Anda di halaman 1dari 56

BUKU AJAR

MEKANIKA REKAYASA III

OLEH:
SYUKRI, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2017
BAB I
STRUKTUR RANGKA BATANG

1.1 Pendahuluan

Struktur rangka batang adalah sebuah struktur yang dibentuk dari batang-batang lurus, yang
elemen-elemennya berbentuk segitiga dan dihubungkan dengan sambungan pasak/pin.
Karena sambungannya pin/pasak, maka tidak ada momen yang dapat
diteruskan/dipindahkan. Oleh karena itu struktur rangka batang juga dikenal dengan istilah
struktur yang tidak memikul momen.

1.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat :


- Menyebutkan difinisi dari struktur rangka batang.
- Menyebutkan prinsip dasar perhitungan gaya batang struktur rangka batang.
- Menyebutkan metode-metode perhitungan gaya batang.
- Mengetahui aplikasi struktur rangka batang dalam bidang Teknik Sipil

1.3 Asas

Bentuk segitiga dari elemen-elemen struktur rangka adalah hal yang penting mengingat
penyusunan penyusunan batang-batang dalam bentuk segitiga menghasilkan sebuah bentuk
yang stabil (tidak runtuh).
B Susunan batang ABC terdiri dari tiga batang yang
lurus dan ujung-ujungnya dihubungkan satu sama
lain dengan sendi tanpa pergesekan (friction).
Susunan demikian itu teguh, yang artinya letak
ketiga-titik sendi atau titik hubung A, B, dan C
A C
satu terhadap yang lain tertentu.
Gambar 1.1 Susunan Batang ABC

1
Gaya yang bekerja pada ketiga titik itu menimbulkan gaya di dalam batang AB, BC dan
CA yang bekerja menurut sumbunya masing-masing (simetris). Jika sebagai akibat gaya
luar itu jarak antara dua titik hubung bertambah, batang yang menghubungjkan kedua titik
itu menahan gaya tarik atau positif, sedangkan dalam kejadian sebaliknya, menahan gaya
tekan atau negatif.

Apabila perubahan panjang batang sebagai akibat gaya yang ditahan olehnya diabaikan ( =
 / E; s = .s), kedudukan ketiga titik hubung A, B, dan C tetap tidak berubah. Oleh
karena itu, susunan disebut teguh, stabil dan tahan bentuk.

Susunan yang terdiri dari 4 batang bersendi dengan bentuk segiempat dan terletak di dalam
bidang rata seperti Gambar 1.2.(a) bersifat tidak stabil. Jika A dan B dipegang teguh,
sedangkan di C bekerja gaya, maka susunan tersebut akan berubah menjadi ABC’D’ yang
berbentuk tidak menentu. Namun berbeda halnya apabila diberikan tambahan batang AD,
susunan ABCD akan bersifat stabil karena telah membentuk dua buah susunan yang
berbentuk segitiga ABD dan ACD.

C C’ D D’ C D

A B A B

(a). Struktur Rangka Tak Stabil (b). Struktur Rangka Stabil

Gambar 1.2 Susunan Segi Empat ABCD

2
1.4 Teorema

Sebagaimana telah diutarakan di atas, kita dapat membuat susunan yang terdiri dari
dua segitiga. Berdasarkan pengetahuan ini, kita dapat memperluas susunan itu, hingga
tercapai beberapa segitiga yang membentuk satu susunan (gambar 1.3).

F Kita mulai dengan sebuah segitiga ABC,


kemudian menghubungkan titik D yang terletak
8 11
diluarnya serta non kolinear dengan dua titik

10
hubung yang telah ada, dengan dua titik segitiga
E 7 5
C
D G itu, misalnya B dan C. Sesudah itu diambil titik
baru lagi (misalnya E) yang dihubungkan
6 3 2 4 dengan dua titik segitiga ABC tersebut, disusul
9
dengan titik F, G, H dan seterusnya yang
dihubungkan dengan dua titik pada segitiga
A 1 B
yang telah terbentuk (Gambar 1.3), asal saja titik
Gambar 1.3 Susunan Gabungan
Segitiga yang baru itu tidak koliniar (bertulangan garis)
dengan titik-titik segitiga yang telah terbentuk.

Jika jumlah titik kumpul atau titik hubung itu sama dengan k, maka banyaknya titik hubung
yang baru (yaitu di luarr segitiga ABC yang telah mempunyai 3 batang adalah (k - 3) dan
banyaknya batang baru adalah 2(k - 3), sebab setiap titik baru dihubungkan dengan 2 titik
yang telah ada, jadi memerlukan 2 batang yang baru. Dengan demikian jumlah batang (s)
adalah 3 + 2(k – 3) = 2.k – 6. Supaya susunan rata yang terdiri dari beberapa segitiga benar-
benar stabil, haruslah dipenuhi persyaratan sebagaimana yang tertera pada rumus tersebut .

Agar susunan segitiga tetap merupakan kesatuan, susunan itu harus dipegang oleh
perletakan. Perletakan stabil di dalam bidang rata biasanya terdiri dari perletakan sendi–rol.
Perletakan sendi menahan komponen gaya tegak lurus pada bidang perletakan dan
komponen gaya sejajar dengan bidang perletakan. Sedangkan perletakan rol hanya

3
menahan komponen gaya yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang perletakan. Sehingga
total gaya reaksi perletakan adalah 3 buah.
D E
3

4 5 6 7

A
RAH C B
1 2

RAV RBV
Gambar 1.4 Struktur Rangka Batang

Apabila gaya reaksi dilambangkan dengan r dan dimasukkan ke dalam bilangan banyaknya
batang, rumus menjadi s + r = 2k. Setelah diletakkan secara stabil demikian, susunan itu
menjadi konstruksi atau bangunan (stabil serta statis tertentu), disebut dengan bangunan
rangka batang rata (plano truss, vlakvakwerrk).

Untuk memastikan apakah struktur rangka batang Gambar 1.4 stabil atau tidak, maka dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan s + r = 2.k, dimana :
- Jumlah batang (s) =7
- Jumlah gaya-gaya reaksi (r) =3
- Jumlah titik kumpul/hubung (k) = 5
sehingga : s + r = 2.k 7 + 3 = 2.5
10 = 10 struktur berada dalam keadaan stabil.

1.5 Perjanjian Tanda

Jika gaya-gaya luar hanya bekerja pada titik kumpul/hubung, maka gaya-gaya yang timbul
pada elemen (gaya batang) hanyalah gaya tarik atau gaya tekan saja. Untuk menyamakan
persepsi gaya tarik dan gaya tekan, maka ditetapkan :

4
- Gaya tarik adalah gaya yang bekerja menjauhi titik kumpul/sambungan dan diberi
tanda positif (+).
- Gaya tekan adalah gaya yang bekerja menuju titik kumpul/sambungan dan diberi
tanda negatif (-).

(+) Tarik
Tarik

Tekan
(-) Tekan
P P
(a) (b)
Gambar 1.5 Gaya-gaya Batang dan Keseimbangan Titik

1.6 Prinsip-prinsip Umum

Ini penting untuk dimengerti bagaimana beban-beban dipikul pada sebuah struktur rangka
batang. Untuk rangka batang sederhana, cara cable analogy atau arch analogy dapat
menerangkan dengan baik.

Cable Analogy :
D
Basis elemen kabel
A.
distabilkan oleh batang
D D
T T tekan atas, ditumpu oleh
dua batang vertikal.
P

5
D
B. Penambahan gaya-gaya
P dapat dipikul oleh
D D
T stabilitas kabel B yang
T
lain.

P P

D
C. A + B + Gaya-gaya P

D tambahan dapat dipikul


D
T T oleh stabilitas kabel C.
T

P P
T

D. Superposisi
Kabel atas :D
Kabel bawah :T
Kabel diagonal : T
Tiang vertikal :D
P P P P P

Gambar 1.6 Analogi Kabel pada Sturktur Rangka

Arch Analogy :

A.

D T D

T T
P

6
D
B.

D D
T T

P P

C.
Superposisi
Kabel atas :D
Kabel bawah :T
Kabel diagonal : D
Tiang vertikal :T
P P P

Gambar 1.7 Analogi Arch pada Struktur Rangka

Cara lain untuk memahami bagaimana cara kerja/penyebaran gaya-gaya dalam batang-
batang rangka adalah dengan membayangkan perubahan bentuk yang terjadi jika sebuah
batang dihilangkan.

Contoh 1.
P
a).
Batang diagonal mencegah timbulnya
deformasi

7
b.) P
F D
E Jarak FB atau DB menjadi lebih panjang,
ini berarti batang diagonal terjadi
perenggangan (menerima gaya tarik)

C
A
B

Gambar 1.8 Batang Diagonal dan


Gaya-gaya Dalam

Contoh 2.

Gambar 1.9 Struktur Rangka Batang Majemuk

Untuk mengetahui apakah batang-batang pada suatu struktur yang kompleks/majemuk


menerima gaya tarik atau gaya tekan, hanya dapat diketahui dengan melakukan perhitungan
gaya-gaya batang.

8
1.7 Dasar Perhitungan

Perhitungan gaya batang yang bekerja pada sebuah struktur rangka batang didasari sebagai
berikut :
a. Gaya luar (beban) bekerja pada titik hubung atau titik kumpul.
b. Titik hubung bersifat sendi, bebas tanpa gesekan (friction), sedangkan sumbu batang
yang berjumpa di situ melalui titik pusat sendi itu sendiri.

Berdasarkan anggapan tersebut diatas, sebagai akibat dari muatan timbullah beberapa gaya
di dalam batang yang garis kerjanya bersatu dengan sumbunya, sehingga dengan demikian
gaya itu bersifat gaya normal memusat pribadi, gaya tarik (positif) atau gaya tekan
(negatif), tidak disertai oleh momen dan gaya lintang. Gaya yang dimaksud disebut dengan
gaya batang.

Pada hakekatnya ada sedikit pertentangan, berat sendiri batang dan tekanan angin tidak
bekerja pada titik hubung atau titik kumpul sebagaimana anggapan pada poin a. Begitu
juga halnya hubungan antara ujung batang yang tidak diperlakukan sebagai sendi, tetapi
biasanya dengan pelat penghubung (buhul), batangnya dihubungkan dengan pelat
dengan menggunakan paku keling, sehingga sifat sendi yang bebas tadi hilang. Namun
demikian, asalkan sumbu inersia batang tepat berpotongan pada satu titik, pertentangan
yang menimbulkan tegangan sekunder serta gaya batang normal memusat, boleh
diabaikan.

1.8 Metode Perhitungan Gaya Batang

Muatan dan gaya reaksi yang dianggap sebagai gaya luar harus membentuk
keseimbangan satu sama lain, yang disebut dengan keseimbangan gaya luar. Supaya
struktur dapat menahan muatan, atau supaya sebagai akibat muatan itu bentuk

9
bangunan dapat dipertahankan, titik hubung masing-masing harus dalam keadaan
seimbang.

Keseimbangan dapat tercapai karena timbulnya tegangan (normal memusat, tarik atau
tekan) pada batang. Gaya batang akan membentuk keseimbangan pada titik hubung,
bersama-sama dengan gaya luar yang bekerja (jika pada titik itu bekerja gaya luar).
Keseimbangan pada titik hubung itu disebut keseimbangan dalam, sebab dijamin oleh gaya
batang yang bersifat gaya dalam.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, salah satu metode perhitungan adalah menyelidiki
keadaan keseimbangan tiap-tiap titik hubung, baik secara grafis maupun analitis. Metode
yang demikian disebut dengan metode keseimbangan titik hubung/kumpul (method of
joints).

Metode lainnya ialah dengan mengadakan pemotongan pada beberapa batang (misalnya
tiga batang, dan menyelidiki keseimbangan yang dibentuk oleh gaya luar yang bekerja
dengan meninjau sisi kiri ataupun sisi kanan potongan. Metode perhitungan yang demikian
disebut dengan metode potongan (method of section).

Cara lainnya adalah perhitungan secara grafis yaitu dengan menggambarkan gaya-gaya
pada sebuah titik hubung dengan vektor gaya luar dan gaya batang dengan skala tertentu
sehingga membentuk poligon tertutup. Metode perhitungan ini dikenal dengan metode
cremona.

10
RANGKUMAN

1. Struktur rangka batang adalah sebuah struktur yang dibentuk dari batang-batang lurus,
yang elemen-elemennya berbentuk segitiga dan dihubungkan dengan sambungan
pasak/pin
2. Struktur rangka batang yang stabil terdiri dari satu segitiga dan dihubungkan tiap-tiap
titik kumpul berikutnya dengan dua buah batang pada bagian rangka lainnya yang telah
dibentuk.
3. Supaya susunan rata yang terdiri dari beberapa segitiga benar-benar stabil statis
tertentu, haruslah dipenuhi persyaratan s + r = 2k.
4. Struktur rangka batang juga dikenal dengan istilah struktur yang tidak memikul momen
dimana setiap titik kumpulnya diasumsikan sendi.
5. Apabila gaya-gaya luar hanya bekerja pada titik kumpul/hubung, maka gaya-gaya
yang timbul pada elemen (gaya batang) hanyalah berupa gaya tarik atau gaya tekan
saja.
6. Gaya tarik adalah gaya yang bekerja menjauhi titik kumpul/sambungan dan diberi tanda
positif (+).
7. Gaya tekan adalah gaya yang bekerja menuju titik kumpul/sambungan dan diberi tanda
negatif (-).
8. Prinsip cable analogy atau arch analogy dapat digunakan untuk menerangkan
bagaimana beban-beban dipikul pada sebuah struktur rangka batang.
9. Cara lain untuk memahami bagaimana cara kerja/penyebaran gaya-gaya dalam batang-
batang rangka adalah dengan membayangkan perubahan bentuk yang terjadi jika
sebuah batang dihilangkan.
10. Untuk mengetahui apakah batang-batang pada suatu struktur yang kompleks/majemuk
menerima gaya tarik atau gaya tekan, hanya dapat diketahui dengan melakukan
perhitungan gaya-gaya batang.

11
LATIHAN
1. Sebutkan definisi dari struktur rangka batang.
2. Sebutkan prinsip-prinsip dasar dari struktur rangka batang
3. Sebutkan metode-metode perhitungan gaya batang pada struktur rangka.

12
BAB II
METODE KESEIMBANGAN TITIK KUMPUL

2.1 Pendahuluan

Secara keseluruhan, sebuah konstruksi rangka batang harus berada dalam


keseimbangan.

D E

A C B
P
RA RB

Gambar 2.1 Rangka Dasar

Apabila titik kumpul A yang berada pada sebuah struktur rangka beserta gaya luar dan
batang-batang yang melekat padanya dipisahkan dari struktur, maka titik kumpul tersebut
juga harus berada dalam keseimbangan. Keseimbangan ini diperoleh akibat beban luar yang
bekerja dan gaya dalam (gaya batang) yang timbul.

D E

C A
A B
P
RA
RA RB

Gambar 2.2 Diagram Freebody Titik Simpul A

13
2.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :


- Mahasiswa mengetahui syarat-syarat keseimbanagn.
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan struktur rangka batang secara analitis
dan grafis.
- Mahasiswa dapat menghitung gaya-gaya dalam (gaya batang) struktur rangka
dengan menggunakan Metoda Keseimbangan Titik Kumpul.

2.3 Syarat Keseimbangan

Sebagaimana halnya sebuah aksi yang bekerja pada sebuah titik kumpul yang datang dari
sebuah batang, harus sama dengan reaksi pada suatu batang yang datang dari sebuah titik
kumpul (untuk mendapatkan keseimbangan).

Dapat disimpulkan bahwa gaya yang sama, yang bekerja pada sebuah titik kumpul atau ada
sebuah batang akan digambarkan dengan dua buah vektor sama besarnya, mempunyai garis
kerja yang sama, tetapi berlawanan arah.

Sebuah struktur dikatakan seimbang apabila memenuhi tiga syarat keseimbangan, yaitu
meliputi :
V = 0
H = 0
M = 0

Semua gaya-gaya yang bekerja pada titik simpul (baik gaya-gaya luar maupun gaya-gaya
dalam) adalah melalui titik yang sama. Akibat yang ditimbulkan oleh gaya-gaya tersebut
adalah terjadinya perpindahan titik simpul, tetapi tidak berputar. Sehingga syarat
keseimbangan M = 0 tidak digunakan disini.

14
2.4 Gaya-gaya Luar dan Penentuan Reaksi

Biasanya langkah pertama untuk menghitung gaya batang sebuah rangka ialah menghitung
reksi perletakan dari struktur rangka tersebut. Namun demikian, menghitung reaksi
tumpuan bukanlah syarat mutlak sebagai langkah pertama perhitungan gaya batang. Reaksi
perletakan ini dipengaruhi langsung oleh beban-beban luar yang bekerja.

D E

A C B A B
P P
RA RB RA RB
L/2 L/2
L/2 L/2

Gambar 2.3 Gaya Luar dan Reaksi Tumpuan pada Struktur Rangka.

Pertimbangkan bahwa struktur rangka sebagai sebuah freebody dan gunakan syarat-syarat
keseimbangan.
1). MB = 0 RA . L – P . L/2 = 0
RA . L = P.L/2
RA = P/2
2). V =0 RA + RB – P = 0
RB = P – RA
RB = P – P/2 = P/2

2.5 Gaya-gaya Dalam

Hipotesa yang dipakai adalah dengan menggasumsikan bahwa sendi-sendi pada setiap titik
kumpul tidak mempunyai tahanan geser (frictionless) sehingga tidak ada momen yang

15
dapat ditahan oleh sendi. Dengan demikian syarat keseimbangan yang dipergunakan untuk
memperoleh gaya-gaya dalam hanya 2 buah yaitu V = 0 dan H = 0.

Dalam hal ini penyelesaian perhitungan hanya bisa dilakukan untuk memperoleh maksimal
dua buah bilangan yang belum diketahui. Dengan kata lain perhitungan gaya batang hanya
bisa dilakukan pada titik yang memiliki gaya batang yang belum diketahui maksimal 2
batang.

Untuk gaya batang yang belum diketahui, diasumsikan bahwa gaya batang tersebut
berkerja gaya tarik. Apabila hasil perhitungan untuk batang ini bernilai negatif, berarti
asumsi awal salah, dengan kata lain batang tersebut bekerja gaya tekan.

DALIL : Pada titik kumpul yang hanya memiliki dua batang tanpa adanya gaya luar
(beban) yang bekerja, kedua batang itu selalu inaktif (tidak ada gayanya).

Analisa perhitungan didasarkan pada keseimbangan titik kumpulnya. Kita lihat sebuah titik
yang menghubungkan dua buah batang dan sebuah gaya P (Gambar 2.4).

P
P P.sin 

 S1.cos   P.cos 
   
S2.cos 

S2 S1
S1 S2
S1.sin 
S2.sin 

(a). Gaya-gaya pada titik kumpul (b). Proyeksi gaya

Gambar 2.4 Titik Kumpul dan Gaya Yang Bekerja

16
Dari gambar 2.4a dapat dilihat bahwa semua gaya (gaya luar dan gaya batang) yang bekerja
pada titik tersebut berada dalam posisi miring. Untuk itu perlu dilakukan proyeksi gaya
miring tersebut terhadap sumbu x dan sumbu y. Setelah menentukan besar sudut yang
terbentuk antara gaya dan batang terhadap sumbu x, kita dapat menggunakan dalil sinus
untuk menentukan besarnya nilai proyeksi masing-masing gaya terhadap sumbu y,
sehingga diperoleh gaya-gaya dalam sumbu vertikal : P.sin , S1.sin  dan S2.sin.
Sedangkan proyeksi gaya terhadap sumbu x (menggunakan dalil cosinus) diperoleh gaya-
gaya dalam sumbu horizontal yaitu P.cos , S1.cos  dan S2.cos.

Gaya-gaya batang diasumsikan positif (bekerja meninggalkan/menjauhi titik kumpul).


Perhitungan gaya batang selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
kesetimbangan yaitu :
V = 0 P.sin  - S1.sin  - S2.sin = 0 .............. (1)
H = 0 P.cos  + S2.cos - S1.cos  = 0 .............. (2)
Dengan substitusi ataupun eliminasi dari persamaan 1 dan persamaan 2 di atas, maka
akan diperoleh besarnya gaya batang S1 dan S2.

CONTOH SOAL

1. P3 = 2 t

G
P2 = 8 t P4 = 4 t
6 7

F 11 H
P1 = 1 t 5 10 8 P5 = 1 t
9 12 13
A 30o 1 2 3 4 B
C D E
2t
1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

17
Diketahui : Konstruksi seperti tergambar.
Ditanya : Hitunglah gaya masing-masing batang konstruksi tersebut dengan metode
kesetimbangan titik kumpul.
Penyelesaian :
a. Secara analitis
Langkah yang pertama sekali harus dilakukan adalah menentukan besarnya reaksi
tumpuan, kemudian baru dihitung gaya-gaya batangnya.
MB = 0
RA.6 – P1.6 – P2.4,5 – P3.3 – P4.1,5 = 0
6.RA – 1.6 – 8.4,5 – 2.3 – 4.1,5 = 0
6.RA – 6 – 36 – 6 – 6 = 0
6.RA – 54 = 0
6.RA = 54
RA = 9 t.

MA = 0
- RB.6 + P5.6 + P4.4,5 + P3.3 + P2.1,5 = 0
- 6.RB + 1.6 + 4.4,5 + 2.3 + 8.1,5 = 0
- 6.RB + 6 + 18 + 6 + 12 = 0
- 6.RB + 42 = 0
6.RB = 42
RB = 7 t.

Selanjutnya adalah menentukan titik dengan jumlah gaya batang yang belum diketahui
gayanya maksimal 2 batang. Dalam hal ini hanya titik A dan B yang memenuhi
persyaratan diatas. Untuk itu perhitungan gaya batang dapat dimulai dari titik A
ataupun dari titik B.

18
Titik A
V = 0
P1 S5
S5.sin 
RA + S5.Sin  - P1 = 0
 S1
9 + S5.Sin  = 0
S5.cos 
S5.0,5 + 8 = 0
RA
S5.0,5 = -8
S5 = 16 t (-)

Gaya batang S5 yang diperoleh bernilai negatif, berarti asumsi awal bahwa S5 bekerja
gaya tarik adalah salah, sehingga dapat disimpulkan bahwa batang S 5 bekerja gaya
tekan.

H = 0
S1 + S5.Cos  = 0
S1 + S5.Cos  = 0
S1 + (-16).0,866 = 0
S1 – 13,856 = 0
S1 = 13,856 t (+)

Gaya batang S1 yang diasumsikan bekerja gaya tarik telah benar. Hal ini dapat dilihat
dari hasil perhitungan yaitu diperoleh S 1 yang bernilai positif.

Titik C

S9
V = 0
S9 = 0
S1 S2
C
H = 0
- S1 + S 2 = 0
- 13,856 + S2 = 0
S2 = 13,856 t (+)

19
Gaya batang S2 yang diasumsikan bekerja gaya tarik telah benar. Hal ini dapat dilihat
dari hasil perhitungan yang bernilai positif.

Titik F
V = 0
P2
S6
S6.sin  S6.Sin P2  S5.Sin S10.Sin S9 = 0
S5.cos   S6.cos  S6.Sin 8  (-16).Sin  S10.Sin 0 = 0

S10.cos  S6.0,5.0,5 S10.0,5= 0


S5
S10 0,5.S6.  0,5.S10 + 0 = 0
S9 S10.sin 
0,5.S6.  0,5.S10 = 0
S5.sin 
S6  S10 = 0 ......................... (1)

H = 0
S6.Cos  + S10.Cos   S5.Cos  = 0
S6.Cos 30 + S10.Cos 30 = S5.Cos 30
S6.0,866 + S10.0,866 = S5.0,866
S6 + S10 = S5
S6 + S10 = -16 ........................ (2)

(1) dan (2) :


S6  S10 = 0
S6 + S10 = -16
2. S6 + 0 = -16
S6 = 8 t (-)

S6  S10 = 0
-8 S10 = 0
S10 = 8 t (-)

20
Titik G
H = 0
P3
S7.Cos   S6.Cos  = 0
S65.cos  S7.cos 
 S7.Cos  = S6.Cos 

S6 S7 = S6
S7
S11 S7.sin  S7 = 8 t (-)
S6.sin 

V = 0
P3 + S6.Sin  S7.Sin S9 = 0
2 + (-8).Sin -.Sin S11= 0
2 – 8.0,5 – 8.0,5 + S11= 0
S11 = 6 t (+)

Titik D

S10.sin 
V = 0

S10 S11 S12.sin  S11 + S10.Sin  S12.Sin = 0


S12
6 + (-8).Sin 30S12.Sin 30 = 0
S2  S12.cos  6 – 8.0,5 S12.0,5= 0
S10.cos  S3
6 – 4 + 0,5.S12 = 0
S12 = 4 t (-)
H = 0
S3 + S12.Cos   S2  S10.Cos  = 0
S3 + (-4).Cos   (-8).Cos 30 = 0
S3  4.0,866 = 0
S3  3,464 = 0
S3  = 0
S3 = t 

21
Titik E
V = 0
S13
S13 = 0
S3 S4
E
H = 0
S4 – S3 = 0
S4 – = 0
S4 = t (+)

Titik B
V = 0
S8 P5
RA + S8.Sin  - P5 = 0
S8.sin 
S4  7 + S8.Sin  = 0
S8.cos 
S8.0,5 + 6 = 0
RB 0,5.S8 = -6
S8 = 12 t (-)

22
b. Secara Grafis
- Reaksi tumpuan.
P3 = 2
t
G
P2 = 8 7 P4 = 4
6
t t
F 11 H
P1 = 1
5 10 12 8 P5 = 1
t 9 13 t
A 30o 1 2 3 4 B
C D E P1

1
S 5 2
RA
P2
4
2
3 3 S O
6
P3 4
1

5
RB P4 6

(b) P5 (a)

Langkah perhitungan reaksi tumpuan secara grafis dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Gambar struktur rangka harus dibuat dengan skala tertentu.
2. Tentukan skala gaya, misal : 1 cm = 2 ton.
3. Gambarkan perpanjangan garis kerja gaya.
4. Gambarkan sembarang titik, namakan dengan titik O.
5. Gambarkan gaya P1 sesuai skala seperti terlihat pada gambar a.
6. Hubungkan garis antara titik O dengan titik awal gaya P 1, namakan garis ini dengan
garis 1.

23
7. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya P 1, namakan garis ini dengan
garis 2.
8. Gambarkan gaya P2 sesuai skala, penggambarannya dimulai dari titik akhir gaya P 1.
Begitu pula untuk gaya-gaya yang lain, penggambarannya dimulai dari titik akhir gaya
sebelumnya.
9. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya P 2, namakan garis ini dengan
garis 3.
10. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya P3, namakan garis ini dengan
garis 4.
11. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya P4, namakan garis ini dengan
garis 5.
12. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya P5, namakan garis ini dengan
garis 6.
13. Pindahkan garis-garis 1,2,3,4,5 dan 6 sesuai dengan kemiringannya masing-masing ke
perpanjangan garis kerja gaya seperti pada gambar b.
14. Hubungkan garis antara titik perpotongan paling kiri dengan titik perpotongan paling
kanan, namakan garis ini dengan garis S.
15. Pindahkan garis S ini ke gambar a melalui titik O.
16. Garis S ini merupakan penentuan batas gaya yang dipikul oleh tumpuan A dan B.
17. Masing-masing panjang garis yang dipisahkan oleh garis S tersebut mewakili R A
dan RB.
18. Ukur panjang garis tersebut dan kalikan dengan skala gaya yang telah ditentukan pada
langkah 2 untuk mengetahui besarnya R A dan RB.

Dari hasil perhitungan diperoleh RA = 4,5 cm


Skala gaya : 1 cm = 2 ton
Sehingga : RA = 4,5 . 2 = 9 ton

24
RB = 3,5 cm
RB = 3,5 . 2
RB = 7 ton

- Gaya batang

Perhitungan gaya batang dengan metode kesetimbangan titik kumpul secara grafis mengacu pada
prinsip diagram poligon tertutup. Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Tentukan skala gaya
2. Tentukan arah pengambilan gaya. Pengambilan gaya pada sebuah titik harus berurutan
(searah putaran jarum jam ataupun sebaliknya).
3. Perhitungan dimulai dari gaya yang sudah diketahui besar dan arahnya.
4. Titik akhir batang pertama menjadi titik awal batang selanjutnya.
5. Titik akhir dari batang terakhir harus berimpit dengan titik awal batang pertama.
6. Penentuan gaya tersebut tarik atau tekan, dilihat dari arah penggambaran garis gaya. Jika
arahnya menjauhi titik kumpul bernilai positif dan sebaliknya jika mendekati titik kumpul
bernilai negatif.

Titik A :

P1 S5 RA – P 1– S5 – S 1
P

A S1

- S5 RA
RA

+ S1

25
Titik C :
S9 S1 – S9 – S2

+ S1 + S2

S1 S2

C

Titik F :
P2 S6 S5 – P2 – S6 – S10 – S9

F
- S5 P2

S5
S10
S9 = 0

- S10 - S6

Titik G

P3
S6 – P3 – S7 – S11

 G
 - S7
S6 + S11
S7 P3
- S6
 S11




26
Titik D

S10 S11
S12 S2 – S10 – S11 – S12 – S3

S2 - S12
S3  + S2 + S3

 - S10 + S11



Titik E :
S13 S3 – S13 – S4

+ S3 + S4

S3 S4

E

Titik H :

S7
P4 S5 – P2 – S6 – S10 – S9

- S12
H - S7

S12
S8 - S8 P4
S13 = 0

Besarnya masing-masing gaya batang hasil perhitungan dengan grafis dicantumkan dalam
tabel berikut.
Batang S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13
Gaya (t) 13,856 13,856 10,392 10,392 -16 -8 -8 -12 0 -8 6 -4 0

27
RANGKUMAN
1. Apabila sebuah titik yang berada beserta gaya luar dan batang-batang yang melekat
padanya dipisahkan dari struktur, maka titik kumpul tersebut juga harus berada dalam
keseimbangan akbat beban luar yang bekerja dan gaya dalam (gaya batang) yang
timbul.
2. Suatu struktur dikatakan seimbang apabila memenuhi tiga syarat keseimbangan, yaitu :
V = 0, H = 0 dan M = 0.
3. Semua gaya-gaya yang bekerja pada titik kumpul (baik gaya-gaya luar maupun gaya-
gaya dalam) adalah melalui titik yang sama. Akibat yang ditimbulkan oleh gaya-gaya
tersebut adalah terjadinya perpindahan titik simpul, tetapi tidak berputar. Sehingga
syarat keseimbangan M = 0 tidak digunakan.
4. Perhitungan gaya batang dengan metode keseimbangan titik kumpul hanya
menggunakan dua syarat keseimbangan yaitu V = 0 dan H = 0, sehingga perhitungan
hanya bisa dilakukan pada titik yang memiliki gaya batang yang belum diketahui
maksimal dua batang.
5. Untuk gaya batang yang belum diketahui, diasumsikan bahwa gaya batang tersebut
beekerja gaya tarik. Apabila hasil perhitungan untuk batang ini bernilai negatif, berarti
asumsi awal salah, dengan kata lain batang tersebut bekerja gaya tekan.
6. Pada titik kumpul yang hanya memiliki dua batang tanpa adanya gaya luar (beban)
yang bekerja, kedua batang itu selalu inaktif (tidak ada gayanya).
7. Langkah perhitungan gaya batang adalah sebagai berikut :
a. Hitung reaksi tumpuan akibat beban luar.
b. Tentukan titik kumpul yang memiliki gaya batang yang belum diketahui < 2 batang.
c. Hitung gaya masing-masing batang dengan menggunakan persamaan V = 0 dan

H = 0.

28
d. Hasil perhitungan pada langkah (b) diatas akan mengurangi jumlah gaya batang
yang belum diketahui pada titik-titik kumpul yang berdekatan dengan titik kumpul
yang telah dihitung.
e. Tentukan titik kumpul yang baru sebagaimana persyaratan pada langkah 2 dan
hitung gaya masing-masing batangnya.
f. Perhitungan pada langkah (e) dilakukan secara berulang sampai semua gaya batang
diperoleh hasilnya.
8. Langkah Langkah perhitungan reaksi tumpuan secara grafis dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Gambarkan struktur rangka dengan skala tertentu.
b. Tentukan skala gaya, misal : 1 cm = 2 ton.
c. Gambarkan perpanjangan garis kerja gaya.
d. Gambarkan sembarang titik, namakan dengan titik O.
e. Gambarkan gaya P1, P2, ..., Pn, sesuai skala.
f. Hubungkan garis antara titik O dengan titik awal gaya P1, P2, ..., Pn,, namakan garis
ini dengan garis 1, 2, ..., n.
g. Hubungkan garis antara titik O dengan titik akhir gaya Pn, namakan garis ini
dengan garis n+1.
h. Pindahkan garis-garis 1,2,...,n , n+1 sesuai dengan kemiringannya masing-masing
ke perpanjangan garis kerja gaya.
i. Hubungkan garis antara titik perpotongan paling kiri dengan titik perpotongan
paling kanan pada langkah (h), namakan garis ini dengan garis S.
j. Pindahkan garis S ini ke gambar gaya melalui titik O.
k. Garis S ini merupakan penentuan batas gaya yang dipikul oleh tumpuan A dan B.
l. Masing-masing panjang garis yang dipisahkan oleh garis S tersebut mewakili reaksi
tumpuan RA dan RB.

29
m. Ukur panjang garis tersebut dan kalikan dengan skala gaya yang telah ditentukan
pada langkah 2 untuk mengetahui besarnya RA dan RB.
9. Langkah perhitungan gaya batang denga metode kesetimbangan titik kumpul secara grafis
adalah sebagai berikut :
a. Tentukan skala gaya
b. Tentukan arah pengambilan gaya. Pengambilan gaya pada sebuah titik harus berurutan
(searah putaran jarum jam ataupun sebaliknya).
c. Perhitungan dimulai dari gaya yang sudah diketahui besar dan arahnya.
d. Titik akhir batang pertama menjadi titik awal batang selanjutnya.
e. Titik akhir dari batang terakhir harus berimpit dengan titik awal batang pertama.
f. Penentuan gaya tersebut tarik atau tekan, dilihat dari arah penggambaran garis gaya. Jika
arahnya menjauhi titik kumpul bernilai positif dan sebaliknya jika mendekati titik kumpul
bernilai negatif.

LATIHAN
1. Sebutkan alasan mengapa sebuah titik beserta gaya-gaya dan batang-batang yang
melekat padanya jika dipisahkan dari struktur rangka masih berada dalam keadaan
seimbang?
2. Mengapa syarat keseimbangan M = 0 tidak dipergunakan pada perhitungan gaya
batang dengan metode keseimbangan titik kumpul?
3. Diketahui sebuah titik bekerja gaya seperti pada gambar berikut :

P1 = 1 t
S2

S1

RA = 5 ton

30
Tentukan :
a. Jumlah gaya yang bekerja pada titik tersebut.
b. Jumlah gaya yang sudah diketahui besar dan arahnya.
c. Jumlah gaya yang belum diketahui besar dan arahnya.
d. Apakah titik tersebut memenuhi persyaratan untuk dilakukan perhitungan gaya
batang dengan metode keseimbangan titik kumpul?.
4. Hitunglah gaya masing-masing batang konstruksi rangka dibawah ini dengan
menggunakan metode keseimbangan titik buhul.

P1 = 1 ton 1
H
G
3
2 4 
P2 = 2 ton 5
F
E
6 7 8 
P3 = 2 ton 9
D
C
11 12 
10
13
A B



5. Hitunglah gaya masing-masing batang konstruksi rangka dibawah ini dengan


menggunakan metode keseimbangan titik buhul.
F A1 G A2 H

D1 V1 D2 V2 D3 V3 D4
H=

B1 B2 B3 B4
A B
C D E

P1 = 8 t P2 = 2 t P3 = 4 t
L = 4.

31
BAB III
METODE RITTER

3.1 Pendahuluan

Perhitungan dengan Metode Ritter adalah perhitungan gaya batang yang terpotong oleh
sebuah garis potongan. Karena itu metode ini juga disebut dengan metode pemotongan.
Sebuah garis potongan akan memotong 2 ataupun 3 batang. Agar tiga syarat keseimbangan
dapat digunakan, maka garis potong harus memotong batang-batang yang belum diketahui
maksimum tiga buah batang.

3.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :


- Mahasiswa dapat menyebutkan definisi dari Metode Ritter
- Mahasiswa dapat menyebutkan syarat-syarat keseimbangan.
- Mahasiswa dapat menentukan potongan-potongan struktur rangka batang.
- Mahasiswa dapat menghitung gaya-gaya dalam (gaya batang) struktur rangka
dengan menggunakan metode ritter.

3.3 Syarat Keseimbangan

Apabila sebuah konstruksi rangka batang berada dalam keseimbangan maka bagian
daripadanya harus berada dalam keseimbangan pula. Sebuah garis potong membagi
struktur rangka batang menjadi menjadi dua bagian. Jika masing-masing bagian berada
dalam keseimbangan, maka berlaku :
V = 0
H = 0
M = 0

32
3.4 Gaya-gaya Luar dan Penentuan Reaksi

Langkah pertama untuk menghitung gaya batang ialah menentukan besarnya reaksi
tumpuan. Ada kalanya penyelesaian perhitungan gaya batang struktur rangka tanpa harus
terlebih dahulu menghitung reaksi tumpuan. Namum kebanyakan struktur rangka
mengharuskan terlebih dahulu diketahui arah dan besarnya reaksi tumpuan untuk dapat
dihitung gaya-gaya batangnya. Reaksi perletakan ini dipengaruhi langsung oleh beban-
beban luar yang bekerja. Perhitungan reaksi perletakan dapat dilakukan dengan menstatis-
momenkan terhadap salah satu titik tumpuan.

3.5 Gaya-gaya Dalam

Batang-batang yang terpotong akan mengeluarkan gaya-gaya dalam (gaya batang) untuk
mengimbangi gaya-gaya luar sehingga potongan tetap berada dalam keseimbangan. Dengan
memandang sebelah kiri ataupun kanan potongan kita dapat menghitung gaya-gaya batang
yang terpotong dengan menggunakan persamaan syarat keseimbangan yang telah
disebutkan diatas.

Perhitungan gaya batang dengan metode ritter menggunakan analisa berdasarkan dalil
momen. Keuntungan dari metode ritter ini adalah kita dapat menghitung besarnya suatu
gaya batang tanpa dipengaruhi oleh besar gaya batang yang lain.

a
H A1 I A2 J A3 K A4 L

D1 V1 V2 V3 V4 V5 D6 H
D2 D3 D4 D5
P/2 P/2
 B1 B2 B3 B4 B5 B6
A B
C D E F G
P P a P P P
     

Gambar 3.1 Struktur Rangka Batang

33
Berdasarkan potongan a – a pada Gambar 3.1, batang-batang yang terpotong dan akan
dihitung gayanya adalah A2, B3, dan D3. Dengan meninjau sebelah kiri potongan, maka
perhitungan gaya batang dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Pilih titik sebagai pusat statis momen. Pemilihan titik ini sangat tergantung dari gaya
batang mana yang akan dihitung. Untuk menghitung gaya batang A 2, pilihlah titik
dimana tempat dua batang lain (batang B3 dan D3) berkumpul, dalam hal ini titik yang
dimaksud adalah titik D. Hal ini bertujuan agar perkalian antara gaya (B 3 dan D3)
dengan jaraknya terhadap titik D akan bernilai nol (karena tidak ada jarak antara gaya
B3 dan D3 terhadap titik D). Sehingga :
M D
A2 
H
- Dengan langkah yang sama, gaya batang B3 diperoleh sebesar :
M J
B3 
H
- Gaya batang D3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan V = 0

CONTOH SOAL

1. P1 = 1 t
J
1 2 K
I
3 4 5 6 3m
P2 = 2 t
7 G 8 H
F
9 10 11 12 3m
P3 = 2 t
13 D 14 E
C

15 16 17 18 3m

A B

3m 3m

34
Diketahui : Konstruksi seperti tergambar.
Ditanya : Hitunglah gaya masing-masing batang konstruksi tersebut dengan metode
ritter.
Penyelesaian :
Langkah yang pertama sekali harus dilakukan adalah menentukan potongan-potongan
melalui beberapa batang.

e b a
P1 J K
I
b a
c c 3m
P2 F G H
e
d d
f 3m
j f h
P3 D E
C h
j g g
3m
i i
A B

3m 3m

Selanjutnya adalah menentukan gaya-gaya batang dari potongan dengan meninjau


potongan sebelah atas.
Potongan a – a :
a
P1 J S2 K MH =0
S6
a 3m -S2 . 3 = 0
P2 H S2 = 0
3m
P3
MJ =0

3m S6 . 3 = 0
S6 = 0
3m 3m

35
Potongan b – b :
I S1 b J MJ =0
P1
S3
b 3m -S3 . 3 = 0
P2 G
S3 = 0
F
3m
P3
MF =0
3m
P1 . 3 + S1 . 3 = 0
1 . 3 + 3 . S1 = 0
3m 3m
S1 = 1 t (-)

Potongan c – c :

P1
I J MH =0
K
S3 S4 S5 S6 3m
P1 . 3 – S3 . 6 – S4.sin  . 3 – S4.cos  . 3 = 0
c c
G
P2 H 1 . 3 – 0 . 6 – S4.sin  . 3 – S4.cos  . 3 = 0
F
3m 3 – 2,121. S4 – 2,121. S4 = 0
P3
4,242 . S4 = 3
3m
S4 = 0,707 t (+)

3m 3m
MF =0
P1 . 3 + S5.sin  . 3 + S5.cos  . 3 + S6 . 6 = 0
1 . 3 + S4.sin  . 3 + S4.cos  . 3 + 0 . 6 = 0
3 + 2,121. S5 + 2,121. S5 + 0 = 0
4,242 . S5 = -3
S5 = 0,707 t (-)

36
Potongan d – d :
P1 MH =0
3m P1 . 3 + P2 . 0 – S7 . 0 – S9 . 6 = 0
P2 S7 G S8
H 1 . 3 – 2 . 0 – S7 . 0 – S 9 . 6 = 0
F S9 S12
d d 3m 3 – 6 . S9 = 0
P3
E
C S9 = 0,5 t (+)
3m
MF =0
3m 3m P1 . 3 + S8 . 0 + S12 . 6 = 0
1 . 3 + S8 . 0 + S12 . 6 = 0
3 + 6 . S12 = 0
S12 = 0,5 t (-)

Potongan e – e :
I S1 e J MJ =0
P1
S4 3m –P2 .3 – S7 . 3 – S9 . 3 = 0
P2 S7 G
-2 .3 – S7 . 3 – 0,5 . 3 =
F S
e 9 S1 3m - 3.S7 – 6 – 1,5 = 0
P3
- 3.S7 – 7,5 = 0
3m
3.S7 = – 7,5
S7 = 2,5 t (-)
3m 3m

Tinjau kembali potongan d – d :


H = 0
P1 + P2 + S7 – S8 = 0
1 + 2 + (-2,5) - S8 = 0
0,5 - S8 = 0
S8 = 0,5 t (+)

37
Potongan f – f :
P1 MC =0
3m P1 . 6 + P2 . 3 + S11.sin  . 3 + S11.cos  3 + S12.6 = 0
P2 S7 G H 1.6 + 2.3 + S11.sin . 3 + S11.cos . 3 – 0,5.6 = 0
F S9 S12
f S10 S11 f 3m 6 + 6 + 2,121. S11 + 2,121. S11 – 3 = 0
P3
E
C 4,242. S11 + 9 = 0
S8 3m
4,242. S11 = -9
S11 = 2,121 t (-)
3m 3m
ME =0
P1.6 + P2.3 – S9.6 – S10.sin  . 3 – S10.cos  . 3 = 0
1.6 + 2.3 – 0,5.6 – S10.sin  . 3 – S10.cos  . 3 = 0
6 + 6 – 3 – 2,121. S10 – 2,121. S10 = 0
- 4,242. S10 + 9 = 0
- 4,242. S10 = - 9
S10 = 2,121 t (+)

Potongan g – g :
P1 ME =0
3m P1 . 6 + P2 . 3 – S15 . 6 = 0
P2 H 1 . 6 + 2 . 3 – 6.S15 = 0
F
3m 6 + 6 – 6.S15 = 0
P3 S13 D S14
E
C
S15 S18 6.S15 = 12
g g 3m
S15 = 2 t (+)

3m 3m MC =0
P1 . 6 + P2 . 3 + S18 . 6 = 0
1 . 6 + 2 . 3 + 6.S18 = 0
6 + 6 + 6.S18 = 0
6.S18 = -12
S18 = 2 (-)

38
Potongan h – h :
P1 MG =0
3m S18 . 3 + S14 . 3 – S12 . 3 = 0
P2 G H (-2) . 3 + S14 . 3 – (-0,5) . 3 = 0
F h
S11 3m - 6 + 3.S14 + 1,5 = 0
S12
P3 S14
E
C S18 3.S14 – 4,5 = 0
3m
h 3.S14 = 4,5
S14 = 1,5 t (+)
3m 3m

Potongan i – i :
P1 MA =0
3m P1.9 + P2.6 + P3.3 + S18.6 + S17.sin .3 + S17.cos .3 = 0
P2
1.9 + 2.6 + 2.3 + (-2).6 + S17.sin .3 + S17.cos .3 = 0
3m 9 + 12 + 6 – 12 + S17.0,707.3 + S17. 0,707.3 = 0
P3 D
E
C S15 S18 15 + 2,121. S17 + 2,121. S17 = 0
i S16 S17 i 3m
A B
4,242. S17 + 15 = 0
4,242. S17 = - 15
3m 3m
S17 = 3,535 t (–)

MB =0
P1.9 + P2.6 + P3.3 – S15.6 – S16.sin .3 – S16.cos .3 = 0
1.9 + 2.6 + 2.3 – 2.6 – S16.sin .3 – S16.cos .3 = 0
9 + 12 + 6 – 12 – S16.0,707.3 – S16. 0,707.3 = 0
15 – 2,121. S16 – 2,121. S16 = 0
- 4,242. S16 + 15 = 0
- 4,242. S16 = - 15
S16 = 3,535 t (+)

39
Potongan j – j :
P1
H =0
3m
P3 + S13 + S10 . cos  = 0
P2 G
j 2 + S13 + 2,121 . cos  = 0
S10 3m
S9
P3 S13 2 + S13 + 2,121 . 0,707 = 0
E
C S15 2 + S13 + 1,5 = 0
3m
j
S13 + 3,5 = 0
3m 3m S13 = 3,5 t (-)

Tabel hasil perhitungan gaya batang :


Gaya (ton) Gaya (ton)
Batang Batang
Tarik Tekan Tarik Tekan
S1 1,000 S10 2,121
S2 0,000 S11 2,121
S3 0,000 S12 0,500
S4 0,707 S13 3,500
S5 0,707 S14 1,500
S6 0,000 S15 2,00
S7 2,500 S16 3,535
S8 0,500 S17 3,535
S9 0,500 S18 2,00

40
RANGKUMAN

1. Apabila sebuah konstruksi rangka batang berada dalam keseimbangan maka bagian
daripadanya harus berada dalam keseimbangan pula.
2. Suatu struktur dikatakan seimbang apabila memenuhi tiga syarat keseimbangan, yaitu :
V = 0, H = 0 dan M = 0.
3. Perhitungan dengan Metode Ritter adalah perhitungan gaya batang yang terpotong oleh
sebuah garis potongan. Karena itu metode ini juga disebut dengan metode pemotongan.
4. Batang-batang yang terpotong akan mengeluarkan gaya-gaya dalam (gaya batang)
untuk mengimbangi gaya-gaya luar sehingga potongan tetap berada dalam
keseimbangan.
5. Sebuah garis potongan akan memotong 2, 3 ataupun 4 batang. Agar tiga syarat
keseimbangan dapat digunakan untuk menyelesaikan perhitungan, maka garis potong
harus memotong batang-batang batang-batang yang belum diketahui gayanya
maksimum tiga buah batang.
6. Dengan memandang sebelah kiri ataupun kanan potongan, gaya-gaya batang yang
terpotong dapat dihitung dengan menggunakan persamaan syarat keseimbangan yang
telah disebutkan pada poin 2 diatas.
7. Untuk gaya batang yang belum diketahui, diasumsikan bahwa gaya batang tersebut
beekerja gaya tarik. Apabila hasil perhitungan untuk batang ini bernilai negatif, berarti
asumsi awal salah, dengan kata lain batang tersebut bekerja gaya tekan.
8. Keuntungan dari metode ritter adalah kita dapat menghitung besarnya suatu gaya
batang tanpa dipengaruhi oleh besar gaya batang yang lain.
9. Langkah perhitungan gaya batang dengan metode ritter adalah sebagai berikut :
a. Hitung reaksi tumpuan. Ada kalanya perhitungan gaya batang bisa langsung
dikerjakan tanpa harus dihitung reaksi tumpuan terlebih dahulu.
b. Tentukan batang-batang yang akan dihitung.

41
c. Tentukan garis potongan yang akan memotong batang-batang yang akan dihitung.
Banyaknya garis potongan sangat tergantung dari jumlah gaya batang yang akan
dihitung.
d. Asumsi awal untuk batang yang terpotong adalah bekerja gaya tarik/positif
(menjauhi titik kumpul). Jika hasil perhitungan batang tersebut bernilai negatif, ini
menandakan batang tersebut adalah batang tekan (asumsi awal salah).
e. Dengan meninjau sebelah kiri potongan, lakukan statis momen pada titik tertentu
untuk mendapatkan gaya batang.
f. Apabila hasil perhitungan pada langkah (d) masih dalam bentuk persamaan,
gunakan dua syarat keseimbangan (V = 0 dan V = 0) untuk menyelesaikan
persamaan tersebut.

LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode ritter!
2. Bagaimana keseimbangan konstruksi sebelum dan sesudah dilakukan pemotongan?,
Sebutkan syarat-syarat keseimbangan!
3. Sebutkan kelebihan metode ritter jika dibandingkan dengan metode kesetimbangan titik
kumpul!
4. Hitunglah gaya batang S2, S6 dan S10 jika diketahui konstruksi rangka seperti gambar
dibawah ini. P3 = 2 t

G
P2 = 8 t 6 P4 = 4 t
7

F 11 H
P1 = 1 t 5 10 8 P5 = 1 t
9 12 13
A 30o 1 2 3 4 B
C D E

1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

42
5. Hitunglah gaya batang A1, D1 dan B1 jika diketahui konstruksi rangka seperti gambar
dibawah ini.

A1 H=

D1
B1

1t 1t 1t
  

43
BAB IV
METODE CREMONA

4.1 Pendahuluan

Perhitungan gaya batang dengan metode cremona adalah perhitungan secara grafis.
Apabila gambar-gambar segi banyak pada tiap-tiap titik kumpul, pada metode
keseimbangan titik kumpul secarara grafis disusun menjadi suatu, maka terbentuklah
diagram cremona. Cremona adalah orang yang pertama sekali memperkenalkan diagram
tersebut.

4.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :


- Mahasiswa dapat menyebutkan maksud definisi dari Metode Cremona
- Mahasiswa dapat menyebutkan konsep dasar perhitungan dengan Metode Cremona
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan secara grafis
- Mahasiswa dapat menghitung gaya-gaya dalam (gaya batang) struktur rangka.

4.3 Penggambaran Diagram Cremona

Gaya batang pada diagram cremona digambarkan dengan sebuah garis yang tidak berarah.
Untuk membedakan gaya batang tarik atau tekan, garis tersebut diberi tanda positif atau
negatif. Tanda positif untuk gaya batang tarik dan negatif untuk gaya batang tekan.

Diagram Cremona hanya dapat dimulai penggambarannya dari titik kumpul yang hanya
memiliki maksimum dua gaya batang yang belum diketahui besar dan arahnya. Arah
pengambilan gaya untuk penggambaran pada diagram Cremona haruslah berurutan. Arah
pengambilan gaya dapat searah putaran jarum jam ataupun sebaliknya.

44
4.4 Reaksi Tumpuan

Reaksi tumpuan berhubungan langsung dengan gaya luar yang bekerja. Gaya luar yang
bekerja selalu diaumsikan bekerja pada titik kumpul. Perhitungan reaksi tumpuan secara
grafis sangat tergantung dari bentuk konstruksi dan arah gaya yang bekerja.

4.4.1 Reaksi tumpuan akibat gaya vertikal

Gaya vertikal yang dimaksudkan disini adalah gaya yang bekerja sejajar dengan reaksi
vertikal tumpuan pada konstruksi. Langkah perhitungan reaksi tumpuan secara grafis untuk
konstruksi yang bekerja beban vertikal telah diuraikan pada Bab II.

4.4.2 Reaksi tumpuan akibat gaya miring

Gaya miring yang dimaksudkan disini adalah gaya yang bekerja membentuk sudut 
dengan reaksi vertikal tumpuan. Gaya semacam ini sangat mudah kita pahami dengan
mengambil perumpamaan gaya angin (angin tekan dan angin hisap) yang bekerja pada atap.
Gaya angin bekerja tegak lurus mengikuti kemiringan atap, namun demikian gaya tersebut
membentuk sudut dengan reaksi tumpuan vertikal.

Langkah perhitungan reaksi tumpuan akibat angin tekan adalah sebagai berikut :
1. Gambarkan struktur rangka dengan skala tertentu.
2. Tentukan skala gaya.
3. Lakukan perpanjangan garis kerja gaya reaksi vertikal tumpuan rol.
4. Hitung resultan gaya (R) = P.
5. Tentukan letak gaya R.
6. Lakukan perpanjangan garis gaya R sehingga berpotongan dengan perpanjangan garis
gaya reaksi vertikal tumpuan rol.
7. Gambarkan garis antara titik reaksi tumpuan sendi dengan titik perpotongan pada
langkah 6.

45
8. Gambarkan gaya R sesuai dengan skala gaya diukur dari titik perpotongan pada
langkah 6.
9. Lakukan proyeksi gaya R mendapatkan Reaksi tumpuan R A dan RB.
10. Ukur panjang garis RA dan RB, kemudian kalikan dengan skala gaya pada langkah 2
untuk mengetahui besarnya masing-masing reaksi tumpuan.

4.5 Gaya-gaya Dalam

Perhitungan gaya batang dengan metode cremona dimulai dari titik kumpul yang memiliki gaya
batang yang belum diketahui < 2 batang. Hasil perhitungan gaya batang pada suatu titik akan
mengurangi jumlah gaya batang yang belum diketahui pada titik yang berdekatan.

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :


1. Tentukan skala gaya
2. Tentukan arah pengambilan gaya. Pengambilan gaya pada sebuah titik harus berurutan
(searah putaran jarum jam ataupun sebaliknya).
3. Tentukan titik yang akan dihitung gaya batangnya (maksimum hanya memiliki dua gaya
batang yang belum diketahui besar dan arahnya).
4. Penggambaran diagram cremona pada suatu titik dimulai dari gaya yang sudah diketahui
besar dan arahnya.
5. Titik akhir batang pertama menjadi titik awal batang selanjutnya.
6. Titik akhir dari batang terakhir harus berimpit dengan titik awal batang pertama.
7. Ukur panjang garis-garis gaya pada diagram dan kalikan dengan skala gaya (langkah 1) untuk
menentukan besarnya gaya yang bekerja
8. Penentuan gaya tersebut tarik atau tekan, dilihat dari arah penggambaran garis gaya. Jika
arahnya menjauhi titik kumpul bernilai positif dan sebaliknya jika mendekati titik kumpul
bernilai negatif.

46
9. Tentukan titik perhitungan baru (biasanya titik yang memenuhi sebagaimana persyaratan
pada langkah 3 adalah titik yang berdekatan dengan titik yang telah dihitung sebelumnya).
10. Gaya batang dihitung dengan menggunakan langkah 4 s/d 9, sampai semua gaya batang yang
ada pada struktur rangka diperoleh hasilnya.

CONTOH SOAL

1. Diketahui konstruksi kuda-kuda menerima beban angin tekan seperti gambar dibawah.

P/2

A3 A4
P

V1
A2 A5
P D3 D4
D2
D5
A1 D1 D6
P/2 B2 B3 A6
B1 B4
A B
L

Diminta : Hitunglah reaksi tumpuan konstruksi tersebut di atas secara grafis.

Penyelesaian :
- Menentukan besarnya resultan gaya R
R = P
= P/2 + P + P + P/2
=3P
- Menentukan letak gaya R.
Karena gaya yang bekerja simetris, maka dapat dipastikan bahwa letak gaya R
berada di tengah-tengah gaya P.
- Menentukan skala gaya.
Skala gaya dipakai : 2 cm = P ton

47
- Perhitungan reaksi tumpuan selanjutnya diuraikan dalam bentuk diagram berikut:

R = P A3 A4

V1
D3 D4 A5
A2
D2
D5
A1 D1 B2 B3 D6 A6
B1 B4
A B
L

R
RA
RB

Dari diagram diatas diperoleh RA = 4,7 cm dan RB = 1,8 cm


Dengan menggunakan skala 2 cm = P ton
RA = 4,7 cm = 4,7 / 2 = 2,35.P ton
RA = 1,8 cm = 1,8 / 2 = 0,90.P ton

48
2. Diketahui konstruksi kuda-kuda menahan beban angin hisap seperti gambar dibawah.

P/2

A3 A4 P

A2 V1
D3 D4 A5 P
D2
D5
A1 D1 B2 B3 D6 A6
P/2
B1 B4
A B
L

Diminta : Hitunglah reaksi tumpuan konstruksi tersebut di atas secara grafis.

Penyelesaian :
- Menentukan besarnya resultan gaya R
R = P
= P/2 + P + P + P/2
=3P
- Menentukan letak gaya R.
Karena gaya yang bekerja simetris, maka dapat dipastikan bahwa letak gaya R
berada di tengah-tengah gaya P.
- Menentukan skala gaya.
Skala gaya dipakai : 1 cm = P ton
- Perhitungan reaksi tumpuan selanjutnya diuraikan dalam bentuk diagram berikut:

49
RA
RB

R
A3 A4

V1 R = P
D3 D4 A5
A2 D2
D5
A1 D1 D6
B2 B3 A6
B1 B4
A B
L

Dari diagram diatas diperoleh RA = 1,88 cm dan RB = 1,61 cm


Dengan menggunakan skala 1 cm = P ton
RA = 1,88 cm
= 1,88 . 1
= 1,88.P ton
RB = 1,61 cm
= 1,61. P
= 1,61.P ton

3. Hitunglah gaya masing-masing batang dari struktur rangka kuda-kuda dibawah ini jika
diketahui P = 2 ton.
P/2
H
A3 A4
P
G I
A2 V1
P D3 D4 A5
F D2
D5 J
A1 D1 B2 B3 D6 A6
P/2 D
B1 B4
A C E B
L

50
Penyelesaian
Perhitungan reaksi tumpuan untuk konstruksi tersebut diatas tidak dilakukan lagi karena
telah diperoleh pada perhitungan contoh soal 1 sebelumnya.

P/2

P RA
- A1
+ B3

P
+ B1
+ B2 - A4
RB
- A2
+ V1 P/2
+ D2 - A3
- D1 - D3

Siklus perhitungan :

Titik A : RA – P/2 – A1 – B1
Gaya batang yang diperoleh pada titik A adalah : A1 dan B1

Titik F : A1 – P – A2 – D1
Gaya batang yang diperoleh pada titik F adalah : A2 dan D1

Titik C : B1 – D1 – D2 – B2
Gaya batang yang diperoleh pada titik C adalah : D2 dan B2

Titik G : D2 – A2 – P – A3 – D3
Gaya batang yang diperoleh pada titik G adalah : A3 dan D3

Titik H : A3 – P/2 – A4 – V1
Gaya batang yang diperoleh pada titik H adalah : A4 dan V1

Titik D : B2 – D3 – V1 – D4 – B3
Gaya batang yang diperoleh pada titik D adalah : D4 dan B3

51
Titik I : D4 – A4 – A5 – D5
Gaya batang yang diperoleh pada titik I adalah : A 5 dan D5

Titik E : B3 – D5 – D6 – B4
Gaya batang yang diperoleh pada titik E adalah : D6 dan B4

Titik J : D6 – A5 – A6
Gaya batang yang diperoleh pada titik J adalah : A6

Besarnya masing-masing gaya batang hasil perhitungan dengan metode cremona


dicantumkan dalam tabel berikut.
Gaya (ton)
Batang
Tarik Tekan
A1 3,388
A2 3,089
A3 1,817
A4 2,137
A5 2,137
A6 2,137
B1 4,264
B2 3,033
B3 1,800
B4 1,800
D1 1,053
D2 0,966
D3 1,580
D4 0
D5 0
D6 0
V1 1,795

52
RANGKUMAN

1. Apabila gambar-gambar segi banyak pada tiap-tiap titik kumpul, pada Metode
Keseimbangan Titik Kumpul secarara grafis disusun menjadi suatu, maka
terbentuklah diagram cremona. Cremona adalah orang yang pertama sekali
memperkenalkan diagram tersebut.
2. Gaya batang pada diagram cremona digambarkan dengan sebuah garis yang tidak
berarah. Untuk membedakan gaya batang tarik atau tekan, garis tersebut diberi tanda
positif atau negatif. Tanda positif untuk gaya batang tarik dan negatif untuk gaya batang
tekan.
3. Diagram Cremona hanya dapat dimulai penggambarannya dari titik kumpul yang hanya
memiliki maksimum dua gaya batang yang belum diketahui besar dan arahnya.
4. Arah pengambilan gaya untuk penggambaran pada diagram Cremona haruslah
berurutan, searah putaran jarum jam ataupun sebaliknya.
5. Hasil perhitungan gaya batang pada suatu titik akan mengurangi jumlah gaya batang yang
belum diketahui pada titik yang berdekatan.
6. Langkah perhitungan gaya batang dengan metode cremona adalah sebagai berikut :
a. Tentukan skala gaya
b. Tentukan arah pengambilan gaya.
c. Tentukan titik yang akan dihitung gaya batangnya (maksimum hanya memiliki dua gaya
batang yang belum diketahui besar dan arahnya).
d. Penggambaran diagram cremona pada suatu titik dimulai dari gaya yang sudah diketahui
besar dan arahnya.
e. Titik akhir penggambaran gaya batang pertama menjadi titik awal penggambaran gaya
batang selanjutnya.
f. Titik akhir dari penggambaran gaya batang terakhir harus berimpit dengan titik awal
penggambaran gaya batang pertama.

53
g. Ukur panjang garis-garis gaya pada diagram dan kalikan dengan skala gaya pada langkah
a untuk menentukan besarnya gaya-gaya batang.
h. Penentuan gaya tersebut tarik atau tekan, dilihat dari arah penggambaran garis gaya. Jika
arahnya menjauhi titik kumpul bernilai positif dan sebaliknya jika mendekati titik kumpul
bernilai negatif.
i. Tentukan titik perhitungan baru yang memenuhi persyaratan pada langkah c (biasanya
titik tersebut adalah titik yang berdekatan dengan titik yang telah dihitung sebelumnya).
j. Gaya batang dihitung dengan menggunakan langkah 4 s/d 9, sampai semua gaya batang
yang ada pada struktur rangka diperoleh hasilnya.

LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode cremona!
2. Sebutkan syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menghitung gaya batang pada suatu
titik dengan metode cremona!
3. Mengapa gaya batang pada diagram cremona digambarkan dengan garis yang tidak
berarah?
4. Hitunglah gaya-gaya batang struktur rangka kuda-kuda di bawah ini dengan metode
cremona.

P3 = 2 t

G
P2 = 8 t 6 P4 = 4 t
7

F 11 H
P1 = 1 t 5 10 8 P5 = 1 t
9 12 13
A 30o 1 2 3 4 B
C D E
2t
1,5 m 1,5 m 1,5 m 1,5 m

54
5. Hitunglah gaya-gaya batang struktur rangka jembatan di bawah ini dengan metode
cremona.

P P
F
3 4
P P
E G
2 19 5
P/2 P/2
D 18 H 3m
1 20 6
16 17 21
C I
9 10 22
15 L 23
14
8 11 24
13 K M 25 3m
7 12
J N
A B
RA RB

6X3m

55

Anda mungkin juga menyukai