DOSEN PEMBIMBING
Dr.Muazzin,S.H.,M.H
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS USK
FAKULTAS HUKUM
2021/2022
1
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Filsafat Barat: zaman klasik (Pra Socrates) ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas BAPAK Dr.Muazzin,S.H.,M.H selaku dosen bidang mata kuliah Filsafat
Umum . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 4
A. Simpulan ………………………………………………………………………………………35
B. Saran ……………………………………………………………………………………………37
3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir
pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita
manusia. Akal yang diberikan oleh-nya merupakan suatu pembeda antara
kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih
kebenaran yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan
pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
Rumusan Masalah
2. Bagaimana yang dimaksud dengan pusat filsafat pra Socrates pada dunia
eksternal ?
3 .Apa yang dimaksud dengan filsafat Pra Socrates sebagai benih filsafat
selanjutnya ?
Tujuan penulisan
Untuk menjelaskan maksud dari pusat filsafat pra Socrates pada dunia
eksternal
4
BAB II PEMBAHASAN
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik
di dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas
dengan keterangan dongeng tersebut, dengan dimulai oleh akal manusia
untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang
menakjubkan itu.
1.Thales
5
Filsuf alam pertama adalah Thales, yang hidup pada abad ke-6 SM.
Dikalangan orang-orang Yunani pada waktu itu, ia dikenal sebagai salah
seorang hoi liepta soplioi, yaitu tujuh orang yang bijaksana, atau The Seven
Men atau al-Hukania' as-Sab'ah. Aristotelesmemberikan gelar kepada
Thales sebagai filsuf yang pertama.
2. Anaximandros
Sama halnya dengan gurunya, anaximandros juga ingin mencari asal dari
segalanya. Ia tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang
dapat diterimaa akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Akan
7
tetapi, yang satu iru bukan air, dan bukan suatu anasir yang dapat diamati
oleh pancaindra. Menurut anaximandros, segala sesuatu itu berasal dari to
apeiron, yaitu yang tak terbatas, sesuatu yang tak terhingga.
3.Pythagoras
8
tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan
kesaksian-kesaksian.di dalam kota kelahirannya. Pythagoras mendirikan
suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka menghormati dewa
Apollo. Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya Tuhan jiwa itu
adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa dan dia
akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah
habis dicuci dosanya itu, hidup di dunia ini adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras juga disebut sebagai ahli pikir, terutama dalam ilmu matematik
dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia
angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat
hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya
dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya
sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan
paduan dari unsur angka.
4.Xenophanes
9
Xenophanes dari Kolophon adalah seorang filsuf yang termasuk ke
dalam Mazhab Elea. Menurut tradisi filsafat Yunani, ia adalah pendiri
Mazhab Elea dan guru dari Parmenides. Selain sebagai filsuf, ia terkenal
sebagai seorang penyair. Pemikiran-pemikiran filsafatnya disampaikan
melalui puisi-puisi. Selain tema-tema filsafat, ia menulis puisi dengan tema-
tema tradisional, seperti cinta, perang, permainan, dan sejarah. Ia juga
berani mengkritik Homeros dan Hesiodos, penyair Yunani yang terkenal
pada waktu itu.
Karya filsafatnya dalam bentuk puisi telah hilang. Pada masa kemudian,
karya itu diberi nama "Perihal Alam" (Concerning Nature).
Xenophanes berasal dari Kolophon, Ionia, di Asia Kecil. Dikatakan di dalam
salah satu fragmen puisinya sendiri bahwa ia meninggalkan kota asalnya
pada usia 25 tahun. Ia meninggalkan kota tersebut setelah Kolophon
direbut bangsa Persia pada tahun 545 SM. Dengan demikian ia lahir sekirar
tahun 570 SM. Kemudian dikatakannya pula bahwa ketika ia menulis puisi
tersebut, ia telah berusia 67 tahun. Diketahui Xenophanes berusia di atas
100 tahun, Karena itu, tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 480
SM.
Setelah meninggalkan kota Kolophon, ia melakukan perjalanan ke banyak
tempat. Ada beberapa sumber kuno menyebutkan ia pernah menetap di
kota Messina dan Katania di pulau Sisilia. Selain itu, ia juga pernah singgah
di Malta, Pharos, dan Syrakusa. Akhirnya ia tiba di Elea, Italia Selatan, dan
menetap di sana. Diketahui bahwa Xenophanes mengarang suatu syair
ketika kota Elea didirikan pada tahun 540 SM.
PEMIKIRAN
Tentang Pengetahuan
10
Xenophanes menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendapatkan
pengetahuan yang mutlak. Akan tetapi, di saat yang sama, manusia harus
mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa suatu
kemungkinan. Hal itu ditunjukkannya melalui dua fragmen berikut:
"Dewa-dewi tidak menyatakan segala sesuatu kepada manusia sejak
awalnya, tetapi setelah waktu berlalu, manusia menemukan banyak hal
dengan cara mencarinya sendiri."(fragmen 18)
"Tidak ada manusia yang pernah melihat ataupun mengetahui kebenaran
tentang dewa-dewi serta semua hal yang kukatakan. Karena jika ada orang
yang berkata mengetahui semuanya, maka sebenarnya ia tidaklah tahu,
melainkan hanya mempercayai tentang segala sesuatu."(fragmen 34)
Fragmen 18 menunjukkan kemungkinan mencari pengetahuan melalui
penelitian Sedangkan fragmen 34 menolak kemungkinan manusia
mendapatkan pengetahuan yang mutlak, setidaknya untuk hal-hal yang
menurut Xenophanes sulit. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara
kebenaran, pengetahuan, dan kepercayaan.
11
manusia juga dilahirkan, dan bahwa dewa-dewi memakai pakaian, suara,
dan rupa seperti manusia. Xenophanes memberikan argumentasi sesuai
bukti yang ia temukan:
"Seandainya sapi, kuda, dan singa mempunyai tangan dan pandai
menggambar seperti manusia, tentunya kuda akan menggambarkan dewa-
dewi menyerupai kuda, sapi akan menggambarkan dewa-dewi menyerupai
sapi, dan dengan demikian mereka akan menggambarkan tubuh dewa-dewi
serupa dengan tubuh mereka."
"Orang Etiopia mempunyai dewa-dewi yang berkulit hitam dan berhidung
pesek, sedangkan orang-orang Thrake mengatakan bahwa dewa-dewi
mereka bermata biru dan berambut merah."
Xenophanes dapat menyimpulkan bahwa antropomorfisme terhadap
dewa-dewi tidaklah tepat sebab ia telah melakukan perjalanan ke berbagai
tempat dan melihat pelbagai kepercayaan mereka Karena itu, ia menjadi
yakin bahwa semua itu bukanlah konsep dewa-dewi yang tepat.Ia
menyatakan bahwa sebenarnya hanya ada "Satu yang meliputi
Semua". Maksudnya di sini serupa dengan konsep "Tuhan" namun tidak
sama dengan monoteisme sebab ia juga menyebutnya dalam bentuk jamak.
Menurut Xenophanes, "yang Satu meliputi Semua" ini tidak dilahirkan dan
tidakmemiliki akhir, artinya bersifat kekal. Hal ini berbeda dengan konsep
dewa-dewi yang dilahirkan dan dapat mati. Ia tidak menyerupai makhluk
duniawi mana pun, baik manusia ataupun binatang. Ia juga tidak memiliki
organ seperti manusia, tetapi mampu melihat, berpikir, dan mendengar. Ia
juga senantiasa menetap di tempat yang sama namun menguasai segala
sesuatu dengan pikirannya saja.
12
Xenophanes berpendapat bahwa matahari berjalan terus dengan gerak
lurus, dan setiap pagi terbitlah matahari baru. Gerhana disebabkan
matahari jatuh ke dalam lubang. Ia juga memandang bintang-bintang
sebagai awan-awan yang berapi sehingga bersinar ketika malam. Sinar itu
seperti batu bara yang memerah dan ketika pagi hari api dari awan itu
padam kembali. Segala sesuatu dipandang berasal dari bumi, dan bumi
pula yang menjadi tujuan akhir segala sesuatu. Manusia berasal dari bumi
dan air. Sedangkan laut adalah sumber dari segala air dan juga
angin. Samudra yang luas menghasilkan awan-awan, angin, dan juga
sungai-sungai. Pelangi dipandang sebagai awan yang berwarna-warni.
5.Heraclitos
13
Herakleitos dari Efesus (Yunani: Ἡρά κλειτος ὁ Ἐφέσιος, Hērákleitos ho
Ephésios) adalah seorang filsuf Yunani Kuno pra-Sokratik yang tidak
tergolong mazhab apapun, meski dapat digolongkan lewat asal munculnya
sebagai pemikir mazhab Ionia atau filsuf yang muncul di wilayah Asia
Minor (termasuk Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan Xenophanes). Di
dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan
tokoh-tokoh terkenal,
seperti Homeros, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes,
dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada
zamannya, tetapi bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-
filsuf itu.
RIWAYAT HIDUP
Selain berasal dari keluarga terhormat di Efesus, tidak ada informasi lain
yang kredibel mengenai riwayat hidup Herakleitos mengingat hampir
semua sumber mengenai kehidupannya adalah anekdot yang tidak otentik,
diimajinasikan atau dibuat si pengarang anekdot berdasarkan pemikiran
Herakleitos. Tidak ada sumber yang menyebutkan bahwa ia pernah
meninggalkan kota asalnya, yang pada waktu itu merupakan bagian dari
kekaisaran Persia.
PEMIKIRAN
15
dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya
mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."
Logos
Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan
teratur karena adanya logos.Pandangan tentang logos di sini tidak boleh
disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab
Stoa. Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-
galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia.Logos juga
dipahami sebagai sesuatu yang material, tetapi sekaligus melampaui materi
yang biasa.Hal ini disebabkan pada masa itu, belum ada filsuf yang mampu
memisahkan antara yang rohani dan yang materi.[1]
6. Parmenides
17
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya
sama dengan kebesaran Heracleitos. Dialah yang pertama kali memikirkan
hakikat tentang ada (being). Parmenides adalah seorang tokoh relativisme
yang penting. Parmenides dikatakan sebagai logikawan pertama dalam
pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada
dedukasi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya yang menggunakan
metode instuisi. Plato amat menghargai metode parmenides itu, dan Plato
lebih banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan filosof lain
pendahulunya
7.Zeno
18
Yunani: Κίτιον), Siprus. Zeno lahir pada tahun 334 SM. Zeno adalah pendiri
aliran atau mazhab filsafat Stoa. Zeno datang dari Citium ke Athena pada
tahun 312/311 SM untuk mempelajari filsafat di bawah Xenocrates, murid
dan keponakan Plato. Para pengikut ajaran Zeno disebut Zenonians. [4] Zeno
dan dua rekannya, Chrisippus, dan Cleanthes dari Assos dijuluki sebagai
Stoa mula-mula (Early Stoa)
Pedoman atau prinsip hidup menuju kebahagiaan dan kebaikan diukur dari
kebajikan dan moralitas, bukan dari sistem hukum sebuah negara atau
pemerintahan. Ada pun gagasan lain yang mempengaruhi pilihan hidup
anti-kemapanan Zeno, adalah dari Deodorus Cronus dan Stilpo, seorang
pemimpin sekolah Megarian. Warisan dari keduanya, seorang yang bijak
adalah yang merasa cukup-diri (self-sufficient), tidak membutuhkan kawan
(sangat mandiri), terbebas dari hasrat memiliki, dengan kata lain, tidak ada
seorang pun yang dapat mengambil kebahagiaanya dari hidup bijak, dia
tidak dapat diombang-ambingkan oleh peristiwa buruk yang biasanya
disebut sebagai kejahatan.
20
etika. Seperti kata Herakilos, bahwa yang dari fisik (materi, alam), selalu
menariknya melalui pekerjaan tanpa kompromi dan keluar dari gagasan
bahwa semua makhluk individu di dunia ini hanya manifestasi dari satu
dan substansi utama yang sama dan bahwa ada hukum yang mengatur
jalannya alam dan yang seharusnya mengatur tindakan manusia. Hal ini
bertolak belakang dengan pemikiran Plato dan Aristoteles yang memuja
dunia ide, sebab bagi Zeno, ukuran pertama adalah alam, materi yang
diatur oleh Sang Ilahi. Nyata bahwa ajaran Stoa sangat mendasarkan
kehidupan manusia pada alam dan Allah sebagai acuan tindakan manusia.
Dalam beberapa hal, Zeno tampak tidak setuju dengan ajaran Sinisme
(Cynic), ia tampak lebih dekat dengan Plato, yaitu di mana ia mendukung
cita-cita Plato dalam politik persahabatan dan kerukunan, yang
menonjolkan pendidikan kebaikan moral, bahwa orang bijak akan
mencintai orang muda yang berdasarkan penampilannya
memanifestasikan anugerah kebaikan. Zeno menganggap cinta sebagai
tuhan yang melahirkan persahabatan dan kebebasan, dan juga kerukunan,
namun hanya itu saja. Itulah mengapa dalam Republik ia mengatakan
bahwa cinta adalah Tuhan, sebagai penolong keamanan kota. (Aethenus
561) Zeno memandang bahwa pengetahuan hanya dimiliki oleh orang
bijak, dan membentuk kerukunan- di dalam kondisi persahabatan.
21
Zeno, portrayed as a medieval scholar in the Nuremberg Chronicle
Dia juga terkenal sebagai orang yang fasih dalam karya sastra puisi dan
guru. Salah satu anekdot kepada orang yang senang bicara ketimbang
mendengar adalah, "Kita ini memiliki dua telinga dan satu mulut, jadi sudah
seharusnya kita mendengar lebih banyak daripada bicara!"
22
8.Empedocles
9.Anaxagoras
23
Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Filsuf lain
yang tergolong di dalam mazhab ini adalah Empedokles Anaxagoras,
sebagaimana Empedokles, mengajarkan bahwa realitas alam semesta
berasal dari banyak prinsip. Anaxagoras hidup sezaman dengan
Empedokles dan juga para filsuf atomis awal,
seperti Leukippos dan Demokritos. Anaxagoras diketahui mengarang satu
buku dalam bentuk prosa. Akan tetapi, hanya beberapa fragmen dari
bagian pertama yang masih tersimpan
Riwayat Hidup
Pemikiran
25
Tentang Nous
Tentang Pengenalan
26
olehnya adalah pengenalan inderawi manusia yang disertai rasa nyeri,
misalnya bila tangan meraba air panas, atau mata melihat benda yang
terlalu terang.
10. Democritos
27
Segala yang tampak dan terasa itu, segala yang dapat ditentukan rupanya
dengan pancaindra kita, semuanya mempunyai akhir. Ia timbul (jadi),
hidup, dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa,
yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu dengan yang lain. Yang cair
menjadi beku, dan sebaliknya. Yang panas menjadi dingin dan sebaliknya.
Semua itu terjadi dari apeiron, dan kembali pula kepada apeiron. Oleh
karena itu, apeiron itu bersifat illahi, abadi tak terubahkan dan meliputi
segala-galanya.
Terminologi
Pra-Socrates adalah istilah yang diadopsi pada abad ke-19 untuk merujuk
pada kelompok filsuf ini. Ini pertama kali digunakan oleh filsuf Jerman JA
Eberhard sebagai "vorsokratische Philosophie' pada akhir abad 18. [1]
Dalam literatur sebelumnya mereka disebut sebagai physikoi ("fisikawan",
setelah physis , " alam "), dan aktivitasnya, sebagai physiologoi ( filsuf fisik
atau alam ), dengan penggunaan ini muncul dengan Aristoteles untuk
membedakan mereka dari theologoi (teolog) dan mitologis (pendongeng
dan penyair yang menyampaikan mitologi Yunani), yang menghubungkan
fenomena alam dengan para dewa.
30
tertarik pada struktur alam dan kosmos (yaitu, alam semesta, dengan
implikasi bahwa alam semesta memiliki keteraturan), dan Socrates. dan
penerusnya, yang sebagian besar tertarik pada etika dan politik. Istilah ini
datang dengan kelemahan, karena beberapa pra-Socrates sangat tertarik
pada etika dan bagaimana menjalani kehidupan yang terbaik. Lebih lanjut,
istilah tersebut menyiratkan bahwa pra-Socrates kurang signifikan
daripada Socrates, atau bahkan bahwa mereka hanyalah sebuah panggung
(menyiratkan teleologi ) bagi filsafat era klasik. Istilah ini juga secara
kronologis tidak akurat, karena yang terakhir dari pra-Socrates adalah
sezaman dengan Socrates.
31
Karena kelemahan istilah pra-Socrates, filsafat Yunani awal juga digunakan,
paling sering dalam literatur Anglo-Saxon.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli
fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi
sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam
semesta).
32
Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh
keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek
pemikirannya adalah alam semesta. Tujuan filosofi mereka dalam
memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi
sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan
pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu
kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang
dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh.
Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang
kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena
objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud
dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi,
perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati.
pada masa ini muncul pemikiran yang disebut sofisme yakni pikiran-
pikiran pemikir terarah kepada manusia dan kemampuannya berpikir juga
kepada tingkah lakunya, disana Periodesasi Ketokohan Filsafat ] [ sini
orang mencoba mencari dimana letaknya kebaikan dan keburukan, jadi
mencari norma tingkah laku, sehingga masa ini dapat juga disebut dengan
masa mulainya antropologis. Untuk itulah menurut socrates dengan
penggunaan metode " Maeyutike" (kebidanan), misalnya dengan
pengamatan dari bermacama-macam tingkah laku seperti" Berani" ,maka
muncullah pengertian " keberanian", dari bermacam-macam yang baik ,
maka muncullah pengertian " Kebaikan" dan sebagainya. Oleh karena itu
menurut Socrates: Filsafat adalah tidak lain dari usaha melalui pengertian (
33
sejati) untuk mencapai kebajikan. Yang kemudian pemikiran Socrates ini
dilanjutkan oleh muridnya yang terkenal pertama adalah Plato, tampil
dengan tehnik pemikirannya yang dikenal dengan istilah " Dialektika" yang
artinya " Berdiskusi " beliau berpendapat bahwa berfilsafat merupakan
suatu usaha dengan melakukan keritikan terhadap berbagai pendapat yang
berlaku
34
KESIMPULAN :
Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada
abad ke-6 SM.Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan
Aristoteles tentang dirinya.
Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea. Arti nama Parmenides
adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea,
Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya
35
bertentangan dengan Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala
sesuatu "yang ada" tidak berubah
Zeno Citium adalah filsuf Yunani dari Citium, Siprus. Zeno lahir pada tahun
334 SM. Zeno adalah pendiri aliran atau mazhab filsafat Stoa. Zeno datang
dari Citium ke Athena pada tahun 312/311 SM untuk mempelajari filsafat
di bawah Xenocrates, murid dan keponakan Plato. Para pengikut ajaran
Zeno disebut Zenonians
Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari mazhab pluralisme. Filsuf lain
yang tergolong di dalam mazhab ini adalah Empedokles. Anaxagoras,
sebagaimana Empedokles, mengajarkan bahwa realitas alam semesta
berasal dari banyak prinsip.
36
mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta
isinya tersebut.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli
fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi
sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam
semesta).
Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh
keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek
pemikirannya adalah alam semesta.
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kevinevolution.wordpress.com
https://www.kompasiana.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Xenophanes
https://id.wikipedia.org/wiki/Herakleitos
https://id.wikipedia.org/wiki/Zeno_dari_Citium
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
38