Anda di halaman 1dari 23

BILANGAN KOMPLEKS

Disusun Untuk memenuhi salah satu


Tugas mata kuliah MATEMATIKA FISIKA
DOSEN PENGAMPU :

Dr. NURDIN BUKIT M.Si

OLEH :

FISIKA DIK A 2019

1. MUHAMMAD ALI HAMZAHAS (4191121016)


2. ANDINI NUR KATON (4192121001)
3. FRANSISKA ADELINA SIMANJUNTAK (4193321013)
4. RUTH RAMAYANI PASARIBU (4193121044)

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun
judul dari makalah ini adalah ”Bilangan Kompleks”. Makalah ini di susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah teknologi informasi dan literasi data.

Matematika fisika merupakan cabang ilmu yang mempelajari “penerapan matematika


untuk menyelesaikan persoalan fisika dan pengembangan metode matematika yang cocok
untuk penerapan tersebut, serta formula teori fisika. Ilmu ini dapat dianggap sebagai
penunjang dari fisika teoretis dan juga fisika komputasi .
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika dan fisika merupakan cabang ilmu yang umumnya diketahui merupakan
bagian dari pembelajaran angka yang sebenarnya merupakan konsep yang salah di
masyarakat. Jika matematika dihubungkan dengan fisika dapat diartikan bahwasanya dua
cabang ilmu yang saling berkaitan dimana penerapan matematika tersebut untuk
menyelesaikan persoalan fisika dengan menggunakan metode metode yang sudah ada.
Seperti halnya dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Bilangan kompleks
yang nantinya akan menjadi penerapan matematika untuk menyelesaikan persoalan dalam
fisika.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang diuraikan, banyak permasalahan yang didapatkan.
Permasalahan tersebut adalah :

 Pengertian Bilangan Kompleks


 Aljabar Bilangan Kompleks
 Deret Kompleks dan Deret Pangkat Kompleks

1.3  Tujuan

Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Matematika Fisika
BAB II

ISI

1. Pengertian Bilangan Kompleks

Mengapa perlu bilangan kompleks ?

2
 x −1=0 mempunyai penyelesaian dengan x ∈ ℜ .
2 2
 x +1=0 ⇔ x =−1 tidak mempunyai penyelesaian jika x∈ ℜ .
2
Sehingga perlu mengidentifikasi suatu bilangan sehingga x +1=0 mempunyai
penyelesaian. Selanjutnya perlu dikembangkan suatu sistem bilangan yaitu bilangan
kompleks.

Definisi Bilangan kompleks z :


Bilangan
Kompleks  merupakan pasangan berurut ( x, y ) dengan x , y∈ℜ .
Ditulis : z=( x , y ) .

 merupakan bilangan yang berbentuk x+iy dengan


x , y ∈ ℜ dan i=( 0,1 )= √−1 .
Ditulis : z=x +iy .

Jika z=( x , y )= x+iy maka

x=Re ( z ) = bagian riil z,

y=Im ( z ) = bagian imajiner z,

2
i = satuan imajiner dan i =−1 .

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bilangan kompleks yaitu

1. C = himpunan bilangan kompleks

= { z | z=x+iy , x , y ∈ ℜ ∧ i2=−1 } .
2. Jika Re ( z )=0 dan Im ( z )≠0 maka z dinamakan bilangan imajiner murni.

3. Jika Re ( z )≠0 dan Im ( z )=0 maka z merupakan bilangan riil.


4. Kesamaan bilangan kompleks.

Misalkan z 1=x 1 +iy 1 dan z 2=x 2 +iy 2 .

z 1=z 2 jika dan hanya jika x 1=x 2 dan y1= y2 .

Contoh 1 a. z=10−2i

Re ( z )=10 dan Im ( z )=−2 .

b. z=−i

Re ( z )=0 dan Im ( z )=−1 . □□

Bilangan kompleks merupakan pasangan berurut ( x, y ) , sehingga secara geometri

dapat disajikan sebagai titik ( x, y ) pada bidang kompleks (bidang xy), dengan sumbu x
(sumbu riil) dan sumbu y (sumbu imajinair). Selain itu, bilangan kompleks

z=x +iy= ( x , y ) juga dapat disajikan sebagai vektor dalam bidang kompleks dengan titik

pangkal pada titik asal dan ujung vektor merupakan titik ( x, y ) .

y (sumbu imajinair)

• z=( x , y )=x +iy

O x (sumbu riil)
Gambar 1. Bidang kompleks

2 Operasi Aljabar

Operasi aljabar pada bilangan kompleks sesuai dengan operasi aljabar pada bilangan riil.

Operasi Aljabar Misalkan z 1=x 1 +iy 1 dan z 2=x 2 +iy 2 .


pada bilangan
kompleks a. Penjumlahan :
z 1 + z 2=( x 1 + x 2 ) +i ( y 1 + y 2 )
z 1−z 2 = ( x 1 −x2 ) +i ( y 1 − y 2 )
b. Pengurangan :
c. Perkalian :
z 1 z 2=( x1 + iy1 ) ( x 2 +iy 2 )
=( x 1 x 2 − y 1 y 2 ) + i ( x 1 y 2 + x2 y 1 )

d. Pembagian :
z1 x1 x 2+ y1 y 2 x 2 y 1−x 1 y 2
= z1 z−1
2 = +i , z2 ≠0
z2 x 2+ y 2 x 2+ y 2
2 2 2 2

Perlu diperhatikan :

1. −z ( negatif z ).

Jika z=x +iy maka −z=−x−iy .

1
z−1=
2. z ( kebalikan z )
x y
z−1= −i
Jika z=x +iy maka x 2+ y 2 x2 + y 2 .

Sifat Operasi a. Hukum komutatif


Aljabar
z 1 + z 2=z 2 + z1

z 1 z 2 =z 2 z 1

b. Hukum asosiatif

( z 1 + z 2 ) + z3 =z 1 + ( z2 + z 3 )
( z 1 z 2 ) z 3 =z1 ( z 2 z3 )

c. Hukum distributif

z 1 ( z 2 + z 3 ) =z 1 z2 + z1 z 3

d. Elemen netral dalam penjumlahan ( 0=0+0 i )

z+ 0=0+ z=z

e. Elemen netral dalam perkalian ( 1=1+0 i )

z . 1=1. z=z
3. DERET BILANGAN KOMPLEKS

Deret bilangan kompleks merupakan penjumlahan suku-suku pada


barisan bilangan kompleks.

Deret bilangan kompleks dinotasikan


∑ z n=z1+ z2 +z3+. ..+ zn+ .. .
n=1

dengan suku-suku deret yaitu


z1 , z2 , z3 , … .

Misalkan,

S 1 =z1 merupakan jumlah suku pertama

S 2 =z1 + z 2 merupakan jumlah dua sukupertama

S 3 =z 1 + z 2 + z 3 merupakan jumlah tiga suku pertama

S n =z 1 + z 2 +…+ z n merupakan jumlah n suku


pertama

Jika barisn ( Sn ) mempunyai limit diperoleh jumlah tak


berhingga

Sn =
z 1 +z 2 +z 3 +. ..+z n +.. .

Jadi dalam symbol dituliskan :

lim Sn ∑ zn
n→∞ = n=1
Uji konvergensi pada deret bilangan kompleks
a. Teorema konvergensi
Teorema Konvergensi


Diberikan deret bilangan kompleks ∑ z n dengan
n =1

z n=x n +iy n ; x n , y n ∈ R

∞ ∞
(a) ∑ z n konvergen jika dan hanya jika ∑ xn dan
n =1 n =1

∑ y n konvergen.
n =1


(b) jika ∑ z n konvergen, maka nlim
→∞
z n=0 .
n=1

∞ ∞
(c) jika ∑ z n konvergen mutlak, maka ∑ zn
n=1 n =1

∞ ∞
konvergen, artinya jika ∑|z n| maka ∑ zn
n =1 n =1

konvergen.

Teorema di atas hanya akan dibuktikan bagian


(a) dan (b), sedangkan bagian (c) diberikan kepada
para pembaca sebagai latihan.

Bukti (a):


(⇒) misalkan deret ∑ zn konvergen ke a+ib ,
n =1


sehingga ∑ z n =a+ib. Akan ditunjukan bahwa
n =1
∞ ∞
deret ∑ xn konvergen ke a dan deret ∑ yn
n =1 n =1

konvergen ke b . Menurut definisi diperoleh,

∑ z n =lim
n→ ∞
S n=lim ¿ ¿ ¿
n→∞
n =1

Akibatnya diperoleh,

n n
lim ∑ x k =a dan b Karena ∑ xk dan
n → ∞ k=1 k =1

∑ yk berturut-turut merupakan jumlah bagian


k =1

n n n n
dari ∑ xn dan ∑ y n, maka ∑ xn dan ∑ yn
n =1 n =1 n =1 n =1

konvergen.

n n
( ⇐ ) misalkan ∑ xn konvergen ke a dan ∑ yn
n =1 n =1

n
konvergen ke b . Akan tunjukan ∑ z n konvergen
n =1

n n
ke a+ib . Karena Sn=∑ x k + ∑ y k , menurut
k=1 k=1

teorema diperoleh lim S n=a+ib. Karena


n→∞

∞ ∞
lim S n=¿ ∑ z n ¿, diperoleh ∑ z n =a+ib.
n→∞ n =1 n =1


Jadi terbukti bahwa ∑ z n konvergen.
n =1

Bukti (b):

Diberikan bilangan ε > 0 sebarang. Akan

dibuktikan nlim
→∞
z n=0 , berarti terdapat bilangan
asli n0 sehingga jika n> n0 berlaku |z n|< ε


Diketahui ∑ z n konvergen, berarti terdapat
n =1

bilangan kompleks z sehingga berlaku

∑ z n =lim
n→ ∞
S n=z
n =1

Jadi untuk setiap bilangan ε > 0terdapat bilangan

ε
asli n0 sehingga jika n> n0 berlaku |Sn −1−z|<
2

ε
dan |Sn −z|<
2

Menurut ketaksamaan segitiga, diperoleh

|z n|=|S n−1−Sn|=|( Sn −1−z ) +( z−Sn )|


≤|S n−1−z|+|z−S n|
ε ε
¿ + =ε
2 2

Jadi terbukti bahwa nlim


→∞
z n=0

b. Uji Rasio
Teorema Uji Rasio:

Diberikan deret dengan suku-suku tak negative ∑ Z n dan
n =1

Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
= L.


(a) Jika L < 1, maka ∑ Z nkonvergen
n =1


(b) Jika L > 1, maka ∑ Z ndivergen
n =1

(c) Jika L = 1, maka pengujian gagal (deret dapat konvergen


atau divergen)
Bukti:

(a) Diberikan bilangan ε > 0 sebarang. Karena |Z n|≥ 0


untuk setiap n, maka L > 0.
Diketahui L < 1. Dipilih bilangan real r sehingga L < 2 < 1.
Kemudian diambil ε =r− L<1.
Z n +1
Karena lim
n→∞ | |
Zn
= L, terdapat bilangan asli n0 sehingga

Z n+1
jikan> n0 berlaku
| | |
Zn
−L <ε

Diperoleh jika n> n0 berlaku

Z n +1
| |
Zn
< ε + L=r −L+ L=r atau ¿ Zn +1|¿ r| Z n∨¿ ………………… (*)

Diambil n=n0 , n0 +1 , n0 +2 ,… . sehingga dari (*)


diperoleh

|Z n +1|¿ r|Z n |
0 0

¿ Zn +2∨¿ r 2∨Z n ∨¿
0 0

¿ Zn +3|¿ r 3| Z n ∨¿
0 0

………………….

|Z n 0+k
|¿ r k| Zn |, k ∈ N …………………… (**)
0


Deret ∑ r k∨Z 0∨¿ ¿ adalah deret konvergen, karena
k =1

merupakan deret geometri dengan ratio r < 1.


Dari (**) dan menggunakan uji banding, diperoleh


bahwa deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿ konvergen. 0
k =1
∞ ∞
Deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿ 0
berbeda dari deret ∑ ¿ Z n∨¿ ¿
k =1 k =1

dalam n0 suku pertama.



Jadi deret ∑ ¿ Z n∨¿ ¿ konvergen sehingga deret yang
k =1

diberikan konvergen mutlak.

Z n +1
(b) Karena
n→∞
lim | |
Zn
= L, dan L > 1, maka

Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
= ¿+∞ ¿.

Hal ini berarti untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat


bilangan n0 ∈ N sehingga jika
n> n0 berlaku
Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
< ε.

Z n+1
Perhatikan bahwa 1<¿ ∨¿ ε jika dan hanya jika
Zn

|Z n|<|Z n+1|<ε
Diambil n=n0, n0 +1 ,n 0+2 , …. , sehingga diperoleh

|Z n |<|Z n +1|
0 0

|Z n |<|Z n +1|<|Z n +2|


0 0 0

……………………………

Jadi jika n> n0, berlaku |Z n|>|Z n |. Akibatnya nlim


0 →∞
Z n 0.


Karena nlim
→∞
Z n ≠ 0, diperoleh deret ∑ Zn divergen.
n =1

∞ ∞
1
Misalkan deret ∑ Z n=∑ , diperoleh
n =1 n=1 np

Z n +1 1 np np n p
lim | | |
n→ ∞ Zn
= lim
n→ ∞ (n+1)
p
. =lim
1 n →∞ ( n+ 1 ) p | | | |( ) |
=¿ lim
n →∞ n+1
=1 ¿

1
Deret ∑ konvergen untuk p > 1 dan divergen untuk
n =1 np
p ≤1.


Jadi deret ∑ Zn dapat konvergen dan dapat juga
n =1

divergen, sedangkan yang divergen memenuhi nlim


→∞
¿

c. Uji Akar
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative

∑ Z n dan
lim n
√ | z n |=L
n ←∞ .
n =1

lim n
√ | z n |=L

n ←∞


L<1 , ∑ zn konvergen mutlak

{
d. Uji Integral
L>1 ,
n=1

∑ zn divergen
n=1
L=1 , uji gagal


∑ zn
Andaikan n=1 adalah deret suku-suku tak negative dan

andaikan bahwa fungsi y=f ( x ) didapat dari pengganti n


pada suku umum deret dengan peubah kontinu x, maka
∞ ∞

∑ zn ∫ f ( x ) dx
deret n=1 akan konvergen jika hanya jika 1
juga konvergen.
Dari kalkulus :
∞ b
∫ f ( x ) dx lim ∫ f ( x ) dx
b→∞ a
= a
Apa bila limit pada ruas kanan bernilai terhingga, maka
integral tak wajar tersebut konvergen dan memiliki nilai yang
sama dengan limit tadi. Jika tidak maka integral tersebut
divergen.
e. Uji Deret berganti tanda

∑ (−1 )n zn z n≥0
Diketahui suatu deret n=1 , dengan

lim z n =0
Andaikan : n→∞

z n+1 ≤z n

Untuk setiap n yang lebih besar dari suatu bilangan bulat


M tertentu, maka deret yang diketahui tersebut
konvergen.

f. Uji Banding
Teorema Uji Banding
Diberikan |z n|≤|wn| untuk setiap n ∈ N

∞ ∞
(a) Jika ∑|wn| konvergen, maka ∑|z n| konvergen
n =1 n =1

(mutlak)
∞ ∞
(b) Jika ∑ | z n| divergen, maka ∑ |wn| divergen.
n =1 n =1

Bukti:


a. Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|wn| konvergen. Akan
n =1


dibuktikan ∑|z n| konvergen mutlak. Misalkan { Sn }
n =1


adalah barisan jumlah bagian untuk deret ∑|z n| dan
n =1


{T n } adalah barisan jumlah bagian untuk deret ∑ |wn|.
n =1


Karena ∑ |wn| konvergen, berarti terdapat bilangan real
n =1

M sehingga |T n|≤ M . Karena |z n|≤|wn|, diperoleh


Sn ≤T n ≤ M untuk setiap n ∈ N .
Karena barisan { Sn } sebagai jumlah bagian dari deret

∑|z n|, sehingga berlaku |Sn|≤ M untuk suatu bilangan


n =1


real M . Akibatnya ∑ | z n| konvergen.
n =1


b. Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|z n| divergen. Akan
n =1

∞ ∞
dibuktikan ∑|wn| divergen. Andaikan deret ∑|wn|
n =1 n =1

konvergen. Karena |z n|≤|wn| sehingga dari (a) diperoleh


barisan deret ∑|z n| konvergen. Hal ini bertentangan
n =1

dengan hipotesis yang diketahui jadi pengandaian di atas


salah, haruslah deret ∑ |wn| divergen.
n =1

BAB IV
DERET PANGKAT KOMPLEKS

Bentuk umum Deret Pangkat Kompleks berpusat di z = c adalah


∑ ak (z-c¿ k,c ∈
k=0

Perhatikan bahwa pada persamaanya kita akan memperoleh deret bilangan kompleks jika
z diganti oleh suatu bilangan kompleks, sehingga untuk z yang berbeda akan diperoleh deret
yang berbeda dengan sifat kekonvergenan yang berbeda pula. Oleh karena itu muncul
pertanyaan berikut. Untuk nilai z berapakah deret konvergen?

Jelas bahwa, jika z = c maka diperoleh deret yang konvergen karena ∑ ak 0=0 Jadi,
k=0


jika A = { z ∈C ⎸ ∑ ak ¿ ¿} maka jelas bahwa c ∈ A.
k=0

CONTOH :
∞ ∞
zk 1 k
a
1
1. Pandang deret pangkat ∑ 2 = ∑ 2 (z - 0¿ . Di sini, c = 0 dan k = 2
k=0 k k=0 k k
∞ ∞
i 1
Jika z=i maka diperoleh deret ∑ 2 . Apakah ∑ 2 konvergen ?
k=0 k k=0 k
⎸ ⎸ ak +1 ⎸ ⎸
Jika diperiksa dengan menggunakan uji rasio, maka lim =
n→∞ ak

lim ⃒ ⃒ i k+1 ⃒ ⃒ lim k 2


n →∞ = n→ ∞
=1sehingga uji gagal.
2
¿¿ k +2 k +1
∞ ∞
zk
Jika diperiksa dengan uji konvergensi mutlak maka diperoleh ∑ k 2 ⃒ ⃒ = ∑ k12
k=0 ⃒ ⃒ k=0

yang konvergen, karena merupakan deret p dengan p = 2 atau deret super harmonik.
∞ ∞
ik ik
Karena ∑ 2 konvergen mutlak maka ∑ 2 konvergen. Jadi z=i ∈ A .
k=0 k k=0 k
Disebut radius Konvergensi, sedangkan A ⊆ C disebut daerah atau lingkaran

konvergensi deret pangkat ∑ ak ¿ ¿ Perhatikan bahwa jika R=0 maka deret pangkat
k=0

∑ ak ¿ ¿hanya jika z = c, sebaliknya, jika R = ∞ maka A=C sehingga deret pangkat


k=0

∑ ak ¿ ¿konvergen ∀ z ∈C .
k=0

DERET PANGKAT KOMPLEKS SEBAGAI FUNGSI ANALITIK


Deret pangkat kompleks sebagai fungsi analitik di daerah konvergensinya sehingga deret
tersebut analitik dan terintegralkan di daerah konvergensinya dan kita dapat
mendiferensialkan maupun mengintegralkannya suku demi suku deret. Sifat-sifat tersebut
disajikan dalam teorema berikut.

TEOREMA

Jika deret pangkat ∑ an z konvergen pada lingkaran C dengan radius konvergensi R ≥ 0,
n

n=0

maka:

1. Deret ∑ an z konvergen ke suatu fungsi f (z) yang analitik di setiap z ∈∫ (C)
n

n=0

FUNGSI ANALITIK SEBAGAI DERET PANGKAT KOMPLEKS


Dalam fungsi ini kita mempelajari bagaimana suatu fungsi analitik dapat dinyatakan sebagai
deret pangkat kompleks yang konvergen pada daerah konvergensinya. Seperti pada fungsi
real, di sini digunakan pula deret Taylor untuk menyatakan fungsi analitik sebagai deret
pangkat kompleks.

Teorema Taylor

Jika fungsi f(z) analitik di suatu titik c di bidang kompleks, maka terdapat suatu deret pangkat

∑ an ¿ ¿
n=0

Yang koefisiennya diberikan sebagai


(c)
a n = f (c) , n=0,1,2 , … ,
n!

Dan konvergen ke f(z), ∀ z di sekitar z = c di mana f (z) analitik, yaitu



f (n ) ( c )
F (z) = ∑ ¿.
n=0 n!

Deret pangkat pada teroma tersebut dinamakan Deret Taylor dari f di c. Jika c = 0 maka
deret Taylor disebut deret Mac Laurin. Pada contoh – contoh bertikut akan diperlihatkan
bahwa radius konvergen deret Taylor dari f di c adalah jarak antar titk c dengan titik singular
dari f yang terdekat.

Contoh :

1
Misalkan f (z) = , akan ditentukan deret Mac Laurin untuk f(z).
1−z

Mudah diperiksa bahwa turunan ke n dari f(z) adalah



n ! dan (n )(0) = n!, sehingga a = 1 dan deter laurin dari f (z) dalah f(z) = z n . jadi,
f (z) =
(n)
¿¿
f n ∑
n=0

1
=∑ z n
1−2 n=0

Perhatikan bahwa titik singularitas dari f(z) adalah z 0 = 1,

pusat deret adalah c = 0, dan a (n+1 )=a n = 1, sehingga radius konvergensi deret pangkat tersebut
adalah R = 1.
BAB V

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari hasil isi diatas dapat disimpulkan bahwasanya bilangan kompleks merupakan
penerapan dalam matematika yang dapat menyelesaikan perseolan dalam fisika dan dapat
disimpulkan bahwasanya matematika dan fisika sangat erat kaitanya dalam cabang ilmu
untuk mempermudah dalam ilmu fisika tersebut.

Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk: a + bi atau a + ib dapat ditulis


(a,b). a dan b bilangan real dan i2 = –1. Bilangan kompleks dapat ditambah, dikurang, dikali,
dan dibagi seperti bilangan real. Sebuah bilangan kompleks dapat digambarkan pada bidang
kompleks dengan sumbu X sebagai sumbu  real dan sumbu Y sebagai sumbu khayal.

Deret bilangan kompleks adalah penjumlahan suku-suku pada barisan bilngan


kompleks. Dan untukmenguji kekonvergenan suatu deret bilangan kompeks dapat di uji
dengan cara : teorema konvergensi, uji rasio, uji akar, uji integral , uji berganti ganda, dan uji
banding.
DAFTAR PUSTAKA

Nuraida ida.(2017). Sifat Lapangan Pada Bilangan Kompleks. Jurnal analisa. 3(1) : 70-75.

Sumanang.(2009). Variabel Kompleks. Bandung : KBK Aljabar & Analisis

Wade, W.R. (2000), An Introduction to Analysis, Prentice Hall.

Ekowati. CK 2010. Bahan Ajar Mandiri Kompleks. Kupang: Universitas Nusa Cendana.

Anda mungkin juga menyukai