Anda di halaman 1dari 28

Bilangan Kompleks

Bilangan Kompleks dan Sifatnya


Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :
1. Menjelaskan definisi bilangan kompleks
2. Menentukan jumlah , hasil kali, pengurangan dan pembagian bilangan kompleks
3. Menggunakan sifat-sifat aljabar bilangan kompleks
Materi Ajar
Bilangan kompleks z didefinisikan sebagai pasangan terurut
(1)
dari bilangan riil x dan y .

Biasanya pasangan terurut (x,0) diidentifikasi sebagai bilangan riil x , dengan


demikian himpunan bilangan kompleks memuat himpunan bilangan riil sebagai
himpunan bagian. Bilangan kompleks dalam bentuk (0, y) disebut bilangan kompleks
murni. Bilangan riil x dan y dalam ekspresi (1) dikenal sebagai bagian riil dan
bagian imajiner dari z , kita menuliskannya sebagai

(2)
Dua bilangan kompleks z1 = ( x1 , y1 ) dan z 2 = ( x 2 , y 2 ) dikatakan sama , ditulis
z1 = z 2 jika x1 = x 2 dan y1 = y 2 . Jadi dua bilangan kompleks sama jika dan hanya jika

bagian riil dan bagian imajiner mereka sama. Jika z 1 tidak sama dengan z 2 ditulis
z1  z 2

Jumlah z1 + z 2 dan hasil kali z1 z 2 dari bilangan kompleks z1 = ( x1 , y1 )

dan z 2 = ( x 2 , y 2 ) berturut-turut didefinisikan sebagai :

(3)
Catat bahwa operasi-operasi pada (3) adalah operasi jumlah dan hasil kali biasa jika
dibatasi pada bilangan riil , yakni

(4)
Jadi kita bisa memandang sistem bilangan kompleks sebagai perluasan natural dari
sistem bilangan riil.
Khususnya ( x,0) + (0, y) = ( x, y) dan (0,1)( y,0) = (0, y) sehingga

(5)
Untuk selanjutnya kita boleh menuliskan bilangan riil (x,0) sebagai x dan
menuliskan i untuk bilangan kompleks murni (0,1) , sehingga kita dapat menuliskan
(5) sebagai

(6)

Gambar 1

Dengan konvensi z 2 = zz , z 3 = z 2 z dan seterusnya, kita punyai


i 2 = (0,1)(0,1) = (−1,0)
yakni

(7)
Dengan menggunakan ekspresi (6), pendefinisian (3) dapat ditulis sebagai :

(8)
Sifat Aljabar Bilangan Kompleks
Berbagai sifat penjumlahan dan perkalian bilangan kompleks sama dengan yang
ada pada bilangan riil , berikut adalah beberapa sifat aljabar dari bilangan kompleks :

(9)
(10)

(11)
Terdapat bilangan kompleks 0 = (0,0) demikian sehingga 0 + z = z = z + 0 , untuk
setiap bilangan kompleks z . Untuk setiap bilangan kompleks z = ( x, y ) terdapat
bilangan kompleks − z = (− x,− y) sedemikian sehingga z + (− z ) = 0 . Terdapat bilangan
kompleks 1 = (1,0) demikian sehingga 1z = z = z1 , untuk setiap bilangan kompleks z .
Untuk setiap bilangan kompleks tak nol z = ( x, y ) terdapat bilangan kompleks

 x −y 
z −1 =  2 , 2  sedemikian sehingga zz −1 = 1
x +y x +y
2 2

Selanjutnya 0 disebut elemen identitas terhadap operasi penjumlahan dan
− z = (− x,− y) disebut negatif dari z = ( x, y ) dan merupakan invers dari z terhadap
operasi penjumlahan. Sedangkan 1 disebut elemen identitas terhadap operasi
 x −y 
perkalian dan z −1 =  2 , 2  dinamakan kebalikan dari bilangan kompleks
x +y x +y
2 2

tak nol z = ( x, y ) dan merupakan invers dari z terhadap operasi perkalian. Invers
terhadap operasi penjumlahan dan invers terhadap operasi penjumlahan adalah
tunggal
Dengan sifat komutatif , maka kita punyai iy = yi , sehingga kita bisa menuliskan
z = x + iy atau z = x + yi . Juga karena sifat asosiatif, maka kita bisa menuliskan

z1 + z 2 + z 3 dan z1 z 2 z 3 tanpa tanda kurung.

Eksistensi invers terhadap operasi penjumlahan memungkinkan kita membuat


definisi pengurangan pada bilangan kompleks

(12)
Sehingga jika z1 = ( x1 , y1 ) dan z 2 = ( x 2 , y 2 ) maka

(13)
Eksistensi invers terhadap operasi perkalian memungkinkan kita membuat definisi
pembagian pada bilangan kompleks

(14)
sehingga jika z1 = ( x1 , y1 ) dan z 2 = ( x 2 , y 2 ) maka

(15)
dan juga berlaku

(16)
Dengan menganggap z1 = 1 pada (14), maka kita punyai

(17)

(18)
Selanjutnya dapat ditunjukkan,

(19)

(20)

Latihan :
1. Tunjukkan bahwa

a. ( ) ( )
2 − i − i 1 − i 2 = −2i b. (3,1)(3,−1) 1 , 1  = (2,1)
 5 10 
1 + 2i 2 − i 2
c. + =−
3 − 4i 5i 5
2. Buktikan bahwa :
a. (1 + z ) 2 = 1 + 2 z + z 2

b. z = 1  i memenuhi persamaan z 2 − 2 z + 2 = 0
3. Selesaikan persamaan z 2 + z + 1 = 0 ( petunjuk , misal z = ( x, y ) )
4. Tunjukkan bahwa bilangan kompleks 1 = (1,0) adalah satu-satunya identitas
perkalian
5. Buktikan bahwa
1
a. Im(iz ) = Re z b. Re(iz ) = − Im z c. =z d. (−1) z = − z
1/ z
6. Buktikan bahwa jika z1 z 2 = 0 maka z1 = 0 atau z 2 = 0
7. Buktikan bahwa
1  1  1  z1 z 2  z1  z 2 
a. =    b. =   
z1 z 2  z1  z 2  z 3 z 4  z 3  z 4 
z1 z z1 z1 + z 2 z1 z 2
c. = d. = +
z2 z z2 z3 z3 z3

 n  n−k k
n
(
8. Buktikan bahwa 1z + z 2 ) =  n
 z1 z 2 , ( n = 1,2,... )
k =0  k 

n n!
dimana   = , (k = 0,1,2,...)
 k  k!(n − k )!
Interpretasi Geometris dan Ketaksamaan Segitiga
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :
1. Menjelaskan interpretasi geometrik penjumlahan, modulus, konjugat
2. Membuktikan sifat-sifat yang terkait dengan modulus dan konjugat
3. Membuktikan ketaksamaan segitiga
4. Menyelesailkan masalah yang dalam strategi penyelesaiannya menggunakan
modulus, konjugat dan ketaksamaan segitiga

Materi Ajar
Interpretasi Geometrik

Gambar 1
Bilangan kompleks z = x + iy biasa diasosiasikan dengan suatu titik di bidang yang
memiliki koordinat ( x, y) . Setiap bilangan berkaitan satu titik dan sebaliknya. Sebagai
contoh bilangan − 2 + i direpresentasikan dengan (−2,1) seperti pada gambar di atas.
Bilangan z juga dapat dipikirkan sebagai ruas garis berarah atau vektor dari titik asal
ke titik ( x, y) . Jika digunakan untuk tujuan menampilkan bilangan z = x + iy secara
geometris , bidang- xy disebut bidang kompleks atau bidang − z . Sumbu- x disebut
sumbu riil dan sumbu- y disebut sumbu imajiner.

Sesuai dengan definisi penjumlahan dari dua bilangan kompleks z1 = ( x1 , y1 )

dan z 2 = ( x 2 , y 2 ) , bilangan z1 + z 2 berkaitan dengan titik yang koordinatnya


( x1 + x 2 , y1 + y 2 ) atau vektor dengan komponen tersebut dan z1 + z 2 dapat diperoleh

secara vektorial seperti ilustrasi pada gambar berikut

Gambar 2
Pengurangan z1 − z 2 = z + (− z 2 ) berkaitan dengan titik yang koordinatnya

( x1 − x 2 , y1 − y 2 ) atau vektor dengan komponen tersebut. z1 − z 2 juga dapat diperoleh


secara vektorial seperti ilustrasi pada gambar berikut

Gambar 3
Meskipun perkalian bilangan kompleks z 1 dan z 2 adalah bilangan kompleks yang

dapat dinyatakan dengan vektor yang terletak pada bidang yang sama dengan z 1 dan z 2
tetapi hasil kalinya bukanlah hasil kali skalar atau vektor seperti yang biasa digunakan
pada analisis vektor. Interpretasi geometrik dari hasil kali dua bilangan kompleks akan
dibicarakan nanti pada pembicaraan tentang koordinat polar
Modulus atau nilai mutlak dari bilangan kompleks z = ( x, y ) didefinisikan sebagai

x 2 + y 2 dan dinotasikan dengan z , yakni

(1)
Secara geometri z adalah jarak antara titik asal dengan titik ( x, y) atau panjang vektor

yang mewakili z . Jika z bilangan riil maka z = z . Ketaksamaan z1  z 2 berarti z 1 dan

z 2 adalah bilangan riil , z1  z 2 berarti jarak z 1 ke titik asal lebih dekat daripada jarak

z 2 ke titik asal.

Contoh 1 :
Karena − 3 + 2i = 13 dan 1 + 4i = 17 maka titik − 3 + 21 lebih dekat ke titik asal
dibandingkan dengan titik 1+ 4i

Jarak antara titik z1 = x1 + iy1 dan z 2 = x 2 + iy2 dapat dilihat sebagai panjang

vektor yang merepresentasikan z1 − z 2 ( lihat Gambar 3 ) , yakni z1 − z 2 . Mengingat

maka
Bilangan kompleks – bilangan kompleks z yang berkaitan dengan titik-titik yang
terletak pada lingkaran dengan pusat z 0 dan berjari-jari R memenuhi persamaan

z − z 0 = R dan sebaliknya. Selanjutnya himpunan titik-titik yang demikian kita sebut

lingkaran z − z 0 = R .

Contoh 2 :
Persamaan z − 1 + 3i = 2 menyatakan lingkaran yang pusatnya adalah z 0 = (1,−3) dan
berjari-jari R = 2

Dari definisi (1) , kita punyai

(2)
sehingga

(3)
Konjugat kompleks atau disingkat konjugat dari bilangan kompleks z = x + iy

didefinisikan sebagai bilangan kompleks z = x − iy dan dinyatakan z , yakni

(4)
Secara geometris bilangan kompleks z adalah titik ( x,− y) yang merupakan refleksi
terhadap sumbu riil dari titik ( x, y) yang merepresentasikan z ( lihat Gambar 4 )

Gambar 4
Perhatikan bahwa

untuk semua z .
Jika z1 = x1 + iy1 dan z 2 = x 2 + iy2 , maka
sehingga konjugat dari jumlah adalah jumlah dari konjugat

(5)
selanjutnya dapat ditunjukkan

(6)

(7)

(8)
Jumlah z + z dari bilangan kompleks z = x + iy dan z = x − iy adalah bilangan riil

2 x dan pengurangan z − z adalah bilangan imajiner murni 2iy . Sehingga

(9)
Suatu identitas penting yang terkait dengan konjugat adalah

(10)
z1
Hal ini memberikan cara untuk menentukan hasil bagi dengan mengalikan z 2 pada
z2
2
pembilang dan penyebut, sehingga penyebutnya menjadi z 2 .

Contoh 3 :
Sebagai ilustrasi

Dengan menggunakan sifat konjugat kita sekarang juga bisa membuktikan yang
berikut :

(11)

(12)
Ketaksamaan Segitiga
Sifat-sifat konjugat membantu kita dalam menurunkan secara aljabar
ketaksamaan segitiga :

(13)
Selanjutnya dari (13) dapat diturunkan bahwa :

(14)

Contoh 4:
Jika titik z terletak pada lingkaran z = 1 di sekitar titik asal maka

dan

Secara geometris kita dapat mengatakan ketaksamaan segitiga dengan pernyataan


panjang sisi segitiga lebih pendek dari jumlah dua sisi segitiga yang lain, Gambar 2
menjelaskan hal itu. Kita bisa lihat bahwa ketaksamaan (13) menjadi kesamaan jika titik
yang merepresentasikan z 1 , z 2 dan 0 segaris.
Ketaksamaan segitiga dapat digeneralisasi dengan menggunakan induksi
matematika :

(15)

Contoh 5 :

Sifat (11) mengatakan pada kita bahwa z 2 = z dan z 3 = z . Jika z adalah titik yang
2 3

terletak di dalam lingkaran dengan pusat titik asal dan jari-jari 2 sehingga z  2 , maka
dengan menggunakan (14) , maka

Latihan :
1. Tempatkan bilangan komplek z1 + z 2 dan z1 − z 2 secara vektor, jika

2. Tunjukkan bahwa :
3. Buktikan bahwa
4. Buat sketsa titik-titik yang memenuhi kondisi berikut :

5. Dengan menggunakan fakta z1 − z 2 adalah jarak antara z 1 dan z 2 , berikan

argumentasi geometrik dari

menyatakan ellips dengan fokus

menyatakan garis melalui titik pusat dengan kemiringan -1


6. Buktikan bahwa

7. Buktikan bahwa :

8. Buktikan bahwa jika z 3  z 4

9. Tunjukkan bahwa , jika z  1 maka

10. Jika z terletak pada lingkaran z = 2

11. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan bahwa untuk n = 2,3,4,...

12. Misal a0 , a1 ,..., an (n  1) adalah bilangan riil dan z bilangan kompleks, tunjukkan

13. Tunjukkan bahwa persamaan lingkaran z − z 0 = R dapat ditulis sebagai


Bentuk Eksponensial
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :
1. Menyatakan suatu bilangan kompleks dalam bentuk eksponen
2. Memberikan interpretasi geometri terhadap bilangan kompleks dalam bentuk
eksponen
3. Membuktikan sifat yang terkait dengan perkalian dan pembagian bilangan
kompleks dalam bentuk eksponen
4. Menyelesailkan masalah yang dalam strategi penyelesaiannya melibatkan bentuk
eksponensial bilangan kompleks
Materi Ajar
Misal r dan  koordinat polar dari titik ( x, y) yang berkaitan dengan bilangan
kompleks z = x + iy . Karena x = r cos dan y = r sin  , z dapat dinyatakan dalam
bentuk polar

(1)
Jika z = 0 maka  tidak didefinisikan, sehingga sebarang bilangan kompleks yang
ditulis dalam bentuk polar dipahami sebagai tak nol.
Pada analisis kompleks bilangan riil r tidak diperbolehkan negatif dan
menunjukkan panjang vektor yang mewakili z , yakni r = z . Bilangan riil  mewakili

sudut , yang diukur dalam radian, yang dibentuk z dengan sumbu real positif jika
z dipandang sebagai vektor ( lihat Gambar 1 )

Gambar 1

Seperti halnya di kalkulus,  memiliki tak berhingga banyaknya nilai yang mungkin,
termasuk bilangan riil negatif, berbeda dalam kelipatan 2 . Nilai tersebut dapat dicari
y
dengan tan  = , dimana kuadran yang memuat titik z harus diperhatikan. Setiap
x
nilai dari  disebut argumen dari z dan dinotasikan dengan arg z . Nilai utama dari
arg z , dinotasikan dengan Arg z , adalah nilai argumen z ,  dengan −      , jadi

(2)
Perhatikan bahwa arg z tidak tunggal tapi Arg z tunggal.

Contoh 1 :
Bilangan kompleks −1 − i terletak pada kuadran ketiga, memiliki argumen utama

dan

Catat bahwa Arg z pada ruas kanan (2) dapat diganti dengan sebarang arg z , sebagai
contoh

Bentuk Eksponen
Simbol e i atau exp(i ) didefinisikan oleh rumus Euler sebagai

(3)
dimana  diukur dalam radian. Bentuk polar (1) dapat dituliskan dalam bentuk
eksponensial

(4)

Contoh 2 :
Bilangan kompleks −1 − i seperti pada contoh 1 di atas dapat ditulis dalam bentuk
eksponen

(5)
− i i ( − ) − i 3 / 4
Dengan kesepakatan e = e , maka dapat ditulis − 1 − i = 2e . Ekspresi (5)
adalah satu dari tak berhingga kemungkinan bentuk eksponensial dari −1 − i ;

Perhatikan bahwa ekspresi (4) dengan r = 1 menunjukkan bahwa bilangan e i


yang terletak pada lingkaran yang berpusat di titik asal ( lihat Gambar 2 )
Gambar 2
Dengan menggunakan fakta itu, secara geometri kita dapat dengan segera menentukan
posisi dari bilangan e i tanpa menggunakan rumus Euler dan kita dapat menentukan
bahwa

Perhatikan bahwa persamaan

(6)
adalah representasi parametrik dari lingkaran z = R , dengan pusat di titik asal dan

jari-jari R. Sebagai parameter  bergerak mulai dari  = 0 ke  = 2 , titik z bergerak


mulai dari sumbu riil positif mengelilingi lingkaran berlawanan arah jarun jam. Secara
lebih umum z − z 0 = R , adalah lingkaran yang pusatnya di z 0 dan jari-jarinya R

memiliki representasi parametrik

(7)
Secara vektorial ( lihat Gambar 3 ) hal tersebut dilihat sebagai titik z yang mengelilingi
lingkaran z − z 0 = R satu kali berlawanan arah jarum jam, berkaitan dengan jumlah

vektor z 0 dan vektor yang panjangnya R dan sudut inklinasi berubah dari  = 0 ke

 = 2

Gambar 3
Perkalian dan Pembagian dalam Bentuk Eksponensial
Dengan menggunakan beberapa identitas trigonometri , e i memiliki sifat yang
mirip dengan fungsi eksponen pada kalkulus

Jadi , jika z1 = r1e i1 dan z 2 = r2 e i 2 maka hasilkali z1 z 2 memiliki bentuk eksponensial

(8)
Lebih lanjut

(9)
Karena 1 = 1e i 0 , berdasarkan ekspresi (9) invers dari bilangan kompleks z = re i
adalah

(10)
Ekspresi (8) memberikan identitas terkait dengan argumen, yakni

(11)

Gambar 4
Ekspresi (11) , tidak berlaku secara umum pada Argz , hal tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut.
Contoh 3 :
Jika z = −1 dan z 2 = i , maka

tetapi

  3
Tapi jika kita pilih arg z1 =  , arg z 2 = dan arg( z1 z 2 ) = Arg ( z1 z 2 ) + 2 = − + 2 =
2 2 2
maka untuk kasus ini tetap berlaku ekspresi (11)

Ekspresi (11) mengatakan pada kita bahwa

(12)
dan dari ekspresi (10)

(13)
sehingga

(14)

Contoh 4 :
Untuk mencari argumen utama Arg z jika

perhatikan bahwa

Karena

 2 2
maka salah satu nilai dari arg z adalah  − = . Karena −     , maka kita
3 3 3
2
dapat mengatakan Argz = .
3

Selanjutnya dengan menggunakan induksi matematika, kita dapat menunjukkan


bahwa

(15)
Perhatikan bahwa jika r = 1 , ekspresi (13) menjadi

(16)
Jika dituliskan dalam bentuk

(17)
ini dikenal sebagai rumus de Moivre
Ekspresi (15) dapat digunakan untuk menentukan pangkat suatu bilangan
kompleks jika diberikan dalam bentuk koordinat siku-siku.

Contoh 5 :
Untuk menentukan ( 3 + i) 7 yang diberikan dalam koordinat siku-siku , kita hanya
perlu menuliskan

Latihan :
1. Tentukan argumen utama ( Arg z ) , jika :

2. Tunjukkan bahwa :

3. Gunakan induksi matematika untuk menunjukkan

4. Buktikan bahwa

5. Dengan menggunakan fakta secara geometri bahwa e i − 1 adalah jarak antara e i

dengan 1 , berikan argumentasi secara geometrik untuk mencari nilai  pada

interval 0    2 yang memenuhi persamaan e i − 1 = 2

6. Gunakan rumus de Moivre untuk menghitung :

7. Dengan menuliskan sisi kiri dalam bentuk eksponensial, lakukan operasi yang
diminta dan kemudian ubah kembali dalam koordinat siku-siku

8. Tunjukkan bahwa jika Re z1  0 dan Re z 2  0 maka


9. Tunjukkan bahwa z −1 ( ) = (z )
m m −1
dengan menggunakan

10. Buktikan bahwa dua bilangan kompleks z 1 dan z 2 memiliki modulus yang sama

jika dan hanya jika terdapat bilangan kompleks c1 dan c 2 sedemikian sehingga

z1 = c1c 2 dan z 2 = c1 c2 . Saran : Gunakan

11. Buktikan identitas

dan gunakan identitas tersebut untuk membuktikan identitas trigonometri


Lagrange .

Saran : untuk identitas pertama tulis

kemudian tinjau selisih S − Sz , untuk identitas kedua tulis z = e i pada identitas


pertama
12. (a) Gunakan rumus binomial dan de Moivre untuk menunjukkan

Kemudian definisikan bilangan bulat m sebagai


 n/2 jika n genap
m=
(n − 1) / 2 jika n ganjil
dan gunakan jumlah di atas untuk memperoleh

(b) Tulis x = cos dan misal 0     , dalam hal ini − 1  x  1 . Tunjukkan


bahwa dari yang diperoleh pada (a) , setiap fungsi

Adalah polinomial berderajat n dalam variabel x


Akar dari Bilangan Kompleks
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :
Menentukan akar dari suatu bilangan kompleks

Materi Ajar
Tinjau titik z = re i yang terletak pada lingkaran yang pusatnya di titik asal dan
berjari-jari r ( lihat Gambar 1 )

Gambar 1
Dengan bertambahnya  , z bergerak mengelilingi lingkaran berlawanan arah dengan
jarum jam. Secara khusus , jika  bertambah sebanyak 2 kita kembali ke titik awal ,
begitu juga jika  berkurang sejauh 2 . Jadi secara geometri kita dapat katakan bahwa
dua bilangan kompleks z1 = r1e i1 dan z 2 = r2 e i 2 dikatakan sama jika dan hanya jika

dengan k bilangan bulat (k = 0,1,2,.....) .

Misal z = re i adalah akar ke- n dari z0 = r0 e i0 , maka z n = z 0 , atau

Sehingga

dengan k = 0,1,2,....Dengan demikian

Akibatnya bilangan kompleks


adalah akar ke- n dari z 0 . Dari bentuk eksponensial ini kita dapat melihat bahwa akar-

akar tersebut terletak pada lingkaran yang pusatnya di titik asal, berjari-jari n r0 dan

2
membagi lingkaran atas n juring yang sama luas dengan sudut pusat , dimulai dari
n
0
argumen . Dapat ditunjukkan bahwa z 0 memiliki paling banyak n akar yang
n
berbeda, yakni yang berkaitan dengan k = 0,1,2,3,..., n − 1 . Kita dapat katakan bahwa

akar-akar ke- n dari z 0 yang berbeda adalah

(1)
( lihat Gambar 2 )

Gambar 2

Bilangan n r0 menunjukkan panjang vektor yang merepresentasikan akar ke- n dari z 0 .

0
Akar pertama c0 memiliki argumen . Jika n = 2 , akar-akarnya akan berada pada
n
posisi yang berlawanan pada diameter lingkaran z = n r0 dan akar yang kedua adalah

− c0 . Jika n  3 , akar-akar terletak pada titik-titik sudut poligon n sisi, yang terletak di

dalam lingkaran.
Misal z 1 / n menyatakan himpunan semua akar dari z 0 , khususnya jika z 0 adalah

bilangan riil positif maka simbol r0 menyatakan himpunan dari semua akarnya dan
1/ n

simbol n r0 menunjukkan akar positifnya. Jika nilai  0 yang digunakan dalam ekspresi

(1) adalah nilai utama dari arg z 0 ( −      ) , bilangan c0 menyatakan akar utama.

Sehingga jika z 0 bilangan riil positif, akar utamanya adalah n r0 .


Akhirnya cara mudah untuk mengingat ekspresi (1) adalah dengan menuliskan

dan menerapkan pangkat pecahan seperti pada bidang riil , ingat bahwa tepat terdapat
n akar yang berbeda

Contoh 1 :
Untuk menentukan akar ke- n dari satuan, kita menuliskan

dan cari bahwa

(1)
Jika n = 2 , akar-akarnya adalah  1 . Jika n  3 , poligon beraturan yang pada titik
sudutnya terletak akar-akar berada di dalam lingkaran satuan z = 1 , dengan salah satu
titik sudutnya berkaitan dengan akar utama z = 1 ( k = 0 )
Jika ditulis

(2)
maka

Jadi akar-akar ke- n yang berbeda dari satuan adalah

Gambar 3 berikut ini adalah ilustrasi untuk kasus n = 3,4 dan 6. Ingat bahwa nn = 1.

Gambar 3
Selanjutnya perhatikan bahwa jika c adalah sebarang akar ke- n dari sebarang bilangan
kompleks tak nol, himpunan dari semua akar ke- n dapat ditulis dalam bentuk

Ini karena perkalian bilangan kompleks dengan  n akan menyebabkan argumennya


2
bertambah dalam kelipatan , sementara modulusnya tidak berubah.
n
Contoh 2 :
Kita akan mencari semua nilai dari (−8i )1 / 3 atau akar pangkat 3 dari − 8i . Tulis dalam
bentuk

sehingga kita dapat melihat bahwa akar yang dicari adalah

(3)
Akar-akar tersebut terletak pada sudut-sudut segitiga sama sisi yang terletak di dalam
2
lingkaran z = 2 , terbagi atas daerah yang sama pada lingkaran setiap radian,
3
dimulai dari akar utama

seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4 berikut :

Gambar 4

Tanpa perhitungan yang berarti, dapat ditunjukkan bahwa c1 = 2i dan karena c 2 simetri
dengan c0 terhadap sumbu imajiner maka kita dapat menentukan c3 = − 3 − i .
Akar-akar ini dapat ditulis dalam bentuk,

Contoh 3 :
(
Dua nilai c k ( k = 0,1 ) dari 3 + i )
1/ 2
, yang merupakan akar kuadrat dari 3 + i , dapat
ditentukan dengan menuliskan
dan

( lihat Gambar 5 )

Gambar 5
Dari rumus euler ,

dan identitas trigonometri

memungkinkan kita menulis

akibatnya

Karena c1 = −c0 , maka akar-akar kuadrat dari 3 + i adalah

Latihan :
1. Cari akar kuadrat dari

2. Untuk setiap kasus berikut ini cari semua akar, gambarkan sebagai titik sudut dari
suatu persegi dan tentukan yang mana yang merupakan akar utama

3. a. Tunjukkan bahwa jika c0 adalah sebarang akar ke − n dari bilangan kompleks


taknol z 0 maka himpunan semua akar dapat ditulis dalam bentuk

dengan

b. Tunjukkan bahwa jika z 0 = −4 2 + 4 2i maka c0 = 2 (1 + i) adalah akar

utama dari z 0 . Tentukan dua akar pangkat tiga yang lain dalam koordinat

siku-siku
4. a. Misal a bilangan riil yang ditetapkan, tunjukkan bahwa akar kuadrat dari a + i
adalah

dengan

,
b. Tunjukkan bahwa akar kuadrat yang diperoleh dapat ditulis sebagai

5. Cari empat akar dari z 4 + 4 = 0 dan gunakan hal itu untuk memfaktorkan z 4 + 4 ke
dalam faktor kuadratic dengan koefisien riil
6. Tunjukkan bahwa jika c sebarang akar ke- n dari 1 selain 1 sendiri, maka

7. a. Buktikan bahwa rumus yang biasa digunakan untuk menyelesaikan persamaan


kuadrat

dengan koefisien a, b dan c adalah bilangan kompleks. Dengan melengkapkan


kuadrat , turunkan rumus kuadratik

b. Gunakan hasil yang diperoleh untuk mencari akar persamaan


z 2 + 2 z + (1 − i) = 0
Daerah Pada Bidang Kompleks
Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :
1. Memeriksa apakah suatu himpunan adalah himpunan buka, tutup atau bukan
keduanya
2. Memeriksa apakah suatu himpunan terhubung
3. Memeriksa apakah suatu himpunan merupakan domain
4. Memeriksa apakah suatu himpunan merupakan daerah
5. Memeriksa apakah suatu titik adalah titik akumulasi

Materi Ajar
Pada bagian ini kita akan memusatkan perhatian pada himpunan bilangan
kompleks atau titik-titik pada bidang kompleks dan kedekatan mereka satu sama lain.
Alat kita yang paling mendasar dalam hal ini adalah konsep lingkungan- 

(1)
dari titik z 0 yang diberikan. Lingkungan-  terdiri dari semua titik-titik z yang terletak

di dalam tapi tidak pada lingkaran dengan pusat z 0 dan jari-jari  ( lihat Gambar 1 )

Gambar 1
Suatu lingkungan dari titik z 0 yang terdiri dari semua titik dalam lingkungan-  kecuali

z 0 itu sendiri , yakni

(2)
dinamakan lingkungan yang dihapuskan.
Suatu titik z 0 dikatakan titik dalam dari himpunan S jika terdapat lingkungan dari

z 0 yang hanya memuat titik-titik dari S dan dikatakan titik luar dari S jika terdapat

lingkungan yang tidak memuat titik-titik dari S . Jika z 0 bukan titik dalam dan juga

bukan titik luar, maka z 0 disebut titik batas dari S . Jadi titik batas adalah titik yang
setiap lingkungannya memuat titik dari S dan memuat titik yang bukan anggota S .
Himpunan dari semua titik batas dari S disebut batas dari S .
Suatu himpunan dikatakan buka jika tidak memuat satupun titik batas. Suatu
himpunan dikatakan himpunan tutup jika memuat semua titik batasnya. Penutup dari
S adalah himpunan tutup yang terdiri dari semua titik di S beserta batas dari S .
Terdapat himpunan yang bukan merupakan himpunan buka dan juga bukan
himpunan tutup. Suatu himpunan dikatakan himpunan tidak buka, jika terdapat titik
batas yang termuat dalam himpunan tersebut. Suatu himpunan dikatakan tidak tertutup
jika terdapat titik batas yang tidak termuat di dalam himpunan.
Suatu himpunan S dikatakan himpunan terhubung jika setiap titik z 1 dan z 2 di S
dapat dihubungkan oleh garis poligonal yang terdiri dari berhingga ruas garis yang
dihubungkan ujung-ujungnya, dan semuanya terletak di dalam S . Himpunan buka yang
terhubung disebut domain. Catat bahwa sebarang lingkungan adalah domain. Domain
bersama-sama dengan beberapa, tidak ada, atau semua titik-titik batasnya disebut
daerah.

Gambar 2
Suatu himpunan disebut himpunan terbatas jika setiap titik S terletak pada suatu
lingkaran z = R , jika tidak demikian maka dikatakan tidak terbatas. Suatu titik z 0

dikatakan titik akumulasi dari himpunan S jika setiap lingkungan yang dihapuskan dari
z 0 memuat paling kurang satu titik dari S . Selanjutnya jika S himpunan tutup maka

S akan memuat semua titik akumulasi.


Latihan :
1. Diberikan himpunan-himpunan

Buat sketsa dari himpunan tersebut dan tentukan yang mana yang merupakan
himpunan buka, himpunan tutup atau domain
2. Tentukan penutup dari himpunan berikut

3. Misal S adalah himpunan buka yang terdiri dari semua z dengan z  1 atau

z − 2  1 . Jelaskan mengapa S tidak buka

4. Tunjukkan bahwa S buka jika dan hanya jika setiap titik di S adalah titik dalam
5. Tentukan titik-titik akumulasi dari himpunan berikut

6. Buktikan bahwa jika suatu himpunan memuat setiap titik akumulasinya, maka
himpunan tersebut tutup
7. Tunjukkan bahwa setiap titik z 0 pada suatu domain adalah suatu titik akumulasi

dari domain tersebut


8. Tunjukkan bahwa sebarang himpunan hingga dari titik-titik z 1 , z 2 , ... , z n tidak

memiliki titik akumulasi

Anda mungkin juga menyukai