Anda di halaman 1dari 21

Bab 2

Fungsi Analitik

A. Kompetensi Dasar
Mengenal dan memahami fungsi bernilai kompleks, memahami konsep kekontinuan dan
keanalitikan serta mampu menerapkannya untuk menyelesaikan masalah.

B. Indikator Hasil Belajar

1. menyatakan fungsi kompleks dalam bagian riil dan bagian imajiner;

2. menentukan bayangan dari suatu himpunan dibawah fungsi kompleks

3. menghitung limit dengan definisi dan dengan rumus;

4. memeriksa kekontinuan suatu fungsi kompleks;

5. menentukan keanalitikan suatu fungsi kompleks;

6. mendapatkan turunan dari suatu fungsi kompleks dengan definisi dan dengan rumus;

7. menggunakan persamaan Cauchy-Riemann untuk memeriksa keanalitikan fungsi kompleks;

8. mengkonstruksi fungsi analitik jika diketahui bagian riilnya.

C. Uraian Materi

2.1 Fungsi Bernilai Kompleks


Dalam bab ini kita akan membahas fungsi bernilai kompleks dengan peubah kompleks.
Jadi, domain dan range dari fungsi ini merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan
kompleks.

Definisi 2.1.1. Fungsi kompleks f pada himpunan D ⊆ C adalah aturan yang memasangkan
setiap bilangan kompleks z dalam D dengan bilangan kompleks w yang tunggal, dituliskan w =
f (z) dan w disebut bayangan dari z di bawah f .

23
Analisis Kompleks 24

Himpunan D disebut domain dari f dan himpunan semua bayangan {w = f (z) : z ∈ D}


disebut range dari f .
Sembarang himpunan dapat didefinisikan sebagai domain fungsi kompleks sepanjang him-
punan tersebut bermakna bagi aturan fungsi yang diberikan. Misalnya untuk fungsi w = f (z) =
z 2 , seluruh bidang kompleks dapat merupakan domainnya atau kita dapat membatasi domain-
nya berupa himpunan {z : |z| < 1}. Jika f (z) diberikan oleh aturan seperti
z2 − 1
f (z) = ,
z2 + 1
maka, kecuali disyaratkan lain, domain dari f adalah himpunan semua z yang membuat aturan
itu terdefinisi dengan jelas. Dalam hal ini domain dari f adalah himpunan semua z kecuali
z = ±i.
Mengingat bilangan kompleks z = x + iy dapat didekomposisikan menjadi bagian riil dan
imajiner, maka bagian riil dan imajiner dari w = f (z) masing-masing merupakan fungsi bernilai
riil dengan peubah x dan y. Hal ini kita tuliskan sebagai

w = f (z) = f (x + iy) = u(x, y) + iv(x, y)

dengan u dan v masing-masing menyatakan bagian riil dan imajiner dari w atau dari f (z).
Jadi, fungsi bernilai kompleks dengan peubah kompleks pada dasarnya merupakan pasangan
fungsi-fungsi riil dengan dua peubah.

Contoh 2.1.1. Tuliskan fungsi w = f (z) = z 2 + 2z dalam bentuk w = f (z) = u(x, y) + iv(x, y).

Solusi. Ambil z = x + iy, maka

w = f (z) = (x + iy)2 + 2(x + iy) = x2 − y 2 + i2xy + 2x + i2y.

Jadi, w = f (z) = (x2 − y 2 + 2x) + i(2xy + 2y) ♣♣♣


Namun, kita tidak dapat menggambarkan grafik fungsi kompleks sebab untuk menyajikan
dua fungsi riil dengan dua peubah dengan grafik diperlukan 4 dimensi. Tetapi kita dapat
menentukan bayangan dari suatu himpunan di bawah fungsi f .

Contoh 2.1.2. Deskripsikan range dari fungsi f (z) = x2 + 2i yang terdefinisi pada cakram
satuan tertutup |z| ≤ 1.

Solusi. Kita mempunyai u(x, y) = x2 dan v(x, y) = 2. Jadi, bila z bergerak sepanjang cakram
satuan tertutup, maka nilai u bervariasi antara 0 dan 1 sedangkan v tetap. Dengan demikian,
rangenya merupakan ruas garis dari w = 2i ke w = 1 + 2i. ♣♣♣

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 25

Contoh 2.1.3. Tunjukkan bahwa fungsi f (z) = iz memetakan garis y = x + 1 di bidang z ke


garis v = −u − 1 di bidang w.

Solusi. Ambil z = x + iy. Kita tuliskan u + iv = w = f (z) = i(x + iy) = −y + ix. Dari sini
diturunkan u = −y dan v = x. Karena himpunan yang dipetakan adalah {x + iy : y = x + 1},
kita dapat mensubstitusikan u = −y dan v = x ke persamaan y = x + 1 sehingga didapat
−u = v + 1 atau v = −u − 1 seperti yang diinginkan soal. ♣♣♣

2.2 Limit dan Kekontinuan


Misalkan f (z) fungsi kompleks yang terdefinisi untuk semua nilai z dalam suatu lingkungan
dari z0 kecuali mungkin pada titik z0 . Kita katakan bilangan w0 adalah limit dari fungsi f (z)
untuk z mendekati z0 jika nilai f (z) tetap dekat ke w0 bila z cukup dekat ke z0 . Secara formal
ini didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.2.1. Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada suatu lingkungan dari z0 , kecuali mungkin
pada z0 . Fungsi f (z) dikatakan mempunyai limit w0 untuk z mendekati z0 , ditulis

lim f (z) = w0
z→z0

atau
f (z) → w0 bila z → z0 ,

jika untuk setiap ǫ > 0 terdapat bilangan positif δ sedemikian sehingga

|f (z) − w0 | < ǫ bila 0 < |z − z0 | < δ.

Contoh 2.2.1. Misalkan f (z) = iz/2 terdefinisi pada cakram buka |z| < 1. Tunjukkan bahwa
iz
limz→1 2 = 2i .

Solusi. Harus ditunjukkan bahwa untuk ǫ > 0 yang diberikan terdapat bilangan positif δ
sedemikian sehingga

f (z) − i
<ǫ bila 0 < |z − 1| < δ. (2.2.1)
2
Bila z di dalam daerah |z| < 1, maka


f (z) − i iz i |z − 1|
= − = .
2 2 2 2
Dengan demikian, untuk sembarang z semacam ini dan sembarang bilangan positif ǫ, berlaku

i
f (z) − < ǫ bilamana 0 < |z − 1| < 2ǫ.
2

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 26

Jadi, agar ruas kiri dari (2.2.1) kurang dari ǫ, kita ambil δ = 2ǫ atau bilangan positif yang lebih
kecil. ♣♣♣
Antara limit suatu fungsi dan limit suatu barisan terdapat hubungan yang jelas, yakni jika
limz→z0 f (z) = w0 , maka untuk setiap barisan {zn }∞
1 yang konvergen ke z0 (zn 6= z0 ) barisan

{f (zn )}∞
1 konvergen ke w0 . Kebalikan dari hal ini juga berlaku.

Teorema 2.2.1. Jika suatu fungsi f (z) mempunyai limit di titik z0 , maka limit ini tunggal.

Bukti. Misalkan fungsi f (z) mempunyai dua limit di z0 , yakni

lim f (z) = w0 dan lim f (z) = w1


z→z0 z→z0

dengan w0 6= w1 . Ini berarti untuk sembarang ǫ > 0, terdapat bilangan positif δ0 dan δ1
sedemikian sehingga

|f (z) − w0 | < ǫ bilamana 0 < |z − z0 | < δ0

|f (z) − w1 | < ǫ bilamana 0 < |z − z0 | < δ1 .

Bila kita tuliskan ǫ = |w0 − w1 |/2 dan misalkan δ = min{δ0 , δ1 }, maka dapat diturunkan bahwa
bila 0 < |z − z0 | < δ,

|w0 − w1 | = |(f (z) − w1 ) − (f (z) − w0 )|

≤ |f (z) − w1 | + |f (z) − w0 | < 2ǫ = |w0 − w1 |.

Namun, ketaksamaan |w0 − w1 | < |w0 − w1 | tidak mungkin terjadi sehingga dapat disimpulkan
bahwa limit tunggal.

Definisi 2.2.2. Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada lingkungan dari z0 . Maka f kontinu di
z0 jika
lim f (z) = f (z0 ).
z→z0

Definisi ini ekivalen dengan definisi berikut.

Definisi 2.2.3. Fungsi f yang terdefinisi pada daerah D dikatakan kontinu di titik z0 ∈ D jika
untuk setiap ǫ > 0 yang diberikan terdapat δ > 0 sedemikian sehingga untuk semua z ∈ D jika
|z − z0 | < δ, maka |f (z) − f (z0 )| < ǫ.

Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada suatu himpunan S jika ia kontinu pada setiap titik
dalam S.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 27

Definisi 2.2.3 secara implisit mengimplikasikan bahwa tiga syarat harus dipenuhi agar f (z)
kontinu di z = z0 , yakni (i). limz→z0 f (z) harus ada, sebut L, (ii). f (z0 ) harus ada (f (z) harus
terdefinisi di z = z0 ), dan (iii). L = f (z0 ).
Jika fungsi kompleks dituliskan sebagai f (z) = u(x, y) + iv(x, y) dengan u dan v fungsi riil,
maka kita mempunyai teorema berikut.

Teorema 2.2.2. Misalkan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) fungsi kompleks yang terdefinisi pada suatu
lingkungan dari z0 , kecuali mungkin pada z0 = x0 + iy0 . Maka

lim f (z) = w0 = u0 + iv0


z→z0

jika dan hanya jika

lim u(x, y) = u0 dan lim v(x, y) = v0 .


(x,y)→(x0 ,y0 ) (x,y)→(x0 ,y0 )

Teorema 2.2.3. Fungsi kompleks f kontinu di z0 = x0 + iy0 jika dan hanya jika u(x, y) dan
v(x, y) kontinu di (x0 , y0 ).

Contoh 2.2.2. Tunjukkan bahwa lim (z 2 − 2z + 1) = −1.


z→1+i

Solusi. Kita tuliskan f (z) = z 2 − 2z + 1 = x2 − y 2 − 2x + 1 + i(2xy − 2y) dan hitung limit


untuk u dan v:

lim u(x, y) = lim x2 − y 2 − 2x + 1 = 1 − 1 − 2 + 1 = −1


(x,y)→(1,1) (x,y)→(1,1)

lim v(x, y) = lim 2xy − 2y = 2 − 2 = 0.


(x,y)→(1,1) (x,y)→(1,1)

Menurut Teorema ..., lim (z 2 − 2z + 1) = −1. ♣♣♣


z→1+i
Jika kita cermati definisi-definisi yang diberikan dalam bagian ini, maka kita melihat bahwa
mereka merupakan analogi dari definisi-definisi dalam kalkulus. Karena analogi ini, banyak
teorema yang berkaitan dengan barisan, limit, dan kekontinuan pada fungsi bilangan riil valid
untuk fungsi-fungsi kompleks seperti dalam teorema berikut.

Teorema 2.2.4. Jika limz→z0 f (z) = A dan limz→z0 g(z) = B, maka



(i). lim f (z) ± g(z) = A ± B
z→z0
(ii). lim f (z)g(z) = AB
z→z0
f (z) A
(iii). lim = , B 6= 0
z→z0 g(z) B

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 28

Teorema 2.2.5. Misalkan fungsi f dan g kontinu di z0 . Maka fungsi-fungsi berikut kontinu di
z0 :

• jumlah f + g dengan (f + g)(z) = f (z) + g(z);

• selisih f − g dengan (f − g)(z) = f (z) − g(z);

• perkalian f g dengan (f g)(z) = f (z)g(z);


f f f (z)
• pembagian g dengan g (z) = g(z) asalkan g(z0 ) 6= 0;

• komposisi f ◦g dengan (f ◦g)(z) = f (g(z)) asalkan f kontinu dalam lingkungan dari g(z0 ).

Dapat dengan mudah ditunjukkan bahwa fungsi konstan dan fungsi f (z) = z kontinu pada
C. Dari Teorema 2.2.3 kita turunkan bahwa fungsi polinomial dalam z, yakni fungsi dalam
bentuk
a0 + a1 z + a2 z 2 + · · · + an z n ,

dengan ai konstan juga kontinu pada C. Dengan demikian, fungsi rasional dalam z yang didefin-
isikan sebagai hasil bagi polinomial, yaitu

a0 + a1 z + a2 z 2 + · · · + an z n
,
b0 + b1 z + b2 z 2 + · · · + bn z n

kontinu pada setiap titik kecuali pada titik yang membuat penyebut nol.

Contoh 2.2.3. Tentukan limit dari fungsi-fungsi f1 (z) = z 2 − 2z + 1, f2 (z) = (z + 2i)/z, dan
f3 (z) = (z 2 + 4)/z(z − 2i) untuk z → 2i.

Solusi. Karena f1 (z) dan f2 (z) kontinu di z = 2i, kita hitung saja nilai fungsi di titik ini, yakni

lim f1 (z) = f1 (2i) = (2i)2 − 2(2i) + 1 = −3 − 4i


z→2i
2i + 2i
lim f2 (z) = f2 (2i) = =2
z→2i 2i

Fungsi f3 (z) tidak kontinu di z = 2i sebab fungsi ini tidak terdefinisi di titik tersebut. Akan
tetapi, untuk z 6= 2i dan z 6= 0 kita mempunyai

(z + 2i)(z − 2i) z + 2i
f3 (z) = = = f2 (z)
z(z − 2i) z

sehingga
lim f3 (z) = lim f2 (z) = 2.
z→2i z→2i

♣♣♣

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 29

Perhatikan dalam contoh ini kediskontinuan dari f3 (z) di z = 2i dapat dihilangkan dengan
mendefinisikan secara tepat fungsi tersebut di titik tersebut. (Disini kita definisikan f3 (2i) = 2).
Secara umum, jika suatu fungsi (yang diskontinu) dapat didefinisikan pada suatu titik tunggal
z0 sehingga menjadi kontinu di titik tersebut, kita katakan bahwa fungsi tersebut memiliki
diskontinu yang dapat dihapus di z0 .
Perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan yang penting antara konsep limit dalam semesta
bilangan riil dan limit dalam semesta bilangan kompleks. Dalam semesta bilangan riil, limit
didekati hanya dari dua arah, yaitu dari kiri atau dari kanan. Dalam semesta bilangan kompleks,
limit didekati dari berbagai arah di bidang; bisa dari kiri, dari kanan, dari atas, dari bawah,
sepanjang diagonal (misalnya garis y = x), menyusuri spiral dan sebagainya. Meskipun didekati
dari berbagai arah, jika limitnya ada, maka nilai limit harus sama. Oleh karena itu, untuk
menunjukkan suatu fungsi kompleks tidak mempunyai limit, cukup menunjukkan bahwa nilai
limit dari dua arah yang berlainan adalah berbeda.

Contoh 2.2.4. Jika f (z) = z/z̄, maka

lim f (z)
z→0

tidak ada sebab jika z → 0 sepanjang sumbu riil, maka limitnya 1; jika z → 0 sepanjang sumbu
imajiner, maka limitnya −1. Karena nilai limit dari dua arah berbeda adalah tidak sama,
disimpulkan limit tidak ada. ♣♣♣

2.3 Keanalitikan
Kita mulai bagian ini dengan merumuskan definisi turunan untuk fungsi kompleks.

Definisi 2.3.1. Misalkan f fungsi bernilai kompleks yang terdefinisi dalam suatu lingkungan
dari z0 . Fungsi f dikatakan terdiferensialkan di z0 jika dan hanya jika

f (z0 + ∆ z) − f (z0 )
lim ,
∆ z→0 ∆z

ada. Limit ini disebut turunan dari f di z0 dan dituliskan sebagai

df
(z0 ) atau f ′ (z0 ).
dz

Perhatikan bahwa ∆ z adalah bilangan kompleks, jadi ia dapat mendekati nol dari berbagai
arah (dari kanan, dari bawah, sepanjang spiral, dan sebagainya); tetapi hasil bagi beda harus
menuju ke limit tunggal f ′ (z0 ) tidak bergantung dari arah mana ∆ z mendekati nol.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 30

Contoh 2.3.1. Tunjukkan bahwa z̄ tidak terdiferensialkan dimana-mana.

Solusi. Hasil bagi beda untuk f (z) = z̄ mempunyai bentuk

f (z0 + ∆ z) − f (z0 ) (z0 + ∆ z) − z0 ∆z


= = .
∆z ∆z ∆z

Sekarang jika ∆ z → 0 melalui nilai-nilai riil, maka ∆ z = ∆ x dan ∆ z = ∆ x sehingga hasil


bagi beda adalah 1. Di lain pihak, jika ∆ z → 0 dari atas, maka ∆ z = i∆ y dan ∆ z = −i∆ y
sehingga hasil bagi beda adalah −1. Jadi, kita tidak mempunyai nilai tunggal untuk turunan
dari z̄ di setiap titik. Dengan demikian, z̄ tidak terdiferensialkan. ♣♣♣

Contoh 2.3.2. Tunjukkan bahwa, untuk setiap bilangan bulat positif n,

d n
z = nz n−1 .
dz

Solusi. Dengan menggunakan teorema binomial kita memperoleh


n(n−1) n−2
(z + ∆ z)n − z n nz n−1 ∆ z + 2 z (∆ z)2 + · · · + (∆ z)n
= .
∆z ∆z

Jadi,

d n (z + ∆ z)n − z n n(n−1) n−2


z = lim = lim nz n−1 + 2 z ∆z + · · · + (∆ z)n−1 = nz n−1 .
dz ∆ z→0 ∆z ∆ z→0

♣♣♣
Perhatikan bahwa bukti tersebut persis sama dengan bukti dalam kasus peubah riil. Dengan
mengadopsi bukti dari kalkulus dapat dibuktikan kebenaran aturan-aturan berikut.

Teorema 2.3.1. Jika f dan g terdiferensialkan di z0 , maka

(f ± g)′ (z0 ) = f ′ (z0 ) ± g′ (z0 ) (2.3.1)

(cf )′ (z0 ) = cf ′ (z0 ), c konstanta sembarang (2.3.2)

(f g)′ (z0 ) = f ′ (z0 )g(z0 ) + f (z0 )g′ (z0 ) (2.3.3)


 f ′ f ′ (z0 )g(z0 ) − f (z0 )g′ (z0 )
(z0 ) = , g(z0 ) 6= 0 (2.3.4)
g g(z0 )2
d
f (g(z)) = f ′ (g(z))g′ (z) (2.3.5)
dz

Dari Contoh 2.3.2 dan aturan (2.3.1) dan (2.3.2) dapat disimpulkan bahwa setiap polinomial
dalam z,
P (z) = an z n + an−1 z n−1 + · · · + a1 z + a0 ,

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 31

terdiferensialkan pada C dan turunannya diberikan oleh

P ′ (z) = nan z n−1 + (n − 1)an−1 z n−2 + · · · + a1 .

Akibatnya, dari aturan (2.3.4), setiap fungsi rasional dalam z terdiferensialkan pada setiap titik
dalam domainnya. Untuk keperluan pendiferensialan, polinomial dan fungsi rasional dalam z
dapat diperlakukan seolah-olah z peubah riil.

Contoh 2.3.3. Hitung turunan dari

100
z2 − 1

f (z) = .
z2 + 1

Solusi. Kecuali pada z = ±i, aturan-aturan yang ditemukan pada kalkulus dapat digunakan.
Jadi,
99
z2 − 1 (z 2 + 1)2z − (z 2 − 1)2z (z 2 − 1)99


f (z) = 100 = 400z .
z2 + 1 (z 2 + 1)2 (z 2 + 1)101

♣♣♣

Definisi 2.3.2. Suatu fungsi bernilai kompleks f (z) dikatakan analitik pada suatu himpunan
buka G jika fungsi tersebut mempunyai turunan pada setiap titik dalam G.

Beberapa buku teks menggunakan istilah ”holomorfik” atau ”regular” untuk analitik.
Keanalitikan merupakan sifat yang terdefinisi pada himpunan buka sedangkan keterdiferensialan
bisa terdefinisi hanya untuk satu titik saja. Jika ”f (z) analitik di titik z0 ”, maka f (z) analitik
pada suatu lingkungan dari z0 . Titik terisolasi dimana fungsi tidak analitik disebut titik singular
dari fungsi tersebut.

Misalnya fungsi f (z) = 1/z analitik pada setiap titik taknol di bidang kompleks tetapi
fungsi f (z) = |z|2 tidak analitik pada setiap titik sebab turunannya ada hanya di z = 0 dan
tidak di seluruh setiap lingkungan.

Jika f (z) analitik pada seluruh bidang kompleks, maka fungsi f (z) dikatakan utuh. Mis-
alnya, semua fungsi polinomial dalam z adalah fungsi utuh.

Jika suatu fungsi diberikan dalam suku-suku bagian riil dan imajiner seperti u(x, y) +
iv(x, y), maka akan sangat membosankan menggunakan Definisi 2.3.2 untuk menentukan apakah
f analitik. Untuk itu, pada bagian berikut akan dipaparkan suatu tes yang mudah digunakan.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 32

2.4 Persamaan Cauchy–Riemann


Jika fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdiferensialkan di z0 = x0 + iy0 , maka limit

f (z0 + ∆ z) − f (z0 )
f ′ (z0 ) = lim
∆ z→0 ∆z

dapat dihitung dengan memilih sembarang cara ∆ z = ∆ x + i∆ y mendekati nol di bidang Jika
∆ z mendekati nol secara horisontal, maka ∆ z = ∆ x dan kita memperoleh

u(x0 + ∆ x, y0 ) + iv(x0 + ∆ x, y0 ) − u(x0 + y0 ) − iv(x0 , y0 )


f ′ (z0 ) = lim
∆ x→0
 ∆x  
u(x0 + ∆ x, y0 ) − u(x0 , y0 ) v(x0 + ∆ x, y0 ) − v(x0 , y0 )
= lim + i lim .
∆ x→0 ∆x ∆ x→0 ∆x

Karena masing-masing limit pada ruas kanan menyatakan turunan parsial pertama dari u dan
v terhadap x, kita memperoleh bahwa

∂u ∂v
f ′ (z0 ) = (x0 , y0 ) + i (x0 , y0 ) (2.4.1)
∂x ∂x

Di lain pihak, jika ∆ z mendekati nol secara vertikal, maka ∆ z = i∆ y sehingga didapat
   
′ u(x0 , y0 + ∆ y) − u(x0 , y0 ) v(x0 , y0 + ∆ y) − v(x0 , y0 )
f (z0 ) = lim + i lim .
∆ y→0 i∆ y ∆ y→0 i∆ y

Jadi,
∂u ∂v
f ′ (z0 ) = −i (x0 , y0 ) + (x0 , y0 ) (2.4.2)
∂y ∂y
Tetapi ruas kanan dari (2.4.1) dan (2.4.2) mewakili bilangan kompleks yang sama, yakni f ′ (z0 )
sehingga dengan menyamakan bagian riil dan imajiner didapat persamaan

∂u ∂v ∂u ∂v
= , =− (2.4.3)
∂x ∂y ∂y ∂x

yang harus berlaku di z0 = x0 +iy0 . Persamaan (2.4.3) disebut persamaan Cauchy–Riemann.


Dengan demikian kita dapat merumuskan teorema berikut.

Teorema 2.4.1. Jika fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdiferensialkan di titik z0 , maka per-
samaan Cauchy-Riemann terpenuhi di z0 . Akibatnya, jika f analitik pada himpunan buka G,
maka persamaan Cauchy–Riemann harus berlaku di setiap titik dalam G.

Dari teorema ini jelas bahwa jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) tidak kontinu atau persamaan
Cauchy–Riemann tidak terpenuhi di z0 , maka f tidak terdiferensialkan di z0 .

Contoh 2.4.1. Tunjukkan bahwa fungsi f (z) = z 2 terdiferensialkan untuk semua z dan bahwa
f ′ (z) = 2z.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 33

Solusi. Jika z = x+iy, maka f (z) = z 2 = (x+iy)2 = (x2 −y 2 )+i(2xy) sehingga u(x, y) = x2 −y 2
dan v(x, y) = 2xy. Hitung turunan parsial:
∂u ∂v
= 2x, = 2x
∂x ∂y
∂u ∂v
= −2y, = 2y.
∂y ∂x
Jadi, persamaan Cauchy–Riemann terpenuhi untuk semua z dan dari 2.4.1 didapat f ′ (z) =
ux (x, y) + ivx (x, y) = 2x + i2y = 2z seperti diinginkan. ♣♣♣

Contoh 2.4.2. Tunjukkan bahwa fungsi f (z) = |z|2 tidak terdiferensialkan di z 6= 0.

Solusi. Jika f (z) = |z|2 , maka u(x, y) = x2 + y 2 dan v(x, y) = 0 sehingga kita mempunyai
∂u ∂v
= 2x, =0
∂x ∂y
∂u ∂v
= 2y, = 0.
∂y ∂x
Jadi, persamaan Cauchy–Riemann tidak terpenuhi untuk (x, y) 6= (0, 0). Dengan demikian,
dengan Teorema 2.4.1 f ′ (z) tidak ada di z 6= 0. ♣♣♣

Contoh 2.4.3. Tunjukkan bahwa fungsi yang didefinisikan oleh


tidak terdiferensialkan di titik z0 = 0 meskipun persamaan Cauchy-Riemann terpenuhi di
(0, 0).

Solusi. Kita hitung turunan parsial di (0, 0) dengan limit:


x3 −0
u(x, 0) − u(0, 0) x2 +0
ux (0, 0) = lim = lim = 1.
z→0 x−0 z→0 x
Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa

uy (0, 0) = 0, vx (0, 0) = 0, dan vy (0, 0) = 1.

Jadi persamaan Cauchy-Riemann berlaku di (0, 0).


Sekarang akan ditunjukkan bahwa f tidak terdiferensialkan di z0 = 0. Jika z mendekati 0
sepanjang sumbu riil, maka
x 2
f (x + 0i) − f (0) −0 x−0
lim = lim x = lim = 1.
(x,0)→(0,0) x + 0i − 0 x→0 x − 0 x→0 x − 0

Jika z mendekati 0 sepanjang garis y = x dengan persamaan parametrik x = t, y = t, maka


 3
−2t3 −2t
f (t + it) − f (0) 2t2
+ i 2t2 −t − it
lim = lim = lim = −1.
(t,t)→(0,0) t + it − 0 t→0 t + it t→0 t + it

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 34

Kedua limit berbeda sehingga f tidak terdiferensialkan di titik (0, 0). ♣♣♣
Contoh ... menunjukkan bahwa konvers dari Teorema 2.4.1 tidak berlaku kecuali beberapa
syarat tambahan diberlakukan untuk turunan parsial u dan v seperti dalam teorema berikut.

Teorema 2.4.2. Misalkan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdefinisi pada suatu himpunan buka G
yang memuat titik z0 . Jika turunan parsial pertama dari u dan v ada di G, kontinu di z0 ,
dan memenuhi persamaan Cauchy–Riemann di z0 , maka f terdiferensialkan di z0 . Akibatnya,
jika turunan parsial pertama kontinu dan memenuhi persamaan Cauchy-Riemann di semua titik
dalam G, maka f analitik di G.

Ada satu cara yang mudah untuk mengenali kelas fungsi yang tidak analitik seperti diru-
muskan dalam teorema berikut.

Teorema 2.4.3. Misalkan f analitik pada himpunan G. Maka f tidak bergantung pada z̄ untuk
z ∈ G.

Bukti. Misalkan f = u+iv dengan u = u(x, y), v = v(x, y) dan x = (z + z̄)/2, y = (z − z̄)/(2i).
Dengan aturan rantai untuk turunan parsial didapat
 
∂f ∂u ∂x ∂u ∂y ∂v ∂x ∂v ∂y
= + +i +
∂ z̄ ∂x ∂ z̄ ∂y ∂ z̄ ∂x ∂ z̄ ∂y ∂ z̄
= 12 (ux − vy ) + 2i (uy + vx )

=0

dengan persamaan Cauchy–Riemann. Hasil ini menunjukkan bahwa f haruslah bebas dari z̄.
Bukti selesai.
Dengan menggunakan Teorema 2.4.3, dengan seketika dapat disimpulkan bahwa f (z) =
|z|2 = zz̄ tidak analitik pada setiap himpunan buka G.

Contoh 2.4.4. Buktikan bahwa fungsi f (z) = ez = ex cos y + iex sin y adalah fungsi utuh dan
tentukan turunannya.

Solusi. Harus ditunjukkan bahwa f (z) terdiferensialkan untuk semua z ∈ C. Karena

∂u ∂v
= ex cos y, = ex cos y
∂x ∂y
∂u ∂v
= −ex sin y, = ex sin y,
∂y ∂x

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 35

turunan parsial pertama kontinu dan memenuhi persamaan Cauchy–Riemann di setiap titik di
bidang. Jadi, f (z) terdiferensialkan untuk semua z ∈ C. Dengan demikian, fungsi f (z) utuh.
Dari (2.4.1) kita peroleh
∂u ∂v
f ′ (z) = +i = ex cos y + iex sin y.
∂x ∂x
Jelas, f ′ (z) = f (z). ♣♣♣

Teorema 2.4.4. Jika f (z) analitik dalam domain D dan jika f ′ (z) = 0 dimana-mana dalam
D, maka f (z) adalah konstan dalam D.

Bukti. Karena f ′ (z) = 0 dalam D, persamaan (2.4.1) dan (2.4.2) berakibat bahwa turunan
parsial pertama dari u dan v adalah nol dalam D, yaitu
∂u ∂u ∂v ∂v
= = = = 0.
∂x ∂y ∂x ∂y
Jadi, u = konstan dan v = konstan dalam D sehingga f = u + iv juga konstan dalam D.

2.5 Fungsi Harmonik


Definisi 2.5.1. Fungsi bernilai riil φ(x, y) dikatakan harmonik dalam suatu domain D jika
turunan parsial pertama dan kedua kontinu di D dan jika pada setiap titik dalam D, φ memenuhi
persamaan Laplace
∂2φ ∂2φ
+ 2 = 0. (2.5.1)
∂x2 ∂y
Fungsi harmonik dapat diperoleh dari bagian riil dan imajiner dari fungsi analitik seperti
dirumuskan dalam teorema berikut.

Teorema 2.5.1. Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik dalam domain D, maka fungsi u(x, y)
dan v(x, y) harmonik dalam D.

Bukti. Dengan asumsi bahwa bagian riil dan imajiner dari fungsi analitik mempunyai turunan
parsial (semua orde) yang kontinu, turunan parsial campuran dapat diambil dalam sembarang
urutan, yakni
∂ ∂u ∂ ∂u
= . (2.5.2)
∂y ∂x ∂x ∂y
Dengan menggunakan persamaan Cauchy–Riemann, persamaan (2.5.2) dapat diubah menjadi
∂2v ∂2v
= − ,
∂y 2 ∂x2
yang ekivalen dengan (2.5.1). Jadi, v harmonik dalam D. Dengan cara yang sama ditunjukkan
bahwa u juga harmonik dalam D.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 36

Jika diberikan fungsi u(x, y) harmonik dalam domain D, maka kita dapat menentukan
fungsi harmonik v(x, y) sedemikian sehingga u + iv analitik dalam D. Fungsi semacam v ini
disebut harmonik sekawan dari u. Jelas bahwa jika fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik
dalam D, maka v adalah harmonik sekawan dari u. Sebaliknya, jika v adalah harmonik sekawan
dari u dalam domain D, maka fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik dalam D. Jadi syarat
perlu dan cukup agar fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik dalam D adalah v merupakan
harmonik sekawan dari u dalam D.
Perhatikan bahwa jika v adalah harmonik sekawan dari u dalam suatu domain, maka pada
umumnya tidak benar bahwa u adalah harmonik sekawan dari v dalam domain tersebut. Sebagai
ilustrasi pandang fungsi u(x, y) = x2 −y 2 dan v(x, y) = 2xy. Karena fungsi-fungsi ini merupakan
bagian riil dan imajiner dari fungsi utuh f (z) = z 2 , maka v adalah harmonik sekawan dari u
di seluruh bidang kompleks. Tetapi u bukanlah harmonik sekawan dari v sebab fungsi f (z) =
2xy + i(x2 − y 2 ) tidak analitik dimana-mana.
Namun, jika v adalah harmonik sekawan dari u dalam domain D, maka −u adalah harmonik
sekawan dari v dalam D dan sebaliknya. Hal ini disebabkan fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y)
analitik dalam D jika dan hanya jika fungsi −if (z) = v(x, y) − iu(x, y) analitik dalam D.
Jika diberikan fungsi harmonik u pada suatu domain atau daerah D, sering ditanyakan
fungsi v yang harmonik sekawan dengan u pada D sehingga fungsi f = u + iv analitik pada D.
Cermati contoh berikut.

Contoh 2.5.1. Konstruksi fungsi analitik yang bagian riilnya adalah u(x, y) = y 3 − 3x2 y.

Solusi. Kita periksa bahwa


∂2u ∂2u
+ 2 = −6y + 6y = 0.
∂x2 ∂y
Ini berarti u harmonik di seluruh bidang. Sekarang kita harus mencari v(x, y) sehingga per-
samaan Cauchy–Riemann terpenuhi. Jadi, kita harus mempunyai

∂v ∂u
= = −6xy (2.5.3)
∂y ∂x

dan
∂v ∂u
=− = 3x2 − 3y 2 . (2.5.4)
∂x ∂y
Jika x dipandang konstan dan persamaan (2.5.3) diintegralkan terhadap y, didapat

v(x, y) = −3xy 2 + h(x).

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 37

Fungsi h(x) dapat ditentukan dengan menyulihkan v ke persamaan (2.5.4):


∂v
= −3y 2 + h′ (x) = 3x2 − 3y 2 . (2.5.5)
∂x
Dari (2.5.5) diperoleh h′ (x) = 3x2 sehingga h(x) = x3 + C. Jadi, harmonik sekawan dari u
diberikan oleh
v(x, y) = x3 − 3xy 2 + C

dan fungsi analitik yang diinginkan adalah

f (z) = y 3 − 3x2 y + i(x3 − 3xy 2 + C).

Fungsi ini dapat pula dituliskan dalam bentuk f (z) = i(z 3 + C). ♣♣♣

D. Rangkuman

1. Fungsi kompleks f pada himpunan D ⊆ C adalah aturan yang memasangkan setiap bilan-
gan kompleks z dalam D dengan bilangan kompleks w yang tunggal, dituliskan w = f (z)
dan w disebut bayangan dari z di bawah f . Himpunan D disebut domain dari f dan
himpunan semua bayangan {w = f (z) : z ∈ D} disebut range dari f .
2. Fungsi kompleks w = f (z) dapat dituliskan dalam bentuk f (z) = u(x, y) + iv(x, y) dengan
u(x, y) dan v(x, y) adalah fungsi riil yang masing-masing menyatakan bagian riil dan bagian
imajiner dari f (z).
3. Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada suatu lingkungan dari z0 , kecuali mungkin pada
z0 . Fungsi f (z) dikatakan mempunyai limit w0 untuk z mendekati z0 , dan ditulis

lim f (z) = w0 , atau f (z) → w0 bila z → z0 ,


z→z0

jika untuk setiap ǫ > 0 terdapat bilangan positif δ sedemikian sehingga

|f (z) − w0 | < ǫ bila 0 < |z − z0 | < δ.

Jika fungsi f (z) mempunyai limit di z0 , maka limit ini tunggal.


4. Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada lingkungan dari z0 . Maka f kontinu di z0 jika

lim f (z) = f (z0 ).


z→z0

atau fungsi f yang terdefinisi pada daerah D dikatakan kontinu di titik z0 ∈ D jika untuk
setiap ǫ > 0 yang diberikan terdapat δ > 0 sedemikian sehingga untuk semua z ∈ D jika
|z − z0 | < δ, maka |f (z) − f (z0 )| < ǫ.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 38

Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada suatu himpunan S jika ia kontinu pada setiap titik
dalam S.
5. Jika limz→z0 f (z) = A dan limz→z0 g(z) = B, maka

(i). lim f (z) ± g(z) = A ± B
z→z0
(ii). lim f (z)g(z) = AB
z→z0
f (z) A
(iii). lim = , B 6= 0
z→z0 g(z) B
6. Misalkan fungsi f dan g kontinu di z0 . Maka fungsi-fungsi berikut kontinu di z0 :

(i). jumlah f + g dengan (f + g)(z) = f (z) + g(z);


(ii). selisih f − g dengan (f − g)(z) = f (z) − g(z);
(iii). perkalian f g dengan (f g)(z) = f (z)g(z);
f f f (z)
(iv). pembagian g dengan g (z) = g(z) asalkan g(z0 ) 6= 0;
(v). komposisi f ◦ g dengan (f ◦ g)(z) = f (g(z)) asalkan f kontinu dalam lingkungan dari
g(z0 ).

7. Misalkan f fungsi bernilai kompleks yang terdefinisi dalam suatu lingkungan dari z0 . Maka
turunan dari f di z0 diberikan oleh
df f (z0 + ∆ z) − f (z0 )
(z0 ) = f ′ (z0 ) = lim ,
dz ∆ z→0 ∆z
asalkan limit ini ada. Fungsi f yang memenuhi kondisi ini dikatakan terdiferensialkan di
z0 .
8. Jika f dan g terdiferensialkan di z0 , maka

(a). (f ± g)′ (z0 ) = f ′ (z0 ) ± g′ (z0 );


(b). (cf )′ (z0 ) = cf ′ (z0 ), c konstanta sembarang;
(c). (f g)′ (z0 ) = f ′ (z0 )g(z0 ) + f (z0 )g′ (z0 );
 ′ ′ ′
(d). fg (z0 ) = f (z0 )g(zg(z 0 )−f (z0 )g (z0 )
0 )2 , g(z0 ) 6= 0;
′
(e). f (g(z)) = f ′ (g(z))g′ (z).

9. Fungsi kompleks f (z) dikatakan analitik pada suatu himpunan buka G jika fungsi tersebut
mempunyai turunan pada setiap titik dalam G.

Jika f (z) analitik pada seluruh bidang kompleks, maka fungsi f (z) dikatakan utuh.
10. Jika fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdiferensialkan di z0 = x0 + iy0 , maka persamaan
∂u ∂v ∂u ∂v
= , =−
∂x ∂y ∂y ∂x

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 39

yang harus berlaku di z0 = x0 + iy0 disebut persamaan Cauchy–Riemann.

11. Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) tidak kontinu atau persamaan Cauchy–Riemann tidak ter-
penuhi di z0 , maka f tidak terdiferensialkan di z0 .

12. Misalkan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdefinisi pada suatu himpunan buka G yang memuat
titik z0 . Jika turunan parsial pertama dari u dan v ada di G, kontinu di z0 , dan memenuhi
persamaan Cauchy–Riemann di z0 , maka f terdiferensial di z0 . Jadi, jika turunan parsial
pertama kontinu dan memenuhi persamaan Cauchy-Riemann di semua titik dalam G,
maka f analitik di G.

13. Fungsi bernilai riil φ(x, y) dikatakan harmonik dalam suatu domain D jika turunan par-
sial pertama dan kedua kontinu di D dan jika pada setiap titik dalam D, φ memenuhi
persamaan Laplace
∂2φ ∂2φ
+ 2 = 0.
∂x2 ∂y
14. Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik dalam domain D, maka fungsi u(x, y) dan v(x, y)
harmonik dalam D.

Jika diberikan fungsi u(x, y) harmonik dalam domain D, maka fungsi harmonik v(x, y)
dapat ditentukan sehingga u + iv analitik dalam D. Fungsi semacam v ini disebut har-
monik sekawan dari u. Syarat perlu dan cukup agar fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y)
analitik dalam D adalah v merupakan harmonik sekawan dari u dalam D.

E. Daftar Pustaka
Brown, J. W. dan Churchill, R. V. 1996. Complex Variables and Applications, Sixth Edition.
New York: McGraw-Hill, Inc.
Spiegel, M. R. 1990. Complex Variables. New York: McGraw-Hill.
Krantz, S. G. 2008. Complex Variables: A physical approach with applications and MATLABr.
Boca Raton: Chapman & Hall/CRC.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 40

F. Latihan

1. Hitung nilai fungsi pada titik yang diberikan

(a). f (z) = 3z + 5z −2 + 1, z = 1 + i
1
(b). f (z) = z 2 +1
, z = 2 − 3i

(c). f (z) = z 2 + 4zz − 5Re(z) + Im(z), z = − 3 + i.

2. Misalkan f (z) = z 19 − 5z 7 + 9z 4 . Gunakan koordinat polar untuk menghitung

(a). f (−1 + i)

(b). f (1 + i 3)

3. Tuliskan fungsi berikut dalam bentuk w = u(x, y) + iv(x, y) dan tentukan domainnya.

(a). f (z) = 3z 2 + 5z + i + 1
1
(b). f (z) = z
(c). f (z) = e3z
2z 2 +3
(d). f (z) = |z−1|
(e). f (z) = z 2 + (2 − 3i)z

4. Tentukan bayangan dari himpunan berikut di bawah pemetaan yang ditentukan.

z+1
(a). Cakram |z| < 1 di bawah w = f (z) = z−1
(b). Lajur {z : |Re(z)| < 1} di bawah w = f (z) = (1 + i)z + 1
(c). Setengah bidang Re(z) ≥ 1 di bawah w = f (z) = iz + i

5. Deskripsikan bayangan dari himpunan berikut di bawah pemetaan w = z 2 .

(a). Garis horisontal yang didefinisikan oleh Im (z) = −1


(b). Persegi panjang {z = x + iy ∈ C : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ 1}.
1
(c). Daerah di kuadran I antara hiperbola xy = 2 dan xy = 4.

6. Dengan definisi buktikan bahwa

(a). lim (6z − 4) = 2 + 6i.


z→1+i
(b). lim z 2 = −7 + 24i.
z→3+4i
(c). lim z̄ 2 /z = 0.
z→0

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 41

7. Hitung limit berikut atau jelaskan mengapa limit tidak ada.

(a). lim (z − 5i)2


z→2+3i
(z 2
+ 2z + 2)(z 2 − 2z + 2)
(b). lim
z→i z4 + 4
z4 − 1
(c). lim
z→i z − i
(d). lim x + i(2x + y).
z→1−i
z
(e). lim
z→0 z
 
z
8. Fungsi f (z) sama dengan Im |z| untuk z 6= 0 dan f (z) = 0 untuk z = 0. Tentukan
apakah f (z) kontinu di z = 0, z = 5, dan z = 5 + i.

9. Tentukan dimana fungsi berikut kontinu

z 2 +6z+5
(a). f (z) = z 2 +2z+2
z
(b). f (z) = |z|−1
x−iy
(c). f (z) = x−1

(d). f (z) = z 3 − 9z 2 − iz + 3 + i 3

10. Periksa apakah f (z) kontinu di titik asal jika f (0) = 0 dan untuk z 6= 0, fungsi f (z) sama
dengan
 
z
(a). Re
 |z| 
z
(b). Im 1+|z|
2
Re(z)
(c). |z|

11. Tunjukkan bahwa f, g, h : C → C yang didefinisikan oleh f (z) = Re(z), g(z) = |z|, dan
h(z) = z̄ kontinu.

12. Bahas keanalitikan fungsi berikut (z = x + iy)

(a). f (z) = |z|2 + 2z


(b). f (z) = x2 − y 2 + 2i|xy|
z 3 +2z+i
(c). f (z) = z−5
(d). f (z) = z̄ + i
(e). f (z) = x2 + iy 2

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 42

13. Jika f dan g fungsi-fungsi utuh, manakah fungsi berikut ini yang merupakan fungsi utuh?

(a). |f (z)|3
(b). f (1/z)
(c). f (z − 1)
(d). f (g(z))
f (z)
(e). g(z)

14. Dimanakah fungsi berikut terdiferensialkan? Dimana analitik? Tentukan turunannya di


titik dimana fungsi terdiferensialkan.

(a). f (z) = x2 + iy 2
(b). f (z) = z Im (z)
(c). f (z) = (x3 − 3xy 2 ) + i(3x2 y − y 3 )
(d). f (z) = iz + 4i
(e). f (z) = x3 + i(1 − y)3

15. Gunakan definisi untuk menunjukkan bahwa

(a). f (z) = |z|2 terdiferensialkan di z = 0 tetapi tak terdiferensialkan pada titik-titik yang
lain;
(b). f (z) = Re(z) dan f (z) = Im(z)tidak terdiferensialkan dimana-mana.
(c). jika f (z) = 1/z, (z 6= 0), maka f ′ (z) = −1/z 2 .

16. Tentukan turunan dari fungsi berikut

(a). f (z) = 5z 3 + 3z 2 − 2z − 4
(z 2 −iz+2)4
(b). f (z) = z2
, z 6= 0
(c). f (z) = 6i(z 3 − (1 + i)z)4 (z 2 + iz + 5i)

17. Tentukan konstanta a dan b sedemikian sehingga f (z) = (2x − y) + i(ax + by) terdiferen-
sialkan untuk semua z. Dapatkan f ′ (z).

18. Pandang fungsi terdiferensialkan f (z) = z 3 serta dua titik z1 = 1 dan z2 = i. Tunjukkan
bahwa tidak ada titik c pada garis y = 1 − x antara 1 dan i sedemikian sehingga

f (z2 ) − f (z1 )
= f ′ (c).
z2 − z1

Hasil ini menunjukkan bahwa teorema nilai rata-rata untuk turunan tidak berlaku untuk
fungsi kompleks.

2010 Universitas Pendidikan Ganesha


Analisis Kompleks 43

19. Gunakan persamaan Cauchy-Riemann untuk menentukan dimana fungsi berikut terdifer-
ensialkan dan hitung turunannya di titik dimana turunan tersebut ada.

(a). f (z) = iz + 4i
(b). f (z) = −2(xy + x) + i(x2 − 2y − y 2 )
(c). f (z) = x3 + i(1 − y)3
(d). f (z) = x2 + y 2 + i2xy

20. Untuk setiap fungsi f (z) berikut, periksa apakah memenuhi persamaan Cauchy-Riemann.

(a). f (z) = x2 − y 2 − 2ixy


(b). f (z) = ln (x2 − y 2 ) + 2i tan−1 (y/x).

21. Tunjukkan bahwa fungsi berikut adalah utuh dan dapatkan f ′ (z).

2 −y 2
(a). f (z) = ex (cos (2xy) + i sin (2xy))
(b). f (z) = cosh x sin y − i sinh x cos y

22. Gunakan persamaan Cauchy-Riemann untuk menunjukkan bahwa fungsi berikut tidak
terdiferensialkan dimana-mana.

(a). z̄
(b). z + z̄
(c). 2y − ix

23. Misalkan fungsi f (z) dan g(z) keduanya memenuhi persamaan Cauchy-Riemann pada
titik z ∈ C. Tunjukkan bahwa fungsi f (z) + g(z) dan f (z)g(z) juga memenuhi persamaan
Cauchy-Riemann pada z ∈ C.

24. Tentukan hubungan antara a, b, dan c bilangan riil yang menjamin bahwa fungsi φ(x, y) =
ax2 + bxy + cy 2 harmonik.

25. Tunjukkan bahwa fungsi u yang diberikan harmonik (dalam daerah definisinya) dan dap-
atkan harmonik sekawan v dari u.

(a). u(x, y) = 2x(1 − y)


(b). u(x, y) = y 3 − 3x2 y
(c). u(x, y) = sinh x sin y
2
(d). u(x, y) = Im (ez ).

2010 Universitas Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai