Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling berharga di jagad ini,
hampir segala ilmu pengetahuan bermula dari alam semesta. melalui berbagai kajian dan
penelitian maka muncul berbagai macam interpretasi yang kemudian menjadi teori-teori
yang tentu sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Betapun banyak di antara
mereka yang telah melakukan penelitian dan telah menghasilkan berbagai teori, tapi
penelitian terhadap alam semesta ini tidak pernah tuntas, karena alam ini tidak henti-
hentinya memberikan ilmu pengetahuan pada manusia, sehingga bagi peneliti selalu
mendapatkan tambahan ilmu baru dalam setiap melakukan penelitian, hal ini senada
dengan apa yang telah dinyatakan dalam al-Qur’an dalam surat al-kahfi ayat 109 yang
artinya adalah : Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).

Fenomena alam semesta merupakan bagian di antara bahan penelitian bagi manusia, telah
banyak teori-teori dari fenomena alam ini, karena fenomena alam telah memberikan
informasi kapada manusia dalam setiap saat, bukan hanya setiap detik, bahkan lebih kecil
dari detik pun alam ini telah memberikan informasi kapada manusia, lebih-lebih tiap jam,
hari, Bulan bahkan tiap tahunnya.

B. Alasan Penulisan Makalah


1. Untuk belajar memahami masalah dan mencari solusinya
2. Untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari
3. Untuk belajar berfikir secara
4. Untuk mengasah kemampuan menulis
C. Pengertian Judul

Alam semesta merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu
kontinu tempat kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya pada abad ke-20.

D. Permasalahan

1. Pembeberan Masalah
a) Bagaimana peranan manusia terhadap alam semesta.
b) Apakah tugas manusia sebagai khalifah dan abdullah.
c) Bagaimana hubungan manusia dengan alam semesta.

1
2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang penulis kemukakan, untuk mempermudah


dan terarahnya makalah ini, maka penulis membatasi permasalahan tentang
alam semesta , manusia, dalam pandangan ilmuan dan islam.

3. Rumusan masalah

Masalah yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
“Alam semesta, manusia .maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Bagaimana pengertian alam semesta dalam pandangan ilmuwan dan islam ?


2. Bagaimana pengertian manusia dalam pandangan ilmuwan dan islam ?
3. Pengertian Khalifah dan Abdullah ?

E. Jawaban Masalah

Hubungan manusia dan alam semesta tentu dapat dimulai dari penelusuran terhadap asal
muasal manusia sebagai bagian dari alam semesta ini yang akan diulas di dalam makalah
ini.

F. Tujuan dan Kegunaan (Manfaat) Penulisan Makalah


a) Tujuan penulisan masalah
1) memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam
2) memngetahui konsep alam semesta
3) mengetahui proses kejadian alam semesta
4) mengetahui hubungan manusia dengan alam

b) Kegunaan/manfaat penulisan makalah

Bagi penulis bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan
prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan.

2
BAB II

A. ALAM SEMESTA, MANUSIA, DALAM PANDANGAN


ILMUWAN DAN ISLAM
1. Alam Semesta Menurut Ilmuwan
 Sejak lahir manusia langsung berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat berpikir
dan sadar akan lingkungannya. Ia mulai merenungkan tentang alam semesta.
Perenungan tentang alam raya ini telah dimulai sejak sebelum masehi yaitu zaman
filsafat Yunani kuno.
 Para ahli filsafat mencoba mencari jawaban asal mula alam semesta berdasarkan
dugaan-dugaan (filsafat berpikir tentang kebenaran secara spekulatif). Pada saat itu
lahirlah beberapa pemikir yang satu dengan yang lain berbeda pendapatnya.
 Misalnya Thales (625-546 SM), seorang filosof Yunani kuno yang menduga bahwa
alam raya ini berasal dari air. Menurutnya air adalah pokok pangkal dari segala sesuatu
yang ada dan akan berakhir serta kembali kepada air pula.
 Anaximandros (610-547 SM), salah seorang filosof murid Thales, mengemukakan
pendapat yang bertolak belakang dengan yang dipikirkan gurunya. Ia menyatakan
bahwa alam ini berasal dari sesuatu yang bernama “Apeiron” yaitu sesuatu yang tidak
dapat dirupakan dengan apapun yang ada dialam raya ini. Semua yang ada ini menurut
pikirannya berbeda dengan asal dari segala yang ada.
 Anaximenes (585-528 SM), mengemukakan pendapat Anaximandros dengan
menjelaskan bahwa barang yang merupakan asal alam raya ini adalah satu dan tidak
terhingga yaitu udara.
 Sementara Heraklitos (540-480 SM) mengemukakan bahwa unsur asal alam ini adalah
api yang memiliki sifat dinamis, karena itu alam ini tidak ada yang tetap, semuanya
bergerak dan terus bergerak. Sebaliknya,
 Parmenides (540 SM) menyatakan bahwa alam raya ini serba tetap dan segala yang
bergerak itu hanya penglihatan hasil tipuan pancra indera belaka. Sementara
 Empedokles (490-430 SM) Memadukan pendapat-pendapat yang sebelumnya, yakni
pandangan yang menyebutkan bahwa asal alam raya ini terdiri atas empat unsur, yaitu
unsur udara, api, air dan tanah yang masing-masing memiliki sifat-sifat dingin, panas,
basah, dan kering. Pikiran Empedokles ini banyak mempengaruhi pemikiran para ahli
filsafat sampai abab ke-18
 Menjelang awal abad ke-19 penyelidikan tentang asal muasal alam raya bergerak dari
pemikiran filsafat yang bersifat spekulatif menuju pemikiran ilmiah yang faktual,
sejalan berkembangnya ilmu pengetahuan. Para pakar ilmu fisika awal abad ke-20

3
menyimpulkan bahwa alam semesta tercipta dari ketiadaan sebagai akibat goncangan
fakum yang membuatnya mengandung energy ang sangat tinggi dalam sirgularitas
yang tekanannya negatif. Fakum ini menimbulkan suatu dorongan eksplosi keluar dari
sirgularitas.
 Ketika alam mendingin karena ekspansinya sehingga suhunya merendah melewati
1000 triliun-triliun derajat dan seluruh kosmos terdorong membesar dengan kecepatan
luar biasa. Ekspansi yang luar biasa ini menimbulkan kesan seolah-olah alam ini
digelembungkan dengan tiupan dahsyat yang dikenal dengan gejala infelasi. Selama
proses infelasi ini ada kemungkinan tidak hanya satu alam yang muncul, tetapi
beberapa alam dan masing-masing alam memiliki hukum sendiri-sendiri.
 Asal usul bumi dikemukakan oleh Laplesc (1894) dalam hipotesisnya bahwa
pembentukan seluruh sistem solar dimulai sebagai sebuah bola gas (kabut) yang
berputar dan sangat panas. Bola kabut tersebut terdiri atas atom-atom bebas yang
sebagian besar merupakan atom hiterogen dan atom yang sedikit lebih berat. Bola
kabut yang panas itu semakin besar sebagai bola kabut utama yang akan menjadi
matahari.
 Perputaran bola kabut yang menyebabkan atom-atom yang lebih berat, seperti besi dan
nikel, bergerak kearah pusat bola. Sedangkan atom yang lebih ringan, seperti silikon
dan alumunium terdapat di tengah. Sebaliknya atom yang paling ringan berada
dibagian lapisan luar bola kabut, yaitu atom-atom hidrogen, nitrogen, karbon dan
oksigen.
 Suhu yang amat tinggi dari bola kabut tidak memungkinkan terjadinya pembentukan
senyawa-senyawa kimia, tetapi lambat laun dibawah pengaruh ruang kosmik yang
dingin suhu bola makin turun sampai cukup rendah sehingga gas mencair dan beberapa
gas yang mencair membeku. Material-material dipusat bumi yang lebih berat diduga
menjadi cair dan memadat, sementara bagian lapisan tengah bumi yang terdiri atas
material yang lebih ringan berangsur-angsur memadat dan berkembang menjadi kerak
bumi, mengerut dan membentuk lipatan-lipatan menyerupai gunung-gunung dan
lembah-lembah. Gas yang berada di luar kerak bumi akan menjadi atmosfer bumi.
 Makhluk hidup yang menghuni bumi menurut ilmu pengetahuan terdiri atas tiga hal,
yaitu :
1. Makhluk hidup merupakan produk langsung dari proses yang terjadi di atas bumi,
Karena itu ia memiliki sifat dasar kimiawi yang sama.
2. Kehidupan merupakan urutan atau tahapan reaksi kimia, ketika atom-atom
bergabung dan membentuk senyawa sederhana. Kemudian antara senyawa yang
sederhana terjadi penggabungan membentuk senyawa yang lebih kompleks.

4
3. Kehidupan makhluk yang sederhana, seperti virus, bakteri, dan mikroorganisme
primitif lainnya diduga merupakan permulaan awal kehidupan.
2. Manusia Menurut Pandangan Ilmuwan
 Kehadiran manusia yang pertama tidak terlepas asal usul kehidupan dalam semesta ini,
asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang
spesies baru yang sebelumnya melalui proses evolusi. Teori evolusi yang
diperkenalkan Darwin pada abad XIX telah menimbulkan kepanikan , terutama
dikalangan gereja dan ilmuwan yang berpahaman teori kreasi khusus, apalagi setelah
teori itu diekstrapolasikan oleh para penganutnya sedemikian rupa sehingga seolah
olah manusia itu berasal dari kera, padahal Darwin tidak pernah mengutarakan hal
tersebut, walaupun taksonomi manusia (familia hominigae) dan kera besar (familia
pongidae) berada pada super family yang sama, yaitu hominoidae.
 Sejak saat itu, pergumulan antara yang pro dan kontra tentang asal usul manusia terus
berkembang sehingga kini dan sebagian umat islam menyetujui teori itu, selebihnya
menolak.
 Evolusi manusia menurut ahli paleontology berdasarkan tingkat evolusinya dapat
dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Tingkat pra manusia. Fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada
tahun 1924 dan dinamai fosil Australopithecus
2. Tingkat manusia kera. Fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1981 yang disebut
Pithecantropus Erectus.
3. Manusia Purba, tahap yang lebih dekat dengan manusia ditemukan di Neander,
karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo
Soloensis)
4. Manusia modern atau Homo Sapiens yang telah pandai beroikir menggunakan otak
dan nalarnya.
 Teori evolusi berpengaruh pula pada bidang bidang ilmu pengetahuan lainnya
termasuk psikologi yang objeknya manusia. Pengikut Darwin dalam bidang ini antara
lain Sigmond Frend mengemukakan bahwa manusia mengalami proses perkembangan
dari bayi menjadi dewasa melalui tahap-tahap tertentu yaitu tahap oral, anal, phalik,
laten, purbetas, dan genital. Tahap-tahap perkembangan ini menggambarkan evolusi
manusia dari tahapan yang sederhana hingga tahap yang lebih kompleks. Demikian
pula misalnya bayi yang dimulai dengan hanya bisa telentang., tengkurap, duduk,
merangkak, berdiri kemudian berjalan dengan dua kaki.
 Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup dimuka bumi memiliki karakter
paling unik . Secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang sehingga para pemikir
seperti yang dikemukakan diatas menyamakannya dengan binatang. Letak perbedaan

5
yang utama antara manusia dengan makhluk lainnya terletak pada kemampuannya
melahirkan kebudayaan. Kebudayaan ini hanya dimiliki manusia sedangkan binatang
hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instintif.

B. ALAM SEMESTA MENURUT ISLAM


1. Pandangan Islam Tentang Alam
 Al-Quran tidak membicarakan asal mula alam secara detail, namun dalam bentuk
isyarat-isyarat yang menggambarkan penciptaan melalui proses bertahap dan
memerlukan waktu. Dalam Al-Quran ALLAH berfirman :


“Dan dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, adapun arsy-
nya diatas air, agar dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya. Jika
engkau berkata (kepada penduduk Mekah),” Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan
setelah mati,”niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata”.
Q.S Hud/11:7
 Istilah enam hari dalam ayat diatas bukanlah enam hari dalam arti sebenarnya
sebagaimana perhitungan manusia, melainkan enam masa atau enam periode. Hal ini
berarti alam diciptakan Allah secara bertahap dalam periode-periode tertentu.
Konsekuensinya manusia didorong untuk menyelidikinya sehingga isyarat itu dapat
dijelaskan.
 Para ahli fisika muslim konternpoler telah mengungkap isyarat-isyarat Al-Quran
tentang alam raya ini dikaitkan dengan kajian-kajian yang bersifat empiris atau
eksperimental dengan menggunakan ayat-ayat sebagai petunjuk arah. Isyarat-isyarat
Al-Quran itu bukanlah suatu teori yang dapat dibuktikan atau dibantah, melainkan
konsep-konsep dasar yang memberikan arah kepada manusia untuk menyelidikinya.
 Ahli tafsir sangat bervariasi dalam memahami ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan
dengan alam ini tergantung pada penalaran dan kemampuannya. oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan dalam memberikan interprestasi sangat wajar terjadi.

2. Proses Penciptaan Alam Menurut Islam


 Pada abad ke 20 para pakar fisika muslim mulai memahami ayat-ayat yang berkaitan
dengan alam semesta ini dengan menggunakan latar belakang ilmu yang mereka

6
miliki. Menurut mereka, Al-Quran ternyata memberikan konsep-konsep mendasar bagi
pengetahuan manusia tentang alam raya ini. Misalnya firman ALLAH :
ْ ‫اختالف اللَّيْل َوالنَّ َهار آل َيات ألولي‬
‫األل َباب‬ ْ ‫س َم َاوات َخ ْلق َو‬
ْ ‫األرض َو‬ َّ ‫إ َّن في ال‬
 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (Kebesaran ALLAH) bagi orang-orang yang berakal”. (Q.S
Ali Imran/3:190).
 Dalam firman nya yang lain berbunyi :
َ ‫ض كَا َنت َا َرتْقًا فَفَتَ ْقنَا ُه َما َو َجعَ ْلنَا منَ ْال َماء ُك َّل‬
َ‫ش ْيء َحي أَفَال يُؤْ منُون‬ َ ‫األر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ْ ‫س َم َاوات َو‬
 “Dan Apakah manusia-manusia yang ingkar itu tidak menyaksikan/mengetahui bahwa
langit dan bumi (jagat raya ini) adalah sesuatu yang pada kemudian kami pisahkan
keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah
mereka tidak beriman ? (Q.S. Al-Anbiya/21:30).
 Dalam ayat (Q.S. Al-Anbiya/21:30) diatas dijelaskan bahwa bumi dan langit adalah
sesuatu yang padu. Dalam pengertian yang diungkapkan para ahli fisika seperti
Baiquni, dapat ditemukan maknanya, bahwa sekitar 15 milyar tahun yang lalu, alam
semesta ini, energy matahari beserta ruang waktu, keluar dengan kekuatan yang sangat
dahsyat dari satu titik singularitas dengan temperature dan kerapatan yang sangat
tinggi, sebelum itu tak ada energy , tak ada materi, tak ada ruang dan waktu . Kalau
sama (ruang waktu ) dan ardh (energy materi) semula berada dalam satu titik. Dengan
demikian tak ada suatu apapun yang lebih padu daripadanya, sebab di dalam suatu titik
tak ada kata disini atau kata di situ.
 Dalam ayat lain dikemukakan “Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis, kamu tidak sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan tuhan yang maha
pemurah itu sesuatu kepincangan (sesuatu yang tidak seimbang) : maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu menampakkan sesuatu keretakan? Maka kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak
menemukan suatu cacat dan penglihatan itupun dalam keadaan lemah dan payah ”
(Q.S Al-Mulk 34).
 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah terciptanya langit dan bumi, dan
perbedaan bahasa dan warna kulitmu, sungguh dalam hal ini terdapat tanda tanda bagi
orang yang berilmu” (Q.S Ar-Rum 30:22).
 Firman Allah diatas mengemukakan bahwa alam semesta ini berjalan dengan kokoh,
teratur, rapi dan harmonis yang tak habis-habisnya menjadi tantangan yang
menakjubkan bagi manusia yang kecil dan lemah, Alam raya merupakan manifestasi
dan refleksi dari keagungan dan kebesaran ALLAH yang menciptakan dan
mengaturnya.

7
 Al-Quran mengungkap fenomena-fenomena alam dan menghubungkan manusia
dengan ALLAH sebagai pencipta dan membimbing manusia agar menyadari
keberadaannya ditengah-tengah alam sebagai bagian dari rencana ALLAH. Bimbingan
yang dimaksud mengarahkan manusia agar dapat memahamialam semesta serta
membawanya pada proses penghayatan terhadap kekuasaan ALLAH. Dengan
demikian , Al-Quran mendorong manusia untuk mengamati dan menyelidiki alam
semesta sehingga dapat membawanya kepada keimanan terhadap wujud dan kekuasaan
ALLAH.
 Alam dalam pandangan islam adalah makhluk ALLAH yang diperuntukkan bagi
manusia dan menjadikkannya sebagai pendorong untuk menyelidiki fenomena yang
terjadi didalamnya. Penyelidikan terhadap alam raya ini merupakan bagian dari tugas
manusia sebagai khalifah di muka bumi .
 Alam jagat raya ini milik ALLAH, manusia hanya memiliki hak guna pakai selama
hidup. Hal ini merupakan pandangan dasar tentang alam yang menjadi pijakan dasar
kehidupan seorang muslim. Pandangan ini mengandung implikasi bahwa dalam
kehidupan seorang muslim alam dengan segala macamnya yang bersifat material,
hakekatnya milik ALLAH. Oleh karena itu, Islam menentang materialism dan segala
jenisnya. Alam adalah pemberian ALLAH yang diperuntukkan bagi manusia untuk
digunakan sebagai sarana mencapai tujuan hidupnya sesuai dengan firman-firman
ALLAH. Sarana yang menjembatani manusia kearah pencapaian kesempurnaan
hidupnya sebagai makhluk ALLAH yang mulia.
 ALLAH mengajarkan manusia untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, dalam
firmannya : “Katakanlah (wahai Muhammad) Periksa dengan intidzar apa apa yang
ada di langit dan dibumi ” (Q.S Yunus 10:101) dan firmannya :
 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang
mengingat ALLAH sambil berdiri atau duduk atau keadaan terbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya tuhan kami,
tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau , maka peliharalah
kami dari siksa neraka”. (Q.S Ali-Imran 3:190-191).
 Ayat ini mendorong manusia untuk menyelidiki sifat-sifat dan kelakuan alam
sekelilingnya yang menjadi tempat tinggal dan sumber kehidupannya. Segala sesuatu
yang diciptakan ALLAH tidak ada yang sia-sia. Hal ini menjadi asumsi dasar untuk
meneliti dan memahami alam, apapun objeknya. Dalam hal apapun ALLAH
menciptakan alam ini mengandung maksud dan tujuan serta hikmah yang besar bagi
manusia . Orang yang mampu melihat hikmah alam raya ini akan memiliki sikap
syukur, Karena alam ini, merupakan anugrah ALLAH yang tiada terhingga .

8
 Pembicaraan tentang alam dalam pandangan islam tidak hanya ditinjau dari segi
pengetahuan tentang alam raya sebagai suatu sistem , tetapi juga fenomena sosial yang
muncul dari interaksi antar manusia dengan berbagai masalah yang dihadapinya.
Fenomena sosial juga dipandang sebagai ayat-ayat ALLAH.
 Ayat-ayat kauniah ini mencakup bentuk-bentuk perilaku manusia yang dapat diamati,
diperhatikan, dipahami dan dihayati. Sikap ini dapat melahirkan kesadaran dan
keyakinan akan kebenaran ALLAH dalam kaitannya dengan nilai-nilai normative
(hukum). Misalnya mengapa zina diharamkan ALLAH dan dikategorikan kedalam
dosa besar. Dalam pengamatan sosiologis ditemukan bahwa zina menjadi penyebab
malapetaka yang sangat mengerikan bagi masyarakat, seperti mempertinggi angka
perceraian , kriminalitas, penyebab penyakit kelamin atau AIDS, rusaknya tatanan
hukum perkawinan dan pewarisan serta implikasi lainnya yang saling terkait.
 Keadaan seperti ini dapat dikategorikan sebagai ayat-ayat ALLAH dalm bentuk
fenomena sosial. Hal ini menyadarkan manusia akan kebenaran hukum-hukum
ALLAH yang bukan saja harus ditaatinya, tetapi juga melahirkan kesadaran dan
keyakinan akan kemaharahmanan ALLAH.
 Kisah-kisah dalam Al-Quran dapat dipahami juga sebagai bagian dari isyarat ALLAH
tentang suatu fenomena sosial yang dapat muncul setiap saat dalam konteks ruang dan
waktu yang berbeda. Hal ini merupakan suatu petunjuk awal yang sangat esensial bagi
pemahaman dan pengembangan ilmu sosial yang mengalami perkembangan. Hal ini
secara eksplisit dapat ditangkap dari makna firman ALLAH :
 “Tuhan telah menundukkan bagimu apa saja yang ada dilangit dan dibumi secara
keseluruhannya” (Q.S Al- Jaatsiyah : 13).
 Ilmu pengetahuan manusia itu seyogyanya dijadikan sebagai alat untuk mencapat
kesejahteraan seluruh makhluk, dengan cara mendayagunakan dan memanfaatkan alam
raya dengan sebaik-baiknya. Jadi, dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan tidak
pernah terlepas dari nilai. Inilah yang membedakan ilmu pengetahuan qurani yang
inheren didalamnya nilai-niali ilahiyah dengan ilmu pengetahuan barat yang bebas
nilai.
 Ilmu pengetahuan yang berlandaskan Al-Quran menjadikan ALLAH sebagai titik
berangkat dan sekaligus titik tujuan serta direalisasikan dalam bentuk kehidupan nyata
(amal saleh) ditengah-tengah alam semesta. Alam adalah tempat menunaikan tugas
kemanusiaan sebagai khalifatu fil ardi (wakil ALLAH di muka bumi) yang tunduk
dan taat kepadanya.

9
C. MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM
1. Pengertian Manusia
 Manusia tak akan mampu mengungkapkan secara pasti tentang hakekat dirinya.
Manusia tidak mungkin dapat berdiri ditempat netral dan memandang dirinya secara
bebas dari dirinya sendiri. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah
memahami firman ALLAH SWT, yang maha pencipta, mencari-cari isyarat-isyarat
tentang hakekat manusia. Hanya pencipta manusialah yang paling tahu tentang
manusia. Pemahaman tentang manusia ditunjukkan kepada fenomena Al-Quran .
 Asal kejadian dan potensi manusia
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Nabi Adam AS
sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan ALLAH
dimuka bumi dengan segala karakter kemanusiannya. Figur Adam tidak dilihat dari sisi
fisik semata, tetapi lebih penting bahwa Adam adalah manusia sempurna, lengkap
dengan kebudayaannya sehingga diangkat sebagai khalifah di muka bumi. Firman
ALLAH SWT dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah/2:30
 “Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesunggguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. Mereka berkata : Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) dimuka buminitu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah. Tuhan berfirman : Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”.
 Manusia yang baru diciptakan ALLAH itu (Adam) memiliki intelegensi yang paling
tinggi dibandingkan dengan makhluk ALLAH lainnya, Firman nya :
“Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya, kemudian dia
perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman : Sebutkan kepadaku nama semua
benda ini, jika kamu yang benar. Mereka menjawab : Maha suci engkau , tidak ada
yang kami ketahui selain apa yang telah engkau ajarkan kepada kami. sungguh,
engkaulah yang maha mengetahui , maha bijaksana. ALLAH berfirman : Wahai
Adam! beritahukanlah kepada mereka nama nama itu! setelah Adam menyebutkan
nama-namanya , ALLAH berfirman : Bukankah telah Aku katakan kepadamu bahwa
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan
dan apa yang kamu sembunyikan”.

2. Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam


 Pencipta manusia secara fisik pada kejadian selanjutnya melalui proses percampuran
bahan dari laki-laki dan perempuan. Jika masuk ke dalam Rahim terjadi proses kreatif,
tahap demi tahap membentuk wujud manusia, seperti firman nya :

10
‫ساللَة م ْن طين‬ َ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
ُ ‫سانَ م ْن‬
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah.” Q.S. Al-Mukminun/23:12.
 Tahap pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan oleh
laki-laki dan perempuan. Sebagian dari inti zat yang dimakan menjadi bahan sperma
(air mani): bahan awal terciptanya manusia. Unsur-unsur yang menyusun tubuh
manusia menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis tanah, karena itu ayat diatas
dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
 Selanjutnya ALLAH berfirman :
ْ ُ‫ث ُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬
‫طفَةً في قَ َرار َمكين‬
 “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim)”. Q.S Al-Mukminun/23:14.
 Nuthfah adalah tetesan cairan yang mengandung gamet pria dan gamet wanita,
kemudian tersimpan didalam rahim atau uterus, yaitu suatu wadah yang ideal untuk
perkembangan embrio. Dalam firmannya yang lain :

‫ام‬
َ ‫ظ‬َ ‫ضغَةً ْالع‬ ْ ‫علَقَةً ْال ُم‬
ْ ‫ضغَةَ فَ َخلَ ْقنَا ُم‬ َ ‫طفَةَ ْال َعلَقَةَ فَ َخلَ ْقنَا‬
ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬

َ ‫َللاُ أ َ ْالخَالقين َْح‬


‫س ُن‬ َ ‫ظا ًما َل ْح ًما ث ُ َّم أ َ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر‬
َ َ‫ف تَب‬
َّ ‫ار َك‬ َ ‫س ْونَا ع‬
َ ‫فَ َك‬

 “Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. kemudia, kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci ALLAH, pencipta yang
paling baik”.
 Alaqah adalah embrio yang berumur 24-25 hari, kemudian berubah menjadi stadium
mudghah (26-27 hari). selanjutnya masuk ke stadium tulang (idzam) yaitu cikal tulang
rangka yang berbentuk dalam stadium mudzghah (25-40 hari) berubah menjadi tulang
rawan. setelah itu embrio berada dalam stadium tulang (idzam). Dalam stadium tulang
ini berbagai organ dalam posisi baru yang berhubungkan dengan pertumbuhan
tulang/rangka.
 Setelah itu embrio masuk kedalam stadium dibungkus daging (fakasaunal idzama
lahm) artinya setelah tulang dibentuk lalu diikuti oleh pembentukan daging yang
meliputi tulang-tulang tersebut. Pada minggu ke 8 embrio menjadi fetus membentuk
otot-otot. Dalam minggu ke 12 terjadi assifikasi pada pusat pusat pertulangan .
Anggota badan berdiferensiasi dan terbentuk kuku pada jari kaki dan tangan.
Disamping pertumbuhan macam-macam struktur oragn, masing-masing organ juga

11
mengalami pertumbuhan bersama-sama dengan pertumbuhan badan. Dalam ayat lain
ALLAH berfirman :
 “Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani) ,
kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)
nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) kamu
sedikit selalu bersyukur” Q.S As-Sajdah/32 : 8-9.
3. Kedudukan dan Fungsi Akal Menurut Islam
 Akal membawa manusia pada keingintahuan yang besar untuk memahami alam
sehingga dari sisi ini manusia dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akal
digunakan untuk meneliti, memahami dan menghayati alam semesta untuk
memperoleh pengetahuan dalam rangka memenuhi hasrat dan kesejahteraan hidupnya.
 Akal adalah nikmat besar yang ALLAH SWT titipkan dalam jasmani manusia. Nikmat
yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan ALLAH SWT yang sangat
menakjubkan. Oleh karenanya, dalam banyak ayat, ALLAH SWT memberi semangat
untuk berakal (yakni menggunakan akalnya) dalam firman :
“Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan binatang-
binatang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan ALLAH) bagi kaum yang
memahaminya.” Q.S An-Nahl : 12.

4. Hubungan Akal dan Rasa


 Sedangkan rasa diepertajam melaluii ibadah, menghadapkan kepada ALLAH dan
menyucikan diri melalui proses ritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
maha suci.
 Rasa, juga merupakan potensi manusia yang mengarah pada nilai-nilai dan melahirkan
etika dan estetika, yakni kekuatan rohaniah yang mendorong manusia untuk memiliki
perasaan terhadap keindahan, nilai-nilai etika dan norma-norma hidup.
 Rasa etis sering juga disebut sebagai rasa agama atau rasa ketuhanan yang secara
potensial dimiliki setiap manusia. Oleh karena itu, fitrah sering kali disebut
kecenderungan kearah kebaikan dan kebenaran, rasa ketuhanan dan kecenderungan
kearah agama (hanif). Rasa yang memiliki kecenderungan beragama, sebagaimana
diungkapkan dalam firman ALLAH :
 “Dan (ingatlah) ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam mereka dan
ALLAH mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka : Betul (engkau tuhan kami).
Kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan : sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keeseaan ALLAH)” ( Surah Al-A’raf/7:172).

12
 Ayat diatas mengisyaratkan bahwa setiap manusia mengalami proses perjanjian
dengan ALLAH, artinya secara potensial setiap orang memiliki kecenderungan yang
mengarahkannya kepada Tuhan, yakni agama.
 Potensi-potensi dasar diatas membentuk struktur kerohanian yang berada didalam diri
manusia yang dapat membentuknya sebagai insan, yaitu manusia dalam kaitan ilmu
pengetahuan, konsistensi kepada nilai-nilai kebenaran, dan penyandang aman ALLAH
dimuka bumi.
 Disamping itu, manusia memiliki pula dorongan-dorongan yang disebut nafsu atau
kehendak bebas yang melahirkan ambisi dan kreasi. Nafsu yang terkait nilai-nilai etika
akan melahirkan kreatifitas yang positif, tetapi apabila terbawa pada tarikan-tarikan
negatif, dapat menyebabkan manusia jatuh ke dalam kesesatan, baik berupa
kesombongan, mementingkan diri sendiri, ketamakan, kecorobohan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, Islam tidak mengajurkan untuk membunuh nafsu, melainkan
mengendalikan, mengolahnya serta mengarahkannya pada nilai yang mempertinggi
derajat kemanusiannya.
 Akal dan qaib maupun nafsu bukanlah unsur-unsur yang terpisah melainkan bersatu
secara padu dan utuh. Manusia dibentuk oleh budaya dan nilai-nilai yang
mendasarinya atau oleh keinsaniannya.
 Islam mendorong manusia agar menggunakan potensi yang dimilikinya secara
seimbang. Akal yang berlebihan mendorong manusia pada kemajuan material yang
hebat, tetapi kosong dari nilai-nilai rohaniah, bahkan manusia dapat terjebak dalam
kesombongan intelektual yang merusak dirinya. Demikian pula eksploitasi rasa yang
dominan menyebabkan manusia terjerumus kedalam dunia mistik yang berlebihan dan
dapat menyesuaikan dirinya.
 Manusia dalam menggunakan potensi-potensi dirinya harus disesuaikan sebagai
makhluk psiko-fisik, berbudaya dan beragama untuk tetap mempertahankan kapasitas
dirinya sebagai makhluk yang paling mulia. Ketidakseimbangan akan menyebabkan
manusia memiliki nilai yang rendah, sebagaimana diisyaratkan ALLAH dalam
firmannya : “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan
dari jin dan manusia. mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat ALLAH) dan Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan ALLAH) dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
ALLAH). Mereka itu bagai binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.”(Q.S Al-A’raf/7:179) .

13
3. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
1. Hubungan Manusia dengan Agama
 Agama merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Agama berkaitan dengan
kepercayaan, keyakinan terhadap Tuhan dan alam ghaib, pengaturan tentang upacara
ritual serta aturan dan norma yang mengikat para pengikutnya.
 Agama merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hubungan
manusia dengan agama tampaknya merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama
itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia. Terwujud dalam bentuk
ketundukan, kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Manakala dalam menjalankan
kehidupannya, manusia menyimpang dari nilai-nilai fitrahnya, maka secara psikologis
ia akan merasa adanya semacam “hukuman moral”. Lalu spontan akan muncul rasa
bersalah atau rasa berdosa (sense of guilty).
 Psikologi modern tampaknya memberi porsi yang khusus bagi perilaku keagamaan,
walaupun pendekatan psikologis yang digunakan terbatas pada pengalaman empiris.
Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli
psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia.
 Pendapat yang paling ekstrem pun hal itu masih menunjukkan betapa agama sudah
dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan
gejala-gejala psikologi. Agama menurut Freud tampak dalam perilaku manusia sebagai
simbolisasi dari kebencian terhadap Ayah yang direfleksi dalam bentuk tasa takut
kepada Tuhan. Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada
agama karena rasa ketidak- berdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian,
segala bentuk perilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari
dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.
 Lain halnya dengan penganut Behaviorisme. Sejalan dengan prinsip teorinya, bahwa
Behaviorisme memandang perilaku manusia itu lahir karena adanya stimulant
(rangsangan dari luar dirinya) teori Sarbond (gabungan dari stimulant dan respon) yang
dikemukakan oleh Behaviorisme tampaknya memang kurang memberi tempat bagi
kajian kejiwaan nonfisik. Namun, dalam masalah perilaku keagamaan, sebagai sebuah
realitas dalam kehidupan manusia tak mampu ditampik oleh Behaviorisme. Perilaku
keagamaan menurut pandangan Behaviorisme erat kaitannya dengan prinsip
reinforcement (reward and punishment). Manusia berperilaku agama karena didorong
oleh rangsangan hukuman dan hadiah. Menghindarkan hukuman (siksaan) dan
mengharapkan hadiah (pahala).
 Agama memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran
manusia terhadap agama mungkin karena faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan
oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing, namun untuk menutupi atau

14
meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan tampaknya sulit dilakukan, hal
ini karena manusia memiliki unsur batin yang cendrung mendorongnya untuk tunduk
kepada zat yang ghaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari faktor intern manusia
yang dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani
(consience of man).
 Agama sebagai fitrah manusia telah diinformasikan oleh Al-Qur’an. Fitrah manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia diciptakan mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidak
wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan, seperti
yang ada dalam QS.Ar Rum : 30-31.
2. Agama : Arti dan Ruang Lingkupnya
 Agama merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Agama
berkaitan dengan kepercayaan- kepercayaan, Keyakinan- keyakinan terhadap tuhan
dan alam gaib, pengaturan tentang upacara-upacara ritual, serta aturan –aturan norma-
norma yang mengikat para penganutnya.
 Masalah ketuhanan merupakan dasar yang paling penting dalam agama. Perkembangan
pemikian manusia telah muncul berbagai pandangan antara lain dinanisme, animisme,
politeisme, dan monoteisme. Pertama Animisme, Mereka berpendapat bahwa semua
benda, baik yang bernyawa atau yang tidak bernyawa mempunyai roh yang tersusun
dari suatu zat atau materi yang halus, roh ini mempunyai kekuatan dan kehendak, bisa
merasa senang dan marah. Jika roh ini marah akan melahirkan malapetaka, karena itu
manusia harus mencari keridhoannya dengan memberi makan atau pengorbanan dan
mengadakan pesta-pesta tertentu. selanjutnya Dinanisme adalah kepercayan terhadap
kekuatan-kekuatan gaib yang dimiliki oleh benda-benda tertentu. Tujuan manusia yang
mempunyai paham dinanisme ini adalah memiliki kekuatan sebanyak-banyaknya
melalui benda-benda tertentu yang pada saat tertentu, manusia dapat kembali kepada
kepercayaan tertentu, walaupun bentuk-bentuk benda dan barang lainnya berubah-
ubah. Misalnya kepercayaan pada tuah yang terdapat pada keris di kalangan
masyarakat tertentu, tidak terkecuali pada masyarakat modern sekarang ini. Kemudian
berkembang menjadi Politheisme. Hal ini merupakan kepercayaan masyarakat primitif.
Tujuannya memiliki kekuatan sebanyak-banyaknya melalui benda-benda tertentu yang
mereka anggap memiliki kelebihan. Kepercayaan seperti ini tidak pernah tidak ada di
kalangan masyarakat, bahkan pada zaman modern ini, seperti percaya kepada keris
yang memiliki kekuatan.
 Dari animisme berkembang menjadi politeisme, yaitu roh-roh atau yang dipercayainya
dalam animisme lebih mempunyai bentuk dan sifat yang jelas. Dalam politerisme
dewa-dewa mempunyai kepribadian, misalnya sang surya kepribadiannya member

15
cahaya. Dalam Politerisme sesuatu yang misterius segera didewakan apapun
bentuknya, bias dalam bentuk benda nyata maupun pikiran. Jadi politeisme dapat
muncul dalam masa manapun termasuk mas modern sekarang ini.
 Selanjutnya para pemikir sekuler memandang agama sebagai bentuk keterpaksaan dari
suatu individu atau masyarakat sehingga agama dijadikan suatu kebutuhan yang
bersifat sementara. Mereka menyebutkan bahwa agama tumbuh dan berkembang
sebagai akibat dari suatu keadaan tertentu yang menimpa individu atau masyarakat .
Misalnya , agama tumbuh akibat adanya rasa takut sedangkan individu maupun
masyarakat membutuhkan perlindungan dari sesuatu yang menakutkan tersebut.
 Agama juga tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari suatu keadaan tertentu yang
menimpa individu atau masyarakat . Misalnya, agama tumbuh akibat adanya rasa takut
sedangkan individu maupun masyarakat membutuhkan perlindungan dari sesuatu yang
menakutkan tersebut. Agama juga tumbuh dan berkembang manakal masyarakat
menginginkan keteraturan dalam kehidupan mereka. Sebagian lagi berpendapat bahwa
agama diperlukan karena kebodohan. Apabila rasa takut telah dapat dihilangkan,
keteraturan telah dirasakan, masyarakat atau manusia tidak lagi terkungkung dalam
kebodohan sebagai hasil maju ilmu pengetahuan dan teknologi, maka menurut mereka
agama tidak akan berpengaruh atau tidak diperlakukan lagi.
 Berbeda dengan di atas, kaum marxisme melihat agama diwujudkan agar kelas
penindas tetap dapat mempertahankan kedudukan dan kekuasannya di kalangan
bangsa-bangsa. Kelas penguasa menghiupkan agama agar kaum proletar tidk
melancarkan pemberontakan terhadapnya. Menurutnya agama dapat mengekang
kembali kemarahan kaum proletar dan merupakan candu yang membius mereka agar
tetap dalam kelelapan dan ketidaksadarannya.
 Dalam pandangan para ahli psikologi, agama dipandang sebagai dorongan-dorongan
antara apa yang ada didalam diri individu dan interaksi dengan lingkungan di luar
dirinya. Freud, memandang agama sebagai sesuatu yang berasal dari ketidakmampuan
manusia menghadapi kekuatan alam di luar diri dan juga kekuatan instin dari dalam
diri.Agama ada pada tingkat perkembangan manusia yang pertama, di saat manusia
belum mampu menggunakan akal untuk mengurusi kekuatan yang ada diluar dan di
dalam diri dan harus menghadapi atau mengatur dengan bantuan kekuatan lain yang
efektif. Dari sisi lain, Freud melihat agama sebagai fenomena manusia primitive atau
paling tidak dalam taraf perkembangan masa kanak-kanak. Agama di pandang sebagai
ilusi atau imaginasi anaka-anak yang penuh fantasi dan mimpi. Oleh karena itu agama,
di pandang sebagai kebutuhan sesaat: pada waktu orang berasa dalam situasi
ketidakberdayaan.

16
 Sebaliknya, Carl Gustay Jung berpendapat bahwa hakekat dari pengalaman keagamaan
adalah kedudukkan pada kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan kita sendiri .
Agama menurut Jung menahan dan mengontrol subyek manusia yang selalu atau
sering menjadi korban dari penciptanya. Pengalaman keagamaan menurut Jung
merupakan ketaksadaran yang disebabkan oleh kekuatan di luar diri yang disebutnya
sebagai ketidaksadaran agamis . Salah satu pandangan Jung yang patut menjadi catatan
adalah bahwa agama merupakan fenomena yang lahir dari ketidaksadaran.
 Selanjutnya, agama dalam pandangan para sosiolog dianggap sebagai suatu fenomena
sosia dengan melihat keembagaan suatu agama dan perilaku para pemeluk agama.
Dalam melihat kelembagaan suatu agama dan perilaku pemeluk agama. Dalam melihat
agama menurut para ahli sosiologi dapat dikemukakan pebdapat Durkheim yang
menyatkan bahwa agama adalah suatu kesatuan system kepercayaan dan pengalaman
terhadap sesuatu sacral, yaitu yang lain dari pada yang lain :kepercayaan dan
pengalaman yang menyatu ke dalam suatu komunitas moral yang disubut gereja.
 Selanjutnya para pemikir sekuler memandang agama sebagai bentuk keterpaksaan dari
sutau individu atau masyarakat sehingga agama dijadikan suatu kebutuhan yang
bersifat sementara. Mereka berpendapat bahwa agama tumbuh dan berkembang
sebagai akibat dari suatu keadaan tertentu yang menimpa masyarakat. Misalnya, agama
tumbuh adanya rasa takut sedangkan individu membutuhkan perlindingan dari sesuatu
yang menakutkan tersebut.Sebagian lagi berpendapat bahwa agama diperlukan karena
kebodohan. Apabila rasa takut telah hilang, keteraturan telah dapat dirasakan,
masyarakat tidak lagi terkungkung dlam kebodohan, sebagai hasil dari kemajuan imu
pengetahuan dan teknologi , menurut mereka agama sudah tidak diperlukan lagi.
 Kaum Marxisme melihat agama diwujudkan agara kelas penindas tetap dapat
mempertahankan kedududkan dan kekauasaannya di kalangan bangsa-bangsa. Kelas
penguasa menghidupkan agama agar kaum proletar tidak melancarkan pemberontakan
terhadapnya. Menurut pendapat ini bahwa agama dapat mengekang kendali kemarahan
kaum proletar dan merupakan candu yang membius mereka agar tetap dalam kelelapan
dan ketidaksadaran.
 Dalam pandangan para ahli psikologi, agama sipandang sebagai dorongan antara apa
yang ada di dalam diri individu dan interaksi dengan lingkungan di luar dirinya
menurut Freud, memandang agama sebagai sesuatu yang berasal dari ketidakmampuan
manusia mengahadapi kekuatan alam di luar diri dan juga kekuatan insting dari dalam
diri. Agama ada pada tingkat perkembangan manusia yang pertama, di saat manusia
belum mampu menggunakan akal untuk mengurusi kekuatan yang ada di luar dan di
dalam diri dan harus menghadapi atau mengatur dengan bantuan kekuatan lain yang

17
efektif. Atau menurutnya agama dipandang sebagai kebutuhan sesaaat, pada waktu
orang berada dalam situasi ketidakberdayaan.
3. Agama Islam

 Kata Islam berasal dari Bahasa Arab “‫ ”أسلم‬yang berarti tunduk, patuh dan berserah

diri.
 Agama Islam berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
 Islam adalah agama yang dibawa oleh para Rasul Allah, sejak Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad SAW.
 Dasarnya QS. Al-Baqoroh : 136, yang artinya ”Katakanlah (hai orang-orang mukmin):
Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, serta anak cucunya dan kepada apa
yang telah diturunkan kepada Musa, Isa serta para Nabi Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk dan patuh
kepada-Nya (QS. Al-Baqoroh : 136)
 Dasar yang lain ada pada QS. Ali Imran : 52) yang artinya : “Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (bani Israil) berkatalah ia: Siapakah yang menjadi
penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?. Para hawariyyin (sahabat-
sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman
kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
berserah diri (muslimin)
 Wahyu yang diturunkan Allah kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad, tidak
dijamin Allah orisinilnya, setelah para Nabi pembawanya tiada.
 Setelah para nabi pembawa agama Islam meninggal sebelum Nabi Muhammad, para
pengikutnya mengganti nama Agama tersebut bahkan mereka merubah isi kitab
sucinya.
 Dasarnya ada dalam QS. An-Nisa :46, yang artinya: “Yaitu orang-orang yahudi,
mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: kami mendengar,
tapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): ra’ina, dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama.
 Di ayat yang lain dijelaskan tentang penyimpangan kaum Nasrani: “Dan diantara
orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani, ada yang
telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari
apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya, maka kami timbulkan diantara
mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah memberitakan
kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan (QS.Al-Maidah :14)

18
 Salah satu firman Allah yang mengoreksi aqidah trinitas : “Sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah salah seorang dari yang tiga, padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir diantara mereka
akan ditimpa siksaan yang pedih (QS.Al-Maidah,73)
 Mereka diperingati agar kembali ke agama Islam “Hai orang-orang yang telah diberi
Al-Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah kami turunkan (Al-Qur’an) yang
membenarkan Kitab yang ada padamu, sebelum kami merubah mukamu, lalu kami
putarkan ke belakang atau kami kutuk mereka sebagaimana kami telah mengutuk
orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku
(QS. Al-Maidah : 47)
 Al-Qur’an memberi peringatan kepada mereka untuk kembali kepada agama Allah
(islam), firman-Nya: “Hai orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, berimanlah kamu
kepada apa yang telah kami turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada
pada kamu, sebelum Kami merobah muka (mu), lalu kami putarkan ke belakang atau
Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yg berbuat
maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. (QS. Al-Maidah : 47)”
 Fungsi Agama Bagi Manusia
Agama sebagai sumber moral.
Agama sebagai petunjuk kebenaran.
Agama merupakan sumber informasi tentang masalah yang ghaib.
Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik dikala suka maupun dikala
duka.
4. Pengertian Khalifah
 Manusia dengan perangkat yang dimilikinya diserahi tugas hidup yang merupakan
amanat dari ALLAH. Tugas itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan nya pada
saatnya nanti. Tugas besar yang dipikul manusia dimana bumi disebut tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil ALLAH dimuka bumi, pengelola dan
pemelihara alam. Pengertian lain tentang Khalifah adalah penguasa yang mengatur
segala sesuatu yang terkandung dibumi agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
umat manusia.
 ALLAH SWT berfirman “Dan sungguh kami telah muliakan keturunan Adam, dan
kami angkat mereka didaratan dan dilautan dan kami beri rezeki dari yang baik-baik,
dan kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna” (Q.S Al-Isra : 70). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan kesempurnaan tersebut, ALLAH menjadikan manusia sebagai khalifah
di muka bumi.

19
 Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada kepada manusia itu bersifat kreatif yang
memungkinkan dirinya untuk mengolah serta mendayagunakan segala sesuatu di muka
bumi untuk kepentingan hidupnya.
 Sebagai wakil tuhan maka tuhan mengajarkan kepada manusia kebenaran-kebenaran
dalam segala ciptaannya dan melalui pemahaman dan pengusulan terhadap hukum-
hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaannya, manusia dapat menyusun
konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam
kebudayaan.
5. Wewenang Manusia Sebagai Khalifah
 Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan sehingga dengan kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis,
kebebasan manusia dimuka bumi disebabkan karena kedudukannya untuk memimpin,
sehingga pemimpin tidak tunduk kepada siapapun di sekelilingnya, kecuali kepada
yang memberikan kepemimpinan itu. Karena itu, kebebasan manusia sebagai khalifah
bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikinya tidak
menjadikannya bertindak sewenang-wenang
 Kebebasan manusia sebagai khalifah merupakan implementasi dari ketundukkan dan
ketaatan. Ia tidak tunduk pada siapapun. Kecuali pada ALLAH. Ia hamba ALLAH
yang hanya tunduk dan taat kepada ALLAH dan kebenaran, tidak pada yang lain.
 Kekuasaan manusia sebagai wakil tuhan dibatasi ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dari yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum tuhan baik yang tertuliskan
dalam kitab suci (Al-Quran), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta.
Seorang wakil tuhan yang melanggar batas ketentuan yang diwakilinya adalah wakil
yang mengingkari kedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban atas penggunaan
kewenangannya itu dihadapan yang diwakilinya.
Sesuai dengan Firman ALLAH :
“Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barangsiapa yang
kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya. Dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.” Q.S. Fathir/35:39.

20
6. Pengertian ‘Abdullah
 Disamping peran manusia sebagai khalifah ALLAH dimuka bumi yang memiliki
kebebasan, sekaligus pula sebagai hamba ALLAH (‘abdullah). Seorang hamba berarti
orang yang taat dan patuh kepada perintah ALLAH.
 Makna esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada
ALLAH. Dalam hubungannya dengan tuhan, manusia menempati posisi sebagai
ciptaan, dan tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan
manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Pengingkaran manusia dalam
menghambakan diri kepada ALLAH akan mengakibatkan ia menghamba kepada
dirinya, menghamba kepada hawa nafsunya.
7. Tugas-Tugas Manusia Sebagai Khalifah dan ‘Abdullah
 Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi sebagai khalifah dan ‘abdullah
merupakan kepaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak kepada nilai-nilai kebenaran.
Karena itu hidup seseorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah, kerja keras yang
tiada henti. Bekerja keras bagi seorang muslim adalah bentuk amal shaleh. Kedudukan
manusia sebagai khalifah dan hamba ALLAH, bukan dua hal yang bertentangan,
melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi
dari pengabdiannya kepada ALLAH yang menciptakannya.
 Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa, ketidakseimbangan semua itu melahirkan sifat-sifat yang menyebabkan derajat,
manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, sebagaimana Firman nya :
“Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya” (Q.S.
At.Tin/95:5).
 Dalam uraian diatas, jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki fithrah
kemudian berproses dengan menggunakan kapasitas dan kemampuan akalnya, dapat
menunjukkan derajat kemanusiaannya yang sejati sebagai khalifah ALLAH dimuka
bumi.
 Manusia dapat memikirkan dan mencermati hukum-hukum alam ciptaan ALLAH
untuk digunakan dalam mengelola dan memakmurkan alam secara kreatif yang
disadari nilai-nilai illahiah.
 Dengan demikian, manusia sebagai khalifah dan hamba ALLAH merupakan kesatuan
dalam menyempurnakan nilai kemanusiannya sebagai makhluk yang memiliki
kebebasan berkreasi. Disamping itu manusia dihadapkan pada tuntutan kodratyang
menempatkan posisinya pada keterbatasan.

21
 Perwujudan kualitas keinsanan manusia ini tidak terlepas dari konteks sosial budaya.
Dengan kata lain, Kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks
individu dan sosial yang berpotensi pada ALLAH, seperti firman ALLAH :
ٍ‫ضب‬
َ َ‫ب ُءوا بِغ‬
ٍَ ‫اس‬ ٍَِّ ٍَ‫علَ ْي ِه ٍُم ال ِ ِّذلَّ ٍة ُ أَيْنٍَ ِإلاقِفُوث ُ َما ا بِ َحبْلٍ مِ ن‬
ٍ ِ َّ‫َللا َو َحبْلٍ مِ نٍَ َوالن‬ َ ٍْ‫ض ُِربَت‬
ٍَ‫ص ْوا َوكَانُوا يَ ْعتَدُون‬ َ ‫ق ذَلِكٍَ بِ َما‬
َ ‫ع‬ ٍِ ‫َللاٍِ َويَ ْقتُلُونٍَ األ ْنبِيَا ٍَء بِغَي‬
ٍِّ ‫ْر َح‬ َّ ‫ت‬ٍِ ‫علَيْه ُم ْال َم ْس َكنَ ٍةُ ذَلِكٍَ بِأَنَّ ُه ٍْم كَانُوا يَ ْكفُ ُرونٍَ بِآيَا‬ ْ َ‫َللاِ و ضُرب‬
َ ‫ت‬ ٍَّ
ٍَ‫مِ ن‬
 “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) ALLAH dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari ALLAH dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu
karena mereka kafir kepada ayat-ayat ALLAH dan membunuh para nabi tanpa alasan
yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. ”
(Q.S Ali-Imran/3:112).
 Dalam Surah Ali-Imran/3 ayat ke 112 dapat dipahami, bahwa kualitas kemanusiaan
sangat bergantung pada kualitas komunikasi manusia dengan ALLAH melalui ibadah
dan kualitas interaksi sosialnya dengan sesama manusia melalui muamalah.

22
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari materi yang telah diuraikan diatas, dapat kita pahami bahwasanya Alam
semesta, manusia dalam pandangan ilmuwan dan islam saling berkaitan. Karena Islam
ialah agama jadi agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki
pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini
adalah islam. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu , dengan agama islam
kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama islam kehidupan
manusia akan sempurna dan bahagia.

Manusia diciptakan oleh ALLAH dengan segala proses dan penuh keistimewaan ,
salah satunya manusia ditugaskan menjadi khalifah dimuka bumi ini. Ditetapkannya
manusia sebagai khalifah dimuka bumi bukan berarti manusia diistimewakan
kemudian boleh berbuat semaunya, melainkan sebaliknya manusia diharuskan
bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan oleh ALLAH SWT. Dengan
memperhatikan alam dan masyarakat disekitarnya. Setiap manusia harus melaksanakan
tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.

Allah menciptakan segala sesuatu pasti memiliki tujuan, termasuk dalam penciptaan
manusia . Ada banyak sekali tujuan penciptaan manusia, dan salah satu tujuan
utamanya adalah agar manusia selalu beribadah kepada ALLAH SWT dan menjauhi
larangannya.

2. Saran

Dengan segala yang telah melekat pada manusia, mulai dari proses penciptaan sampai
dengan keistimewaan yang dimiliki olehnya, hendaknya manusia lebih bisa
mengetahui apa sebenarnya tujuan dari hidupnya, untuk apa dan siapa dia hidup hingga
dapat mencapai titik kemuliaan yang sesungguhnya di sisi ALLAH SWT.

23

Anda mungkin juga menyukai