Anda di halaman 1dari 11

KONSEP ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Ditujukan untuk memenuhi tugas

MATA KULIAH: FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU : ROBIN SIRAIT, M.Pd

OLEH : KELOMPOK 1

 MILDAYANTI
 WIRDA NAFHANI
 YANRI TIA MAHFUZHA

SEM/PRODI : VII-B PAI/PAGI

STAIS SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI

2020
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN............................................................................................................... 2

A. KONSEP ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PAI............ 2


a. PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA................................................ 2
b. TUJUAN PENCIPTAAN ALAM SEMESTA............................................... 5
c. IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM....................................... 7

PENUTUP......................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 10

1
PEMBAHASAN

A. Konsep Alam Semesta dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam


a. Proses Penciptaan Alam Semesta
Menurut sejarah filsafat,filsafat yang mula lahir adalah filsafat tentang alam.
Filsafat ini adalah filsafat Yunani yang dipelopori oleh orang-orang Yunani tapi bukan di
daerah Yunani sendiri, Filsafat ini dicetuskan oleh orang-orang Yunani perantauan yang
mengembara ke negeri lain, terutama Asia Kecil. Mereka terpaksa merantau dari negerinya,
karena tanah Yunani tidak subur, terdiri dari tanah pegunungan. Mereka meninggalkan
Yunani dan merantau ke pulau-pulau sekitar Laut Asia dan daratan Asia kecil. Dari sebuah
kota bernama Miletos di Asia Kecil, lahirlah filosof alam pertama yaitu Thales, yang
menyatakan bahwa asal segala sesuatu adalah air, filsafat ini dilanjutkan oleh muridnya
Anaximadros yang menyebutkan bahwa awal dari segala sesuatu adalah Aperion yaitu suatu
zat yang tidak terbatas. Filsafat Anaximadros diteruskan oleh muridnya Anaximenes yang
berpendirian bahwa asal usul alam semesta ini adalah udara. Dari kota Miletos inilah filsafat
alam menyebar ke kota-kota lain seperti Ephesos dengan tokohnya Herakleitos, dan kota Elea
dengan tokohnya seperti Xenophanes, Parmenides, dan Zeno. Demikianlah seterusny hingga
muncul Plato dengan filsafat idealisme dan Aristoteles dengan realisme.22 Keduanya
merupakan cikal bakal bagi berbagai aliran filsafat. Katagori pertama menekankan akal
sedangkan yang kedua menekankan indra.

Sejalan dengan itu Islam pun mengajarkan bahwa manusia diperintahkan terlebih
dahulu untuk mengetahui alam dan seisinya, sebelum mengetahui dan memikirkan
penciptanya, anugrah akal bagi manusia merupakan kekuatan terbesar untuk memahami
mekanisme kerja alam semesta dan kemudian dipergunakan untuk merekonstruksi asal
muasal alam semesta, planet, dan system tatasurya. Akal manusia dipergunakan untuk
memahami dan menginterpretasi fakta-fakta kauniyah dan juga ayat-ayat Qur’aniyah.
Keberadaan akal menjadi kunci untuk memahami posisi alam semesta bagi kehidupan
manusia sendiri, jalan untuk mengenal Allah sebagai pencipta dirinya dan juga sebagai
pencipta alam semesta. Surah al-Baqarah: 164 merupakan salah satu contoh bahwa fenomena
pencipta langit (samawati) dan bumi (ardi), fenomena pergantian siang dan malam,
fenomena pelayaran di atas lautan, air yang diturunkan dari langit, fungsi air menghidupkan

2
bumi, pengisaran angin dan awan, sunguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
menggunakan akal.1

Selain itu jika kita membaca buku tentang teori-teori modern mengenai proses
penciptaan alam semesta, maka teori Big Bang sebuah karya monumental dari Stephen
Hawking adalah salah satu literatur yang cukup masyhur dan jamak kita ketahui. Tapi
sesungguhnya teori ini telah dikemukakan Alquran jauh empat belas abad yang lalu. Allah
Swt. berfirman yang artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Alquran yang
mengungkapkan peristiwa penciptaan planet-planet.Banyak teori ilmiah yang dikemukakan
oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan
bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang diistilahkaan ayat ini dengan ratqan, lalu
gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit.Memang kita
tidak dapat memperatasnamakan Alquran mendukung teori tersebut.Namun, agaknya tidak
ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman
Allah diatas.2
Jika kita memakai teori Big Bang dalam membantu memahami ayat ini adalah sebagai
berikut: “universum lahir dari sebuah ledakan maha dahsayat yang berasal dari materi dalam
keadaan super-kerapatan dan super-panas, keterpaduan ruang dan materi dapat dipahami jika
keduanya berada pada satu titik; singularitas fisis yang merupakan volum yang berisikan
seluruh materi, sedangkan pemisalannya adalah terjadinnya ledakan dahsyat yang
melontarkan materi keberbagai penjuru dan berkembang dengan cepat sehingga tercipta
universum yang berekspansi, kejadian ini diperkirakan sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Sebelum ledakan yang maha dahsyat ini, tak ada energi, tak ada materi, tak ada ruang dan
waktu, sebab dalam satu titik tak ada disana dan disitu”.3

1
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains
(Jakarta;PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012),hlm. xxiii
2
Shihab, Tafsir Al-Misabah: Volume 8, hlm. 42.
3
A.Baiquni,Alquran, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima
Yasa, 1996), hlm. 40.

3
Keberadaan ekspansi ini diketahui berdasarkan riset sistematis dalam pengamatan
Instrumentalia dan teori, dimana seluruh galaksi semakin menjauhi galaksi kita, semakin jauh
jaraknya kecepatannya semakin bertambah, seluruh universum berekspansi, seluruh galaksi
bergerak saling menjauh, dan pada jarak terjauh mendekati kecepatan cahaya.4
Sejak kejadiannya pada peristiwa Big bang alam semesta ini berkembang secara
evolutif.Ia mulai dengan kabut hydrogen yang berputar melanda dan berputar melalui ruang.
Alam semesta penuh dengan asap yang renggang dari gas yang melimpah ini yang
merupakan 90% dari semua materi kosmos ini. dalam gerak acak dari awan yang seperti itu,
atom-atom kadang-kadang berkumpul secara bersama secara kebetulan untuk membentuk
kantong-kantong gas yang padat. Dari peristiwa inilah bintang-bintang muncul.Demikian
secara perlahan-lahan setelah melalui kira-kira 20 miliyar tahun cahaya, akhirnya
terbentuklah galaksi-galaksi yang terus berkembang.Bintangbintang, matahari dan pelanet-
pelanet yang mengintari matahari kita, termasuk bumi yang kita huni.Inilah sebuah planet
dengan pusatnya matahaari yang kita sebut sebagai tata surya (solar system).5
Menurut konsep Alquran bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa,
sesuai dengan firmanNya:
artinya : “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya,
dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan
sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata".
Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dua
hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan bumi, dan dua hari untuk penciptaan
sarana makhluk.Jika kita berbicara mengenai “sittati ayyam” maka banyak terjadi perbedaan
pendapat dikalangan para ulama. Ada ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam,
tetapi ada lagi yang memahami sesuai dengan hitungan Allah yakni 1000 tahun. banyak
perbedaan pendapat bukan berarti ayat Alquran saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat
relatifitas waktu. Dengan hikmah dan ilmunya menghendaki alam ini diciptakan enam hari,
menunjukkan bahwa ketergesa-gesaan bukanlah suatu haal yang terpuji, tetapi yang terpuji
adalah keindahan dan kebaikan karya.6

4
Ibid., hlm. 12-13
5
Mulyadi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia
(Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 8.
6
Shihab, op.cit , hlm. 558.

4
Alam diatur melalui apa yang oleh Alquran disebut sebagai sunnah Allah. sunnah
Allah menurut hemat saya, berbeda dengan hukum alam (natural law). Karena sementara
hukum alam tidak menginginkan sesuatu pengertian kreativitas apapun, sunnah Allah
memberikannya. Sunnah Allah adalah kebiasaan atau cara Allah dalam menyelenggarakan
alam ini. Sunnah menghendaki sebuah kebiasaan (adat, menurut istilah Al-Ghazali).Dalam
hukum alam, kemungkinan mukjizat tidak dapat tempat.Sementara dalam Menurut Effat Asy-
Syarqawi dalam bukunya Filsafat Kebudayaan Islam sebagaimana dikutip oleh Al Rasyidin
bahwa dalam perspektif Islam tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah
sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang Keberadaan
dan Kemahakuasaan Allah Swt.7 Ini menunjukkan bahwa alam semesta tidak muncul begitu
saja melainkan ada wujud yang menciptakannya yakni hanya Allah Swt. yang tidak dapat
ditandingi kekuasaann-Nya. sunnah Allah, kemungkinan tersebut tidak dinafikan.8

b. Tujuan Penciptaan Alam Semesta


Sebagaimana yang telah Allah kabarkan dalam Alquran surah Fushshilat (41) ayat
53:

ِ ‫اق وفِي اَْن ُف ِس ِهم حتّى يتَبيَّن لَ ُهم اَنَّهُ الْح ُّق اَولَم ي ْك‬
َ ِّ‫ف بَِرب‬ ِ ِ ِ ِ
‫ك اَنَّه َعلى ُك ِّل‬ َْ َ َ ْ َ ََ َ ْ ْ َ َ‫َسنُ ِريْه ْم ايتنَا فىااْل ف‬
‫َش ْي ٍء َش ِه ْي ٌد‬
Artinya:“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di alam
semesta dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Ia adalah
Kebenaran (al-Haq).”
Didalam ayat yang lain Allah Swt. juga menyatakan dalam Alquran :
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Penciptaan langit dan bumi dan
berbeda-beda bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.
Selain sebagai bukti kekuasaan Allah alam semesta diciptakan juga bertujuan untuk
sebagai sarana bagi manusia untuk mengambil pelajaran. Dalam hal ini boleh dikatan alam
semesta bagaikan guru bagi manusia. Namun pelajaran apakah yang dimaksudkan untuk
dapat diambil dan direnungi dari alam semesta? Tidak lain adalah pelajaran bagaimana alam
semesta tunduk dan konsisten pada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah Swt.

7
Al Rasyidin, Falsafah pendidikan Islam , hlm. 8.
8
Ibid., hlm. 9.

5
Namun jika manusia tidak mau belajar dari konsistensi alam semesta, itulah yang dapat
menyebabkan manusia yang memiliki ‘aql tetapi berprilaku bagaikan binatang, membuat
kerusakan bahkan saling bertumpah darah. Dalam hal ini tentulah sangat berkaitan dengan
timbulnya kerusakan alam semesta boleh jadi akibat perilaku manusia yang zhalim terhadap
kelangsungan alam semesta. Padahal tujuan diciptakan-Nya alam semesta adalah semata-
mata bagi manusia selaku khalifah di muka bumi.
Hasan Basri menjelaskan bahwa alam semesta dapat dijadikan guru yang bijaksana,
ombak di lautan yang dapat menjadi energi bagi para peselancar, angin dimanfaatkan untuk
terjun payung, air deras yang diberndung untuk energi pembangkit listrik, dan banyak
manfaat yang dengan mudah dapat meningkatkan taraf hidup manusia.9 Belajar dari alam
semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta bagaikan
guru dengan muridnya, pendidik dengan anak didik, bahkan alam semesta bagaikan literatur
yang amat luas dan kaya dengan informasi yang aktual. Alam mempertontonkan karyanya
yang dinamis kepada manusia yang berniat belajar seumur hidup.
Manusia dengan mengamati alam semesta dapat mengembangkan potensi
berpikirnya. Sebagaimana Salminawati menjelaskan bahwa dengan berpikir manusia
mengetahui benar dan salah, yang baik dan yang buruk, selanjutnya menentukan pilihan
untuk senantiasa melakukan yang benar dan baik dan menjauhi yang salah dan buruk.10
Dengan demikian manusia senantiasa harus melatih pola berpikirnya dengan belajar
melalui yang telah disiratkan Allah pada alam semesta. Bagaimana langit diciptakan
bertingkat-tingkat, bulan sebagai cahaya, dan matahari sebagai pelita. Atau pernahkah
manusia merenungkan bagaimana unta diciptakan, bagaimana pula langit ditinggikan,
gunung-gunung ditegakkan atau bagaimana bumi dihamparkan.
Menurut penulis adanya alam semesta diciptakan Allah Swt. merupakan bahan dan
sumber-sumber ilmu pengetahuan dan sebagai pengamatan bagi manusia untuk terus
menggali khazanah ilmu. Tentu saja dengan adanya pengamatan tersebut akan menimbulkan
hasil yang positif yang diharapkan akan menjadi suatu anal kebajikan dan bermanfaat bagi
seluruh penduduk bumi yang pada akhirnya manusia akan memahami dan memaknai apa
hakikat diciptakannya Maha Karya alam semesta ini telah diciptakan Allah Swt.
Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib telah memberikan beberapa pesan tentang pelajaran dan
mengambil pelajaran, yaitu : Pertama, pelajaran adalah pemberi peringatan dan penasihat.
Kedua, bukanlah tawakkal yang baik jika seseorang memohon ampun (akan kesalahannya),
9
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hlm. 22
10
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islami, Membangun Konsep Pendidikan yang Islami, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011), hlm. 38

6
kemudian dia melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya. Ketiga, mengambil pelajaran
membawa pada kesadaran. Keempat, alangkah banyaknya contoh (peringatan), tetapi sedikit
sekali yang menjadikannya sebagai pelajaran.11
Untuk itulah manusia patut mensyukuri atas alam semesta yang telah diciptakan Allah
dengan segala isinya sebagai bukti kekuasaan-Nya dan untuk menemukan karunia-Nya.16
Dengan adanya alam semesta manusia dapat mengembangkan potensi berpikirnya dengan
tetap berpegang teguh pada aturan-aturan Allah sehingga tercipta keseimbangan antara alam
semesta dengan makhluk hidup yang ada didalamnya. Dan sebagai bukti nyata bahwa adanya
alam semesta sebagai bukti sifat Wujud dan Iradah Allah Swt.

c. Implikasi Terhadap pendidikan Islam


Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-
Rabb, yaitu Tuhan yang Maha Pencipta (khaliq), yang menciptakan seluruh makhluq, makro
dan mikro kosmos. Karenanya Ia disebut al-Rabb al-‘alamin, Tuhan Pencipta alam semesta.
Sebagai Pencipta, Dia juga yang memelihara dan ‘mendidik’ seluruh alam. 12Alam harus
dipelajari sebagai objek studi atau ilmu pengetahuan.Untuk itu, pendidikan islami merupakan
instrument kunci guna menemukan, menangkap, dan memahami alam dengan seluruh
fenomena dan noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan menghantarkan manusia pada
kesaksian akan keberadaan dan kemahakuasaan
Allah Swt. Karenanya, dalam konteks ini, melalui proses pendidikan islami, manusia
dihantarkan pada pengakuan (syahadah) akan keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan
Pencipta, Pemelihara, dan Pendidik alam semesta. 13
Dalam perspektif Islam, manusia harus
merealisasikan tujuan kemanusiaannya di alam semesta, baik sebagai syahid Allah,‘abd Allah
maupun khalifah Allah. Dalam konteks ini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana
bagi manusia untuk bersyahadah akan keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud nyata
yang menandai syahadah itu adalah penunaian fungsi sebagai makhluk ‘ibadah dan
pelaksanaan tugastugas sebagai khalifah. Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi
pendidikan, yakni tempat dimana manusia dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agar
berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya.Karena alam ini bukan
hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib, maka sebagai wilayah studi objek pendidikan
Islami tidak hanya berkaitan dengan gejala-gejala yang dapat diamati indera manusia
11
Syaikh Fadhlullah al-Hai’iri, Tanyalah Aku Sebelum Kau Kehilangan Aku : Kata-Kata Mutiara ‘Ali
bin Abi Thalib, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2012), hlm. 128.
12
Al Rasyidin, op.cit hlm. 11.
13
Ibid., hlm. 12.

7
(fenomena), tetapi juga mencakup segala sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera
(noumena). Karenanya pengetahuan yang ditransfer tidak hanya pengetahuan indrawi dan
rasional tetapi juga ilmu-ilmu laduny, isyraqi, iluminasi dan kewahyuan.14 Melalui proses
pendidikan di alam semesta inilah, kelak Allah Swt. akan menilai siapa diantara hambaNya
yang mampu meraih prestasi terbaik. Sebagaimana.
firmanNya:
artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya”.
Allah sebagai pencipta adalah pemilik dan penguasa tidak ada pencipta selain Dia.
PenciptaanNya meliputi seluruh alam.Dia adalah Rabbul ‘alamin.Allah adalah Esa sebagai
Rabb. Pengesahan ini disebut tauhid Rububiyah artinya mengimani dengan sungguh-sungguh
tanpa ada keraguan bahwa Dialah Rabb satu-satunya, tidak memerlukan apapun kepada
selain Dia. Rabb adalah pemilik seluruh alam, pemelihara dan penyempurna segala sesuatu.
Ia yang menyampaikan sesuatu ketingkat kesempurnaan sedikit demi sedikit. Kata Rabb
bermakna Uluhiyah, penghambaan diri manusia kepadaNya dan tuntutan melaksanakan
ibadah hanya kepadaNya.15
Dampak dari memahami esensi alam semesta terhadap Pendidikan Islam adalah
menyadarkan kembali tugas dan fungsi manusia di bumi Allah ini sebagai khalifah dan
hambaNya melalui saran yang disebut dengan Pendidikan Islam.Pendidikan Islam berfungsi
mengarahkan para pendidik dalam membina generasi penerus yang mandiri, cerdas,
berkepribadian sempurna (sehat jasmani dan rohani) serta bertanggungjawab dalam
menjalani hidupnya sebagai hamba Allah, makhluk individu, dan sosial menuju terbentuknya
kebudayaan Islam.16Pendidikan Islam secara luas tidak hanya terbatas pada transfer tiga ranah
saja (kognitif, afektif, psikomotorik), akan tetapi mencakup berbagai hal yang berkenaan
dengan pendidikan Islam secara luas yang mencakup sejarah, pemikiran, dan lembaga.17

PENUTUP

14
Ibid., hlm. 12.
15
Nasrun Jamy Daulay, Tafsir Alquran: Dalam Beberapa Tema Aktual, (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2009), hlm. 6.
16
Syafaruddin, et.al. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Ummat (Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2012), hlm. 29.
17
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah: Kajian
dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 3.

8
A. KESIMPULAN

Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dua
hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan bumi, dan dua hari untuk penciptaan
sarana makhluk.Jika kita berbicara mengenai “sittati ayyam” maka banyak terjadi perbedaan
pendapat dikalangan para ulama. Ada ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam,
tetapi ada lagi yang memahami sesuai dengan hitungan Allah yakni 1000 tahun. banyak
perbedaan pendapat bukan berarti ayat Alquran saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat
relatifitas waktu. Dengan hikmah dan ilmunya menghendaki alam ini diciptakan enam hari,
menunjukkan bahwa ketergesa-gesaan bukanlah suatu haal yang terpuji, tetapi yang terpuji
adalah keindahan dan kebaikan karya.
Kemudian tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana untuk
menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang Keberadaan dan
Kemahakuasaan Allah Swt. Ini menunjukkan bahwa alam semesta tidak muncul begitu saja
melainkan ada wujud yang menciptakannya yakni hanya Allah Swt. yang tidak dapat
ditandingi kekuasaann-Nya. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan dalam Alquran surah
Fushshilat (41) ayat 53.
Dalam hal ini alam semesta juga merupakan institusi pendidikan, yakni tempat
dimana manusia dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan
atau mewujudkan fungsi dan tugasnya.Karena alam ini bukan hanya syahadah saja, tetapi ada
alam ghaib, maka sebagai wilayah studi objek pendidikan Islami tidak hanya berkaitan
dengan gejala-gejala yang dapat diamati indera manusia (fenomena), tetapi juga mencakup
segala sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera (noumena).Karenanya pengetahuan yang
ditransfer tidak hanya pengetahuan indrawi dan rasional tetapi juga ilmu-ilmu laduny,
isyraqi, iluminasi dan kewahyuan. Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah, kelak
Allah Swt. akan menilai siapa diantara hambaNya yang mampu meraih prestasi terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

9
A.Baiquni,Alquran, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yogyakarta: PT. Dana Bakti
PrimaYasa, 1996

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam

Basri Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia , 2009

Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah: Kajian
dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan Jakarta: Kencana, 2013

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-
Quran dan Sains Jakarta;PT.Sinergi Pustaka Indonesia, 2012

Kartanegara Mulyadi, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia
Jakarta: Erlangga, 2008

Daulay Jamy nasrun, Tafsir Alquran: Dalam Beberapa Tema Aktual, Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2009

Shihab, Tafsir Al-Misabah: Volume 8

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islami, Membangun Konsep Pendidikan yang Islami,


Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011

Syaikh Fadhlullah al-Hai’iri, Tanyalah Aku Sebelum Kau Kehilangan Aku : Kata-Kata
Mutiara ‘Ali bin Abi Thalib, Bandung: Pustaka Hidayah, 2012

Syafaruddin, et.al. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Ummat Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2012

10

Anda mungkin juga menyukai