Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF ILMU ILAHIAH


DAN ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah dasar
Dosen Pengampu : Edi Junaedi,S.Hut.,S.Ag.,M.Pd.I

Disusun oleh :
Chintia Zulianti
B.2020.1.1.024

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI SEBELAS APRIL
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penciptaan Alam dalam
perspektif ilmu ilahiah dan alamiah “ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah Ilmu
alamiah dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Penciptaan Alam dalam perspektif ilmu ilahiah dan alamiah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Edi Junaedi,S.Hut.,S.Ag.,M.Pd.I selaku


dosen pengampu mata kuliah ilmu Alamiah Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang,09 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB 1 Pendahuluan .................................................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................................................ 2
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ............................................................................................................. 2
BAB 2 Pembahasan ................................................................................................................... 3
A. Proses diciptakannya alam menurut prespektif ilmu ilahiah............................................ 3
B. Proses diciptakannya alam menurut perspektif ilmu alamiah.......................................... 5

BAB 3 Penutup .......................................................................................................................... 12


A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 12
B. Saran………………………………………………………………………………..……12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...…13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata ‘alam (‫ )العامل‬secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan alkauny
(‫)الكوين‬: al-‘alamy (‫ )العاملي‬artinya yang meliputi seluruh dunia.1 Dalam bahasa Yunani,alam
semesta atau jagat raya disebut sebagai “kosmos” yang berarti “serasi, harmonis”.

Dari segi akar kata, “‘alam” (alam) memiliki akar yang sama dengan “‘ilm” (ilmu,
pengetahuan) dan “‘alamat” (alamat, pertanda). Disebut demikian karena jagat raya ini
sebagai pertanda adanya sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt. Jagat raya juga disebut
sebagai ayat-ayat yang menjadi sumber ilmu dan pelajaran bagi manusia. Salah satu
pelajaran dan ajaran yang dapat diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah
keserasian, keharmonisan dan ketertiban, bukan suatu kekacauan. Disebabkan sifatnya yang
penuh maksud, maka studi tentang alam semesta akan membimbing seseorang kepada
kesimpulan positif dan sikap penuh apresiasi.

Dalam al-Qur’an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam


semesta yang diungkapkan daam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur’an menekankan
bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun Di bumi. Allah
pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada
pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta, al-Qur’an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain
al-Khaliq, al-Bari’, al-Mushawwir, dan al-Badi’. Oleh karena itu,umat Islam sepakat bahwa
Allah adalah pencipta (al-Khaliq) dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya (Makhluq).

Al-Qur’an juga banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta dan ciptaanNya
yang bisa dilihat dengan mata kepala seperti kejadian siang dan malam, matahari,bulan dan
planet-planet. Meskipun demikian, informasi tentang penciptaan alam semesta dalam al-
Qur’an tidak tersusun secara sistematis seperti yang dikenal dalam buku ilmiah.Masalah ini
tidak terhimpun pada satu kesatuan, tetapi diungkapkan dalam berbagai ayatyang tergelar
dalam beberapa surat al-Quran.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses diciptakannya alam menurut perspektif ilmu ilahiah?
b. Bagaimana proses diciptakannya alam menurut persfektif ilmu alamiah ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui proses diciptakannya alam menurut prespekttif ilmu ilahiah
b. Mengetahui proses diciptakanya alam menuurut prespektif ilmu alamiah
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Proses Penciptaan Alam Semesta dalam al-Qur’an (ilmu ilahiah)

Pembicaraan al-Qur’an tentang proses penciptaan alam semesta dapat ditemukan dari
ayat-ayat yang tersebar dalam beberapa surat. Akan tetapi, informasi itu hanya bersifat garis
besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku
ilmu pengetahuan yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Sehingga
memunculkan banyak interpretasi dari para mufasir maupun filosof terhadap kandungan
ayat-ayat dimaksud.

Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang proses penciptaan alam semesta
ini adalah sebagai berikut:

1. Qs.Hud ayat 7

“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-
Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik
amalnya dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata:“Ini tidak lain
hanyalah sihir yang nyata.”

2. QS. al-Anbiya’/21: 30

‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق ٰن ُه َم ۗا َو َج َع ْل َنا م َِن ْال َم ۤا ِء‬


َ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫ا ََو َل ْم َي َر الَّ ِذي َْن َك َفر ُْٓوا اَنَّ الس َّٰم ٰو‬
‫ُك َّل َشيْ ٍء َح ۗيٍّ اَ َفاَل ي ُْؤ ِم ُن ْو َن‬

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”

3. QS. Fushshilat/41 9-12


“Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam” dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa” keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya dan Kami hiasi langit yang dekatb dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.

Pada QS. Hud/11: 7 Allah menegaskan bahwa Dialah Sang Pencipta alam
semesta(langit dan bumi serta segala isinya). Sebelum proses penciptaan dimulai, Allah telah
memiliki ‘arasy (singgasana) yang berada di atas air ketika menciptakan alam semesta.

Allah menguji manusia siapa yang paling baik amalnya (dalam memanfaatkan
ciptaanNya) supaya mereka mendapatkan balasan atas amal perbuatan mereka.

Pada permulaan ayat, diawali dengan menyebutkan bahwa dalam menciptakanalam,


langit dan bumi memakan waktu selama enam masa, dengan rincian: dua harimenciptakan
bumi, dua hari menciptakan segala isinya, dan dua hari menciptakan langit dan segala isinya.

Dalam al-Qur’an, untuk menyebut alam semesta digunakan ungkapan “samawati wa al-ardhi
wa ma bainahuma”. Ungkapan ini terulang sebanyak 21 kali dalam 15 surat yang berbeda,14
kesemuanya dapat diartikan seluruh alam, baik yang fisik maupun non fisik. Kata “samawati
wa al-ardhi” yang diartikan dengan langit dan bumi – yang dijelaskan pada QS al-
Anbiya’/21: 30 - pada mulanya keduanya adalah satu kesatuan (ratqan). Kemudian Allah
pisahkan menjadi dua, yang satu diangkat-Nya ke atas yang disebut langit,15 dan yang satu
lagi dibiarkan terhampar di bawah disebut dengan bumi.Karena adanya pemisahan antara
langit dan bumi itu, maka terciptalah ruang kosong bernama awang-awang yang diungkapkan
dengan kata wa ma bainahuma.
Pada QS. al-Anbiya’/21: 30 juga menunjukkan bahwa air (al-ma’) telah ada sebagai
salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Menurut Madjid Ali Khan dengan mengutip
Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa Ilmu Biologi kontemporer menunjukkan semua
kehidupan dimulai dari air.17 HG. Sarwar dalam bukunya Philosophy of Qur’an mengatakan
bahwa air adalah komponen terpenting bagi kehidupan. Hal ini sebagai perluasan yang
sangat mendukung teori kimia fisika.

Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, teori penciptaan alam yang dikemukakan oleh ilmu
pengetahuan sesuai dengan teori al-Qur’an sendiri, seperti tersebut dalam QS. alAnbiya’/21:
30.19 Teori-teori ilmiah yang sesuai dengan al-Qur’an:

Pertama, sebelum dijadikan langit dan bumi, hanya terdapat zarrah-zarrah yang
menyerupai kabut dan air yang menjadi unsur pokok terjadinya alam ini.

Kedua, langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian


Allahmemisahkannya. Lalu Allah menjadikan udara di antara keduanya yang menghilangkan
panas bumi agar manusia dapat hidup di atasnya. Udara yang bergerak dan terusberpindah-
pindah itulah yang menyebabkan turunnya hujan yang membentuk laut dan sungai.

Ketiga, yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yang tidak terbatas dan
hanya Allah sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yang menjadi tempat beredarnya
seluruh bintang-bintang. Dapat dikatakan bahwa yang dikehendaki dengan tujuh petala langit
ialah “tujuh kelompok gugusan bintang” yang masing-masing beredar menurut garis edarnya.

Pada QS. Fushshilat/41: 9-12 Allah menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan
alam semesta terdiri dari dua tahap. Pertama, alam semesta diciptakan dalam bentuk asap
(dukhan). Ibnu Katsir menafsirkan dukhan dengan sejenis uap air.21 Kedua, terpecahnyaasap
menjadi berbagai benda-benda langit. Penjelasan ini sama seperti yang diakui oleh
kebanyakan pakar astrofisika saat ini, yakni teori ledakan besar.Menurut teori ini, puluhan
atau mungkin ratusan miliar tahun silam terdapat sebuah tumpukan gas yang terdiri dari
hydrogen dan helium yang berotasi perlahan-lahan.Kemudian gas pecah dalam suatu
peristiwa yang disebut “ledakan besar” dan selanjutnyamembentuk benda-benda langit yang
kini dikenal dengan galaksi. Dalam alam semestabterdapat bermiliar-miliar galaksi, masing-
masing berotasi pada sumbunya berpadu sedemikian rupa sehingga satu sama lain tidak
bertabrakan.22

Pada tahap kedua, galaksi pecah dan menjadi bermiliar-miliar bintang, salah satu di
antara bintang itu adalah matahari. Setiap gas yang membentuk bintang pecah sebagaitahap
ketiga untuk membentuk planet-planet yang mengelilingi bintang. Setiap bintang dan planet
berotasi sedemikian rupa sehingga tidak ada tabrakan antara yang satu dengan yang lain.
Semua itu adalah sunnatullah, tanda-tanda atau hukum Allah atau dalam istilah ilmiah
disebut dengan hukum alam.

Masih menurut QS. Fushshilat/41: 9-12, bumi diciptakan dalam dua hari, selama
empat hari lagi Allah menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkan di atas,menciptakan
segala bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh seluruh
makhluk-Nya. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya
dalam empat tahapan, “Satu tahap untukmemadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas,
setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk di antaranya
bahan-bahan mineral yang ada padanya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
serta tahap terakhir untuk pembentukan binatang.

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan proses penciptaan bumi terlebih


dahulu,setelah itu disebutkan penciptaan langit dengan segala isinya. Sedangkan pada ayat-
ayatlain, biasanya terlebih dahulu diceritakan penciptaan langit, kemudian penciptaan
bumi.Menurut al-Maraghi, pengungkapan dalam bentuk demikian karena manusia
memperhatikan keadaan bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang
bumibdidahulukan.Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy, dalam rencananya Allah lebih
dahulu membuat rencana bumi daripada rencana pembuatan langit, akan tetapi dalam
pelaksanaannya kemudian lebih dahulu menciptakan langit (termasuk matahari) dari bumi.

Di antara ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang penciptaan bumi adalah pada

QS. al-Sajdah/32: 4

“Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari
padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?”.

Kata samawat yang diartikan dengan langit setidaknya memiliki tiga pengertian,yaitu:

Pertama, berarti awan (sahab) seperti terdapat dalam QS. al-Baqarah/2: 164 sebagai berikut:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Kedua, langit bermakna benda seperti terdapat pada QS. al-Insyiqaq/84: 1 sebagai berikut:

َ ‫ ِ َذا ٱلسذ َمٓا ُء‬١ ‫إ‬


‫ٱنش قذتأ‬
“Apabila langit terbelah.”

Ketiga, langit juga bisa berarti sesuatu yang di atas.

Sementara itu, penyebutan kata samawat dalam bentuk jamak karena langit diciptakan dalam
tujuh tingkat atau tujuh lapis.Tujuh lapis ini diulang dalam lima ayat(QS. al-Baqarah/2: 29,
QS. al-Mukminun/23: 17, QS. al-Thalaq/65: 12, QS.al-Mulk/67:3, dan al-Naba’/78: 12)
dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiak tentang matahari

dan bulan, dan bintang-bintang yang indah dan menjadi alat pelempar setan (QS. alMulk/67:
5).27

Adapun ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempat berkembang biak,dan
tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Bumi inilah yang diperintah Allah untuk
dimakmurkan dan dilarang merusaknya, yang diberi beban tanggungjawab untuk memimpin
dan memakmurkannya adalah khalifah-Nya yang mulia, yaitu manusia.Manusia adalah
ciptaan Allah yang paling mulia. Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang
terbaik, lalu merendahkannya ke tingkat yang serendahrendahnya, kecuali mereka yang
beriman dan beramal shaleh (QS. al-Tin/95: 5-6).
B. Proses Penciptaan Alam Semesta dalam sains (ilmu alamiah)

Dalam sains tercatat berbagai pengetahuan tentang perkembangan konsep alam


semesta.Ptolemeus yang hidup antara 70-147 Masehi mengemukakan sebuah teori yang
dinamakan Geosentris. Teori ini mengemukakan bahwa yang menjadi pusat dari tata surya
adalah Bumi (Geo). Semua planet dan benda-benda ruang angkasa lainnya bergerak sesuai
lintasannya (orbit) mengelilingi Bumi. Manusia saat itu sangat menyakini teori ini. Teori
Geosentris ini, bertahan lebih dari 1400 tahun. Baru pada 1473-1543 Masehi, seorang
ilmuwan yang bernama Copernicus membalikkan keyakinan yang sudah bertahan lebih dari
1400 tahun, dengan mengemukakan teorinya yang bernama Heliosentris. Teori ini
mengemukakan bahwa yang menjadi pusat dari tatasurya adalah Matahari (Helio). Semua
planet dan bendabenda angkasa lainnya, termasuk Bumi bergerak sesuai lintasannya
(orbit)mengelilingi Matahari. Sebenarnya Copernicus bukanlah yang pertama. Jauh sebelum
Copernicus, ilmuwan Islam dan Yunani kuno telah mencetuskan teori ini. Namun, sebelum
diterbitkan Copernicus tidak menyertakan bagian temuan mereka dan mengklaim bahwa itu
adalah temuannya sendiri. Teori Heliosentris ini, kemudian diperkuat dengan temuan Kepler
dan Galileo yang hidup antara tahun 1568-1630 Masehi. Kepler berhasil menjelaskan
gerakan planet di dalam tata surya yang dirangkum dalam tiga hukum gerakan planet Kepler,
yaitu 1) setiap planet bergerak dengan lintasan ellips, Matahari berada di salah satu fokusnya,
2) luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama, 3perioda kuadrat
suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari. Teleskop yang
ditemukan Galileo semangkin memperkuat bahwa Matahari pusat alam semesta, sehingga
temuannya ini memperkuat teori Heliosentris. Setelah itu penelitian penelitian tentang alam
semesta terus dilakukan. Pada tahun 1903 Einstein mengemukakan bahwa jagad raya adalah
sistem yang tertutup dan tidak meluas terus menerus. Pendapat Einstein ini hanya bertahan
selama 12 tahun, karena pada tahun 1915 Eisntein membantahsendiri pendapatnya dengan
mengemukakan teori yang mengatakan bahwa alam semesta tidak mungkin statis tetapi alam
semesta akan terus mengembang sampai pada batas ke-elastisitasnya. Perumpamaan teori
Einstein ini, seperti menggoreng kerupuk awalnya kerupuk akan terus mengembang sampai
pada batas tertentu, selanjutnya akan menggulung kembali. Begitulah alam semesta, pada
saat ini proses pengembangan itu terjadi terus menerus dan kontinu. Hubble pada tahun 1929
memperkuat teori yang dikemukakan Einstein. Dengan teleskopnya yang lebih canggih
Hubble menemukan kumpulan galaksi seperti bunga mawar merah. Temuan Hubble ini dan
diaplikasikan dengan konsep gelombang elektromagnetik dan efek dopler dapat dianalisa
sebagai berikut:

1) warna merah termasuk bagian cahaya tampak (visible light) yang mempunyai
frekuensi paling kecil pada spektrum gelombang elektromagnetik,
2) benda bergerak menjauhi frekuensinya semakin kecil dan sebaliknya benda
bergerak mendekati frekuensinya semakin besar

Galaksi adalah kumpulan benda-benda ruang angkasa yang jumlahnya milyaran,


apalagi yang ditemukan adalah kumpulan galaksi, bisa dibayangkan banyaknya benda
benda ruang angkasa disana. Kumpulan galaksi yang ditemukan Hubble berbentuk bunga
mawar dan memancarkan warna merah. Artinya benda-benda angkasa di galaksi galaksi
tersebut memancarkan frekuensi yang semakin kecil. Bila kita komparasikan dengan teori
gelombang elektromagnetik dan efek dopler dapat disimpulkan bahwa semua benda-
benda di galaksi galaksi itu bergerak saling menjauhi. Ini membuktikan bahwa memang
alam semesta ini semakin mengembang. Jadi apa yang ditemukan Hubble sangat
memperkuat teori yang dikemukakan Einstein. Perlu dicatat bahwa teori ini baru
ditemukan pada tahun 1929, padahal jauh sebelum itdari 1400 tahun yang lalu, antara 70-
1473 M, Nabi Muhammad SAW (571-634 M) Al-Quran telah mengabarkan hal ini.
Dalam Q.S. Ar-Rahman 55:37-38Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah
mawar seperti (kilauan) minyak Sementara itu Firman Allah SWT di Q.S.AlAnbiya
21:30 yang artinya:Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwalangit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara
keduanya dan kami kembangkan, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Nasir. 2000)Ayat ini senada dengan teori
yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1915. Kemudian Al-Quran di Q.S.
Al-Anbiya 21:104, yang artinya:(yaitu) pada hari Kami gulung langit sbg menggulung
lembaran2 kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami
akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati, sesungguhnya Kamilah yg
akan melaksanakannya.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai