Anda di halaman 1dari 19

BAB VII

ROTASI

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mahasiswa memahami konsep rotasi
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan atau melukis hasil rotasi dari suatu unsur
2. Menentukan hasil komposisi dari dua buah rotasi
3. Membuktikan sifat-sifat yang berlaku dalam rotasi
4. Menggunakan konsep rotasi untuk menyelesaikan suatu persoalan
C. Uraian Materi
7.1 Rotasi
Kita telah mempelajari bahwa jika kedua sumbu pencerminan saling tegak lurus maka
komposisi dari kedua pencerminan tersebut merupakan suatu setengah putaran. Sedangkan bila
kedua sumbu pencerminan tersebut merupakan suatu geseran. Dalam bab ini akan dibahas
tentang komposisi dua pencerminan jika kedua sumbunya tidak saling tegak lurus ataupun
sejajar. Namun, sebelum membahas permasalahan tersebut terlebih dahulu akan dibahas
beberapa konsep dasar yang nantinya akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya.
Definisi 7.1
Sudut berarah yang dinotasikan dengan ∡ adalah suatu sudut yang salah satu kakinya
disebut kaki awal dan kaki yang lainnya disebut dengan kaki akhir.

C
C C

B A
B A B A
 ABC

∡ ABC ∡ ABC
Gambar 7.1
Untuk menyatakan bahwa  ABC merupakan suatu sudut berarah dengan BA
⃗⃗⃗⃗⃗ sebagai

kaki awal dan ⃗⃗⃗⃗⃗


BC sebagai kaki akhir maka kita notasikan dengan ∡ ABC. Sementara itu, ∡ CBA
merupakan notasi untuk menyatakan sudut berarah dengan ⃗⃗⃗⃗⃗
BC sebagai kaki awalnya dan ⃗⃗⃗⃗⃗
BA
sebagai kaki akhirnya.
Pada pembahasan selanjutnya, setiap sudut ABC besar sudutnya (yang dinotasikan
dengan m  ABC) berkisar antara 0 sampai dengan 180. Untuk suat sudut berarah, selanjutnya
dilakukan kesepakatan sebagai berikut.
• M ∡ ABC = m  ABC jika orientasi dari tripel BAC berlawanan dengan arah pergerakan
jarum jam (orientasi dari BAC positif).
• M ∡ ABC = - (m  ABC) jika orientasi dari tripel BAC searah dengan pergerakan jarum jam
(orientasi BAC negatif).

C D T
S

R
B A E F

m ∡ ABC = 45𝑜 m ∡ DEF = - 45 m ∡ RST  0

Gambar 7.2

Jika diberikan dua garis berpotongan yang tidak saling tegak lurus maka akan ada dua pasang
sudut yang saling bertolak belakang (sepasang lancip dan sepasang tumpul). Sudut antara kedua
garis tersebut kita pilih sudut lancipnya. Untuk memperoleh suatu kesepakan berikut ini akan
dibahas secara lebih terperinci mengenai besarnya sudut antara dua buah garis.
Perhatikan gambar 7.3 di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa :

u t

C B

70𝑜
s
D P A

30𝑜
E F
Gambar 7.3

(1) Sudut dari s ke t = m ∡ APB = 70𝑜


(2) Sudut dari s ke u = m ∡ APF = −80𝑜
(3) Sudut dari u ke t = m ∡ CPB = −30𝑜
Melalui kesepakatan ini maka dapat dinyatakan bahwa besar sudut berarah dari suatu
garis ke garis lainnya berkisar antara −90𝑜 sampai dengan 90𝑜 . Sedangkan besarnya sudut
antara dua garis besarnya berkisar antara 0𝑜 sampai dengan 90𝑜 . Selanjutnya kita kembali
kepada permasalahan semula untuk mengetahui hasil kali dari dua buah pencerminan jika
sumbu-sumbu pencerminannya tidak sejajar ataupun tidak saling tegak lurus.

Teorema 7.1
Misalkan s dan t dua garis berpotongan yang tidak saling tegak lurus pada A. Misalkan P
dan Q sembarang dua titik yang berlainan dengan A maka m ∡ PAP = Mt Ms(P) dan Q
= Mt Ms(Q).

Bukti :

(a) (b) (c)

Gambar 7.4
Untuk membuktikan teorema tersebut, pilih salah satu titik K pada s dan tunjukkan bahwa jika P
adalh titik lain maka m ∡ PAP = KAK dengan K = Mt Ms(K).
• Misalkan P dan K terletak pada s (gambar 7.4 (a) ). Perhatikan bahwa A = Mt Ms(A) = A.
Karena Mt Ms suatu Isometri (mempertahankan garis) maka P, K, dan A kolinear pada
suatu garis lurus yang melalui A sehingga m ∡ PAP = m ∡ KAK.
• Jika P  s, karena isometri mempertahankan besar sudut maka m  PAK = m  PAK.
Memperhatikan bahwa tripel (APK) dan (APK) punya orientasi yang sama (karena hasil
kali dua pencerminan adalah isometri searah maka disimpulkan m ∡ PAK = m ∡ PAK.
(Lihat Gambar 7.4 (b) ).
• Jika kedudukan P seperti pada gambar 7.4 (b) maka m ∡ PAP = m ∡ PAK + m ∡ KAP
dan juga m ∡ KAK = m ∡ KAP + m ∡ PAK. Dengan melakukan substitusi maka
diperoleh m ∡ PAP = m ∡ KAK.
Untuk kedudukan P seperti pada gambar 7.4 (c) buktinya analog dan dapat ditunjukkan
bahwa m ∡ PAP’’ = m ∡ KAK’’. Jadi, untuk setiap titik P  A maka diperoleh m ∡ PAP’’ =
m ∡ KAK’’.
Dan untuk setiap titik Q  A diperoleh m ∡ QAQ’’ = m ∡ KAK’’. Kesimpulannya, m ∡ PAP’’ =
m ∡ QAQ’’.
Dari teorema di atas terlihat bahwa pengaruh dari transformasi M t M s adalah memutar

setiap titik melalui sudut berarah yang sama melalui suatu titik tetap A. Jenis transformasi seperti
inilah yang disebut dengan rotasi, yang secara formal didefinisikan seperti berikut.

Definisi 7.1
Misalkan A adalah titik yang diketahui dan  adalah bilangan yang nilainya diantara − 180o dan
180o . Suatu rotasi terhadap A dengan sudut  (yang dinotasikan dengan R A, ) adalah suatu

pemetaan yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang yang memenuhi :
(1) R A, ( A) = A

(2) Untuk P  A, R A, (P ) = P o sedemikian sehingga m ∡ PAP o =  dan AP o = AP .

Dari definisi di atas, jika  = 0 o maka R A,0 = 1. Sedangkan untuk sembarang R A,  1

satu-satunya titik tetap adalah pusat rotasinya. Jelas juga terlihat, H A = R A,180o = R A, −180o .
Artinya, setengah putaran merupakan kejadian khusus dari rotasi. Jadi, setengah putaran
termasuk ke dalam rotasi. Hal ini dapat dilakukan karena kita dapat memperluas konsep sudut
berarah dengan mendefinisikan bahwa perpotongan dua ruas garis berarah yang saling
berlawanan arah dikatakan membentuk sudut 180o atau − 180o .
Dari pembahasan yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil kali dua pencerminan
terhadap s dan t di mana s dan t tidak sejajar merupakan suatu putaran (termasuk setengah
putaran). Ternyata sebaliknya juga berlaku seperti diuraikan pada teorema berikut.

Teorema 7.2
Misalkan s dan t adalah garis-garis yang tidak saling tegak lurus dan berpotongan di titik

A dan jika sudut dari s ke t sama dengan maka R A, = M t M s .
2

Bukti :

Gambar 7.5

Misalkan P  A sembarang titik. Selanjutnya tetapkan suatu titik K pada s dengan K  A. Jika
K o = M t M s (K ) maka t merupakan garis bagi  KAK o .


Karena ukuran sudut berarah dari s ke t adalah ini berarti bahwa
2
 
m ∡ KAK o = 2  =  . Selanjutnya, jika P o = M t M s (P ) maka menurut Teorema 7.1, m ∡
2
PAP o = m ∡ KAK o , sehingga m ∡ PAP o =  .
Karena Ao = M t M s ( A) = A dan karena M t M s suatu isometri maka diperoleh P o A = PA .

Menurut definisi rotasi, maka M t M s memenuhi persyaratan rotasi yang mengelilingi A dengan

sudut sebesar  . Jadi, M t M s = R A, .

Implikasi langsung dari teorema di atas adalah, komposisi dari dua buah pencerminan
terhadap dua garis yang berpotongan tidak saling tegak lurus merupakan suatu rotasi yang
berpusat pada titik potong tersebut.

Akibat 7.1
Komposisi atau hasil kali dua buah pencerminan merupakan suatu rotasi atau pergeseran.
Karena setiap rotasi dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah pencerminan maka
diperoleh akibat lain seperti berikut.

Akibat 7.2
Suatu rotasi merupakan suatu isometri berarah.

Contoh 7.1
Diberikan suatu rotasi yang memetakan P ke P’ seperti pada gambar berikut.

Gambar 7.6
Tentukanlah dua pasang garis yang bisa dianggap sebagai sumbu-sumbu pencerminan
sedemikian sehingga hasil kali pencerminan tersebut menghasilkan hasil yang sama dengan hasil
rotasi yang diberikan.

Jawab :

(1) Misalkan s = AP dan t garis bagi sudut  PAP '. Akibatnya ukuran sudut dari s ke t sama

dengan . Karena s  t = A menurut Teorema 7.2 maka R A, = M t M s . Jadi, pasangan
2
garis yang pertama adalah s dan t.

(2) Misalakan u = AP ' dan v adalah garis yang melalui A sedemikian sehingga sudut dari u ke v

berukuran maka menurut Teorema 7.2 maka R A, = M v M u . Jadi pasangan garis yang
2
kedua adalah v dan u.

Contoh 7.2
Diberikan suatu garis s, lingkaran L dan titik A pada gambar berikut.

Gambarlah suatu bujur sangkar ABCD sedemikian sehingga B terletak pada s dan D pada L.

Jawab :
Misalkan s' = R A, −90o (s ). Misalkan B adalah titik potong s’ dengan L. Selanjutnya misalkan D
adalah prapeta dari B yakni, D = R A,90o (B ). Akibatnya, m  BAD = 90o dan AB = AD.

Bujursangkar ABCD akan terbentuk dengan membuat ruas garis tegak lurus terhadap AB dan

AD masing-masing di B dan D.

Gambar 7.8
Teorema 7.3
−1
RP , = R P , −

Teorema 7.4
Bila g' = R P,  ( g ) maka m  (g , g' ) = 
Gambar 7.8
Bukti

Diketahui P , g dan sudut  . Melalui dua titiknya, Q dan R maka garis g


diputar menjadi garis g' dan  PQR menjadi  P'Q'R' sehingga keduanya
saling kongruen. Misalkan S = (g , g') dan T  g , R-S-T. Pandanglah

segiempat PRSR'. m  PRS = m  PR' Q'. Jadi, m  PRS + m Z SR' P = 180


sehingga m  RPR' + m  R' SR = 180 .
 = 180 - m  R' SR = m  TSR' = m  (g , g' ) .

7.2 Rumus Rotasi secara Analitis

Pada pembahasan berikut akan disajikan rumus rotasi secara analitis atau secara aljabar.
Misalkan diketahui rotasi RP , . Selanjutnya pilih suatu sistem koordinat ortogonal dengan

pusat O yang berhimpit dengan P. Misalkan titik A(x , y) ditransformasikan oleh RP , ke titik A'(x',

y') seperti pada gambar berikut.


Gambar 7.9
x = r cos  x' = r'cos(  +  )
y' = r' sin (  +  ) y' = r sin 
sehingga
x' = r ' cos( +  ) = r ' cos  cos  − r ' sin  sin 
= x cos − y sin 
y' = r ' sin( +  ) = r ' sin  cos  − r ' cos  sin 
= y cos − x sin 
Atau jika dinotasikan dalam bentuk mtriks, diperoleh :
 x'   cos − sin   x 
  =   
 y '   sin  cos  y 
yang merupakan rumus rotasi dengan pusat O(0,0) dengan sudut putar .
Untuk mencari rumus rotasi dengan pusat sembarang P(a ,b), anggap ada sistem koordinat yang

berpusat di P dengan sumbu x dan sumbu y seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 7.10
Bila terhadap XOY koordinat C adalah (x,y) dan koordinat C ' adalah C'(x',y') maka :
Bila terhadap sistem ini titik C punya koordinat C(x, y) dan C' = R P, (C) berkoordinat C'(x',

y') maka diperoleh:


 x'   cos − sin   x 
  =   
 y'   sin  cos  y 

Bila terhadap XOY koordinat C adalah (x,y) dan koordinat C ' adalah C'(x',y') maka :
 x  x − a
  = PC = OC − OP =  
 y
   y − b

 x  x'− a 
  = PC '' = OC ' − OP =  
 y
   y '−b 

 x'-a   cos − sin   x − a 


Akibatnya,   =    atau
 y'-b  sin  cos  y − b 

 x'   cos − sin   x   p 


  =    +   dengan
 y '   sin  cos  y   q 
p = −a cos + b sin  + a
q = −a sin  − b cos + b
Contoh 7.3
Diketahui garis g, h dan titik A seperti pada gambar di bawah ini. Lukislah suatu segitiga siku-siku
sama kaki dengan titik sudut siku-siku di A satu titik sudut pada g dan titik sudut yang satunya lagi pada
Gambar 7.11

Prosedur melukis:

1. Putarlah h dengan R A, 90 sehingga diperoleh h'.

2. Tentukan titik (g , h') yakni C = B'.

3. Putar kembali B’ dengan R A,−90 sehingga akan diperoleh B pada h.

4.  ABC adalah segitiga yang diinginkan.

Contoh 7.4
Perlihatkan bahwa
 x'  1  3 4  x   1 
  =    +  
 y'  5  − 4 3  y   − 1
Merupakan suatu rotasi. Tentukanlah pusat dan sudut rotasinya.
Jawab:
Menurut rumus transformasi maka cos  = 3 5 dan sin  = − 4 5 . Dan terpenuhi

cos 2  + sin 2  = 1 . Jadi rumus yang diberikan merupakan suatu rotasi. Untuk mencari pusatnya,
dikerjakan melalui pencarian titik tetapnya seperti berikut.
 x'   x  1  3 4  x   1   1 
  =   atau    +   =  
 y'   y  5  − 4 3  y   − 1  − 1
Yang menghasilkan:
 1
  − 2 
x
  =  
y 
   − 
3
 2
Karena nilai cos positif dan nilai sin  negatif maka 𝜃 berada di kuadran IV. Sehingga
 4  4
 = 360 − arctg  −  . Menurut definisi rotasi maka haruslah  = −arctg  −  .
 3  3

7.3 Komposisi Dua Buah Rotasi


Berikut ini akan dibahas tentang komposisi dari dua rotasi.
Teorema 7.5
R p , R p , = R p , + 

Teorema 7.6
R p , yang merupakan involusi hanyalah H p .

Bukti :
Jika R p , merupakan suatu involusi maka berlakulah R p , = I .Menurut
2

Teorema 7.5 maka R p , = R p , R p , = R p , 2 . Karena R p , 2 = I maka 2 = k .360 dengan 𝑘


2 2

bulat, atau  = k .180 Berarti R p , = H p

Teorema 7.7
Himpunan R p , dengan 𝑃 tertentu menyusun suatu grup Abel.

Teorema 7.8
Terhadap R p ,  I satu-satunya titik tetap adalah P. Ada garis tetap

hanya bila R = H
Bukti:
Untuk titik tetapnya dapat dibuktikan secara langsung dari definisi. Untuk garis tetapnya,
menurut Teorema 7.4 diperoleh bahwa untuk garis G yang merupakan suatu garis tetap maka perlu
 = k .180

• Untuk k yang genap maka R p , = I

• Untuk R p ,  I maka haruslah k ganjil. Berarti R p , = H p

Kita telah membahas bahwa hasilkali dua rotasi yang sepusat akan menghasifkan rotasi lagi
dengan pusat yang sama dan dengan sudut putar adalah jumlah dari masing-masing sudut putar
yang diketahui. Bagaimana halnya bila pusat kedua rotasi itu berlainan ? Hal ini akan terjawab
melalui teorema berikut.
Teorema 7.9
Hasil kali dari dua buah rotasi R A, dengan RB , akan merupakan suatu rotasi atau berupa suatu

geseran bila.  +  = 0
Bukti:

Gambar 7.12

𝜙
Tarik garis s = AB . Tarik garis t melalui A dengan 𝑚∡(𝑡, 𝑠) = . Tarik garis 𝑢 melalui 𝐵
2
𝜃
dengan 𝑚∡(𝑠, 𝑢) = 2 . Dengan demikian maka menurut Teorema 7.2 akan terpenuhi:

R A, = M s M t dan RB , = M u M s

Akibatnya ,
RA, RB , = M u M s M s M t = M u M t

Perhatkan ABC
 
mCBA = dan mBAC =
2 2
𝜃 𝜙
Sehingga 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 = 2 + 2 = 𝑚∡(𝑡, 𝑢)

• Jika 𝑢 dan 𝑡 berpotongan di 𝐶 maka menurut Teorema 7.2, M u M t merupakan

suatu rotasi yang berpusat di 𝐶 dengan sudut rotasi sebesar dua kali 𝑚∡(𝑡, 𝑢) =
𝜙 + 𝜃.
• Jika u // t maka menurut Teorema 6.5

Gambar 7.13

M u M t = S CD dengan CD = 2 kali jarak (u, t). Pada kasus ini,  = −

Dapat diamati bahwa m ∡ (t, s) = m ∡ (u, s) = 𝜙/2. Tetapi


m ∡ (s, u) = -m ∡ (u, s) = −𝜙/2. Jadi, 𝜃/2 = -𝜙/2 atau 𝜙 + 𝜃 = 0
Untuk memperoleh hasi! yang lebih jelas dan lebih umum tentang teorema di atas, perhatikan kedua
gambar berikut.
Gambar (a) Gambar (b)
Gambar 7.14

Pada gambar (a) , m ∠ ACB = 180 - (30 + 40) = 110 dan m ∠ DCB = 180 - m
∠ ACB = 70. Karena m ∡ DCB = + 70 maka disimpulkan ukuran sudut berarah dari t ke u
adalah 70. Akibatnya, 𝜑= 2(70) = 140 = 60 + 80= 𝜙+0.
Pada gambar (b), m ∠ ACB =180 - (70 + 30) = 80 dan m ∠ DCB = 100.
Karena m ∡ ACB = - 180 hal ini berakibat sudut dari garis t ke u adalah - 80 dan 𝜑 = - 160.
Perhatikan bahwa - 160 = 200 - 360 = (𝜙 + 𝜃) - 360.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa, Misalkan
diberikan RB , R A, = Rc ,

1. Jika 0   +   180 maka  =  + 

2. Jika  +   180 maka  = ( +  ) − 360


3. Jika  +   −180 maka  = ( +  ) + 360.
4. Jika  +  = 0 maka RB , R A, merupakan suatu geseran.

D. Latihan
1. Diberikan sembarang titik A dan P dengan A ≠ P. Lukislah
a. R A,90 ( P) c. R A, −45 ( P)

b. R A,150 ( P) d. Q sedemikian sehingga R A,30 (Q) = P

2. Diberikan garis s dan t berpotongan di A. Diketahui pula suatu titik P di


luar s dan t.
a. Lukislah P  = M t M s (P)

b. Jika mPAP  = 68, tentukanlah ukuran sudut dari s ke t.


3. Diberikan sembarang titik A. Lukislah dua buah garis s dan t sedemikian
sehingga M s M t = R A,−60

4. Diberikan sembarang tiga titik tak segaris A, B dan C.


a. Jika T = RB ,30 R A,90 lukislah A' = T(A) dan C' = T(C).

b. Tentukanlah P yang merupakan pusat dari rotasi T.


c. Tentukanlah m ∡ PCP’
5. Jika A, B, P, P' dan P'' digambarkan seperti pada gambar berikut dengan
P' = R A,1 ( P) dan P'' = RB , 2 ( P). Tentukanlah suatu titik C sedemikian sehingga

RC , = RB , 2 R A,1

6. Jika RC , = RB , 2 R A,1 . Tentukanlah  jika

a.  1 = 30 dan  2 = 135 c.  1 = 150 dan  2 = 120

b. 1 = −90 dan  2 = 160 d.  1 = −100 dan  2 = −130

7. Diberikan titik A, B dan P dengan AB = 4.

a. Jika T = RB ,60 R A, −60 lukislah P' = T(P)

b. Jika Q adalah titik yang lainnya dan Q' = T(Q), tentukanlah jarak dari
QQ'.
 x'  1  − 2 − 1  x 
8. Perlihatkan bahwa   =    merupakan suatu rotasi. Tentukanlah pusat dan
 y'  5  1 − 2  y 
sudut rotasinya.
9. Diketahui titik P, lingkaran C1 dan C2 seperti pada gambar di bawah ini. Lukislah suatu segi
tiga sama sisi PQR sedemikian sehingga Q pada C1 dan R pada C2.

10. Diketahui ABC  A' B' C ' seperti pada gambar di bawah ini. Tentukanlah suatu rotasi R
yang membawa ABC ke A' B ' C '

11. Buktikan Teorema 7.3


12. Buktikan Teorema 7.5
13. Buktikan Teorema 7.7
14. Buktikan bahwa jika R A, adalah suatu rotasi, dan S BC suatu geseran maka R A, S BC

merupakan suatu rotasi. Bagaimana sudut rotasinya jika dikaitkan dengan  ?


15. Diketahui titik-titik A , B , C , D dan P sedemikian sehingga AB = CD. (lihat gambar di
bawah ini). Tunjukkan bahwa ada suatu rotasi T sedemikian sehingga T ( AB ) = CD ,
selanjutnya lukislah T (P).

Anda mungkin juga menyukai