Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

“Filsafat Kosmologi”

Dosen Pengampu : Rahmawati, LC., M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Revenia

Rian Gibran Ramadhan

Salasiah Agustina

Siti Saudah

Suci Lestari

Lokal/Semester : B2 Reg/III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KUALA KAPUAS

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan waktu dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan Islam tentang
“Filsafat Kosmlogi”.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Rahmawati, LC., M. Pd yang


telah memberikan waktu dan arahan kepada kami untuk menyusun tugas ini
sehingga memungkinkan terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat
kekurangan.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.

Kuala Kapuas, 24 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Filsafat Kosmologi ................................................................... 2


B. Filsafat Kosmologi dalam Perspektif Islam....................... 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 9

Simpulan................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kosmologi merupakan cabang filsafat yang disebut juga filsafat
fisika atau filsafat alam. Kosmologi membahas hakikat alam semesta,
menyingkap eksistensi yang tersembunyi di balik penampakan fisik, sebuah
refleksi holistik dan mendalam untuk mempertanyakan hal-hal yang berada di
balik alam semesta (alam fisik/empiris).
Alam semesta sebagai kajian dalam kosmologi sudah menjadi
perhatian oleh manusia sejak zaman dulu. Beberapa pertanyaan yang sama
selalu hadir, seperti dari mana dunia ini datang, dari apa dibuat, bagaimana
dan kapan permulaannya, bagaimana akhirnya, seberapa besar dan lain
sebagainya. Jawaban-jawaban berkembang pada masing-masing bangsa dan
peradaban. Jawaban itu menjadi cerita, cerita menjadi legenda, dan legenda
menjadi mitos.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat kosmologi?
2. Bagaimana filsafat kosmologi dalam perspektif Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui filsafat kosmologi.
2. Untuk mengetahui filsafat kosmologi dalam perspektif Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Kosmologi
Dalam bahasa Yunani, cosmos berarti bumi atau alam semesta yang
berjalan dengan keteraturan, keserasian atau keharmonisan, dan logos yang
berarti ilmu. Kata kosmos ini digunakan untuk menyebut segala kejadian di
alam semesta atau jagat raya yang penuh dengan keteraturan dan
keharmonisan. Dalam pengertian luas disebut macro-cosmos yang berati
suatu susunan keseluruhan atau kompleks yang dipandang dalam totalitasnya
atau sebagai suatu keseluruhan yang aktif serta terstruktur. Arti lain dari
makrokosmos adalah alam semesta sebagai sebuah keseluruhan atau sistem
yang terpadu dan tunggal. Lawan dari makrokosmos adalah mikrokosmos,
yaitu bagian kecil dari satu keseluruhan,1 dan yang dimaksud di sini adalah
manusia.
Mengapa manusia disebut mikrokosmos? Karena secara struktur
material, unsur-unsur yang membentuk manusia itu sama persis dengan
semua unsur yang ada di alam. Demikian juga dalam unsur bathiniahnya serta
sistem geraknya juga sama dengan sistem gerakan realitas yang terjadi di
alam semesta ini. Itulah mengapa manusia dapat dikatakan miniatur dari
realiatas alam besar.
Secara istilah, kosmologi dibedakan menjadi dua: kosmologi
filososfis dan kosmologi saintifik. Kosmologi filosofis adalah cabang filsafat
yang membicarakan dan mengkaji asal mula dan susunan alam semesta
secara kseluruhan, segala sesuatu yang ada, termasuk teori-teori tentang ruang
dan waktu. Sedangkan kosmologi saintifik adalah cabang astronomi yang
mengkaji tentang asal-usul dan evolusi alam semesta dari Big Bang hingga

1
Tri Astutik Haryati, Kosmologi Jawa Sebagai Landasan Filososfis Etika Lingkungan,
(Vol. 20, No. 2, 2017) h. 176

2
3

hari ini dan seterusnya hingga masa depan struktur dan dinamikanya, nasib
akhirnya, serta hukum sains yang mengatur bidang-bidang ini.2
Kosmologi merupakan kajian tentang alam semesta sebagai suatu
sistem rasional yang teratur, termasuk di dalamnya dikaji aspek metafisika
dari ruang, gerak, waktu, perubahan, kausalitas, dan keabadian. Dalam teori
modern, kosmologi lebih khusus membahas tentang asal-usul, struktur, sifat,
dan perkembangan fisik alam semesta dengan dasar pengamatan dan
metodologi ilmiah. Perhatian utama kosmologi ialah bermula dari alam
semesta fisik secara keseluruhan dan menuju pada prinsip-prinsip yang
melatarbelakanginya.3
Dalam laman Wikipedia, kosmologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta. Jenis hubungan
yang dipelajari meliputi asal-usul dan struktur dari ruang dan waktu yang
berkaitan dengan alam semesta. Kosmologi membahas mengenai sejarah
alam semesta dalam skala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan
asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi dipelajari dalam
astronomi, filsafat, dan agama. Dari hal tersebut maka pembahasan mengenai
penciptaan alam di dalam kajian para filsuf biasanya dimasukkan ke dalam
pembahasan mengenai kosmologi. Sedang kosmologi termasuk bagian dari
filsafat alam yang di dalamnya membicarakan inti alam dan isi alam.
Sepanjang sejarah, konsep tentang kosmologi adalah sesuatu yang
tidak selesai diperdebatkan oleh semua kalangan akademisi, teolog, saintis,
dan filsuf dari dulu hingga kini. Berbagai metodologi dan pendekatan telah
dibangun untuk sampai pada suatu teori tertentu namun, pada akhrinya
kesimpulan kalangan mereka selalu berbeda-beda di setiap zaman. Persoalan
kosmologi tidak terlepas dari pembahasan ruang dan waktu, materi serta
energi, dan acap kali disandingkan, karena semuanya merupakan bagian dari
adanya alam ini. Ruang berkaitan dengan tempat alam itu sendiri, sedangkan

2
Yongki Sutoyo, Kosmologi Ibnu Sina dan Relevansinya dalam Diskursus Kosmologi
Kontemporer, (Vol. 4, No.2, 2020) h. 33-34
3
Imam Khanafie Al-Jauharie, Tema-tema Pokok Filsafat Islam, (Bojong Pekalongan: PT.
Nasya Expanding Management, 2020) h. 152-153
4

waktu adalah mengenai asal-usul. Sementara materi merupakan pembentuk


mewujudnya dan energi yang menjadikan alam ini memiliki mekanisme
keteraturan yang meliputinya.
Dalam menjelaskan tentang alam semesta secara garis besar ada
dua paham terkait asal mula dan bagaimana alam ini ada. Pertama, paham
yang memandang alam ini diciptakan; dan yang Kedua, paham yang
menganggap alam ini ada dengan sendirinya. Paham yang memandang alam
ini diciptakan ialah paham kreasionisme, dan paham materialism, yaitu
paham sebaliknya, yang memandang alam ini ada dengan sendirinya atau
secara kebetulan.4
Kosmologi adalah rumusan tentang alam semesta yang sistematis,
terinci, dan dapat menjadi dasar untuk menerangkan segala peristiwa alam.
Pada saat ini, dalam dunia filsafat dapat dibedakan dua macam kosmologi,
yaitu:
1. Filsafat mekanisme, yang memandang realitas ini sebagai mesin yang
berjalan otomatis karena telah diatur oleh hukum alam yang sangat
sempurna. Mekanisme alam ini tidak dipengaruhi oleh kekuatan lain
selain hukum alam. Alam telah dibagi dalam komponen yang kecil-kecil
seperti komponen mesin. Apabila setiap komponen mesin itu berfungsi
dengan baik maka alam semesta ini juga berjalan teratur. Oleh karena itu,
apabila ada komponen yang lemah atau rusak sebaiknya diganti atau
dibuang agar tidak mengganggu komponen yang lain.
2. Filsafat Organisme, yang memandang realitas ni sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat dibagi-bagi. Semua bagian dari realitas itu tidak berdiri
sendiri-sendiri, tetapi saling terikat, seperti anggota tubuh manusia,
apabila satu jari tangan sakit seluruh badan merasakannya. Bila ada organ
yang sakit harus disembuhkan, tidak dibuang atau diganti dengan organ
lain.5

4
Hartanto, Transhumanisme untuk Pemula, (DKI Jakarta: Lembaga Pembangunan Rakyat
Indonesia, 2022) h. 82-83
5
Oesman Arif, Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat, (Yogyakarta: Genta
Nusantara, 2018) h. 95-96
5

B. Filsafat Kosmologi dalam Perspektif Islam


Sumber utama kosmologi dalam Islam ialah Al-Quran dan Hadis
Nabi. Al-Quran banyak menyebutkan elemen-elemen kosmik—seperti arsy,
langit, bmi, bintang, bulan, gunung, dan sebagainya—meskipun sebagian
dalam konsep yang abstrak dan tidak memberikan gambaran kosmik yang
lengkap dan koheren sehingga membutuhkan penjelasan dari hadis serta
penafsiran dan penelitian dengan perangkat ilmu pengetahuan.
Sebagaimana para pemikir Yunani, sebagian filsuf muslim juga
tertarik untuk mempelajari kosmologi. Mereka membahas hakikat alam
dengan cara yang agak berbeda dengan filsuf Barat atau Yunani Kuno karena
filsuf muslim menggunakan teks wahyu dan hadis Nabi sebagai dasar dari
pemikiran filsafat mereka tentang alam. Di antara tokoh muslim yang
membahas alam, ialah :
1. Al-Kindi (796-873). Beliau mengemukakan argument yang diambil dari
gagasan tauhid yakni bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, Sang
Pencipta melalui proses sebab-akibat. Al-Kindi berpendapat alam
memiliki permulaan. Alam diciptakan oleh Allah dari yang tidak ada
(creation ex nihilo). Di alam ini ada berbagai macam gerakan, termasuk
gerak mencipta dan merusak. Gerakan tersebut terjadi karena sebab, yang
pada akhirnya akan bermuara pada sebab pertama yang menyebabkan
segala pembentukan dan penghancuran alam, yakni Allah.
2. Al-Farabi (872-950). Menurutnya hakikat alam hanyalah semacam wujud
“yang mungkin” sebab ia bergantung kepada zat yang memiliki wujud
“hakiki” yakni Allah. Menurut Al-Farabi alam diciptakan bukan dari yang
tiada, melainkan dari sesuatu yang ada, melalui proses emanasi atau
pancaran pemikiran Allah tentang diri-Nya sendiri. Emanasi adalah proses
intelektual yang melahirkan keragaman dalam kesatuan, dan memberikan
penjelasan tentang dunia (alam semesta) yang diciptakan oleh satu entitas
tunggal namun, menunjukkan keragaman.6

6
Ubaidillah Achmad, Islam Geger Kendeng dalam Konflik Ekologis dan Rekonsiliasi
Akar Rumput, (Jakarta: Prenadamedia, 2016) h. 217-218
6

Para filsuf muslim disibukkan oleh pertanyaan tentang hubungan


Tuhan dan alam, bagaimana Tuhan menciptakan alam? Apakah alam
memiliki permulaan atau muncul karena Tuhan ingin menciptakan alam?
Materi apa yang Tuhan gunakan untuk menciptakan alam? Oleh karena itu
ada beberapa teori penciptaan, di antaranya ialah pemikiran dari Ibnu Sina
sebagai berikut:

Ibnu Sina (980-1037) membangun kosmologi dan skema emanasi


yang kompleks mengenai penciptaan dari ketiadaan (creation exnihilo) dan
menjelaskan fenomena yang bisa diamati secara indra dari dunia. Alam
dipandang sebagai sesuatu yang abadi atau emanasi dari yang satu. Walaupun
tidak bermula dari kesengajaan yang Satu namun, memiliki izin yang penuh
dari yang Satu. Konsep ini dipengaruhi Neoplatonisme klasik. Di mana
menurut teori ini alam semesta yang terdiri dari banyak entitas bersumber dari
Yang Trensenden yang bersifat kesatuan. Penciptaan emanasi terjadi melalui
medium hierarki zat immaterial. Rangkaian wujud emanasi Ibnu Sina yang
membuat semua wujud memungkinkan kemunculan yang banyak dari yang
Satu tanpa melanggar atau merusak sistem kesatuan dari yang satu.

Sistematika emanasi Ibnu Sina bisa dijelaskan sebagai berikut: Ibnu


Sina menetapkan tiga objek pemikiran (ta’aqqul), yakni Allah sebagai wajib
al-wujud lidzatihi memunculkan wajib al-wujud lighairihi dan diri-Nya
sebagai mumkin al-wujud. Dari pemikiran (ta’aqqul) tentang Allah sebagai
wajib al-wujud lidzatihi timbul akal-akal, dari pemikiran tentang dirinya
sebagai wajib al-wujud lighairihi timbul jiwa-jiwa yang berfungsi sebagai
penggerak planet-planet, dan dari pemikiran tentang dirinya sebagai mumkin
al-wujud timbul planet-planet.7

Demikian jelas bahwa dalam perspektif Islam, Allah adalah


Pencipta yang mutlak dan satu-satunya pemberi keadaan kosmos. Alam

7
Zainun Nasihah, Visi Kesadaran Kosmik dalam Kosmologi Sufi Ibn ‘Arabi, (Serang: A-
Empat, 2020) h. 92-94
7

semesta atau tatanan dunia yang diciptakan tidak memiliki kekuatan mencipta
dalam arti member keadaan atau bahkan bentuk. Tuhan sendirilah pemberi
keberadaan dan bentuk. Adapun hukum yang sekarang mengatur kosmos,
Islam melihat kekuasaan Tuhan termanifestasikan di seluruh alam semesta. Ia
adalah agen Tuhan, yang dikenal sebagai malaikat, yang mengatur peristiwa
dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya, menurut hukum yang ditentukan oleh
Tuhan dan mencerminkan kebijaksanaan-Nya. Islam melihat tatanan dan
keteraturan fenomena alam sebagai tanda kebijaksanaan dan kehendak-Nya
yang memerintah atas alam semesta dan sebagai bukti dari keberadaan-Nya.8

Dalam pandangan filsafat Islam, alam semesta adalah wujud atau


eksistensi Tuhan dalam kehidupan ini, atau alam sebagai perwujudan dari
Tuhan, ini mencerminkan kebesaran Allah sebagai pencipta yang agung,
sebagaimana tertera dalam Al-Quran, yang artinya: “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
Al Quran itu adalah benar. Tiadakkah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Q.S. Fushshilat: 53). Maka, jelas bahwa
ayat-ayat Al-Quran, fenomena alam, yang ada dalam jiwa manusia, maupun
dalam ciptaan-Nya yang lain sebagai tanda-tanda atau isyarat Allah.9

Alam semesta bermula diterangkan dalam Al-Quran dengan


menggambarkan tentang penegasan kepada orang kafir yang tetap tidak mau
beriman bahwa antara langit dan bumi adalah suatu yang padu, lalu Allah
memisahkan antara keduanya dan dari air Allah menjadikan segala sesuatu
yang hidup (Q.S. Al-Anbiya: 30). Al-Quran menyatakan alam semesta datang
dari satu sumber materi dan energi, dan kemudian Allah mengembangkannya.
Islam mengakui konsep singularitas alam semesta (teori Big Bang).

8
Seyyed Hossein Nasr, Islam, Sains, dan Muslim, alih bahasa Muhammad Muhibbuddin,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2022) h. 54-55
9
Seyyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia, dan ALam, alih bahasa: Ali Noer Zaman,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2021) h. 171
8

Al-Quran secara jelas menyebutkan bahwa alam semesta ini


mengembang. Alam semesta ini dinamik dengan segala konsekuensinya.
Konsep alam semesta mengembang adalah salah satu konsep fundamental
dalam kosmologi modern. Pengembangan alam semesta dibuktikan oleh
Allah dengan kekuasaan-Nya, yaitu dengan menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia
mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. Banyaknya planet di
alam semesta ini memungkinkan bahwa kehidupan bisa terjadi tidak hanya di
bumi. Q.S. As-Syura ayat 29 tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa
adanya makhluk di langit (di luar bumi) yang berdiam.

Alam semesta ini masih lama untuk berakhir menurut prediksi


manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan memahami qudrah dan
iradah Allah, karena masih mengembang, tapi bumi dan tata surya bisa saja
hancur lebih dahulu daripada alam semesta. Namun, Allah mempertegas
bahwa pasti akan terjadi akhir dari alam semesta dengan mengetengahkan
betapa dahsyatnya hal itu terjadi, lazimnya disebut kiamat seperti yang
dibicarakan dalam Al-Quran. Peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa
langit dan bumi kembali menjadi satu.10

10
Siti Nurjanah, Kosmologi dan Sains dalam Islam, (Vol. 18, No. 1, 2013) h. 5-6
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Dalam bahasa Yunani, cosmos berarti bumi atau alam semesta yang
berjalan dengan keteraturan, keserasian atau keharmonisan, dan logos yang berarti
ilmu. Kosmologi merupakan kajian tentang alam semesta sebagai suatu sistem
rasional yang teratur, termasuk di dalamnya dikaji aspek metafisika dari ruang,
gerak, waktu, perubahan, kausalitas, dan keabadian. Kosmologi membahas
mengenai sejarah alam semesta dalam skala besar.

Sumber utama kosmologi dalam Islam ialah Al-Quran dan Hadis Nabi.
Al-Quran banyak menyebutkan elemen-elemen kosmik—seperti arsy, langit, bmi,
bintang, bulan, gunung, dan sebagainya—meskipun sebagian dalam konsep yang
abstrak dan tidak memberikan gambaran kosmik yang lengkap dan koheren
sehingga membutuhkan penjelasan dari hadis serta penafsiran dan penelitian
dengan perangkat ilmu pengetahuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ubaidillah. 2016. Islam Geger Kendeng dalam Konflik Ekologis dan
Rekonsiliasi Akar Rumput. Jakarta: Prenadamedia.

Arif, Oesman. 2018. Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat. Yogyakarta:
Genta Nusantara.

Al-Jauharie, Imam Khanafie. 2020. Tema-tema Pokok Filsafat Islam. Bojong


Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management.

Hartanto. 2022. Transhumanisme untuk Pemula. DKI Jakarta: Lembaga


Pembangunan Rakyat Indonesia.

Haryati, Tri Astutik. 2017. Kosmologi Jawa Sebagai Landasan Filososfis Etika
Lingkungan. Vol. 20, No. 2.

Nasr, Seyyed Hossein. 2021. Antara Tuhan, Manusia, dan ALam, alih bahasa: Ali
Noer Zaman. Yogyakarta: IRCiSoD.

Nasr, Seyyed Hossein. 2022. Islam, Sains, dan Muslim, alih bahasa Muhammad
Muhibbuddin. Yogyakarta: IRCiSoD.

Nasihah, Zainun. 2020. Visi Kesadaran Kosmik dalam Kosmologi Sufi Ibn ‘Arabi.
Serang: A-Empat.

Nurjanah, Siti. 2013. Kosmologi dan Sains dalam Islam. Vol. 18, No. 1.

Sutoyo, Yongki. 2020. Kosmologi Ibnu Sina dan Relevansinya dalam Diskursus
Kosmologi Kontemporer. Vol. 4, No.2.

10

Anda mungkin juga menyukai