Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS NEGERI

MAKASSAR
PROGRAM PASCASARJANA

FILSAFAT ILMU DI BALIK


TEORI PERKEMBANGAN ATOM
OLEH : KELOMPOK 4
1. Musbahuddin, S.Pd
2. Riska, S.Pd
3. Ruth Madona Leonancy Leaua,
S.Pd
4. Simon, S.Pd
5. Nurkholish, S.Pd, Gr

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


2022
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ….....……………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………...
Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………...….
A. Latar Belakang ……………………………………………………….…….
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………...…..
Bab II Kajian Pustaka …………………………………………………………...…
A. Perkembangan Teori Atom Ditinjau dari Aspek Ontologi …………...……
B. Perkembangan Teori Atom Ditinjau dari Aspek Epistemologi …….……
C. Perkembangan Teori Atom Ditinjau dari Aspek Aksiologi …………..….
Bab III Penutup …………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..........…………………………………………………………….…..

Daftar Pustaka ..........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atom adalah satuan unit terkecil dari sebuah unsur yang memiliki
sifat-sifat dasar tertentu. Setiap atom terdiri dari sebuah inti kecil yang
terdiri dari proton dan neutron dan sejumlah elektron pada jarak yang jauh.
Mempelajari tentang teori atom sangatlah penting sebab atom merupakan
penyusun materi yang ada di alam semesta. Dengan memahami atom kita
dapat mempelajari bagaimana satu atom dengan yang lain berinteraksi,
mengetahui sifat-sifat atom, dan sebagainya sehigga kita dapat
memanfaatkan aam semesta untuk kepentingan umat manusia. 
Nama “atom” berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos''
diperkenalkan oleh Democritus yang artinya tidak dapat dibagi lagi atau
bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. Konsep atom yang
merupakan penyusun materi yang tidak dapat dibagi lagi  pertama kali
diperkenalkan oleh ahli filsafat Yunani dan India. Konsep atom yang lebih
modern muncul pada abad ke 17 dan 18 dimana saat itu ilmu kimia mulai
berkembang. Parailmuwan mulai menggunakan teknik menimbang untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih tepat dan menggunakan ilmu fisika
untuk mendukung  perkembangan teori atom.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang perkembangan teori
atom berdasarkan filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan
merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu,
metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis
keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan teori atom ditinjau dari aspek ontologi ?
2. Bagaimana perkembangan teori atom ditinjau dari aspek epistemologi ?
3. Bagaimana perkembangan teori atom ditinjau dari aspek aksiologi ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PERKEMBANGAN TEORI ATOM DITINJAU DARI ASPEK


ONTOLOGI

Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas
dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti, ada
atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau
eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dan sebagainya. Aspek
ontologi menekankan pada hakikat teori atom yang menyangkut keberadaan dan
eksistensinya dalam khazanah keilmuan. Teori atom lahir secara filosofis dari
pemikiran para filsuf Yunani. Pertanyaan yang mendasari lahirnya teori atom
adalah, “apakah yang membentuk suatu benda?”. Ini merupakan pertanyaan
fundamental dalam filsafat alam. Suatu benda terdiri atas bagian-bagian tertentu
yang lebih kecil lagi. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada suatu saat dimana
bagian tersebut tidak dapat dibagi lagi menjadi sesuatu yang lebih kecil ?

1. Citra Manusia Tentang Alam


Allah menciptakan alam beserta isinya terdiri dari beberapa macam
bentuk. Bentuk-bentuk ini dapat berupa zat padat, cair maupun gas. Dalam bentuk
zat padat contohnya batu dan kayu, dalam bentuk zat cair contohnya air dan
minyak, serta dalam bentuk zat gas contohnya gas alam. Kesemuanya itu dapat
kita amati melalui panca indra kita. Namun demikian tentunya panca indera kita
mempunyai keterbatasan, misalnya saja untuk melihat benda-benda yang
besarnya  tidak kurang dari 0,1 mm dapat kita lihat dengan mata telanjang,
sedangkan untuk melihat benda yang ukurannya tidak kurang dari 0,0005 mm
dapat digunakan mikroskop.
Alam semesta di sekitar kita terdiri atas berbagai macam bentuk. Bentuk-
bentuk ini dapat berupa benda dan berupa gejala. Tetapi pancaindera kita ini
selain dapat mengamati saksama juga memiliki keterbatasan. Akan tetapi berkat
akal yang kita miliki, kita telah menemukan berbagai macam peralatan yang dapat
membantu mengatasi keterbatasan kemampuan mengindera kelima panca indera
kita itu. Teropong bintang yang ada di observatorium Bosscha, dapat
mendekatkan gambaran benda langit ke bumi. Sehingga dengan menggunakan
teropong bintang banyak hal yang tadinya tidak kita ketahui mengenai bintang
dapat menjadi lebih jelas. Demikian pula dengan bantuan mikroskop elektron,
kuman yang tadinya tidak tampak oleh mata dapat diamati bagian-bagian selnya.
Oleh karena itu manusia selalu mencari perkembangan ilmu dan
pengetahuannya untuk lebih mempermudah lagi manusia dalam mengamati benda
di alam ini. Salah satu pertanyaan yang sejak dulu dikemukakan orang adalah
tentang hakikat zat adalah mengapa ada benda berbentuk padat, cair, dan gas,
sudah dipertanyakan sejak zaman Yunani kuno. Dengan demikian menjadi sangat
menarik untuk menelusuri bagaimana pandangan orang mengenai susunan benda
berubah dari masa ke masa.
Teori atom dalam ilmu kimia dan fisika adalah teori mengenai sifat benda.
Teori ini menyebutkan bahwa semua benda terbentuk dari atom–atom. Dasar
filsafat untuk teori ini disebut atomisme. Teori ini dapat diterapkan pada semua
fase umum benda seperti yang ditemukan di bumi, yaitu padat, cair, dan gas.
Teori ini tidak dapat diterapkan pada plasma atau bintang neutron di mana terjadi
lingkungan yang tidak standar, seperti suhu atau densitas ekstrim yang
menghambat pembentukan atom.

2. Konsep Atom Zaman Yunani


a. Thales
Filsuf Yunani pertama yang mencoba menerangkan teka teki
hakikat zat dan dan keberadaan alam adalah Thales. Dia hidup sekitar
tahun 624-546 SM di Miletos. Di Mesir ia diperkenalkan dengan Ilmu
Ukur, di Babilonia ia mempelajari Ilmu perbintangan  serta metode
meramal gerhana matahari dan bulan. Pendapat rintisan yang ia
kemukakan yang kemudian menggalakkan usaha pemahaman hakikat zat
adalah bahwa semua zat tersusun dari satu unsur air. Menurut Thales, air
dapat diubah menjadi udara dan dibekukan menjadi padat. Jadi air
berperan sebagai asal semua perubahan. Obor estafet telah di sulut oleh
Thales, menandai dimulainya permainan menyibak teka-teki hakikat zat
dari generasi ke generasi.
b. Anaksimandros
Pendapat Thales tidak bertahan lama karena kemudian ditolak oleh
muridnya, Anaksimandros yang juga dari Miletos, hidup sekitar tahun
611-545 SM. Alasannya bila air adalah asal segala sesuatu maka air dan
panas tidak akan bisa hadir sebab air memadamkan api dan mendinginkan
panas. Sebagai gantinya ia mengajukan pendapat yang sangat rumit.
Menurut Anaksimandros, alam merupakan campuran yang berlawanan 
empat kualitas dasar yaitu panas dan dingin, basah dan kering. Sedangkan
proses alam  merupakan daur keempat kualitas dasar ini. Anaksimandros
berpendapat, zat asal utama ini kehilangan mutu karena saling menetralkan
dan mengisi ruang semesta secara sinambung tanpa batas. Ia menyebut zat
khayal dasar ini dengan apeiron yang kurang lebih berarti ‘tak terbatas’.
Zat ini terus bergerak secara berangsur memisah.  Lama kelamaan unsur
dingin dan basah mengembun membentuk tanah yang basah di bumi
sedangkan yang tertinggal membentuk udara dan kabut di sekeliling bumi.
Panas dan kering membentuk api
c. Anaximenes
Pendapat Anaximandros ternyata tidak memuaskan muridnya,
Anaximenes (585-525 SM). Ia melihat peristiwa memisahnya Apeiron
yang diajukan Anaximandros hanyalah dugaan yang tak dapat dikaitkan
dengan proses alam yang nyata. Menurutnya, zat dasar alam adalah
pneuma, semacam udara yang kita hirup. Kesimpulan ini ia peroleh  dari
hasil renungannya. Bila udara mempertahankan hidup kita, maka terdapat
semacam udara yang lebih umum yang mempertahankan kehidupan alam
semesta. Selanjutnya ia mengemukakan perubahan wujud itu berlangsung
melalui proses pemampatan dan  peregangan  pneuma. Pemampatan
pneuma menghasilkan udara dan air yang bila dimampatkan lebih lanjut
akan menghasilkan tanah dan batu. Sebaliknya, bila direnggangkan air
akan menjadi udara dan bila direnggangkan lagi serta dipanaskan akan
menjadi api. Itulah udara yang panas. Jadi menurut Anaximenes, keempat
unsur tanah, api, air dan udara merupakan perubahan wujud dari yang
lainnya, karena itu tak satupun yang mendasar. 
d. Herakleitos
Herakleitos (540-474 SM) muncul dengan pendapat baru bahwa yang
berperan sebagai zat dasar adalah api. Menurutnya, perubahan wujud zat
berlangsung secara sinambung . Ibarat sungai, “segala sesuatu mengalir”,
yang dalam bahasa yunani terkenal dengan sebutan panta rei. Barangkali,
karena api bergerak begitu bebas maka pilihan Herakleitos jatuh pada api
sebagai zat asal. Bagi dia, alam mulai terbentuk ketika api mengikuti aliran
ke bawah, memampat menjadi air kemudian menjadi tanah. Sebaliknya ,
dalam aliran ke atas, api merenggang dan menghasilkan api kembali.
e. Empedokles
Empedokles (500-440 SM) menggantikan zat dasar tunggal menjadi
empat unsur yang berbeda, yaitu tanah, air, udara dan api. Menurut
Empedokles, semua zat dibentuk dari keempat unsur tersebut melalui
pencampuran dalam kadar yang berbeda menurut daya tarikan dan tolakan.
f. Anaxagoras
Dalam usaha memahami hakikat zat, Anaxagoras (500-428 SM)
mengembangkan teori baru yang agak rumit. Menurut Anaxagoras,
perubahan zat disebabkan oleh penggabungan  atau pemisahan partikel-
partikel mungil yang tak tampak, yang disebutnya spermata. Partikel
partikel itu tak terubahkan dan tak termusnahkan masing masing berbeda
dalam bentuk, warna dan rasa. Pandangan ini merupakan bayangan
pendahuluan hukum kekekalan yang kita kenal dewasa ini. Namun, ajaran
yang kemudian menyulitkan dirinya adalah tentang matahari. Ia
mengatakan bahwa matahari bukanlah dewa seperti yang dipercayai
penduduk Athena, melainkan batu pijar panas yang besar. Ini benar-benar
menghina kepercayaan penduduk Athena, sebagai bayarannya Anaxagoras
diusir dari Athena. 
g. Demokritus
Pandangan Anaxagoras tentang hakikat zat kemudian diberi bentuk yang
lebih tegas oleh Demokritus (460-370 SM). Menurut Demokritus, alam
semesta tidaklah sinambung melainkan terdiri dari ruang kosong dan
sejumlah besar zat mungil tak tampak yang tak terbelahkan dengan bentuk
yang berbeda-beda. Democritus menyebut partikel-partikel ini atomos. Zat
terbentuk bila atomos-atomos berkumpul, sebaliknya bila atomos-atomos
memencar, tak ada zat yang terbentuk. Berubahnya suatu zat, menurut
Demokritus dikarenakan perubahan susunan dan gerak atomos-atomosnya
h. Aristoteles
Teori atom Demokritus masih mendapat perhatian hingga awal abad
ke 3 SM. Namun setelah itu, teori itu tidak lagi diperhatikan karena ditolak
oleh sesama warga Yunani utara yakni Aristoteles (384-322 SM).
Aristoteles menolak teori atomos Demokritus karena baginya atomos-
atomos hanyalah khayalan belaka. Sebagai gantinya, Aristoteles kembali
mendukung teori empat unsur Empedokles yang diberinya bentuk agak
lebih mendasar. Ia mengemukakan bahwa keempat unsur itu, yaitu tanah,
air, udara dan api terbentuk dari perpaduan dua pasangan mutu dasar yang
berlawanan. Panas dan dingin, basah dan kering. Bagan penggabungannya
digambarkan sebagai berikut :
Kering + Panas = Api
Kering + dingin = Tanah
Basah + Panas = Udara
Basah + dingin = Air
Sedangkan panas + dingin, basah + kering tidak menghasilkan apa-
apa karena saling berlawanan. Karena Aristoteles cukup disegani,
terkuburlah teori atomos. Di pihak lain, dukungannya terhadap teori empat
unsur Empedokles merangsang dan mengarahkan pengembangan ilmu
ilmu kimia, yaitu Alkimia.
3. Teori Atom Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom.
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum Prouts). Lavoisier
menyatakan bahwa massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan
massa total zat-zat hasil    reaksi.   Sedangkan   Prouts menyatakan    bahwa
perbandingan   massa   unsur – unsur   dalam   suatu senyawa selalu tetap. Dari
kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai
berikut :
 Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi
lagi.
 Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki
atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
 Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan
bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom
oksigen.
 Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan
kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal
seperti pada tolak peluru. Model Atom Dalton seperti bola pejal.
Adapun kelebihan teori model atom menurut Dalton yaitu mulai
membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai model atom. Sedangkan
kelemahan teori model atom Dalton yaitu teori atom Dalton tidak dapat
menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin
bola pejal dapat menghantarkan arus listrik, padahal listrik adalah elektron yang
bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus listrik.
Pada tahun 1859 seorang ilmuwan Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleev
menemukan sistem periodik. Berdasarkan pemikiran dari John Dalton (1805)
yang menyatakan bahwa setiap atom mempunyai massa, maka Mendeleev
membagi elemen-elemen yang dituliskan dalam kartu-kartu berdasarkan pada
ukuran berat atom dalam suatu susunan baris dan kolom, dan dalam satu kolom
dituliskan tujuh elemen. Sampai tahun 1971 telah ditemukan 63 unsur dari 92
elemen yang kita ketahui. Termasuk helium  yang belum ditemukan. Karena
temuan-temuannya itu Mendeleev terkenal dimana-mana. Hal yang dapat kita
ambil di balik temuan atom tersebut adalah kaitannya dengan angka-angka.
Sebagai contoh ukuran berat atom yang merupakan suatu ukuran kompleksitas.
Perkembangan teori atom juga berpengaruh pada karya seni. Pada tahun
1900 pelukis- pelukis dunia seperti yang dapat dilihat pada lukisan  Umberto
Boccioni dalam The Forcest of A street atau Dynamism of cyclisyt, lukisan sinar
X oleh Rontgen, Juan Gris dalam analisis struktur bentuk natural dalam Still Life
atau bentuk kemanusiaan dalam Pierrot.
4. Model Atom Thompson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William
Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode. Dapat
dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-
baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini,
Thomson menyatakan bahwa   sinar    katode    merupakan    partikel penyusun
atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron
bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positif untuk
menetralkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut,
Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dan mengemukakan
teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan
bahwa, atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan di dalamnya
tersebar muatan negatif elektron. Model atom ini dapat digambarkan sebagai
jambu biji yang sudah dikupas kulitnya. Biji jambu menggambarkan elektron
yang tersebar merata dalam bola daging jambu yang pejal. Model atom Thomson
dianalogikan sebagai bola positif yang pejal.
Adapun kelebihan model atom Thomson yaitu membuktikan adanya
partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan
bagian terkecil dari suatu unsur.
Sedangkan kelemahan model atom Thomson yaitu model Thomson ini tidak dapat
menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
5. Model Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang muridnya, Hans Geiger dan Erners
Masreden, melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa 
terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa,
yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar
sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya
bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul
merupakan  bola  pejal  yang  positif  yang  bila  dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa
apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka
sebagian besar partikel alfa diteruskan. Tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh
fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan
lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesimpulan
bahwa :
 Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa
diteruskan, Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-
atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil
yang bermuatan positif.
 Partikel tersebut merupakan partikel yang menyusun suatu inti atom,
berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila
perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan
ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom
keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut,
Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan model atom
Rutherford yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil
dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
Rutherford menduga bahwa di dalam inti atom terdapat partikel netral yang
berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
Adapun kelebihan model atom Rutherford yaitu membuat hipotesis bahwa
atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi inti. Sedangkan
kelemahan teori model atom ini yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron
tidak jatuh ke dalam inti atom. 
Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai
pemancaran energi sehingga lama-kelamaan energi elektron akan berkurang dan
lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti. 
6. Model Atom Bohr
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom
hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron
dalam menempati daerah di sekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom
hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori
kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut :
 Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu
elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak
stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar di
sekeliling inti.
 Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap
sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun
diserap.
 Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat,
besarnya sesuai dengan persamaan Planck, ΔE = hv.
 Lintasan stasioner yang dibolehkan memiliki besaran dengan sifat-sifat
tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya
momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n
adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
 Menurut model atom Bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada
lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi.
Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling
dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi
tingkat energinya.
Adapun kelebihan model atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari
beberapa kulit untuk tempat berpindahnya elektron. Sedangkan kelemahan model
atom ini yaitu model atom ini adalah tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan
efek Strack.
7. Henry Moseley (1887-1915)
Henry Moseley dalam laboratorium Rutherford melakukan eksperimen
konfirmasi terhadap model Bohr pada fenomena baru berupa garis-garis pada
spektrum sinar energi tinggi  yang tidak terlihat oleh mata tetapi yang terbentuk
dengan cara yang sama yaitu loncatan elektron dari orbit yang lebih luar ke orbit
yang lebih dalam.
8. Ilmuan – ilmuan lain
Ilmuan-ilmuan lain yang berperan dalam perkembangan teori atom antara
lain: James Chadwick menemukan Neutron pada tahun 1932; Enrico Fermi (1901-
1954) menemukan reaksi Nuklir; dan Hans Bethe (1906) menemukan teori fusi
Hidrogen.
Kalau pada awal abad ke-20 ini teori Dalton diguncang karena ditemukan
bahwa atom masih dapat dipecah menjadi proton, neutron, dan elektron, maka
pada tahun 1964 terjadi lagi guncangan baru. Ahli fisika Amerika Serikat Murray
Gell-Mann mengemukakan bahwa proton dan neutron terdiri atas zarah-zarah
yang lebih kecil lagi yang dinamakan Quark. Ahli fisika Amerika lainnya Georg
Zweig juga mengemukakan suatu teori yang sama, akan tetapi butir-butir itu 
dinamakan as.
Suatu proton terdiri atas dua buah atas dan sebuah bawah, dan karena
quark atas bermuatan ± ⅔, dan quark bawah bermuatan -⅓. Proton bermuatan +1,
Neutron terdiri atas satu quark atas dan dua quark bawah sehingga muatannya 0.
Suatu zarah yang terjadi dari beberapa quark dinamakan suatu hadron sehingga
proton dan neutron adalah suatu hadron. Suatu hadron yang terdiri atas tiga quark
dinamakan suatu baryon. Suatu zarah yang terdiri atas dua quark disebut satu
meson. Kedua quark itu sebenarnya berlawanan sehingga yang satu lagi memiliki
rasa tandingan dan karena itu dapat disebut anti quark. Pengertian bahwa quark
adalah bagian terkecil yang tidak dapat dibagi- bagi lagi suatu saat mungkin saja
akan ditumbangkan oleh teori yang baru, dan sejarah mungkin akan terulang
kembali. Pada hakikatnya, teori atom dapat disimpulkan sebagai materi yang
bersifat abstrak yang keberadaannya masih bersifat hipotesis.

B. PERKEMBANGAN TEORI ATOM DITINJAU DARI ASPEK


EPISTEMOLOGI

Memandang teori atom dari aspek epistemologi berarti memandang teori


atom dari cara pemerolehan pengetahuan mengenai atom (Ikhsani,Lisa : 2013).
Democritus mencoba menumbuk beberapa material dengan mortar dan alu hingga
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang ia sebut sebagai atom. Semua benda
tersusun atas bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi lagi, yang secara
kualitatif mirip antara satu dengan yang lainnya dalam hal ukuran, bentuk, posisi,
dan massanya. Atom menurut Democritus, terpisah oleh suatu kekosongan antara
satu atom dengan atom yang lain. Kekosongan ini menyebabkan atom-atom
mampu bergerak. Apakah yang sebenarnya dimaksud Democritus dengan “tidak
dapat dibagi?”. Democritus berpendapat bahwa atom bukan hanya sangat kecil,
tetapi merupakan partikel yang terkecil, bukan hanya terlalu kecil untuk dibagi
secara fisis tetapi juga tidak bisa dibagi secara logis. 

John Dalton mendasari hipotesisnya mengenai atom berdasarkan hukum


kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust).

Thomson melakukan sebuah eksperimen menggunakan tabung sinar


katoda. Hasil Eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam
atom yang disebut elektron. Ia menemukan bahwa atom terkadang dapat menolak
partikel lebih kecil yang bermuatan negatif, yang ia sebut sebagai elektron. Dari
hasil percobaan inilah Thomson mengusulkan model atom Plum Pudding Model
atau model atom roti kismis.

Rutherford melakukan percobaan untuk menjawab kelemahan yang


dimiliki model atom Thomson. Percobaannya adalah dengan menembakkan inti
helium (partikel alpha) ke suatu lapisan emas tipis. Dia menemukan bahwa
meskipun sebagian besar sinar helium tersebut diteruskan, dan sebagian lagi
dipantulkan. Dari hasil percobaannya, Rutherford berpikir bahwa pastilah terdapat
suatu struktur padat yang sangat kecil yang memantulkan partikel sinar alpha,
yang dinamakannya inti. Ia juga berpikir bahwa inti ini memiliki massa yang
sangat besar namun ukurannya kecil. Banyaknya berkas sinar yang diteruskan
membuat Rutherford yakin bahwa sebagian besar atom adalah ruang hampa.
Perkembangan teori atom terus berlanjut menyusul ditemukannya neutron oleh
James Chadwick. Selanjutnya, Niels Bohr menemukan adanya tingkatan energi
dalam atom yang kemudian menjadi awal lahirnya teori dan model atom
mekanika kuantum.

C. PERKEMBANGAN TEORI ATOM DITINJAU DARI ASPEK


AKSIOLOGI

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas teori tentang nilai,


mencakup nilai-nilai sebagai dasar normatif dalam penggunaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan
telah banyak memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Namun,
apakah ilmu selalu memberi manfaat bagi manusia? Kenyataannya ilmu pun bisa
memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh adalah ilmu
tentang nuklir, kita telah melihat manfaatnya dalam pengembangan pembangkit
listrik yang dikenal dengan sebutan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
Namun, jika kita melihat kembali kejadian yang melanda Jepang. Bagaimana
tsunami tahun 2011 mengakibatkan kerusakan parah pada reaktor nuklir di
pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Kerusakan ini menimbulkan
dampak lanjutan yaitu adanya radiasi nuklir ke daerah sekitar lokasi PLTN
tersebut. Bencana lain juga terjadi di Chernobyl, Ukraina di tahun 1986, yang
diakibatkan meledaknya reaktor nuklir menyebabkan korban yang sangat banyak.
Sampai sekarang Chernobyl tidak dapat ditempati lagi. Ini adalah salah satu bukti
bahwa ilmu pengetahuan bisa merugikan bahkan membahayakan hidup manusia.
Bukti lainnya adalah ketika Einstein menemukan teori relativitasnya yang
terkenal, yaitu E = mc2,  dunia mulai mengetahui bahwa massa dapat berubah
menjadi energi. Penemuan ini membuka lebar mata manusia pada kenyataan
benda yang sangat kecil seperti atom dapat dijadikan sumber energi yang dapat
menyokong kelangsungan hidup manusia. Namun di sisi lain, ada pihak yang
memanfaatkan penemuan Einstein ini untuk kepentingan perang mengakibatkan
hancurnya kehidupan di dua kota besar di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki.
Hancurnya kedua kota tersebut bukanlah satu-satunya dampak akibat penemuan
ilmu tersebut, selama berpuluh tahun setelah pengeboman itu terjadi, penduduk
disekitar daerah yang hancur harus menjalani pengobatan untuk menetralkan
radiasi nuklir dalam tubuh mereka. Kedua fenomena di atas menunjukkan betapa
penemuan suatu ilmu pengetahuan dapat diibaratkan dengan dua sisi koin, dapat
memberi manfaat dan kerugian bagi manusia. Jika melihat secara seksama,
kerugian dari nuklir yang dijelaskan di atas bisa merupakan kerugian yang tidak
disengaja, bencana alam dan human error. Maka dari itu, kajian aksiologi terhadap
suatu ilmu perlu dilakukan. Bagaimana pemanfaatan dan penggunaan ilmu
pengetahuan tersebut berdasarkan nilai-nilai normatif, seperti etika dan estetika.
Menurut kajian aksiologi, hubungan antara ilmu, teknologi, dan moral haruslah :

a.     Ilmu pengetahuan harus difungsikan memberikan kemudahan bagi manusia.


Sebagai contoh dalam teori atom, bagaimana unsur radioaktif dalam bidang
industri perminyakan digunakan sebagai pencacah dalam pipa, jika terjadi
kebocoran pipa. Di bidang medis, radioaktif dapat digunakan untuk rontgen, laser
di bidang telekomunikasi dan kedokteran (Kanginan, Marthen : 2018) dan masih
banyak lagi yang lainnya. 

b.    Ilmu pengetahuan jangan sampai mempersulit. Sebagai contoh dalam teori atom,
bagaimana teori atom ini tidak sampai membuat kita menjadi sulit dalam
memahami fenomena-fenomena dalam reaksi kimia. Dengan memahami teori
atom, maka kita akan bisa mengetahui bagaimana proses terbentuknya ikatan
dalam reaksi kimia.

c.     Ilmu pengetahuan harus mendukung tujuan hidup manusia, jangan untuk sekedar
hedonisme (kesenangan belaka). Sebagai contoh dalam teori atom, banyaknya
pemanfaatan atom yang digunakan dalam kehidupan baik dalam medis maupun
industri, dapat mendukung kelangsungan hidup manusia

d.   Pendidikan keilmuan tidak boleh semata-mata menghasilkan ilmuan terampil


saja,tetapi juga harus menghasilkan ilmuwan yang bermoral tinggi. Dengan
belajar teori atom, manusia akan semakin yakin akan keberadaan Sang Pencipta.
Karena dengan belajar teori atom, akan semakin menunjukkan keterbatasan
manusia dalam melihat objek atom itu sendiri walaupun dapat dirasakan manfaat
dan keberadaannya.Sehingga manusia harus sudah sepantasnya menjadi ilmuwan
yang bermoral tinggi.

e.   Ilmu pengetahuan harus kita jaga, jangan disalahartikan. Sebagai contohnya ilmu
teori atom mengenai nuklir jangan sampai disalahartikan untuk melakukan hal-hal
yang akan merugikan atau berdampak negatif pada manusia, seperti tragedi
Hiroshima dan Nagasaki. Dan ilmu ini haru dijaga untuk kelangsungan hidup
manusia yang lebih baik. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian bahwa quark itu adalah zarah terkecil yang tidak dapat dibagi-
bagi lagi pada suatu ketika ada saja kemungkinannya akan ditumbangkan lagi dan
sejarah pun akan berulang kembali. Setiap teori atom ada kelebihan dan
kelemahannya, dimana dari kelemahan pada teori atom yang sebelumnya akan
melahirkan teori atom yang baru.
Ditinjau dari segi filosofis, fisika abad dua puluh adalah suatu hasil kerja
yang abadi. Imajinasi manusia bekerja secara komunal telah menghasilkan suatu
monumen tanpa tandingan, baik dibandingkan dengan piramid, iliad, ballada
maupun katedral. Orang-orang yang membuat konsepsi-konsepsi ini secara
berurutan adalah pahlawan-pahlawan pelopor di abad dua puluh. Diibaratkan
Mendeleev sebagai pengocok kartu, JJ Thomson yang telah meruntuhkan
kepercayaan Yunani bahwa atom tak terbagikan, Rutherford yang telah
menjadikan penemuan JJ Thomson tersebut ke dalam suatu sistem planet, dan
Niels Bohr yang membuat model tersebut bekerja. Chadwick yang telah
menemukan neutron dan Fermi yang telah menggunakannya untuk membuka dan
merubah inti atom.
Memandang teori atom dari aspek ontologi, maka kita menekankan pada
hakikat teori atom yang menyangkut keberadaan dan eksistensinya dalam
khazanah keilmuan, sehingga dapat menjawab pertanyaan fundamental yaitu
“Apakah yang membentuk suatu benda ?”. Jawaban yang didapatkan oleh para
ilmuwan sampai saat ini, bahwa penyusun benda adalah elektron dan quark. 
Memandang teori atom dari aspek epistemologi, maka kita memandang
teori atom dari cara pemerolehan pengetahuan mengenai atom, yaitu didasari oleh
hipotesis, eksperimen, pengamatan dan pemikiran secara mendalam. Belajar dari
kelemahan teori atom dari ilmuwan terdahulu dan mengemukakan teori atom
sebagai perbaikan dari teori sebelumnya.
Memandang teori atom dari aspek aksiologi, maka pengembangan teori
atom ke depannya haruslah selalu memperhatikan kebermanfaatan ilmu tentang
atom ini memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani kehidupan,
mendukung pemahaman manusia terhadap fenomena-fenomena kimia dan alam,
mendukung kelangsungan hidup manusia dan mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta.

B. Saran
Makalah ini dibuat berdasarkan interpretasi penulis setelah mengkaji dari
berbagai sumber. Saran dari penulis adalah untuk menyandingkan isi makalah ini
dengan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan filsafat ilmu dan teori atom.
Kritik dan masukkan dari pembaca selalu diharapkan penulis demi perbaikan isi
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bronowski, jacob, 1908. “The Ascent of Man. Eleventh Printing” : Boston/ Toronto.
Ikshani, L., Nursholihat, R. 2013. “Memandang Teori Atom dari Kacamata Filsafat dan
Implementasinya dalam Pembelajaran di Kelas”.
http://academia.edu/5452420/TEORI_ATOM (diakses tanggal 27 Januari 2022)
Marthen, Kanginan. 2018. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Erlangga:Jakarta
Nasution, Andi Hakim. 1989. “Pengantar ke Filsafat Sains”. Pustaka Litera Antar Nusa :
Bogor.
Susanti, 2007.  Bahan ajar http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Vika
%20 Susanti/model. Html (diakses tanggal 25 november 2008)
Wospakrik, Hans J. 2005. “Dari Atomos Hingga Kuark”. Universitas Atma Jaya : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai