Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ILMU ALAMIAH DASAR


Dosen :

Oleh :
Ahmad Sahlaludin
2021.01.1.0084
Karyawan
Semester 2

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SEBELAS APRIL
2022

i
ABSTRACT
This article describes various opinions about the Creation of the Universe according to
Scientific and Divine Theories. This article starts from the concept of scientific creation of
nature, like other philosophers and theories. then the divine concepts taken from the Islamic
religion, such as Islam (al-Qur'an), and the philosophers of the Muslims. In Islamic sources,
when the Koran talks about the universe (universe), the Koran does not discuss it in detail.
The Koran only discusses the outline, because the Koran is not a book of cosmology or
science books in general that describes the creation of the universe systematically (six days).
The discussion of the universe (universe) is a complex discussion full of puzzles. So that the
human mind without the intermediary of religious instruments and empirical studies of
natural science (cosmology) will certainly not be able to draw conclusions, or answers
around it. Even religious texts are sometimes very shallow in discussing this matter and do
not cover all the desired topics.

Keywords: Creation, Nature, Comparative, ilmiyyah, divine

ABSTRAK

Artikel ini mendeskripsikan tentang berbagai pendapat tentang Penciptaan Alam


Semesta menurut Teori Ilmiah dan llahiyyah. Artikel ini dimulai dari konsep penciptaan alam
secara ilmiyyah, seperti para filsuf dan teori-teori yang lainnya. kemudian konsep-konsep
ilahiyyah yang diambil dari agama islam, seperti Islam (al-Qur’an), dan para filsuf orang-
orang islam. Dalam sumber Islam, ketika al-Quran membicarakan tentang alam semesta
(universe), al-Quran tidak membahasnya secara detail. Al-Quran hanya membahas garis
besarnya saja, karena al-Quran bukanlah kitab kosmologi atau buku-buku ilmu pengetahuan
umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis (enam hari). Bahasan
tentang alam semesta (universe) merupakan bahasan yang kompleks penuh dengan teka-teki.
Sehingga akal manusia tanpa perantara piranti agama dan studi empiris ilmu pengetahuan
kealaman (kosmologi) niscaya tak akan dapat sampai mengambil kesimpulan-kesimpulan,
atau jawabanjawaban di seputarnya. Bahkan teks-teks agama pun kadang dalam membahas
hal ini sangatlah dangkal dan tidak mencakup semua bahasan yang dikehendaki.

Kata kunci: Penciptaan, Alam, Komparatif, ilmiyyah, ilahiyyah

i
DAFTAR ISI

ABSTRACT...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
D. Metode Penelitian.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Konsep Penciptaan Alam menurut Ilmiyyah............................................................3
B. Konsep Penciptaan Alam menurut Ilahiyyah.........................................................13
BAB III..................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................21
A. Kesimpulan................................................................................................................21
B. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua agama membicarakan tentang asal usul kejadian alam. Para pakar
agama-agama telah mengemukakan pendapatnya dari pemahaman mereka terhadap kitab
sucinya. Tidak ketinggalan dengan para filsuf, baik sejak zaman Yunani kuno, hingga filsuf
muslim telah memberikan sumbangsihnya terkait asal usul penciptaan alam. Mulai dari Tales
yang berdapat bahwa asal muasal segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berasal dari air.
Pendapat yang lain mengatakan, asal dari segala sesuatu adalah tanah, ada pula yang
berpendat berasal dari api.

Terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa asal mula terjadinya alam semesta
ini karena adanya big bang (ledakan besar) pada jutaan tahun lampau. Dalam Wikepedia
dijelaskan:

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan
sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian
kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan
Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan permodelan ledakan ini,
alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus
menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam
semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu (www.wikepedia.com).

Pencetus teori big bang ini adalah Stephen Hawking. Menurutnya, jagad raya (alam
semesta) berawal dari adanya suatu massa yang sangat besar dan panjang dengan berat jenis
yang besar pula dan mengalami ledakan dan dentuman yang sangat dahsyat karena adanya
reaksi pada inti massa. Ketika terjadi ledakan besar itu, bagian-bagian dari massa tersebut
berserakan dan terpental menjauhi pusat dari ledakan. Setelah miliaran tahun kemudian,
bagian-bagian yang terpental tersebut membentuk kelompok-kelompok yang dikenal sebagai
galaksi dalam sistem tata surya.

Filsof Muslim , seperti al-Farabi, dan Ibnu Sina berpendapat bahwa wujudnya alam
bukanlah dan bukanlah diciptakan, Allah memang prima kausa, penyebab pertama, penggerak
pertama, wajib al-Wujud. Namun, Allah bukanlah pencipta alam, melainkan sebagai

1
penggerak pertama. Allah menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara pancaran
(emanasi). Dengan demikian, Allah menciptakan alam semenjak azali alam semenjak azali
dengan materi alam berasal dari energi yang qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi
alam adalah baru berasal dari pancaran pikiran akal pertama.

Pendapat al-Farabi dan Ibnu Sina di atas kemudian dikritik keras oleh al-Ghazali, ia
mengemukakan bahwa pemikiran alFarabi dan Ibnu Sina tersebut jelas-jelas tidak bisa
diterima dalam pandangan Islam. Sebab, dalam ajaran Islam (yang bersumber dari al-Qur’an
dan Hadits) Allah merupakan Dzat yang Pencipta (al-Khaliq), yaitu yang menciptakan
sesuatu dari tiada. Kalau alam dikatakan qadim, tidak bermula, berarti alam bukanlah
diciptakan, dan dengan demikian Tuhan bukanlah Pencipta.

Adanya berbagai pendapat tentang asal usul kejadian alam, menyebabkan penulis
bermaksud mengeksplorasikan tulisan tentang asal usul kejadian alam. Mulai dari konsep
penciptaan alam secara umum/ilmiyyah, kemudian menurut ilahiyyah.

B. Rumusan Masalah
1 ) Mempelajari konsep penciptaan alam secara ilmiyyah dan ilahiyyah
2 ) Menjelaskan konsep penciptaan alam secara ilmiyyah dan ilahiyyah

C. Tujuan
1 ) Memenuhi tugas alamiyah dasar
2 ) Menambah ilmu pengetahuan alamiyah
3 ) Mempermudah orang lain untuk belajar konsep penciptaan alam

D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan 2 metode yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Namun penulis lebih sering menggunakan metode kualitatif dari pada kuantitatif.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Penciptaan Alam menurut Ilmiyyah
Teori Penciptaan Alam Semesta Menurut Filsuf

Filsuf bernama Thales adalah orang pertama yang menyuarakan tentang kisah
penciptaan alam semesta. Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu.
Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil
dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Menurut Thales air sebagai
sumber kehidupan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan
makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk
(padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.

Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi
dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di
atasnya.

Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis tentang pemikiran


filsafatnya.Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales yaitu orang yang pertama kali memikirkan tentang asal
mula terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga diasumsikan sebagai perintis filsafat
alam (natural philosophy).

Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains

Sejak munculnya berbagai teori dari para filsuf kuno, banyak pula ilmuwan yang
tertarik untuk meneliti penciptaan alam semesta. Teori dari ilmuwan Sains tentang alam
semesta yang paling terkenal adalah teori Big Bang.

Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal usul alam semesta disebut kosmologi.
Sekarang oleh para ahli astronomi modern kosmologi telah diperluas tidak hanya mempelajari
asal usul dan evolusi alam semesta tetapi diperluas meliputi isi alam semesta dan
organisasinya. Studi kosmologi sangat unik karena teori ini hanya berlaku pada satu sistem

3
saja yaitu alam semesta sendiri, sehingga tidak dapat diuji dengan sistem lain. Dasar
pengamatan untuk kosmologi bersumber pada dua hal, yaitu distribusi materi-materi yang
sangat luas di antariksa dan pergerakan yang sangat cepat di alam semesta.

Kajian ontologi terhadap proses terbentuknya alam semesta dimulai dari pemikiran
yang bersifat spekulatif yang dipelopori para filsuf Yunani misalnya Pythagoras yang
mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat
kuantitatif. Kemudian berkembang pandangan di luar Yunani yang diwakili oleh Copernicus,
Aristarchus dan Galileo yang mengatakan benda-benda langit termasuk bumi bergerak
mengelilingi matahari. Selanjutnya dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi
lahirlah pemikiran saintifik tentang proses terbentuknya alam semesta diantaranya pertama
teori model alam semesta statis (steady state) yang menyatakan alam semesta mempunyai
ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal dan terus ada untuk selama-lamanya. Kedua teori
big bang bahwa alam semesta berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan
dahsyat dan mengembang. Akibat adanya perdebatan perbedaan pendapat antara model alam
semesta statis dengan big bang lahirlah teori ketiga yaitu osilasi (oscillating universe) yang
menyatakan alam mengembang lalu mengerut, lalu mengembang lagi dan seterusnya
(Pranggono, 2005).

1) Pemikiran Spekulatif Proses Terbentuknya Alam Semesta


Pada waktu dahulu orang Yunani mengira bahwa bumi dan langit sangat
dekat, dan bumi adalah sangat kecil apabila dibandingkan dengan langit itu. Mereka
beranggapan bahwa bumi itu diatur oleh beberapa dewa, diantaranya Dewa Zeus
sebagai Dewa Guntur dan Helios sebagai Dewa Matahari. Anggapan itu makin lama
makin tidak lagi diikuti oleh masyarakat, berkat pengamatan yang lebih teliti oleh
orang-orang di zamannya (Dirsdjosoemantri, 2001). Tokoh pertama yang
mengembangkan kosmologi dari Yunani adalah Phyhagoras yang mengembangkan
gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat kuantitatif
(Comins and Kaufmann: 2008). Pythagoras yang hidup 2500 tahun sebelum masehi
mengatakan bahwa bumi seperti bola yang tanpa ujung pangkal dan benda-benda
langit, yakni bulan, matahari, bumi, dan planet-planet terletak pada bola-bola
konsentris (sepusat) yang berputar mengitari suatu sumber api sebagai pusat alam
semesta.

4
2) Pemikiran Saintifik Proses Terbentuknya Alam Semesta
Dasar pengamatan untuk kosmologi bersumber pada dua hal, yaitu distribusi
materi-materi yang sangat luas di antariksa dan pergerakan yang sangat cepat di alam
semesta. Oleh karena itu konsep mengenai proses terbentuknya alam semesta ini
mulai berkembang dari beberapa gagasan tentang terjadinya tata surya. Beberapa
pemikiran saintifik tentang proses terbentuknya alam semesta, diantaranya:
a. Teori keadaan tetap (stedy-state theory)
Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-
galaksi, disebabkan karena pengembangan alam semesta yang berlangsung secara
terus menerus digantikan oleh materi yang baru saja tercipta sehingga alam
semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stedy state),
artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta di seluruh alam semesta
(Tjasyono, 2008). Demikian banyaknya benda-benda langit yang tersebar yang
seolah-olah demikian merata di seluruh bola langit yang dapat diamati. Keadaan
seperti itu tidak hanya teramati oleh mata telanjang, tetapi demikian halnya
walaupun kita menggunakan bantuan alat. Maka timbulah suatu pendapat yang
mengusulkan model alam semesta yang paling sederhana, yaitu model yang
dinamakan model keadaan tetap. Ahli– ahli astronomi yang mendukung teori ini
diantarannya Fred Hoyle, Herman Bondi dan Thomas Gold. Pendukung teori
keadaan tetap mengajukan model alam semesta berdasarkan prinsip kosmologi
sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta sama di manapun dan
bilamanapun juga. Oleh karena itu dikenal dengan nama kosmologi keadaan tetap
(steay-state cosmology). Pengertian lain yang digunakan adalah bahwa alam
semesta sebagai tak berawal dan tak berakhir, alam semesta lebih kurang sama,
bukan hanya di manamana, tetapi juga setiap saat.

Berdasarkan asumsi tersebut Bondi dan Gold menganggap segala sesuatu di


alam semesta ini kelihatannya tetap sama meskipun galaksi-galaksi saling
menjauh satu dengan yang lain. Hal itu diduga karena materi di alam semesta
dapat terbentuk terus-menerus dalam ruang kosong dengan kecepatan yang cukup
untuk mengganti materi yang berpindah. Pendapat ini didukung oleh kenyataan
bahwa jumlah galaksi baru sebanding dengan jumlah galaksi lama. Secara
ringkas teori ini menyatakan bahwa setiap galaksi terbentuk (lahir), tumbuh,

5
menjadi tua dan akhirnya mati pada saat bintang-bintang yang mendukung
galaksi itu berevolusi mencapai keadaan katai putih. Dengan terbentuknya
materi-materi baru, maka menurut teori ini alam semesta tak terhingga besarnya
dan tak terhingga tuanya, atau dengan kata lain tanpa awal dan tanpa akhir
(Yahya, 2001).
Dengan mengacu pada filsafat materialis, pandangan ini menolak adanya
Pencipta sambil masih berpendapat bahwa alam semesta merupakan sekumpulan
zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah. Materialisme ialah sistem pemikiran
yang menganggap bahwa zat itu merupakan suatu makhluk yang mutlak dan
menolak segala keberadaan kecuali keberadaan suatu zat. Dengan berakar pada
filsafat Yunani kuno dan semakin diterimanya materialisme ini di abad ke-19,
sistem pemikiran ini menjadi terkenal dalam bentuk materialisme dialekti Karl
Marx
b. Teori dentuman besar (big bang theory)
Kini, di awal abad ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan
fisika modern telah membuktikan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta
dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan
raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan „big bang‟,
membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya
tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa big bang merupakan satu-satunya
penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam
semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada (Andriana, 2009).
Sebelum big bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan,
dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu
diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.

Tahun 1915, Albert Einstein menyimpulkan bahwa alam semesta tidak


mungkin statis dengan teori relativitas yang ditemukannya (Mcevoy and Zarate,
2005). Einstein menambahkan „konstanta kosmologi‟ pada persamaannya supaya
muncul „jawaban yang benar‟, karena para astronomi meyakinkan Einstein alam
semesta itu statis sehingga tidak ada cara lain untuk mengubah persamaannya

6
sesuai dengan model saat itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui
bahwa „konstanta kosmologi‟ adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.

Alexandra Friedmann, ahli kosmologi Rusia pada tahun 1920, menghasilkan


perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan
implus kecil pun menyebabkan stuktur keseluruhan mengembang dan mengerut
menurut teori relativitas Einstein. Kemudian George Lemaitre menyadari arti
perhitungan Friedmann, yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai
permulaan dan ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang memicunya.
Lemaitre menyatakan tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai
ukuran akibat dari ledakan.

Teori big bang juga lahir dari hasil pemikiran ahli astrofisika George
Gamow, ahli fisika Amerika kelahiran Rusia, dengan beberapa rekannya seperti
Ralph Alpher, Hans Bethe dan Robert Herman pada tahun 1948. Gamow
mengemukakan gagasan bahwa setelah terbentuknya alam semesta melalui
peristiwa ledakan dahsyat, ada limpahan radiasi di alam semesta yang tertinggal
karena peristiwa ledakan ini dan radiasi ini tersebar merata di alam semesta.
Gamow juga mengemukakan seluruh bahan dan energi dalam alam semesta
pernah terpadu dalam satu bola raksasa. Bola yang terdiri dari neutron dan energi
pancaran ini dinamainya “Ylem” (dibaca: ailem). Era radiasi Gamow diduga
mempunyai suhu sepuluh miliar derajat pada
saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium. Sebelum saat tersebut ada
beberapa fase yang telah dilalui yaitu sejauh ilmu fisika dapat menjelaskannya
yang hanya mampu dikenal pada saat alam semesta berumur 10-43 detik
berdasarkan hasil perhitungan Planck. Batas ini dikenal sebagai dinding Planck,
sedangkan sebelumnya keadaan hanya dapat dijelaskan dengan teori gravitasi
kuantum yang sampai kini masih dicari pemecahannya oleh para ahli dan belum
berhasil. Dari batas dinding Planck kita memasuki masa sekejap yaitu pada usia
alam semesta 10-23 detik, pada masa itu jari-jari alam semesta sebesar 10-13 cm
dan kerapatannya 1055 kali kerapatan air (Yahya, 2001).

7
Selanjutnya memasuki era quark dimana partikel-partikel saling bertumpang
tindih dan tidak berstruktur. Masa itu diikuti dengan pembentukan hidrogen yang
kerapatannya satu milyar ton per sentimeter kubik. Hal itu terjadi sampai seper
sepuluh ribu detik dengan kerapatan alam semesta trilyunan kali kerapatan air.
Baru selanjutnya masuk pada masa radiasi Gamow. Pada masa usia alam semesta
105 -106 tahun maka suhunya 3000 K dan pada usia 100 juta tahun-semilyar
tahun pembentukan galaksi berlangsung, yaitu pada saat galaksi berupa kabut
pilin yang berputar membentuk piringan raksasa, dan pada usia 4,6 milyar tahun
terbentuklah keluarga tata surya (Yahya, 2001).

Menurut ahli fisika partikel Alan Guth, setelah big bang, kecepatan pemuaian
alam semesta terus menerus berkurang, namun terdapat suatu masa dimana gerak
tersebut mengalami percepatan sehingga alam semesta mengalami peristiwa
peralihan yang tidak serempak membentuk gelembung-gelembung dalam ruang
besar yang memuai. Energi yang dilepaskan pada masa peralihan ini menurut
persamaan medan Einstein bersifat mendorong alam semesta untuk memuai.
Berdasarkan teori tentang alam semesta yang konstan, maka Einstein mencoba
mengemukakan konstanta kosmologi untuk menahan gerak pengembangan alam
semesta. Namun konstanta ini digugurkan oleh hasil pengamatan Hubble dengan
pergeseran merahnya (red shift). Adanya red shift dibuktikan juga dari hasil
pengamatan Slipher (V.M Slipher) terhadap kecepatan radial galaksigalaksi
menjauhi bumi, yang selanjutnya oleh Hubble dihitung dengan jarak antara
galaksi-galaksi tersebut dengan bumi.

Dari hasil pengamatan tersebut Hubble dan rekannya Milton Humason


menggambarkan hubungan antara kecepatan radial dan jarak galaksi, yang
bergerak cepat semakin menjauhi kita. Hal ini sesuai dengan garis spektrumnya
yang menuju daerah panjang gelombang yang lebih besar atau menuju merah,
yang dikenal sebagai red shift. Penemuan tersebut lebih menguatkan dugaan
bahwa alam semesta selalu mengembang dan menipis. Jika sejumlah massa alam
semesta konstan (tidak ada materi yang terbentuk) dan jika tidak awal kontradiksi
yang menyebabkan ekspansi yang terjadi pada waktu sekarang, maka semua
materi dalam alam semesta pada suatu saat akan sangat berdekatan satu dengan

8
yang lain. Dengan demikian lebih sesuai jika terdapat asal “ledakan” yang
memulai pengembangan dari alam semesta. Selanjutnya pada taraf ekspansi dan
pendinginan, hasil ledakkan itu berkorespondensi menjadi galaksi dan
kelompokkelompok galaksi. Dengan demikian landasan untuk teori big bang
lebih kuat (Yahya, 2001).

Menurut Yahya (2001) pada akhir tahun 1950-an pembela teori keadaan tetap
agak mundur, ketika para ahli astronomi mulai mendeteksi sumber radio yang
jauh. Hal ini diperkuat ketika Ralph Alpher dan Robert Herman mengemukakan
bahwa masih ada bukti langsung tentang big bang itu. Mereka meramalkan
bahwa radiasi gelombang mikro 5K dari Ylem masih akan dapat dideteksi tetapi
sudah sangat jauh. Para pengamat menemukan bahwa jumlah sumber radio kuat
di kawasan alam semesta yang jauh ternyata lebih banyak dari pada di kawasan
yang dekat. Sumber tersebut adalah galaksi radio dan benda mirip bintang yang
dinamakan quasar, yang jarak taksirannya menunjukkan bahwa quasar termasuk
benda langit tertua dalam alam semesta yang masih muda.

Kumudian pada tahun 1965 dua insiyur Arnno Penzias dan Robert Wilson
secara kebetulan menemukan radiasi gelombang mikro yang diramalkan oleh
Aplher dan Herman 17 tahun yang lalu. Sebuah bukti lain yang penting untuk
teori big bang itu ialah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
hitungan terakhir, konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan
perhitungan konsentrasi hidrogen-helium yang merupakan sisa dari ledakan
dahsyat. Jika alam semesta tidak mempunyai permulaan dan jika alam semesta
ada karena keabadian tentu unsur hidrogen sepenuhnya digunakan dan diubah
jadi helium (Yahya, 2001).
Dengan mempertahankan teori keadaan tetap yang juga sejalan dengan gagasan
Fred Hoyle selama bertahun-tahun, Dennis Sciama menguraikan pandangan akhir
yang mereka capai setelah terungkapnya semua bukti tentang teori big bang.
Sciama menyatakan bahwa ia turut dalam perdebatan sengit antara yang
mempertahankan teori keadaan tetap dan yang menolaknya. Sciama menyatakan
bahwa ia membela teori keadaan tetap bukan karena menganggapnya sahih,
melainkan karena menghendakinya sahih. Fred Hoyle goyah terhadap semua

9
sanggahan ketika bukti-bukti terhadap teori big bang mulai terbuka. Sciama
sendiri mula-mula sejalan dengan Hoyle, tetapi kemudian karena bukti-bukti
mulai semakin tampak dan menumpuk, ia akhirnya menerima bahwa permainan
telah berakhir dan bahwa teori keadaan tetap harus ditolak (Hawking, 1993).

Kutipan dari Sir Fred Hoyle, yang mengakui kesalahannya setalah bertahun-
tahun menentang big bang. Menurut Hoyle teori big bang menjelaskan bahwa
alam semesta dimulai dengan suatu ledakan tunggal. Akan tetapi, seperti yang
dapat dilihat di bawah ini, suatu ledakan hanya memisahkan zat, sedangkan big
bang secara misterius menghasilkan pengaruh yang bertolak belakang, dengan zat
yang menyatu bersama dalam bentuk galaksi-galaksi (W.R. Bird, 1991).

Paul Davies, profesor fisika teoritis terkenal, menghitung seberapa baik


„penyetelan‟ langkah perluasan setelah terjadi big bag dan ia mendapatkan
kesimpulan yang menakjubkan. Menurut Davies, jika tingkat perluasan setelah
terjadinya big bang itu berbeda walau hanya dengan rasio 1:1.000.000.0002 ,
alam semesta tidak dapat dihuni (Yahya, 2001).
Pengukuran secara cermat menghasilkan angka perluasan yang sangat
mendekati nilai kritis di mana alam semesta akan melepaskan gravitasinya sendiri
dan bertambah luas selama-lamanya. Apabila diperlambat sedikit, kosmos ini
akan jatuh, apabila dipercepat sedikit, bahan-bahan kosmos tersebut akan
seluruhnya terpencar. Selanjutnya yang menarik adalah pertanyaan seberapa
rumitkah tingkat pertambahan luas „disetel‟ dengan baik supaya tiba pada garis
pembagi yang tipis di antara dua bencana alam itu. Jika pada waktu 1 s (pada
waktu terbentuk pola pertambahan luas) tingkat ekspansinya berselisih dari nilai
sebenarnya sampai lebih dari 10-18 kali, ini sudah memadai untuk membatalkan
keseimbangan yang rumit itu. Jadi, daya ledak alam semesta ini sebanding
dengan akurasi gaya gravitasinya yang luar biasa. Ledakan dahsyat ini ternyata
bukan ledakan biasa, melainkan ledakan yang besarnya tertata dengan teliti dan
sangat indah (Bird, 1991).

Menurut Hawking (1988) alam semesta tersusun berdasarkan perhitungan


dan keseimbangan yang „tersetel‟ dengan lebih baik dari yang kita rasakan, ia

10
mengacu pada angka ekspansi alam semesta. Mengapa alam semesta mulai
terbentuk dengan tingkat ekspansi yang begitu mendekati kritis yang memisahkan
model-model yang berurai dan berkeping-keping sehingga terus meluas
selamanya, sampai sekarang pun, sepuluh ribu juta tahun berikutnya, masih terus
bertambah luas mendekati tingkat kritis?. Jika tingkat ekspansi satu detik setelah
big bang lebih kecil bahkan mendekati satu per seratus ribu juta, alam semesta
akan berkeping-keping sebelum mencapai ukurannya yang sekarang ini.

Paul Davies juga memaparkan konsekuensi yang tidak terelakkan dari


keseimbangan dan perhitungan yang sangat cermat dan tepat itu, kesan bahwa
struktur terkini dari alam semesta yang tampaknya begitu sensitif terhadap sedikit
perubahan jumlah, telah direncanakan secara cermat, sulit untuk ditentang.
Sederetan angka numerik yang ditunjukkan oleh alam melalui konstanta dasarnya
masih menjadi bukti yang paling pasti untuk unsur desain kosmik (Davies, 1983).
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA
pada tahun 1992, berhasil menangkap sisasisa radiasi ledakan big bang.
Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa big bang, yang merupakan
penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan
(Andriana, 2009).
Dengan demikian banyak dasar-dasar teori dan pembuktian yang mendukung
teori big bang dari pada teori keadaan tetap, sehingga orang cenderung menerima
teori dentuman besar. Semua fakta ini juga menunjukkan kepada kita bagaimana
filosofi materialisme, yang hanya dogma abad ke-19, diganti dengan ilmu
pengetahuan abad ke20 (Yahya, 2001). Dari pertentangan kedua teori
pembentukan alam semesta tersebut timbul pendapat yang dapat dikatakan
sebagai teori yang ketiga.

c. Teori osilasi (oscillation theory)


Teori osilasi berpendapat bahwa terdapat suatu siklus di jagat raya. Setiap
siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus
diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, dalam masa ekspansi
terbentuklah galaksi dan bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan
oleh adanya reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur

11
lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang
yang telah terbentuk meredup dan unsur-unsur yang telah terbentuk tersebut
menyusut dengan mengeluarkan energi berupa panas yang sangat tinggi. Hal ini
dikenal juga dengan nama oscillating theory

Teori osilasi menduga bahwa lama semesta tidak ada awal dan tidak ada
akhirnya. Sekarang alam semesta tidak konstan, melainkan berekspansi yang
dimulai dengan big bang, kemudian beberapa waktu yang akan datang gravitasi
mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai collapse.
Akhirnya mencapai titik koalisensi asal dimana temperatur dan tekanan tinggi
akan memecahkan semua materi ke dalam partikel-partikel elementer sehingga
terjadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi (Tjasyono, 2008).

Teori alam semesta ekspansi menyatakan bahwa semua materi bergerak


saling menjauhi dan bermula dari massa termampat. Materi tersebut akan
termampatkan dan meledak lagi yang dilanjutkan dengan pemuaian lagi. Dalam
proses ini tidak ada materi yang rusak ataupun tercipta, melainkan hanya
berubah tatanannya atau hanya mengalami goyangan (oscillation). Dengan
adanya pemikiran teori osilasi, hal ini menunjukkan teori tersebut
mempertahankan bahwa alam semesta itu terhingga dan bukan tidak terhingga.
Para astronomi terus melakukan pengujian terhadap model-model kosmologi
atau berusaha memberikan penjelasan yang lebih mudah diterima oleh akal
pikiran manusia. Hal tersebut membuktikan bahwa model-model kosmologi
tidak dapat dinantikan sampai terjadi perubahan masa mendatang yang relatif
lama. Oleh karena itu, kita menguji modelmodel tersebut dengan cara
membandingkan penampilan alam semesta pada jarak yang berbeda.

Menurut teori keadaan tetap, setiap galaksi akan berkembang dan mati, tetapi
selalu diganti dengan yang baru, sehingga yang tua dan yang muda selalu
terdapat bersama-sama. Pada umumnya galaksi yang ditemukan rata-rata berusia
sama.
Suatu petunjuk yang menyatakan bahwa teori keadaan tetap itu mungkin
tidak benar karena terdapat quasar. Jika quasar mengikuti hukum hubungan

12
jarak dan kecepatan seperti halnya galaksi, maka penyebaran quasar di antariksa
seragam dan berjalan dengan teori keadaan tetap. Hal lain yang diramalkan oleh
teori keadaan tetap ialah jarak rata-rata antar galaksi tidak berubah dan selalu
sama untuk galaksi-galaksi pada berbagai jarak. Dengan ditangkapnya
sinyalsinyal radio kosmis yang sangat lemah, maka mungkin terdapat sumber-
sumber radio kosmis yang sangat jauh berupa galaksi. Teori keadaan tetap tidak
benar dan kurang dapat dipertahankan.

Hal ini diperkuat penyelidikan Penzias dan Wilson yang menangkap


radiasi dari gelombang radio mikro yang memenuhi persyaratan untuk radiasi
dari benda hitam dengan suhu 3K. Gelombang itu ternyata datang ke segala arah
seakan-akan seluruh bola langit memancarkan radiasi itu.

B. Konsep Penciptaan Alam menurut Ilahiyyah


Al-Qur’an sebagai sumber ajaran inti agama Islam, diturunkan untuk menjelaskan
kepada manusia hal-hal yan tidak bisa dimengerti oleh akal mereka secara mandiri, seperti
esensi iman, ritual-ritual ibadah, serta landasan-landasan etis dan hukum yan berguna untuk
mengatur interaksi sosial di antara sesama manusia. selain itu, al-Qur’an juga membicarakan
alam semesta, yang meliputi bumi dan langit, unsur-unsurnya yang beraneka ragam, para
penghuninya, serta fenomena-fenomena di dalamnya. Perlu diketahui bahwa ketika al-Quran
membicarakan tentang alam semesta (universe) ini, al-Quran tidak membahasnya secara
detail. Al-Quran hanya membahas garis besarnya saja, karena al-Quran bukanlah kitab
kosmologi atau buku-buku ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam
semesta secara sistematis. Namun, lebih dari seritu ayat berbicara tentang alam semesta ini,
untuk membuktikan kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan tak terbatas Sang Pencipta, yang
memapu menciptkan jagat raya ini, melenyapkannya, lalu mengembalikannya ke bentuknya
semua.

Al-Quran sedikit sekali bebicara tentang kejadian alam (kosmogoni). Mengenai


metafisikan penciptaan, al-Quran hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala
sesuatu yang hendak diciptakan Allah didalamnya tercipta sekedar dengan firman-Nya;
“jadilah!” (2:117; 3:47,59; 6;73; 16:40; 19:35; 36:82; 40:68).

13
Informasi yang kita dapat dari al-Quran tentang penciptaan alam itu terungkap
dengan berbagai kata yang digunakan dalam bentuk kata pengungkapan penciptaan alam.
Diantara kata tersebut adalah bad’, ja’l, kholq,9 (semua kata-kata tersebut dalam term ini
bermakna menciptakan). Hal tersebut dapat kita lihat dalam surat al-Baqarah/2; 117;

ٓ ٰ َ‫ض َواِ َذا ق‬


ُ‫ضى اَ ْمرًا فَاِنَّ َما يَقُوْ ُل لَهٗ ُك ْن فَيَ ُكوْ ن‬ ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫بَ ِد ْي ُع السَّمٰ ٰو‬

117. (Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Dalam Surat Hud/11:7;

‫وْ نَ ِم ۢ ْن‬xxُ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام َّو َكانَ َعرْ ُشهٗ َعلَى ْال َم ۤا ِء لِيَ ْبلُ َو ُك ْم اَيُّ ُك ْم اَحْ َسنُ َع َماًل َۗولَ ِٕى ْن قُ ْلتَ اِنَّ ُك ْم َّم ْبعُوْ ث‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫َوه َُو الَّ ِذيْ خَ ل‬
‫ت لَيَقُوْ لَ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اِ ْن ٰه َٓذا اِاَّل ِسحْ ٌر ُّمبِي ٌْن‬
ِ ْ‫بَ ْع ِد ْال َمو‬

7. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas
air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata
(kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya
orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.”

Dalam surat as-Sajdah/32: 4:

ِ ۗ ْ‫ر‬x‫ت َٰوى َعلَى ْال َع‬x‫اس‬


‫فِي ۗ ٍْع اَفَاَل‬x‫ه ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل َش‬xٖ ِ‫ا لَ ُك ْم ِّم ْن ُدوْ ن‬xx‫ش َم‬ ْ ‫تَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم‬x‫ا فِ ْي ِس‬x‫ا بَ ْينَهُ َم‬x‫ض َو َم‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫مٰ ٰو‬x‫الس‬
َّ ‫ق‬َ xَ‫هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ َخل‬
َ‫تَتَ َذ َّكرُوْ ن‬

4. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong
maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Berangkat dari informasi ayat-ayat al-Quran tentang penciptaan alam, maka penulis
berusaha menjelaskan proses penciptaan alam semesta menurut al-Quran. Untuk mencapai
maksud tersebut, memang dirasakan kesulitan tersendiri, karena al-Quran selain bersifat
universal dan informasinya mengandung prinsip-prinsip dasarnya saja, juga yang
dibicarakannya menyangkut alam fisis. Dari informasi pertama tentang proses penciptaan

14
alam semesta yang terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu
khalq, bad’ dan fathr, tidak ditemukan pada redaksinya penjelasan yang tegas, apakah alam
semesta diciptakan dari materi yang sudah ada atau dari ketiadaan? Jadi ketiga bentuk kata
tersebut hanya menjelaskan bahwa Allah pencipta alam semesta tanpa menyebut dari ada
tiadanya.

Sementara “Ibnu Jarir dalam Tarikh al-Thobari” menyinggung bahwa periodesasi


atau tahapan penciptaan alam dapat disimak dari hadits Nabi ketika menjawab pertanyaan
orang-orang Yahudi yang mendatangi Rosul saw dan menanyakan perihal penciptaan langit
dan bumi. Maka Rosul menjawab bahwa “Allah menciptakan bumi pada hari ahad dan senin,
lalu menciptakan gunung-gunung pada hari selasa, lalu di hari rabu allah menciptkan
pepohonan, air dan infastuktur bumi, bangunan dan perusakan, pada hari kamis Allah
menciptakan langit. Lalu pada hari jum’at Allah menciptakan bintangbintang, matahari dan
malaikat, hingga tersisa tiga masa (sa’at) dari zaman itu, pada masa pertama (al-sâ’ah al-ûla)
dari tiga masa tersebut adalah penciptaan ketentuan-ketentuan hidup dan mati, kedua (al-sâ’ah
al-tsâniyah) memberikan suatu cobaan terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia, ketiga (al-sâ’ah al-tsâlitsah) menciptakan adam dan menempatkannya di surga dan
memerintahkan pada iblis untuk bersujud padanya dan mengeluarkan iblis dari surga”.
Kemudian orang-orang Yahudi tadi bertanya tentang apa yang dikerjakan Allah selanjutnya,
Muhammad menjawab “kemudian Allah bersemanyam dalam arsy”, lantas mereka berkata
‘kamu benar seandaikan kamu sempurnakan lagi (dari cerita)’, mereka menjawab, kemudian
(Allah) beristirahat. Dengan ucapan tadi Nabi amat marah, maka turunlah ayat “Dan kami
telah menciptakan langit dan bumi dan diantara keduanya selama enam masa tanpa kecapaian.
Maka bersabarlah (wahai Muhammad) atas ucapan mereka….” Surat Qof/50:38-39

Kemudian proses berikutnya dideskripsikan oleh surat alAnbiya’/21: 30,

ْ ‫ض كَانَتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنهُ َم ۗا َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم ۤا ِء ُك َّل ش‬


َ‫َي ٍء َح ۗ ٍّي اَفَاَل يُْؤ ِمنُوْ ن‬ ِ ‫اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اَ َّن السَّمٰ ٰو‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬

30. Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?

15
Ayat ini merupakan satu-satu ayat al-Quran yang menerangkan “pembentangan” alam
semesta. Dapat disimpulkan bahwa ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardl) sebelumnya
dipisahkan Allah adalah sesuatu yang padu. Jadi alam semesta ketika itu merupakan satu
kumpulan. 12 Rangkaian proses berikutnya, --setelah terjadi pemisalah oleh Allah—alam
semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhon. Hal ini terungkap dari
pernyataan surat fushshilat/41:11;

َ‫ض اْئتِيَا طَوْ عًا اَوْ كَرْ ه ًۗا قَالَتَٓا اَتَ ْينَا طَ ۤا ِٕى ِع ْين‬
ِ ْ‫ال لَهَا َولِاْل َر‬ ٌ ‫ى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء َو ِه َي د‬
َ َ‫ُخَان فَق‬ ٓ ‫ثُ َّم ا ْست َٰو‬

11. Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman
kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh
atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh.”

Hal ini disebabkan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata
‘dukhon’ yang dihubungkan dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata
ini dipahami degan hasil temuan sains yang telah terandalkan kebenarannya secara empiris.
Hasil temuan ilmuan mengenai hal ini adalah bahwa suatu ketika dalam penciptaan terjadinya
ekspansi yang sangat cepat sehingga timbul “kondensasi” dimana energi berubah menjadi
materi13. Kata “al-dukhan (embunan)” bukanlah menunjukkan materi asal ruang alam, akan
tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal
penciptaannya.14 Kemudian dalam al-Quran disebut berturut-turut disebut bahwa alam
semesta diciptakan selama enam tahap atau periode (ayyam). Secara global disebut dalam
surat Hud/11:7

‫وْ نَ ِم ۢ ْن‬xxُ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام َّو َكانَ َعرْ ُشهٗ َعلَى ْال َم ۤا ِء لِيَ ْبلُ َو ُك ْم اَيُّ ُك ْم اَحْ َسنُ َع َماًل َۗولَ ِٕى ْن قُ ْلتَ اِنَّ ُك ْم َّم ْبعُوْ ث‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫َوه َُو الَّ ِذيْ خَ ل‬
‫ت لَيَقُوْ لَ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اِ ْن ٰه َٓذا اِاَّل ِسحْ ٌر ُّمبِي ٌْن‬
ِ ْ‫بَ ْع ِد ْال َمو‬

7. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas
air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata
(kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya
orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.”

16
kemudian diulang kembali penyebutannya dengan menambah “apa yang ada diruang
alam dan materi”, dalam surat al-Sajdah/32:4.

ِ ۗ ْ‫ر‬x‫ت َٰوى َعلَى ْال َع‬x‫اس‬


‫فِي ۗ ٍْع اَفَاَل‬x‫ه ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل َش‬xٖ ِ‫ا لَ ُك ْم ِّم ْن ُدوْ ن‬xx‫ش َم‬ ْ ‫تَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم‬x‫ا فِ ْي ِس‬x‫ا بَ ْينَهُ َم‬x‫ض َو َم‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫مٰ ٰو‬x‫الس‬
َّ ‫ق‬َ xَ‫هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ َخل‬
َ‫تَتَ َذ َّكرُوْ ن‬

4. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong
maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Keterangan ini juga didukung beberapa ayat yang konteksnya sama dalam surat
Fushshilat/41: 9-12,

َ ِ‫ض فِ ْي يَوْ َم ْي ِن َوتَجْ َعلُوْ نَ لَهٗ ٓ اَ ْندَادًا ٰۗذل‬


ۚ َ‫ك َربُّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬ َ َ‫۞ قُلْ اَ ِٕىنَّ ُك ْم لَتَ ْكفُرُوْ نَ بِالَّ ِذيْ خَ ل‬
َ ْ‫ق ااْل َر‬

9. Katakanlah, “Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam.”

َ‫َو َج َع َل فِ ْيهَا َر َوا ِس َي ِم ْن فَوْ قِهَا َو ٰبرَكَ فِ ْيهَا َوقَ َّد َر فِ ْيهَٓا اَ ْق َواتَهَا فِ ْٓي اَرْ بَ َع ِة اَي ۗ ٍَّام َس َو ۤا ًء لِّلس َّۤا ِٕىلِ ْين‬

10. Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia
berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa,
memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.

َ‫ض اْئتِيَا طَوْ عًا اَوْ كَرْ ه ًۗا قَالَتَٓا اَتَ ْينَا طَ ۤا ِٕى ِع ْين‬
ِ ْ‫ال لَهَا َولِاْل َر‬ ٌ ‫ى اِلَى ال َّس َم ۤا ِء َو ِه َي د‬
َ َ‫ُخَان فَق‬ ٓ ‫ثُ َّم ا ْست َٰو‬

11. Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman
kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh
atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh.”

‫ك تَ ْق ِد ْي ُر ْال َع ِزي ِْز ْال َعلِي ِْم‬ َ ‫ء ال ُّد ْنيَا بِ َم‬xَ ‫ء اَ ْم َرهَا َۗوزَ يَّنَّا ال َّس َم ۤا‬xٍ ‫ت فِ ْي يَوْ َم ْي ِن َواَوْ ٰحى فِ ْي ُكلِّ َس َم ۤا‬
َ ِ‫صابِ ْي ۖ َح َو ِح ْفظًا ٰۗذل‬ ٰ َ‫فَق‬
ٍ ‫ضىه َُّن َس ْب َع َسمٰ ٰو‬

17
12. Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan
urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan
bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah)
Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

Di kuatkan juga surat al-A’raf/7:54,

‫ر‬x َ ‫طلُبُهٗ َحثِ ْيثً ۙا وَّال َّش ْم‬


َ x‫س َو ْالقَ َم‬ ْ َ‫ش يُ ْغ ِشى الَّ ْي َل النَّهَا َر ي‬
ِ ۗ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هّٰللا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬
َ‫ق َوااْل َ ْم ۗ ُر ت َٰبرَكَ هّٰللا ُ َربُّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬
ُ ‫ت بِا َ ْم ِر ٖ ٓه ۙاَاَل لَهُ ْال َخ ْل‬
ٍ ۢ ‫َوالنُّجُوْ َم ُم َس َّخ ٰر‬

54. Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-
Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan
seluruh alam.

Yunus/10-3, al-Furqon/25:59,

‫ش يُ َدبِّ ُر ااْل َ ْم ۗ َر َما ِم ْن َشفِي ٍْع اِاَّل ِم ۢ ْن بَ ْع ِد اِ ْذنِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ُم‬


ِ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬
َ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هّٰللا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬
َ‫هّٰللا ُ َربُّ ُك ْم فَا ْعبُ ُدوْ ۗهُ اَفَاَل تَ َذ َّكرُوْ ن‬

3. Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan.
Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu,
maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

ِ ۚ ْ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬
‫ش اَلرَّحْ مٰ نُ فَ ْسـَٔلْ بِ ٖه َخبِ ْيرًا‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ َ َ‫اَلَّ ِذيْ َخل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

59. yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, (Dialah) Yang Maha Pengasih, maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada orang yang lebih mengetahui (Muhammad).

dan al-Hadid/57:4:

18
ِ x‫ا يَ ْن‬xx‫ا َو َم‬xxَ‫ض َو َما يَ ْخ ُر ُج ِم ْنه‬
َ‫ز ُل ِمن‬x ِ ۚ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَي ٍَّام ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬
ِ ْ‫ش يَ ْعلَ ُم َما يَلِ ُج فِى ااْل َر‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
‫هّٰللا‬
ِ َ‫م اَ ْينَ َما ُك ْنتُ ۗ ْم َو ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬xْ ‫ء َو َما يَ ْع ُر ُج فِ ْيهَ ۗا َوه َُو َم َع ُك‬xِ ‫ال َّس َم ۤا‬
‫ص ْي ۗ ٌر‬

4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di
atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari
dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di
mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Kata yaum dengan jama’nya ayyam (tahapan) atau periode dalam al-Quran bukanlah
dimaksud batasan waktu antara terbenamnya matahari hingga terbenam lagi esoknya seperti
hari dibumi kita ini. Menurut kalam arab dan kebanyakan ayat-ayat al-Quran, kata ini dipakai
untuk suatu masa atau periode (juz’ min al-zaman) yang kadarnya tidak dapat ditentukan dan
tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya secara pasti kecuali Allah. Yaum jika
diterjemahkan hari sama dengan hari dunia saat ini, maka tidak logis dan ia bertentangan juga
dengan ayat-ayat al-Quran yang lain. Tidak logis karena penciptaan hari ini baru ada setelah
penciptaan alam semesta16. Dalam al-Quran banyak ayat yang secara eksplisit menyebutkan
ruang alam (al-sama’) berjumlah tujuh. Sedangkan materi (al-ardl) sebagaimana ruang alam
secara implicit disebutkan juga jumlahnya tujuh. Sebagaimana yang tertera dalam surat al-
Thalaq/65:12

ِّ‫ل‬xx‫اطَ بِ ُك‬xx‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر ەۙ َّواَ َّن هّٰللا َ قَ ْد اَ َح‬ ‫هّٰللا‬


ْ ‫ض ِم ْثلَه ۗ َُّن يَتَنَ َّز ُل ااْل َ ْم ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ ع َٰلى ُكلِّ ش‬
ِ ْ‫ت َّو ِمنَ ااْل َر‬ َ َ‫هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ َخل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
ࣖ ‫َي ٍء ِع ْل ًما‬
ْ ‫ش‬

12. Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,
dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.

Kata ruang alam dalam al-Quran ada yang datang dengan konteks mufrad (al-sama’)
dan ada pula yang datang dalam bentuk jama’ (al-samawat). Sedangkan kata bumi (materi)
dalam al-Quran hanya disebutkan dalam bentuk mufrad (alardh) saja dan tidak pernah muncul
dalam konteks jama’. Dalam hal ini Hanafi Ahmad dalam kitabnya, “al-tafsir al-ilmi ayat al-
kauniyat”, menerangkan bahwa hal ini dimaksudkan agar manusia tidak tercengang dan tidak
menuntut kepada Rasulullah untuk menunjukkan bumi yang lain. Sebab bila bumi (al-ardh)

19
disebutkan dalam al-Quran secara eksplisit berjumlah tujuh sebagaimana ruang alam (al-
sama’) tentu saja bertentangan dengan apa yang mereka saksikan setiap hari karena mereka
hidup dibumi. Sebab penyebutan bumi itu dalam al-Quran secara eksplisit hanya satu adalah
sangat cocok dengan daya nalar manusia yang kebanyakan mereka sederhana dalam berpikir
(awam). Sedangkan penyebutan al-ardh secara implicit berjumlah tujuh, hal ini bukan
ditujukan kepada manusia awam, melainkan khusus buat para pakar dan kaum intelektual
yang akan dapat mengetahui setelah melakukan penelitian dan menganalisaan. Lain halnya
dengan ruang alam (al-sama’) berapapun disebutkan jumlahnya, maka manusia tidak akan
tercengang dan tidak akan mempersoalkan, karena mereka yang kebanyakannya sederhana
dalam berpikir tidak mengerti tentang, dan tidak hidup di alsama’.

Bisa jadi, penyebutan tujuh yang dihubungkan dengan ruang alam (al-sama’) materi
(al-ardh) tersebut hanya merupakan angka simbolik, yang berarti banyak. Penggunaan angka
tujuh dalam arti banyak, bukan hanya digunakan orang arab saja, melainkan juga orang-orang
Yunani dan Romawi kuno. Dengan demikian maksud tujuh ruang alam (al-sama’) dan tujuh
materi (al-ardl) adalah jumlah yang tidak ditentukan. Adapun proses penciptaan alam
selanjutnya, yaitu Allah melengkapinya dengan menciptakan hukum-hukum tertentu, yang
disebut dengan sunatullah. Hal ini dipahami dari percakapan simbolis antara Allah disatu
pihak dan ruang alam (al-sama) dan materi (alardh) dipihak lain. Ini dimaksudkan bahwa
hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah tersebut tidak akan pernah berubah dan
menyimpang. Alam semesta tunduk kepada hukum-hukum rancangan Allah tersebut

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasan tentang alam semesta (universe) merupakan bahasan yang kompleks
penuh dengan teka-teki. Sehingga akal manusia tanpa perantara piranti agama dan
studi empiris ilmu pengetahuan kealaman (kosmologi) niscaya tak akan dapat sampai
mengambil kesimpulan-kesimpulan, atau jawabanjawaban di seputarnya.

Teks-teks agama hanya mampu menjawab pertanyaanpertanyaan secara global


hal-hal yang sekiranya otak tidak mampu mencernanya. Yang jelas, bahwa penciptaan
alam ini merupakan bukti keagungan tuhan yang tiada terkira yang semua agama pasti
meyakininya. Bahkan agama Budha sekalipun yang dalam teks kitab sucinya tidak
menyebutkan prosesi penciptaan alam ini mengakui hal tersebut. Demikianlah
sekelumit upaya penyuakan cakrawala kita tentang bukti keagungan tuhan yang
diimplementasikan dalam penciptaan alam. Semoga hal ini menambah keyakinan dan
keimanan kita akan kebesaran dan keagungan-Nya.

21
B. DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uinjkt.ac.id/

merdeka.com/quran/at-talaq

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati
Bandung 2016 Adam Malik, M.Pd dan Drs. H. Dadan Nurul Haq, M.Ag.

Ahmad Atabik ; Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus ; “KONSEP


PENCIPTAAN ALAM: Studi Komparatif-Normatif antar Agama-Agama”

Adisusilo, JR, Sutarjo, Sejarah Pemikiran Barat dari Klasik sampai yang Modern.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Ekeh, Peter P., Social Exchange Theory; The Two
Traditions. London: Heinemann Educational Books, 1974.

22

Anda mungkin juga menyukai