Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Sains dan Sejarah Kimia yang
diampu oleh:
Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan Teori Atom ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Sains dan
Sejarah Kimia serta untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah perkembangan teori
atom.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kami. Karena itu, kami memohon kritik dan saran yang dapat mnembantu
kami menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
D. Manfaat...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Whitten, dkk (2014) menyatakan bahwa hampir seluruh aspek kehidupan manusia
berhubungan dengan kimia. Ia menyatakan bahwa
Chemistry touches almost every aspect of our lives, our culture, and our environment. Its
scope encompasses the air we breathe, the food we eat, the fluids we drink, the clothing we
wear, the dwellings we live in, and the transportation and fuel supplies we use, as well as our
fellow creatures. (hlm.2)
Ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai materi;
baik itu sifatnya, perubahannya, serta energi yang menyertai. Yang dimaksud dengan
materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Materi-materi
yang dapat dilihat oleh indra adalah materi dalam skala makro yang merupakan gabungan
dari bentuk materi yang lebih kecil, yaitu atom.
Atom berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak dapat dibagi. Konsep atom pertama
dicetuskan oleh Democritus (470-400 SM), seorang filsuf Yunani. Seiring dengan
berjalannya waktu dan perkembangan zaman, konsep mengenai atom ini terus
dikonstruksi dan dikembangkan oleh para ilmuwan.
Pada tahun 1808, John Dalton teorinya mengenai atom. Ia merumuskan bahwa:
1. Unsur tersusun atas atom, yakni partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dibagi
lagi.
2. Atom-atom yang menyususn suatu unsur memiliki sifat yang sama namun berbeda
dengan sifat atom-atom penyusun unsur lain.
3. Atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, atau diubah menjadi atom unsur lain
melalui perubahan fisika ataupun kimia.
4. Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari unsur berbeda bergabung dengan suatu
perbandingan tertentu.
5. Perbandingan jumlah atom dalam suatu senyawa adalah tetap.
Kemudian pada tahun 1897, melalui eksperimen Tabung Sinar Katoda, J. J. Thomson
menemukan bahwa pada atom terdapat partikel yang bermuatan. Partikel yang bermuatan
negatif disebut elektron. Thomson mengemukakan bahwa atom adalah partikel positif
yang pada permukaannya tersebar partikel bermuatan positif. Teori Thomson ini dikenal
dengan teori roti kismis.
Sekitar dua dekade kemudian, pada tahun 1910, seorang fisikawan Selandia Baru, Ernest
Rutherford melakukan serangkaian percobaan dengan menggunakan sinar alfa. Dari
percobaan ini, Rutherford berkesimpulan bahwa sebagian besar bagian dari atom adalah
ruang kosong. Menurut teori atom Rutherford, atom terdiri atas inti bermuatan positif
yang merupakan pusat massa dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan
negatif.
Setelah itu, diawali dari pengamatan Niels Bohr terhadap spektrum atom, adanya
spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya beredar pada lintasan-lintasan dengan
energi tertentu. Dengan teori Mekanika Kuantum Planck, Bohr (1913) menyampaikan 2
postulat untuk menjelaskan kestabilan atom.
Elektron mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu yang stasioner yang disebut
orbit/kulit. Walaupun elektron bergerak cepat tetapi elektron tidak memancarkan atau
menyerap energi sehingga energi elektron konstan. Hal ini berarti elektron yang
berputar mengelilingi inti atom mempunyai lintasan tetap sehingga elektron tidak
jatuh ke inti.
Elektron dapat berpindah dari kulit yang satu ke kulit yang lain dengan memancarkan
atau menyerap energi. Energi yang dipancarkan atau diserap ketika elektron
berpindah-pindah kulit disebut foton. Besarnya foton dirumuskan: E= hv = hc/panjang
gelombang Energi yang dibawa foton ini bersifat diskrit (catu). Jika suatu atom
menyerap energi, maka energi ini digunakan elektron untuk berpindah kulit dari
tingkat energi rendah ke tingkat energi tinggi. Pada saat elektron kembali ke posisi
semula akan dipancarkan energi dengan besar yang sama. Jadi, hanya elektron pada
kulit tertentu dengan tingkat energi tertentu yang dapat bergerak, sehingga frekuensi
cahaya yang ditimbulkan juga tertentu. Hal inilah yang digunakan untuk menjelaskan
spektrum diskrit atom hidrogen.
Perkembangan teori atom ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa teori atom berubah?
Apa yang melatarbelakangi timbulnya perkembangan teori atom? Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai sejarah perkembangan teori atom.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadi perubahan teori atom?
2. Apa yang melatarbelakangi timbulnya teori atom?
3. Bagaimana perkembangan teori atom sejak zaman Yunani hingga masa sekarang?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab terjadinya perubahan teori atom.
2. Mengetahui latar belakang timbulnya teori atom.
3. Mengetahui perkembangan teori atom sejak zaman Yunani hingga masa
sekarang.
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1897 J.J Thomson menemukan adanya elektron dalam suatu atom
dengan melakukan percobaan tabung sinar katoda.
Berdasarkan percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa/ atau tabung
sinar katode. Dalam tabung katode tekanan gas dalam tabung dapat diatur melalui pompa
isap (pompa vakum). Pada tekanan cukup rendah dan tegangan yang cukup tinggi
(beberapa ribu volt), gas dalam tabung akan berpijar dengan cahaya yang warnanya
tergantung pada jenis gas dalam tabung (gas neon berwarna merah, gas natrium berwarna
kuning). Jika tekanan gas dikurangi, maka daerah didepan katode akan menjadi gelap.
Daerah gelap ini akan bertambah jika tekanan gas dalam tabung terus dikurangi, akhirnya
seluruh tabung menjadi gelap, tetapi bagian tabung didepan katode berpendar dengan
warna kehijauan.
Melalui percobaan dapat ditunjukkan bahwa perpendaran tersebut disebabkan oleh
suatu radiasi yang memancar dari permukaan katode menuju anode. Oleh karena berasal
dari katode, maka radiasi ini disebut sinar katode. Hasil percobaan tabung katoda ini
membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu atom karena sinar
tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik. selanjutnya sinar katode ini
merupakan partikel yang bermuatan negatif dan oleh Thomson partikel ini dinamakan
elektron.
Thompson memperkirakan bahwa elektron ini sebagai partikel elementer penyusun
atom. Elektron merupakan partikel sub atomik pertama yang dikenal manusia.
Berdasarkan penemuan ini, Thompson mengajukan sebuah model atom untuk
menjelaskan hasil-hasil eksperimen maupun prediksi teoritis yang muncul saat itu dengan
nama model kue kismis. Atom dipandang sebagai sebuah bola bermuatan positif yang
dinetralisir oleh elektron-elektron yang tersebar merata di seluruh volume bola.
Pada saat yang hampir bersamaan dengan penemuan elektron oleh Thompson,
Antoine-Henri Becquerel tahun 1896 menemukan gejala radioaktivitas alamiah pada
unsur radium. Materi-materi yang dipancarkan unsur tersebut berhasil diidentifikasi
sebagai sebuah gelombang elektromagnetik (sinar), elektron (sinar) dan partikel (atom
inti Helium). Penemuan radioaktivitas radium ini seolah-olah memperkuat ide Thompson
tentang model atom yang diajukannya.
Selanjutnya dari bukti eksperimen diketahui bahwa sinar katode mempunyai sifat
sebagai berikut:
1. Merambat menurut garis lurus, kecuali kalau dikenai gaya dari luar.
2. Bermuatan negatif karena tertarik oleh lempeng yang bermuatan positif dan
dibelokkan oleh medan magnit dengan arah yang sama.
3. Terdiri dari partikel dengan massa yang pasti karena dapat menggerakkan bolang-
baling dalam tabung sinar katode.
4. Sifat sinar katode tidak tergantung pada bahan katode, macam gas dalam tabung,
maupun macam kawat penghantar arus listrik dalam tabung.
5. Dari bukti eksperimen juga dapat dinyatakan bahwa elektron merupakan partikel
dasar yang dijumpai dalam setiap zat.
Teori atom Thomson ini memiliki kelebihan, yaitu membuktikan adanya partikel
lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil
dari suatu unsur. Namun model atom Thomson memiliki kelemahan yaitu belum ada
bagian-bagian atom atau dengan kata lain tidak ada pemisahan antara elektron dan
proton, karena kedua tersebar merata ke seluruh atom.
Keberadaan elektron dalam atom juga dibuktikan oleh milikan, dengan melakukan
percobaan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan alat penyemprot, minyak disemprotkan sehingga membentuk
tetesan-tetesan kecil. Sebagian tetes minyak akan melewati lubang pada pelat atas dan
jatuh karena tarikan grafitasi.
2. Dengan menggunakan teropong, diameter tetes minyak dapat ditentukan, sehingga
massa minyak dapat diketahui
3. Radiasi sinar X akan mengionkan gas di dalam silinder. Ionisasi akan menghasilkan
elektron. Elektron tersebut akan melekat pada tetes minyak, sehingga tetes minyak
menjadi bermuatan listrik negatif. Ada yang menyerap satu,dua, atau lebih elektron.
Jika pelat logam tidak diberi beda potansia, tetes-tetes minyak tetap jatuh karena
pengaruh grafitasi
4. Jika pelat logam diberi beda potensial dengan pelat bawah sebagai kutub negatif, maka
tetes minyak yang bermuatan negatif akan mengalami gaya tolak listrik. Sesuai dengan
hukum coloumb, tetes minyak yang mengikat lebih banyak elektron akan tertolak
lebih kuat. Pergerakan tetes minyak dapat menggunakan teropong. Dengan mengatur
beda potensial, tetes minyak dibuat mengambang. dalam keadaan seperti itu berarti
gaya tarik grafitasi sama dengan gaya tolak listrik
5. Melalui percobaan tersebut, Milikan menemukan bahwa muatan tetes-tetes minyak
selalu merupakan kelipatan bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1,602 x 10-19
coloumb. Millikan menyimpulkan bahwa muatan tersebut adalah muatan dari satu
elektron. Perbedaan muatan antar tetesan terjadi karena satu tetesan dapat mengikat
1,2,3 atau lebih elektron.
Dengan telah diketahuinya muatan elektron, maka dapat ditentukan massa elektron
(m) yaitu dengan membagi nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m dari percobaan
tabung sinar katoda) dengan muatan elektron. Dari hasil percobaan Milikan dan Thomson
diperoleh muatan elektron 1 dan massa elektron 0, sehingga elektron dapat
dilambangkan (e).
Ernest Rutherford adalah seorang ilmuan besar yang berhasil menemukan inti atom.
Di laboratorium Universitas Manchester, Rutherford bekerja sama dengan Hans Geiger
dan seorang mahasiswanya yang bernama Marsden, menyelidiki hamburan sinar alfa
sejak 1898. Diagram alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rutherford menduga simpangan gerak partikel alfa yang melewati lembaran tipis
emas dari hasil percobaan sungguh di luar dugaan. Dilaporkan oleh Geiger bahwa terdapat
beberapa berkas sinar alfa yang dipantulkan balik. Komentar Rutherford yang menjadi
terkenal, Tidak masuk akal! Ini sama halnya dengan anda menembakkan peluru
berdiameter 15 inchi pada selembar kertas tissue kemudian mendapati bahwa peluru tadi
terpantul balik menembaki Anda. (Krane, 1992).
Arah datangnya semula akan memiliki sudut simpangan yang kecil. Hal ini karena
partikel alfa bergerak sangat cepat, sekitar 160.000 km/s dan lembaran emas yang
dilewati hannya setebal 0,006 cm.
Penjelasan yang mungkin untuk ini adalah bahwa atom tidaklah benar-benar pejal,
tetapi berisi ruangan kosong. Massa atom pasti terkonsentrasi dalam inti atom yang
disebutnya teras atom, sehingga ketika sinar alfa yang bermuatan positif dengan massa
atom jauh lebih kecil dari atom emas menumbuknya akan terpental tanpa inti itu
mengalami perubahan posisi. Ini sama seperti kelereng yang menabrak bola besi dengan
diameter jauh lebih besar, kelereng itu akan terpental dan bola besinya tidak berubah.
Di samping itu percobaan menunjukkan bahwa hampir seluruh berkas sinar alfa
diteruskan tanpa mengalami pembelokan arah, dan sebagian kecil, 1 berkas sinar alfa tiap
200 berkas dibelokkan dengan sudut kecil, sekitar 2. Dan hanya sedikit sekali berkas
(Geiger Marsden melaporkan 1/8.000 untuk lembaran tipis platinum dan Rutherford
melaporkan 1/20.000 untuk lempeng emas) sinar alfa yang dipantulkan dengan sudut
pantulan mencapai 90 atau lebih.
Hasil ini membimbing Rutherford pada suatu kesimpulan yang berseberangan
dengan J.J. Thomson, sehingga ia menemukan inti atom, yang disebut oleh Rutherford
sebagai " charge concentration" dalam makalahnya pada tahun 1911. Istilah inti atom
(nucleus) baru digunakan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1912. Dalam
makalahnya tersebut, Rutherford menulis , "We shall suppose that for distances less that
1012 cm the central charge and also the charge on the alpha particle may be supposed to
be concentrated at a point."
Karena itu Rutherford memberikan model bahwa atom dengan radius 10-12 cm
dengan sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong, dengan inti atom pada
pusatnya sebagai sebuah titik di mana terjadi konsentrasi muatan positif. Elektron-
elektron berada pada jarak yang jauh dari inti atom. Jika dilakukan perbesaran sampai inti
atom sebesar kelereng dengan diameter 2 cm, maka atom telah kira-kira sebesar bumi.
Model atom Rutherford dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.
Rutherford tidak punya ketertarikan untuk mempelajari lebih jauh bagaimana atom
dapat stabil tanpa elektron jatuh ke dalam inti atom. Rutherford menulis pada bagian awal
papernya, "The question of the stability of the atom proposed need not be considered at
this stage, for this will obviously depend upon the minute structure of the atom, and on the
motion of the constituent charged parts." Persoalan ini dijawab seorang berumur duapuluh
tujuh tahun, Neils Bohr.
Definisi persamaan di atas adalah bahwa ada batas orbit yang mungkin
ditempati. Bohr berhasil menemukan batasan tersebut untuk pertama kalinya, sebuah
deskripsi kuantitatif dari atom.
Inti atom seperti halnya planet- planet mengitari matahari. Dengan alasan yang
sama bahwa sistem tata surya tidak runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan
tiap planet, atom juga tidak runtuh runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan tiap
planet, atom juga tidak runtuh karena tarikan elektrostatik coulomb antara inti atom
dengan tiap elektron. Dalam kedua kasus ini, gaya tarik berperan memberikan percepatan
sentripetal yang dibutuhkan untuk mempertahankan gerak edar (Krane, 1992). Model
atom Bohr dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Menurut Bohr, elektron tidak bergerak menurut lintasan yang sembarang, tetapi pada
lintasan tertentu yang disebut lintasan stasioner. Dalam lintasan ini, elektron tidak
kehilangan energi selama bergerak. Besarnya momentum anguler elektron dalam lintasan
nh
ini memenuhi persamaan mvr = 2 p , di mana n disebut bilangan kuantum utama
Mereka menggunakan sebuah tabung yang diisi dengan uap raksa di mana elektron
dapat dipercepat dengan medan listrik dengan potensial U1 dan sebelum elektron
menabrak anoda kemudian diperlambat dengan U2 , di mana U2< U1. Gambar di bawah ini
memperlihatkan skema perangkat percobaan.
Salah satu keberatan terhadap model atom Bohr ialah bahwa model ini didasarkan
atas beberapa anggapan yang bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku pada
waktu itu. Oleh karena itu sulit sekali menerimanya tanpa disertai dengan suatu
penjelasan mengenai keterbatasan-keterbatasannya. Menurut model atom Bohr, elektron
digambarkan sebagai suatu partikel yang bergerak dengan lintasan yang mengikuti
aturan-aturan mekanika sederhana. Padahal sebenarnya gerakan elektron jauh lebih rumit
dan sama sekali tidak dapat digambarkan bentuk lintasannya berupa lingkaran atau elips.
Pada tahun 1924, Louis de Brogle mengemukakan, bahwa materi yang bergerak
mempunyai sifat-sifat gelombang; artinya elektronpun mempunyai sifat gelombang
seperti halnya cahaya, sehingga panjang gelombang dari elektron dinyatakan dengan l =
h/ mn.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang pernah dikemukakan sebelumnya oleh
Einstein (1909) ketika menerapkan metode fluktuasi statistik pada aturan baru radiasi
benda hitam Planck, yaitu adanya dualisme partikel gelombang. Gagasan ini, kemudian
semakin diperkuat kebenarannya oleh Davisson dan Germer (1927) yang menemukan
bahwa seberkas sinar elektron dapat didifraksikan melalui sebuah kristal. Peristiwa
difraksi ini hanya dapat diterangkan dengan teori gelombang, karenanya dapat ditarik
kesimpulan bahwa elektron bersifat sebagai gelombang. Persyaratan kuantum untuk
gerakan elektron yang sebelumnya oleh Bohr dianggap sebagai postulat ternyata dapat
dibuktikan kebenarannya dengan teori de Broglie.
Keberatan lain menurut Dampier (1983), adalah adanya suatu spekulasi terhadap
model atom yang digambarkan oleh Bohr ; karena kita hanya dapat memeriksa dari luar,
membuat suatu catatan mengenai apa yang ke luar dari dalam atom, yaitu apa yang
diradiasikannya dan dari partikel-partikel radioaktif yang dapat dideteksi. Apa yang
sebetulnya di dalam atom bahkan wujud atom sendiri tak pernah diketahui. Sementara
Bohr begitu pasti menguraikannya menjadi satu mekanisme yang dapat menghasilkan
sesuatu, pada semua kejadian yang memerikan sifat-sifat atom. Padahal ada kemungkinan
terdapatnya tipe mekanisme lain yang bisa berjalan sama baiknya.
Faham deterministik seperti ini sangat sukar diterima, terutama oleh Heisenberg,
Schrodinger dan Dirac. Mereka pada tahun 1925 memberikan suatu kerangka pemikiran
baru mengenai atom dilandasi teori kuantum baru yang dikenal dengan mekanika
gelombang. Dampier (1983) menyebutkan teori mekanika kuantum baru itu sebagai
revolusi dalam ilmu fisika.
Penolakan terhadap model atom Bohr dilandasi pemikiran de Broglie dan teori
mekanika gelombang yang masing-masing dinyatakan ilmuwan yang berbeda dan
dikerjakan secara terpisah, yaitu Mekanika Matriks Heisenberg, Mekanika Gelombang
Schrodinger dan Aljabar Kuantum oleh Dirac (Dampier,1983).
Anna Poedjiadi. 1987. Sejarah Dan Filsafat Sains. Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Bernal.J.D. 1981.The Natural Sciences In Our Time. Vol: 3. Massachusets: The MIT Press
Cambridge.
Bruton, J.G. 1966. The Story of Western Science. New York: Cambridge University Press.
Dampier,W.C. 1984. A History of Science. 4 th .ed. Cambridge: University Press.
Feinberg, Gerald. 1990. Partikel Elementer. Ilmu pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta: PT
Widya Dara. Hal 116-125.
Hodeson, Lilian. 1990. Teori Kuantum. Ilmu Pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta: PT. Widya
Dara. Hal. 136-148.
Keenan, Charles W. et all. 1980. General College Chemistry. Sixth Ed. New York: Harper &
Row Publishers, Inc.
Kuhn, Thomas.S. 1993. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains. Ed. Kedua. (terj. Tjun
Surjaman). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mason, Stephen F. 1962. A History of The Sciences. New Revised Edition. Abelard-Schuman
Ltd.
Mc Avoy, J.P dan Zarate Oscar. 1996. Mengenal Teori Kuantum Untuk Pemula. (Terj. Ahmad
Baiquni). Jakarta.
Musthafa,KS. 1980. Alam Semesta Dan Kehancurannya Menurut AlQuran Dan Ilmu
Pengetahuan. Bandung. Al-Maarif.
Petrucci, Ralph. H.1985. General Chemistry. Principles And Modern Applications. Fourth
Ed. NY. Collier Nac millan.Inc.
Trefil, James. 1990. Kuarka. Ilmu Pengetahuan Populer Vol.5. Jakarta. Pt. Widya Dara. Hal
126-130