebut belum meliputi dua masa terakhir, akan tetapi apabila
dijelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala sesuatu lalu
berfirman dalam ayat”fi arb..ati ayyamin sawaa lis sa’ilin” hal ini
menunjukan bahwa empat hari tersebut telah menvangkup seluruh
penciptaan itu, tidak lebih dan tidak kurang (ar-Razi , 2005).
b. Penciptaan gunung-gunung
Kemudian ar-Razi menjelaskan bahwa Allah SWT
menciptakan gunung-gunung. Allah menciptakan gunung-gunung
yang kokoh itu berada diatas bumi, karena apabila gunung-gunung
yang kokoh tersebut berada dibawah bumi itulah yang menjadi
penyangga bumi yang berat tersebut agar tidak jatuh. Akan tetapi
Allah berfirman bahwa Alah telah menciptakan gunung yang berat itu
diatas bumi agar manusia melihat dengan kedhua penglihatannya
bahwa bumi dan gunung adalah suatu yang berat diatas yang berat,
yang sudah ada pemegang serta penjaganya dan tiada penjaga yang
menguasai bumi ini kecuali Allah SWT (ar-Razi , 2005).
c. Periode ketika langit masih berbentuk asap
Ar-Razi menjelaskan bahwa Allah mengambil seinggasana
diatas air sebelum menciptakan langit dan bumi dan Allah menjadikan
air itu panas lalu naik menjadi buih dan asap. Adapun buih itu tetap
berada diatas permukaan air, dan Allah menjadikannya kering dan
diciptakan darinya bumi, adapun asap itu kemudian naik dan terus
meninggi dan Allah menjadikannya langit (ar-Razi , 2005).

6
d. Urutan penciptaan alam semesta
Ar-Razi membahas tentang urutan penciptaan alam semesta
ini, adapun urutan penciptaan alam semesta menurutnya adalah Allah
swt ketika menciptakan bumi dalam dua masa, kemudian pada masa
yang ketiga Allah menciptakan gunung-gung, hal ini tidak mungkin
terjadi kecuali setelah bumi dibentangkan, karena Allah SWT
mencipatkan gunung-gunung didalamnya. Maka tidak mungkin terjadi
kecuali setelah bumi dibentangkan, kemudian setelah itu baru
dilanjutkan dengan penciptaan pepohonan, tanaman dan hewan-hewan
didalamnya, ini berarti Allah swt menciptakan langit setelah
menciptakan bumi dan membentangkannya, ar-Razi juga menjelaskan
bukti-bukti bahwa bumi itu berbentuk bulat, disebutkan bahwa pada
awal penciptaannya bumi itu berbentuk bulat, dan sekarang masih
berbentuk bulat bulat, semenjak Allah membentangkannya (ar-Razi ,
2005).5

B. Penciptaan Alam Semesta Menurut Pandangan Astronom Fisika


Teori Dentuman Besar (Big Bang) dan Ajarannya
Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini
mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hukum-
hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan
topik yang menarik. Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa
abad hingga awal abad ke- 20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki
dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk
selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut “model alam semesta yang
statis”, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Dengan memberikan
dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang
Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan
materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan

5
Ibid,. Hlm. 20-22.

7
ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep
primitif seperti model alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-
21, melalui sejumlah besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika
modern telah mencapai kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal,
bahwa alam diciptakan dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu ledakan besar.
Selain itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis, kesimpulan ini
menyatakan bahwa alam semesta tidaklah stabil atau konstan, tetapi
senantiasa bergerak, berubah, dan memuai. Saat ini, fakta-fakta tersebut telah
diakui oleh dunia ilmu pengetahuan. Sekarang, marilah kita lihat bagaimana
fakta-fakta yang sangat penting ini dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.6

C. Persamaan Dan Perbedaan Penciptaan Alam Semesta Menurut Para


Mufassir Dan Astronom Fisika
Bahwa penciptaan alam semesta yang sangat luas, sangat akurat
kontruksi dan sangat terkontrol geraknya dan sangat disiplin dalam setiap
urusannya, berawal dari satu planet yang berbobot kecil, bahkan hampir
mendekati titik nol, sangat tinggi tingkat kepadatan dan tingkat kepanasannya
sampai ke tingkat tidak dapat dijangkau oleh hukum fisika dan dimensi ruang
dan waktu. Dari titik kecil yang sangat berbobot ini, Allah SWT menciptakan
alam semesta dengan perintah ilahi (‫( ) كن‬Jadilah) dengan proses yang disebut
para alhi fisika dan astronomi sebagai big bang (ledakan besar alam semesta).
Ledakan besar ini menghasilkan selaput tipis asap yang menjadi cikap bakal
penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya (Naggar , 2010).
Perbandingan antara teori astronom dan Para Muffasir, sama-sama
dibuktikan dengan mendukung teori big bang, yaitu bermulanya alam semesta
ini dari ledakan yang sangat besar. Namun berbeda dengan dalam hal siapa
yang pencipta alam semesta, jika Tafsir ilmi meyakini bahwa Allah swt lah
yang menciptakan alam semesta, sedangkan astronom menganggap alam
semesta menciptakan dirinya sendiri karena adanya hukum fisika yang

6
Ade Jamarudin, op.cit., hlm. 137.

8
bekerja, yaitu dengan teorinya yang dipercaya sebagai satu-satunya teori alam
semesta yang lengkap. Namun penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh
sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an. Jika
melihat siapa pencipta alam semesta pasti terdapat perbedaan, namun jika
melihat bermulanya alam semesta dan proses penciptaannya terdapat
kesesuaian informasi.7

7
Ali Mahfudz Munawar, Lc.,M.Hum, Sri Rianti, op.cit. hlm. 25-26.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alam
semesta menurut al-Qur‟an diciptakan Allah namun tidak dijelaskan secara
rinci apakah diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada atau dari
ketiadaan (nihil). Proses penciptaan alam juga mengalami perkembangan
secara gradual (tadrij) sesuai dengan sunatullah. Dari sinilah muncul banyak
penafsiran yang berbeda di kalangan mufasir, khususnya para teolog dan
filosof.
Adapun persoalan kosmologi dalam al-Qur‟an dapat digambarkan
bahwa Allah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas
yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-
masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses
yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka
memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan sebagai
membaca ayatullah. Dengan memperhatikan alam semesta, maka akan dapat
merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur‟an
yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja.
Alam semesta memiliki dimensi yang sangat luas sebagai tolak ukur
batas kemampuan akal dan teknologi. Alam semesta menjadi cerminan
kehidupan manusia sejak dulu, kini dan masa mendatang. Seiring dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan pun ikut berkembang juga. Salah
satu perkembangan ilmu pengetahuan yang ada hingga sekarang adalah ilmu
pengetahuan tentang bagaimana proses terbentuknya alam semesta.

10
Perbandingan antara teori astronom dan Para Muffasir, sama-sama
dibuktikan dengan mendukung teori big bang, yaitu bermulanya alam semesta
ini dari ledakan yang sangat besar. Namun berbeda dengan dalam hal siapa
yang pencipta alam semesta, jika Tafsir ilmi meyakini bahwa Allah swt lah
yang menciptakan alam semesta, sedangkan astronom menganggap alam
semesta menciptakan dirinya sendiri karena adanya hukum fisika yang
bekerja, yaitu dengan teorinya yang dipercaya sebagai satu-satunya teori alam
semesta yang lengkap. Namun penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh
sains tidak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur’an. Jika
melihat siapa pencipta alam semesta pasti terdapat perbedaan, namun jika
melihat bermulanya alam semesta dan proses penciptaannya terdapat
kesesuaian informasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ade Jamarudin, Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur’an, Jurnal Usuluddin, vol. 16
No. 2, 2010.
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/670

Muhammad Zaini, Alam Semesta Menurut Al-Qur’an, Journal Of Qur’anic Studies,


Vol. 3 No. 1, 2018.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/tafse/article/download/8073/4719

Ali Mahfudz Munawar, Lc.,M.Hum, Sri Rianti, Penciptaan Alam Semesta Menurut
Mufassir dan Astronom, Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam
Dan Sains, Vol. 4, 2022.
https://ejournal.uin-suka.ac.id/saintek/kiiis/article/view/3270

12

Anda mungkin juga menyukai