ROTASI
C
C C
B A
B A B A
ABC
∡ ABC ∡ ABC
Gambar 7.1
Untuk menyatakan bahwa ABC merupakan suatu sudut berarah dengan BA
⃗⃗⃗⃗⃗ sebagai
C D T
S
R
B A E F
Gambar 7.2
Jika diberikan dua garis berpotongan yang tidak saling tegak lurus maka akan ada dua pasang
sudut yang saling bertolak belakang (sepasang lancip dan sepasang tumpul). Sudut antara kedua
garis tersebut kita pilih sudut lancipnya. Untuk memperoleh suatu kesepakan berikut ini akan
dibahas secara lebih terperinci mengenai besarnya sudut antara dua buah garis.
Perhatikan gambar 7.3 di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa :
u t
C B
70𝑜
s
D P A
30𝑜
E F
Gambar 7.3
Teorema 7.1
Misalkan s dan t dua garis berpotongan yang tidak saling tegak lurus pada A. Misalkan P
dan Q sembarang dua titik yang berlainan dengan A maka m ∡ PAP = Mt Ms(P) dan Q
= Mt Ms(Q).
Bukti :
Gambar 7.4
Untuk membuktikan teorema tersebut, pilih salah satu titik K pada s dan tunjukkan bahwa jika P
adalh titik lain maka m ∡ PAP = KAK dengan K = Mt Ms(K).
• Misalkan P dan K terletak pada s (gambar 7.4 (a) ). Perhatikan bahwa A = Mt Ms(A) = A.
Karena Mt Ms suatu Isometri (mempertahankan garis) maka P, K, dan A kolinear pada
suatu garis lurus yang melalui A sehingga m ∡ PAP = m ∡ KAK.
• Jika P s, karena isometri mempertahankan besar sudut maka m PAK = m PAK.
Memperhatikan bahwa tripel (APK) dan (APK) punya orientasi yang sama (karena hasil
kali dua pencerminan adalah isometri searah maka disimpulkan m ∡ PAK = m ∡ PAK.
(Lihat Gambar 7.4 (b) ).
• Jika kedudukan P seperti pada gambar 7.4 (b) maka m ∡ PAP = m ∡ PAK + m ∡ KAP
dan juga m ∡ KAK = m ∡ KAP + m ∡ PAK. Dengan melakukan substitusi maka
diperoleh m ∡ PAP = m ∡ KAK.
Untuk kedudukan P seperti pada gambar 7.4 (c) buktinya analog dan dapat ditunjukkan
bahwa m ∡ PAP’’ = m ∡ KAK’’. Jadi, untuk setiap titik P A maka diperoleh m ∡ PAP’’ =
m ∡ KAK’’.
Dan untuk setiap titik Q A diperoleh m ∡ QAQ’’ = m ∡ KAK’’. Kesimpulannya, m ∡ PAP’’ =
m ∡ QAQ’’.
Dari teorema di atas terlihat bahwa pengaruh dari transformasi M t M s adalah memutar
setiap titik melalui sudut berarah yang sama melalui suatu titik tetap A. Jenis transformasi seperti
inilah yang disebut dengan rotasi, yang secara formal didefinisikan seperti berikut.
Definisi 7.1
Misalkan A adalah titik yang diketahui dan adalah bilangan yang nilainya diantara − 180o dan
180o . Suatu rotasi terhadap A dengan sudut (yang dinotasikan dengan R A, ) adalah suatu
pemetaan yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang yang memenuhi :
(1) R A, ( A) = A
Dari definisi di atas, jika = 0 o maka R A,0 = 1. Sedangkan untuk sembarang R A, 1
satu-satunya titik tetap adalah pusat rotasinya. Jelas juga terlihat, H A = R A,180o = R A, −180o .
Artinya, setengah putaran merupakan kejadian khusus dari rotasi. Jadi, setengah putaran
termasuk ke dalam rotasi. Hal ini dapat dilakukan karena kita dapat memperluas konsep sudut
berarah dengan mendefinisikan bahwa perpotongan dua ruas garis berarah yang saling
berlawanan arah dikatakan membentuk sudut 180o atau − 180o .
Dari pembahasan yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil kali dua pencerminan
terhadap s dan t di mana s dan t tidak sejajar merupakan suatu putaran (termasuk setengah
putaran). Ternyata sebaliknya juga berlaku seperti diuraikan pada teorema berikut.
Teorema 7.2
Misalkan s dan t adalah garis-garis yang tidak saling tegak lurus dan berpotongan di titik
A dan jika sudut dari s ke t sama dengan maka R A, = M t M s .
2
Bukti :
Gambar 7.5
Misalkan P A sembarang titik. Selanjutnya tetapkan suatu titik K pada s dengan K A. Jika
K o = M t M s (K ) maka t merupakan garis bagi KAK o .
Karena ukuran sudut berarah dari s ke t adalah ini berarti bahwa
2
m ∡ KAK o = 2 = . Selanjutnya, jika P o = M t M s (P ) maka menurut Teorema 7.1, m ∡
2
PAP o = m ∡ KAK o , sehingga m ∡ PAP o = .
Karena Ao = M t M s ( A) = A dan karena M t M s suatu isometri maka diperoleh P o A = PA .
Menurut definisi rotasi, maka M t M s memenuhi persyaratan rotasi yang mengelilingi A dengan
Implikasi langsung dari teorema di atas adalah, komposisi dari dua buah pencerminan
terhadap dua garis yang berpotongan tidak saling tegak lurus merupakan suatu rotasi yang
berpusat pada titik potong tersebut.
Akibat 7.1
Komposisi atau hasil kali dua buah pencerminan merupakan suatu rotasi atau pergeseran.
Karena setiap rotasi dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah pencerminan maka
diperoleh akibat lain seperti berikut.
Akibat 7.2
Suatu rotasi merupakan suatu isometri berarah.
Contoh 7.1
Diberikan suatu rotasi yang memetakan P ke P’ seperti pada gambar berikut.
Gambar 7.6
Tentukanlah dua pasang garis yang bisa dianggap sebagai sumbu-sumbu pencerminan
sedemikian sehingga hasil kali pencerminan tersebut menghasilkan hasil yang sama dengan hasil
rotasi yang diberikan.
Jawab :
(1) Misalkan s = AP dan t garis bagi sudut PAP '. Akibatnya ukuran sudut dari s ke t sama
dengan . Karena s t = A menurut Teorema 7.2 maka R A, = M t M s . Jadi, pasangan
2
garis yang pertama adalah s dan t.
(2) Misalakan u = AP ' dan v adalah garis yang melalui A sedemikian sehingga sudut dari u ke v
berukuran maka menurut Teorema 7.2 maka R A, = M v M u . Jadi pasangan garis yang
2
kedua adalah v dan u.
Contoh 7.2
Diberikan suatu garis s, lingkaran L dan titik A pada gambar berikut.
Gambarlah suatu bujur sangkar ABCD sedemikian sehingga B terletak pada s dan D pada L.
Jawab :
Misalkan s' = R A, −90o (s ). Misalkan B adalah titik potong s’ dengan L. Selanjutnya misalkan D
adalah prapeta dari B yakni, D = R A,90o (B ). Akibatnya, m BAD = 90o dan AB = AD.
Bujursangkar ABCD akan terbentuk dengan membuat ruas garis tegak lurus terhadap AB dan
AD masing-masing di B dan D.
Gambar 7.8
Teorema 7.3
−1
RP , = R P , −
Teorema 7.4
Bila g' = R P, ( g ) maka m (g , g' ) =
Gambar 7.8
Bukti
Pada pembahasan berikut akan disajikan rumus rotasi secara analitis atau secara aljabar.
Misalkan diketahui rotasi RP , . Selanjutnya pilih suatu sistem koordinat ortogonal dengan
pusat O yang berhimpit dengan P. Misalkan titik A(x , y) ditransformasikan oleh RP , ke titik A'(x',
berpusat di P dengan sumbu x dan sumbu y seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 7.10
Bila terhadap XOY koordinat C adalah (x,y) dan koordinat C ' adalah C'(x',y') maka :
Bila terhadap sistem ini titik C punya koordinat C(x, y) dan C' = R P, (C) berkoordinat C'(x',
Bila terhadap XOY koordinat C adalah (x,y) dan koordinat C ' adalah C'(x',y') maka :
x x − a
= PC = OC − OP =
y
y − b
x x'− a
= PC '' = OC ' − OP =
y
y '−b
Prosedur melukis:
Contoh 7.4
Perlihatkan bahwa
x' 1 3 4 x 1
= +
y' 5 − 4 3 y − 1
Merupakan suatu rotasi. Tentukanlah pusat dan sudut rotasinya.
Jawab:
Menurut rumus transformasi maka cos = 3 5 dan sin = − 4 5 . Dan terpenuhi
cos 2 + sin 2 = 1 . Jadi rumus yang diberikan merupakan suatu rotasi. Untuk mencari pusatnya,
dikerjakan melalui pencarian titik tetapnya seperti berikut.
x' x 1 3 4 x 1 1
= atau + =
y' y 5 − 4 3 y − 1 − 1
Yang menghasilkan:
1
− 2
x
=
y
−
3
2
Karena nilai cos positif dan nilai sin negatif maka 𝜃 berada di kuadran IV. Sehingga
4 4
= 360 − arctg − . Menurut definisi rotasi maka haruslah = −arctg − .
3 3
Teorema 7.6
R p , yang merupakan involusi hanyalah H p .
Bukti :
Jika R p , merupakan suatu involusi maka berlakulah R p , = I .Menurut
2
Teorema 7.7
Himpunan R p , dengan 𝑃 tertentu menyusun suatu grup Abel.
Teorema 7.8
Terhadap R p , I satu-satunya titik tetap adalah P. Ada garis tetap
hanya bila R = H
Bukti:
Untuk titik tetapnya dapat dibuktikan secara langsung dari definisi. Untuk garis tetapnya,
menurut Teorema 7.4 diperoleh bahwa untuk garis G yang merupakan suatu garis tetap maka perlu
= k .180
Kita telah membahas bahwa hasilkali dua rotasi yang sepusat akan menghasifkan rotasi lagi
dengan pusat yang sama dan dengan sudut putar adalah jumlah dari masing-masing sudut putar
yang diketahui. Bagaimana halnya bila pusat kedua rotasi itu berlainan ? Hal ini akan terjawab
melalui teorema berikut.
Teorema 7.9
Hasil kali dari dua buah rotasi R A, dengan RB , akan merupakan suatu rotasi atau berupa suatu
geseran bila. + = 0
Bukti:
Gambar 7.12
𝜙
Tarik garis s = AB . Tarik garis t melalui A dengan 𝑚∡(𝑡, 𝑠) = . Tarik garis 𝑢 melalui 𝐵
2
𝜃
dengan 𝑚∡(𝑠, 𝑢) = 2 . Dengan demikian maka menurut Teorema 7.2 akan terpenuhi:
R A, = M s M t dan RB , = M u M s
Akibatnya ,
RA, RB , = M u M s M s M t = M u M t
Perhatkan ABC
mCBA = dan mBAC =
2 2
𝜃 𝜙
Sehingga 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 = 2 + 2 = 𝑚∡(𝑡, 𝑢)
suatu rotasi yang berpusat di 𝐶 dengan sudut rotasi sebesar dua kali 𝑚∡(𝑡, 𝑢) =
𝜙 + 𝜃.
• Jika u // t maka menurut Teorema 6.5
Gambar 7.13
Pada gambar (a) , m ∠ ACB = 180 - (30 + 40) = 110 dan m ∠ DCB = 180 - m
∠ ACB = 70. Karena m ∡ DCB = + 70 maka disimpulkan ukuran sudut berarah dari t ke u
adalah 70. Akibatnya, 𝜑= 2(70) = 140 = 60 + 80= 𝜙+0.
Pada gambar (b), m ∠ ACB =180 - (70 + 30) = 80 dan m ∠ DCB = 100.
Karena m ∡ ACB = - 180 hal ini berakibat sudut dari garis t ke u adalah - 80 dan 𝜑 = - 160.
Perhatikan bahwa - 160 = 200 - 360 = (𝜙 + 𝜃) - 360.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa, Misalkan
diberikan RB , R A, = Rc ,
D. Latihan
1. Diberikan sembarang titik A dan P dengan A ≠ P. Lukislah
a. R A,90 ( P) c. R A, −45 ( P)
RC , = RB , 2 R A,1
b. Jika Q adalah titik yang lainnya dan Q' = T(Q), tentukanlah jarak dari
QQ'.
x' 1 − 2 − 1 x
8. Perlihatkan bahwa = merupakan suatu rotasi. Tentukanlah pusat dan
y' 5 1 − 2 y
sudut rotasinya.
9. Diketahui titik P, lingkaran C1 dan C2 seperti pada gambar di bawah ini. Lukislah suatu segi
tiga sama sisi PQR sedemikian sehingga Q pada C1 dan R pada C2.
10. Diketahui ABC A' B' C ' seperti pada gambar di bawah ini. Tentukanlah suatu rotasi R
yang membawa ABC ke A' B ' C '