Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN FILSAFAT YUNANI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu yang Dibina oleh Ibu
Ade Trisnawari,S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 2 / Kelas 3E
1. Dewanti Eka Rizkiani (1803102160)
2. Nurviya Sucianti (1803102173)
3. Retno Handayani (1803102184)
4. Usman Chastrena (1803102187)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Oktober 2019
KATA PRNGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi hidayahnya kepada kita semua
khususnya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
judul “Pemikiran Filsafat Yunani” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas pembelajaran mata kuliah filsafat di Universitas PGRI Madiun.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, disamping itu kami menyadari masih banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun. Sehingga
bisa melengkapi dan menjadikan makalah ini bisa lebih baik lagi nantinya.
Akhir dari kami tentunya kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan
dalam penulisan ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi bagi
pembaca.

Penyusun

Madiun, 09 Oktober 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Pra-Sokrates dan Tokoh-Tokohnya.........................................................2
2.2 Filsafat Sokrates dan Sofis...................................................................................5
2.3 Karakteristik Filsafat Yunani Pada Masa Pra-Sokrates, Masa Sofis, dan Masa
Sokrates
.............................................................................................................................
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau kelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran filsafat.
Filsafat lahir diawali diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memliki keraguan atas
mitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu, baik alam semesta maupun
manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah barang tentu kemenangan akal
atas mitos-mitos itu tidak mungkin datang dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara
berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.
Periode filsafat yunani merupak periode yang sangat penting dalam sejarah peradapan
manusia karena pada waktu itu terjadi perubahn pola pikir yang mengandalkan mitos-mitos
untuk menjelaskan fenomena alam seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi dianggap
kejadian alam biasa, tapi dewa bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun setelah
filsafat ditemukan fenomena tersebut tidak dianggap sebagai aktivitas dewa melainkan
fenomena alam yang terjadi. Dan ini terus di kembangkan oleh manusia melalui filsafat
sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian sampai dlaam bentuk yang paling
mutakhir.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada sesuai dengan latar belakang diatas adalah:
1. Bagaiamana filsafat Pra-Sokrates dan tokoh-tokohnya?
2. Bagaimana filsafat Sokrates dan Sofis?
3. Bagaiamana karakteristik filsafat yunani pada zaman Pra-Sokrates, masa Sofis, dan
masa Sokrates?

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan tokoh-tokoh pada filsafat Pra-Sokrates.
2. Mengetahui tentang filsafat Sokrates dan Sofis.
3. Mengetahui karakteristik filsafat yunani pada zaman Pra-Skorates, masa Sofis dan
masa Skorates
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Filsafat Pra-Sokrates dan Tokoh-Tokohnya


A. Filsafat Pra-Sokrates
Periode Yunani Kuno (Pra-Sokrates) lazim disebut dengan filsafat alam.
Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli
pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di
sekitarnya. Mereka membuat pertanyan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat
filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari
asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang besifat mutlak, yang berada di
belakangsegala sesuatu yang serba berubah.
B. Tokoh-Tokoh Filsafat Pra-Sokrates
1. Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul setelah penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5
SM. Thales sebagai salah satumorang dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Man
Of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father Of Philosophy. Karena
dialah orang pertama yang berfilsafat. Gelar itu diberikan karena pertanyaan yang
sangat mendasar. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari
pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat lam kosmologi yang mempertanyakan asal
mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta. Menurut
pendapatnya, semua berasal dari air, sebgai materi dasar kosmis. Sebgai ilmuwan
pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal
fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika yang pertama dan juga
sebagai The Father Of Deductive Reasoning (Bapak Penelar Deduktif).
Dari pendapat itu dapat diartikan bahwa apa yang disebut sebagai Arche (asas
pertama dari alam semesta adalah air). Katanya, semua berasal dari air, dan semua
kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air, dan bumi sebagai bahan
yang muncul dari air dan terapung di atasnya.
Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi
pendapat nya merupakan percobaan pertama yang masih sangat sederhana dengan
menggunakan rasio (akal pikir).
2. Anasimadros (640-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan
yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Sehingga ia sebagai orang
pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang
membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang Arche (asas pertama alam
semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat di amati oleh indera,
akan tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati
indera, yaitu To Apeiron, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, tidak berubah-ubah,
dan ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila
tentang Arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur tersebut
akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya, sehingga tidak
ada tempat bagi unsur yang berlawanan.
3. Phythagoras (572-497 SM)
Phythagoras dilahirkan di pulai Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tiak
diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa
yang diketahui tentang Phythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Menurut
Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Phythagoras pindan ke kota Kroton, Italia
Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat Tirani.
Di kota ini ia mendirika sekolah agama, kemudian pindan Metapontion dan
meninggal di kota ini.
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gelaja
alam merupakan pengungkapan inderawi dan perbandingan-perbandingan
matematis. Bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda
(Number Rules The Universe). Ia juga mengembangkan soal matematik yang
termasuk teori bilangan. Phythagoras, mengembangkan susunan bilangan-
bilangan yang mempunya bentuk geomatris.
Pemikiran tentang bilangan ini, ia mengemukakan bahwa setiap bilangn dasar
1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti tersendiri. Satu adalah asal mula segala
sesuatu dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangn gasal (ganjil) lebih
sempurna dari pada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).
Phythagoraslah yang mengatakan bahwa alam semesta itu merupakan satu
keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik.
Keharmonisan dapat dicapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan.
Menurut Phythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan
saja, oleh karenya ia tidak mau disebut sebagai orang arif seperti Thales, akan
tetapi menyebut dirinya sebgai Philosophos yaitu pencipta kearifan. Istilah
Philosophos ini kemudian menjadi Philosophia yang terjemahannya secara harfiah
adalah cinta kearifan atau kebikasanaan sehingga sampai sekarang secara
etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan
atau kebijaksanaan (Love Of Wisdom).
4. Xenophanes (570 SM)
Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu kecil berumur 25 tahun ia
mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebgai penyair darpidapa ahli
fikir (filosof), hanya karena ia mempunya daya nalar ang kritis dan mempelajari
pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya menjadi terkenal karen
auntuk pertama kali melontarkan nggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran
filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos.
Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia
membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan,yaitu Tuhan digambarkan
sebgai manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berfikir, maka
Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpaikan dan lain-lainnya. Ia juga
membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga
menolak bahwa Tuahn mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas ke
esaan Tuhan. Kritik ini ditunjukan kepada anggapan-anggapan lama yang
berdasarkan pada mitologi.
5. Heraclitos (535-475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota di Asia Kecil, dan merupakan kawan daei
Phythagoras dan Xenophanes. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk
menulusuru gerak pikirnya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-
fragmennya, ia mempunya kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah
mencela kebnyakn manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela
orang-orang yang terkemuka di Negeri Yunani.
Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) selalu berubah.
Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta Rhei Kai Uden Menci, artinya segala
sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai, dan tidak satu orang pun masuk ke
sungai yang sama dua kali. Alasannya, oleh karena air sungai yang pertama telah
mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga, dengan
segala yang ada, tidak ada yang tetap semuanya berubah.
Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa bahwa segala yang ada selalu
berubah , ia mempercayai bahwa Acrhe (asas yang pertama dari alam
semesta)adalah api. Api mempunyai sifat memusnahkan segala sesuat yang ada,
dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupaun sesuatu itu
apabila dibakar menjadi abu atau asap, namun api tetap ada.
Menurut pendapatnya, di dalam Arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti
roh) yang disebutnya logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang
menguasai dan sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup
manusia akan selamat apabila sesuai dengai dengan logos.
6. Parmenides (540-475 SM)
Parmenides adalah seorang tokoh relativisme yang pentng. Ia lahir di kota
Elea, kota Yunani di Italia Selatan. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam
sejarah filsafat bahkan dapat disebut sebagai filosof pertama dlam pengertian
modern. Sistemnya secra keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis. Dialah
yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).
Ia kagum adanya misteri segala realitas yang ada. Disana ia menemukan
bergagai (keaneragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang tetap
dan berlaku secara umum. Sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu tidak dapat
ditangkap melalui indera, akan tetapi dapat ditangkap pikiran atau akal untuk
memunculkan realitas tersebut dengan hanya berfikir.
Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapt hilang menjadi tidak ada, dan
yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak
ada, sehingga tidak dapat difikirkan. Yang dapat difikirkan hanyalah yang ada
saja, yang tidak tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, dan tetap, da tidak dapat dibagi-bagi.
Karena membagi yang ada kan menimbulkan atau melahirkan banyak ayang ada,
dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak
ada kekuatan apapun yang dapat menandingi yang ada. Tidak ada sesuatu apapun
yang dapat ditambahkan atau mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang
ada digambarkan, sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya
sama. Yang ada di segala tempat,oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong,
maka di luar yang ada masih ada sesuatu yang lain.
7. Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di Abdera di pesisir Thrake di Yunani. Karena ia berasal dari keluarga
yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri-
negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70
karangan tentang bermacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika,
astronomi, logika, etika, teknik, musik, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang
sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur ,
dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang
sangat kecil , sehingga indera kita tidak mampu mengamatinya, dan tidak dapat di
bagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatan sebgai atom yang berasal dari satu dari
yang lain karena tiga hal yaitu, bentuknya, urutannya, dan posisinya. Atom-atom
ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan,tidak berubah, dan tidak
berkualitas.
Menurut pendapatnya, atom-atom ini selalu bergerak, berarti harus ada ruang
kosong. Sebab itu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja.
Sehingga Democritos berpendapatbahwa realitas itu ada dua yaitu: atom itu
sendiri (yang penuh), dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).

3.2 Filsafat Sokrates dan Sofis


Bahwa kaum Sofis juga hidup bersamaan dengan Sokrates. Hidup Sokrates dan para
kaum Sofis sukar untuk dipisahkan. Kecuali mereka hidup bersamaan, memang ada
kesamaan pendapat di antara keduanya itu. Menurut Cicero, sokrates memindahkan filsafat
dari langit ke bumi, artinya: sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia.
Akan tetapi bukan hanya sokrates yang berbuat demikian, kaum Sofis juga. Mereka juga
menjadikan manusia sasaran pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes menyebut
Sokrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan yang besar antara Sokrates dan
kamu Sofis. Filsafat Sokrates adalah suatu reaksi dan suatu kritik terhadap pemikiran kaum
Sofis.

A. Filsafat Sofisme
Sebenarnya bukan suatu mashab, melainkan suatu aliran, suatu gerakan dalam
bidang intelek, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pada zaman itu.
Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 istilah aitu
berarti: sarjana, cendikiawan. Umpamanya Pythagoras, ketujuh orang bijak yang
disebutkan pada awal buku ini, Plato, semuanya disebutkan sofis. Pada abad ke-4 para
sarjana atau cendikiawan bukan lagi disebut “sofis” , tetapi”filosofos”, filsuf, sedang
sebutan “sofis” dikenakan kepada para guru yang berkeliling dari kota ke kota untuk
mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” menjadi suatu sebutan yang tidak harum lagi,
karena seorang sofis adalah “orang yang menipu lain dengan memakai alasan-alasan
yang tidak sah”. Para guru yang berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang
minta uang bagi ajaran mereka.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kaum sofis. Di bawah
pemerintahan Perikles (± 429) Athena berkembang dengan pesat. Hal ini
menyebabkan bahwa filsafat juga menjadi masak (bnd. Anaxagoras). Pada waktu
itulah oara guru mulai berkeliling, juga di Athena. Bahwa mereka berkeliling memang
diperlukan bagi pendidikan bagi waktu itu. Politik maju. Bukankah bahasa adalah alat
politik? Athena menjadi pusat demokrasi. Orang muda makin memerlukan
pendidikan. Sebelum itu pendidikan yang diberikan hanya pendidikan dasar saja.
Sekarang demi kepentingan masyarakat yang lebih maju para sofis memberikan
pendidikan yang lebih tinggi. Mereka juga mengajarkan matematika, astronomi,
terlebih-lebih tata bahasa guna menguasai bahasa yang diperlukan untuk berdebat
dalam percaturan politik.
Selain daripada itu karena perkembangan Athena pergaulan dengan bangsa-
bangsa lain meningkat. Hal ini mengakibatkan diperlukannya pengetahuan tentang
adat-istiadat para bangsa itu. Timbullah tentunya persoalan, manakah yang benar dari
segala adat-istiadat Yunani saja yang benar. Norma apakah yang dipakai untuk
menentukan hal itu? Hal ini semuanya menambah kepopuleran para sofis.
PROTAGORAS (± 480-411) banyak memberi pelajaran di Athena.
Inti sari filsafatnya ialah, bahwa manusia menjadi ukuran bagi segala sesuatu, bagi segala
hal yang ada dan yang tidak ada. Manusialah yang menentukan benar dan tidaknya sesuatu
atau ada dan tidak adanya sesuatu, artinya: apakah sesuatu benar atau tidak, hal itu tergantung
kepada orangnya. Apa yang baik bagi seseorang, mungkin tidak baik bagi orang lain. Hal ini
umpamanya sama dengan angin. Bagi orang sehat angin dirasa segar, akan tetapi bagi orang
sakit angin dirasa dingin, menggigikjan. Benar dan tidaknya sesuatu pendirian, tergantung
kepada orangnya. Suatu pendirian tidak lebih benar dibanding dengan pendirian yang lain,
sekalipun pendirian yang lain itu adalah kebalikannya. Hal itu semua tergantung kepada
yang menerima.
Menurut Protagoras, negara didirikan oleh manusia, bukan karena hukum alam. Semula
para manusia hidup sendiri-sendiri. Oleh karena mereka mendapatkan kesukaran-kesukaran,
di antaranya: gangguan-gangguandari binatang, dan sebagainya, mereka berkumpul dalam
kota-kota. Ternyata bahwa hidup bersama tidaklah mudah. Guna mengatasi kesukaan-
kesukaran yang ditimbulkan oleh hidup bersama itu mereka menciptakan apa yang disebut
keadilan(dike) dan hormat terhadap orang lain (aidos). Semuanya itu memang dikehendaki
demikian oleh manusia sendiri. Itulah sebabnya undang-undang yang satu tidak lebih benar
dibanding dengan undang-undang yang lain. Semuanya itu tergantung kepada yang
menerimanya.
Protagoras meragukan adanya dunia dewa. Itulah salah satu sebabnya ia digugat
sebagai orang munafik dan buku-bukunya yang mengenai agama dibakar.
GORGIAS (± 480-380)
Di Athena ia mendapatkan sukses besar, karena ajarannya dalam bidang rektorika,
yaitu seni meyakinkan. Baginya yang penting ialah meyakinkan orang lain sehingga
menerima pendapatnya dengan memakai seni meyakinkan. Bukan kebenaran yang
didahulukannya, tetapi kemenangan dalam perdabatan. Banyak orang muda dari lapisan atas
yang berada di bawah pimpinannya.
Karyanya yang terkenal ialah “tentang alam atau rentang yang tidak ada” . dari
bukunya itu tampaklah bahwa ia adalah seorang nihilis. Baginya tiada sesuatupun yang ada.
Seandainya ada sesuatu, sesuatu itu tidak dapat dikenal. Seandainya sesuatu itu dapat dikenal,
pengengathuan itu tidak dapat disampaikan kepada orang lain.
Selanjutnya sofisme berrkembang ke jurusan yang ditentukan oleh Gorgias, yaitu
cenderung kepada nihilisme.
Penilaian orang terhadap sofisme berbeda-beda, ada orang yang hanya menilainya
sebagai aliran yang merusak saja, ada juga orang yang dapat melihat segi-seginya yang
menguntungkan.
Bagaimanapun juga harus diakui, bahwa timbulnya kaum sofis itu menampakkan
bahwa di yunani pada waktu itu ada krisis pemikiran. Orang telah jemu terhadap pemikiran-
pemikiran yang bermacam-macam itu, yang mengakibatkan kebenaran diragukan, dasar ilmu
pengetahuan digoncangkan. Oleh karena itu tidak dapat disangkal, bahwa memang ada
pengaruh yang negatif pada kebudayaan Yunani, seperti: merobohkan nilai-nilai tradisional
di bidang agama, merusak moral, dan menyalahgunakan kecakapan berpidato di muka umum.
Akan tetapi harus juga diakui, bahwa masih ada segi-segi yang menguntungkan, yaitu:
menimbulkan revolusi secara intelektual. Sofisme menciptakan gaya baru, yang
mempengaruhi para ahli sejarah, para penilis drama dan yang lebih penting lagi: oleh sofisme
manusia ditempatkan di pusat perhatian.
B. Filsafat Sokrates (469-399 SM)
Tidak ada orang yang tahu presis dimana Sokrates dilahirkan. Yang jelas ialah
bahwa pada tahun 399 ia dijatuhi hukuman mati dengan harus meminum racun. Oleh
karena pada waktu itu ia berumur 70 tahun, maka barngkali ia dilahirkan pada tahun
470 SM. Agaknya ia berasal dari kelurga kaya, yang kemudian menjadi miskin. Yang
terang ialah bahwa ia mendapat pendidikan yang baik.
Seperti halnya dengan para kaum Sofis, Sokrates juga memberi pelajaran
pada rakyat. Sama halnya dengan para kaum Sofis yang mengarahkan perhatian
kepada manusia. Perbedaanya dengan para kaum Sofis terletak disini, bahwa Sokrates
tidak memungut biaya bagi pengajarannya. Kecuali itu maksud dan tujuan ajaran-
ajarannya bukan untuk menyakinkan orang lian supaya mengikuti dia, tetapi untuk
mendorong orang supaya mengetahui dan menyadari sendiri. Sokrates juga
menentang relativisme kaum Sofis, sebab ia yakin bahwa ada kebenaran yang
objektif.
Sokrates tidak meninggalkantulisan apa-apa. Pengethuan kita tentang dirinya
kita terima dari para muridnya. Padahal murid Sokrates ada bnyak sekali, yang
tulisannya juga bermacam-macam tentang dia. Pada umumnya pemberian yang
dipandang sebgai pemberitaan yang lebih dapt dipercaya adalah pemberitahuan Plato
dan Aristoteles.
Pra Sokrates memberikan ajarannya adalah demikian: ia mendatangi
bermacam-macam orang ahli (ahli politik, pejabat, tukang dan lain-lainnya). Kepada
meraka dikemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan mereka, hidup
mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Jawaban mereka pertama-tama dianalisan dan
disimpulkan dalam suatau hipotesis. Hipotesis ini dikekmukakan lagi kepada merekan
dan dianalisia lagi. Demikian seterusnya hingga mencapai tujuan, yaitu membuka
kedok segala peraturan atau hukum-hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya
yang semu, dan mengajak orang melacak atau menelusuri sumber-sumber hukum
yang sejati. Supaya tujuan itu tercapai diperlukan suatu pembentukan pengertian yang
murni.
Oleh karena pendidikan retorika yang telah diberikan para kaum Sofis telah
menjadikan banyak oarang sombong, maka sering dengan cara yang menggeliakn
Sokrates mengajukan pertanyan-pertanyaan yang sengaja untuk membingungkan
orang-orang itu. Karena pertanyaan-pertanyaan atas jawaban itu saling bertentangan,
sehingga penjawab ditertawakn oleh banyak orang. Metode ini oleh Sokrates disebut
metode ironi (eironia). Segi yang positif dari metode ini terletak dalam usahanya
untuk mengupas kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang-orang itu.
Cara pengajaran Skorate spada umumnya disebut Dialektika, karena dalam
pengajaran itu dialog memegang peran penting. Sebutan dalam arti lain adalah
Maleutika, seni kebidanan karena dengan cara ini Sokrates bertindak sebgaia seorang
bidan yang menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”
Dengan cara bekerja yang demikian ini Sokrates menemukan suatu cara
berfikir suatu cara berfikir yang disebut Induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan
yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang
khusus. Umpamanya, banyl orang yang menganggap keahlian (sebagai tukang besi,
tukang sepatu dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat bahwa ,
keutamaan ialah, jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik, seorang tuka sepatu
menganggap sebagai keutamaannya, jikalau ia membuat sepatu yang baik, demikian
seterusnya. Untuk meengetahui pakah :keutamaan” pada umumnya, semua sifat
khusus keutamaan-keutamaan itu harus disingkirkan. Tinggalah keutamaan-
keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah induksi ini ditemukan apa yang disebut
definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Sokrateslah yang
menemukannya yang ternyata penting sekali artinya bagi ilmu pengetahuan.
Bagi sokrates definisi umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan
ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika. Yang diperlukan adalah pengertian-pengertin
etis, seperti: keadilan, kebenaran, persahabatan dan lain-lainnya.
Oleh karena Sokrates tidak memberikan suatu sistim dan tidak meninggalkan
tulisan sedikitpun, maka sukar sekali untuk mentukan bagaimana isi ajaran Sokrates
yang sebenarnya. Barangkali ajarannya dapat dirangkumkan sebagai berikut:
Jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup manusia
dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah inti sari manusia, hakikat manusia
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu jiwa manusia adalah inti sari
manusia, maka manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya (eudaimonia =
memiliki daimon atau jiwa yang baik) lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau
kebahagiaan yang lahiriah seperti, kesehtan, kekayaan, dll. Manusia harus membuat
jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau manusia hanya hidup saja, hal itu
belum ada artinya. Orang harus hidup yang baik. Jadi persoalan yang pokok ialah,
bagaimana orang dapat mencapai kebahagiaan.
Menurut Sokrates, alat untuk mencapai eudaimonia atau kebahagiaan adalah
kabajikan atau keutamaan (arete). Akan tetapi kebajikan atau keutamaan disisni tidak
diartikan sebagai moral, malainkan secara yang lebih luas daripada itu. Pendirian
Sokrates yang terkenal adalah “keutamaan adalah pengetahuan” keutamaan di
bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti,
mempraktikkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan
dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauaan manusia. Berdasarkan pandangan
yang demikian ini, maka menurut Sokrates tidak mungkin manusia melakukanhal
yang salah. Kalau orang berbuat salah tandanya ia tidak berpengetahuan.
Oleh karena kebajikan atau keutamaan adalah adalah pengetahuan tentang
yang baik, padahal yang baik adalah satu, maka kebajikan atau keutamaan hanya ada
satu saja.. memiliki kebajikan atau keutamaan satu itu berarti memiliki segala
kebajikan. Misalnya, orang yang berani tentu juga adil dan menaruh belas kasihan,
jikalau tidak demikian itu bukan kebajikan yang sejati. Yang baik untuk Athena tentu
baik juga ntuk Sparta. Memiliki Arete, memiliki kebajikan atau keutamaan, berarti
memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.
Kekuatan pemikiran Sokrates ini bekerja terus di dalam mashb-mashab
pengikutnya. Mashab-mashab itu bukan untuk mewujudkan kesatuan yang tertutup
seperti yang terjadi pada mashab Pythagoras dan akademi Plato.Mashab-mashab yang
terkenal ialah mashab Kunis dan Antisthenes dan mashab dati Aristippos.
ANTISTHENES
Mengajar setelah kematian Sokrates di gymnasium Kunosargos di Athena
(kunos=anjing). Ia menaruh perhatiannya kepada etika. Menurut dia, manusia harus
melepaskan diri dari segala sesuatu. Tiada satupun yang boleh menjadikan dia bergirang atau
bersusah. Ia harus senantiasa puas terhadap dirinya sendiri. Satu-satunya asas hidup adalah
“bebas secara mutlak terhadap orang banyak dan hukum-hukum mereka”
ARISTIPPOS
Dari Kirene mempunyai pandangan yang justru sebaliknya dengan Antisthenes. Satu-
satunya perbuatan kita adalah kenikmatan (hedone). Sekalipun demikian tugas orang bijak
bukan untuk dikuasai oleh kenikmatan, malinkan untuk menguasainya. Zaman Sokrates
adalah zaman yang penting sekali, sebab pada zaman ini mewujudkan zaman perhubungan.

2.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Filsafat Pra-Sokrates, Sofis, dan Sokrates


Berikut adalah tabel perbedaan ciri-ciri dari filsafat Pra-Sokrates, Sofis, dan Sokrates

No Indikator Pra-Sokrates Sofis Sokrates


.
1. Pemikirannya -Rasional meta fisik -bersikap kritis -Adanya
terhadap mitologi kebenaran
tradisional umum
2. Ajaran -Hidup untuk -Moral dan hukum -Menentang
berfilosofis hanyalah konvensi Relativisme
masyarakat belaka
-Identik
Relativisme
3. Metode -Mencari asas -berkeliling dari -Dialektika,
pertama(arche) kota ke kota untuk Maieutika, dan
mengajar Ironi
4. Objek Pemikiran -Alam semesta -Manusia menjadi - Manusia
sasaran pemikiran menjadi sasaran
mereka pemikiran
mereka
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Zaman Yunani kuno dianggap sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-idenya atau pendapat. Zaman kuno
meliputi zaman pra-sokrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf atau
filsuf alam. Mereka mecari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tidak terbatas”
arche itu udara. Phythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche itu api. Parmendes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
Zaman Yunani klasik dimulai dengan munculnya kaum Sofis yaitu suatu gerakan dalam
bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafat.
Kemudian munculah orang-orang yang berperan penting dalam perkembangan Yunani Klasik
yaitu Sokrates,Plato dan Aristoteles.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
memaparkan materi. Jadi, kami menyarankan pembaca untuk membaca buku atau situs yang
sudah tersedia untuk mengetahui lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta : YayasanKasinus


Jufri Naldo. 2016. “Filsafat Umum”, Fakultas Kesehatan Masyarkat, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, Medan

Anda mungkin juga menyukai