Anda di halaman 1dari 38

Bab 2 Fungsi Analitik

Bab 2 ini direncanakan akan disampaikan dalam 4 kali pertemuan, dengan


perincian sebagai berikut:
(1) Pertemuan I: Fungsi Kompleks dan Pemetaan.
(2) Pertemuan II: Limit Fungsi, Kekontiuan, dan Turunan.
(3) Pertemuan III: Syarat Cauchy Riemann.
(4) Pertemuan IV: Fungsi Analitik dan Fungsi Harmonik.
Di dalam bab ini akan dibicarakan fungsi analitik, suatu konsep yang memainkan peranan cukup penting di dalam analisis kompleks. Untuk itu, terlebih
dahulu disampaikan fungsi variabel kompleks, limit fungsi, kontinuitas, dan derivatif fungsi.

2.1

Fungsi Variabel Kompleks

Di dalam kuliah kalkulus telah disampaikan pengertian fungsi. Misalkan A, dan


B himpunan tak kosong. Relasi f dari A ke B disebut fungsi jika untuk setiap
x A terdapat dengan tunggal y B sehingga y = f (x). Di dalam bagian
ini, pengertian fungsi akan diperluas untuk domain definisi (daerah definisi) dan
kodomain di dalam C.
Diberikan himpunan A C. Fungsi f yang didefinisikan pada A adalah suatu
aturan yang memasangkan setiap z A dengan w C. Dalam hal ini, bilangan
kompleks w disebut nilai fungsi f di titik z, dan ditulis f (z). Jadi,
w = f (z)
Himpunan A disebut domain definisi (daerah definisi). Di dalam fungsi variabel
kompleks, perlu dibedakan antara pengertian domain dan domain definisi. Domain definisi suatu fungsi belum tentu merupakan domain. Apabila domain defi-

23

nisi suatu fungsi f tidak disebutkan secara eksplisit, maka disepakati bahwa sebagai domain definisi adalah himpunan terbesar sehingga fungsi f terdefinisikan
pada himpunan tersebut. Sebagai contoh, apabila f (z) =
definisi f adalah {z C :

1
,
z1

maka domain

z 6= 1}. Selanjutnya, domain definisi fungsi f

dinotasikan dengan Df .
Diberikan fungsi f dan z Df dengan z = x + iy. Misalkan nilai f di z
adalah w, yaitu
f (z) = w
Apabila w = u + iv, maka dapat dituliskan
f (x + iy) = u + iv
Tentunya dapat dipahami bahwa ternyata bilangan real u dan v masing-masing
ditentukan oleh pasangan variabel real (x, y). Atau dengan kata lain
u = u(x, y)

dan

v = v(x, y)

Jadi,
f (z) = u(x, y) + iv(x, y)

(2.1)

Dari (2.1) dapat dilihat adanya keterkaitan antara fungsi variabel kompleks dan
fungsi 2 variabel real (x, y). Secara sama, tentunya f (z) dapat pula dikaitkan
dengan fungsi 2 perubah real (r, ), yaitu
f (z) = f (r(cos + i sin )) = u(r, ) + iv(r, )

(2.2)

Contoh 2.1.1 Jika f (z) = z + z + i|z|, maka


q

f (z) = 2x + i x2 + y 2
Jadi, u(x, y) = 2x dan v(x, y) =

x2 + y 2

Contoh 2.1.2 Tentukan u(r, ) dan v(r, ) jika diketahui f (z) =

24

z 2 1
.
z

Penyelesaian: Jika z = r(cos + i sin ), maka


(r(cos + i sin ))2 1
r(cos + i sin )
2
2
(r cos 2 1) + ir sin 2 cos i sin
)(
)
= (
r(cos + i sin )
cos i sin
= i2r sin

f (z) = f (r(cos + i sin )) =

Jadi, u(r, ) = 0 dan v(r, ) = 2r sin . 2


Berbeda halnya dengan fungsi variabel real yang bernilai tunggal, maka fungsi
variabel kompleks dapat bernilai tidak tunggal. Tentunya hal ini mudah dipa1

hami, mengingat f (z) = z 4 bernilai empat untuk setiap 0 6= z C. Lihat kembali


Bagian 1.5.
Jika n N dan c0 , c1 , c2 , . . . , cn masing-masing konstanta kompleks dengan
c0 6= 0, maka
Pn (z) = c0 z n + c1 z n1 + . . . + cn1 z + cn
disebut fungsi suku banyak (polinomial) berderajat n. Hasil bagi dua fungsi suku
banyak disebut fungsi pecah rasional.

2.2

Pemetaan/Transformasi/Mappings

Seringkali fungsi variabel real dan bernilai real disajikan dengan suatu grafik pada
suatu bidang datar. Hal ini tidak dapat dilakukan untuk fungsi variabel kompleks
dengan rumus w = f (z), mengingat w dan z keduanya berada di dalam bidang
datar (bukan garis). Namun demikian, w = f (z) dapat digambarkan dengan
cara memasangkan setiap z = (x, y) dengan suatu titik f (z) = (u, v). Untuk
lebih mempermudah penyajian, pada umumnya diperlukan 2 bidang kompleks,
yang pertama disebut bidang-z dan yang kedua dinamakan bidang-w, meskipun
untuk fungsi-fungsi yang cukup sederhana dapat digunakan satu bidang kompleks
saja. Apabila fungsi f disajikan dengan gambar, dengan cara seperti diterangkan
di atas, maka f seringkali disebut sebagai pemetaan (mapping) atau transformasi.
Contoh 2.2.1 Diketahui f (z) = z + z + iz z. Gambarkan f (L) jika
25

(a) L = {z : |z| = 1}.


(b) L = {z : |z| = 2}.
Penyelesaian: Karena f (z) = z + z + iz z = 2x + i(x2 + y 2 ), maka
f (z) = u(x, y) + iv(x, y),
dengan
u(x, y) = 2x

dan

v(x, y) = x2 + y 2

(a) Oleh f , titik-titik A(1, 0), B(0, 1), C(1, 0), dan D(0, 1) berturut-turut
dipetakan ke A0 (2, 1), B 0 (0, 1), C 0 (2, 1), dan D0 (0, 1). Secara umum, sebarang titik P (x, y) L oleh f dipetakan ke P 0 (2x, 1). Apabila L dan
f (L) masing-masing digambarkan ke dalam bidang-z dan bidang-w , maka
diperoleh

Gambar 2.1

(b) Oleh f , titik-titik A(2, 0), B(0, 2), C(2, 0), dan D(0, 2) berturut-turut
dipetakan ke A0 (4, 4), B 0 (0, 4), C 0 (4, 4), dan D0 (0, 4). Secara umum, sebarang titik P (x, y) L oleh f dipetakan ke P 0 (2x, 4). Apabila digambarkan, maka diperoleh

26

Gambar 2.2

2.3

Limit Fungsi

Diberikan fungsi f dengan domain definisi Df dan z0 titik limit Df . Fungsi f


dikatakan mempunyai limit L untuk z mendekati z0 , ditulis
lim f (z) = L

zz0

jika untuk setiap z yang cukup dekat dengan z0 tetapi z 6= z0 berakibat f (z)
cukup dekat dengan L. Dalam bahasa matematika, limzz0 f (z) = L jika untuk
setiap bilangan real  > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga untuk setiap z Df
dengan 0 < |z z0 | < berakibat
|f (z) L| < 
Apabila z0 = x0 + iy0 , maka dengan mengingat pengertian nilai mutlak, definisi
di atas dapat pula dinyatakan sebagai berikut: limzz0 f (z) = L jika untuk setiap
bilangan real  > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga untuk setiap z = x+iy Df
dengan 0 <

(x x0 )2 + (y y0 )2 < berakibat
|f (z) L| < 

Secara geometris, pengertian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3

27

Contoh 2.3.1 Tunjukkan bahwa limz1+i (2z + 1) = 3 + 2i.


Bukti:
|(2z + 1) (3 + 2i)| = |2z 2 2i| = 2|z (1 + i)|
Diberikan  > 0 sebarang. Diambil = 3 , maka > 0. Selanjutnya, untuk setiap
z dengan 0 < |z (1 + i)| < , berlaku

|(2z + 1) (3 + 2i)| = 2|z (1 + i)| < 2. < 
3
Dengan demikian, bukti selesai. 2

Contoh 2.3.2 Tunjukkan bahwa limz2i (2x iy) = 4 + i.


Bukti:
|(2x iy) (4 + i)| = |2(x 2) i(y + 1)| 2(|x 2| + |y + 1|)
Diberikan bilangan  > 0 sebarang. Diambil = 5 , maka > 0. Selanjutnya,
jika 0 < |z (2 i)| < , yang berakibat 0 < |x 2| < dan 0 < |y + 1| < ,
maka berlaku


|(2x iy) (4 + i)| 2(|x 2| + |y + 1|) < 2( + ) < . 2
5 5

Dengan mencermati dan memahami pengertian limit, maka akan segera diketahui bahwa di dalam menunjukkan limzz0 f (z) = L, sesungguhnya yang perlu
diperhatikan hanyalah titik-titik z yang cukup dekat dengan z0 , tidak perlu semua z C. Dengan demikian, untuk mempermudah pembuktian perlu dilakukan
lokalisasi titik-titik z di sekitar z0 . Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut
ini.
Contoh 2.3.3 Tunjukkan limzi z 2 = 1.

28

Bukti:
|z 2 (1)| = |(z i)(z + i| = |z i||z + i|
Ditinjau titik-titik z sehingga |z i| < 1, maka
|z + i| = |z i + 2i| |z i| + 2|i| = 1 + 2 = 3
Jadi, untuk semua z dengan |z i| < 1 berlaku
|z 2 (1)| = |z i||z + i| 3|z i|
Diberikan bilangan  > 0 sebarang. Diambil = min{1, 4 }, maka > 0. Selanjutnya, untuk semua z dengan 0 < |z i| < , yang berakibat 0 < |z i| < 1
dan 0 < |z i| < 5 , berlaku

|z 2 (1)| 3|z i| < 3( ) < . 2
5

Selanjutnya, akan ditunjukkan sifat-sifat limit.


Teorema 2.3.4 Jika limzz0 f (z) ada, maka nilainya tunggal.
Bukti: Misalkan
lim f (z) = L

zz0

dan

lim f (z) = K

zz0

Akan ditunjukkan L = K. Mengingat definisi limit, maka untuk setiap bilangan


real  > 0 yang diberikan, terdapat bilangan 1 , 2 > 0 sehingga

,
3

|f (z) K| <
,
3
|f (z) L| <

untuk 0 < |z z0 < 1 , dan

(2.3)

untuk 0 < |z z0 < 2

(2.4)

Jika diambil = min{1 , 2 }, maka berdasarkan (2.3) dan (2.4) untuk


0 < |z z0 | < berlaku
|L K| = |L f (x) + f (x) K| |f (x) L| + |f (x) K| <
29



+ <
3 3

yang artinya L = K. 2
Sebagai akibat langsung Teorema 2.3.4, jika nilai limzz0 f (z) tidak tunggal,
maka limzz0 f (z) tidak ada.
Seperti telah diterangkan dalam kuliah Kalkulus, dalam hitung limit fungsi
real hanya ada satu limit kiri dan satu limit kanan. Hal ini mudah dimengerti,
karena persekitaran titik x0 hanyalah berupa suatu penggal garis (selang). Akibatnya, apabila limxx0 f (x) tidak ada (dan bukan limit semu), maka untuk
menunjukkannya cukup mudah dan sederhana, yaitu dengan cara menunjukkan
limit kiri tidak sama dengan limit kanan, yang artinya nilai limxx0 f (x) tidak
tunggal. Sementara, di dalam bidang kompleks persekitaran suatu titik z0 tidak
lagi berupa penggal garis, tetapi berupa suatu lingkaran. Akibatnya, konsep
limit kiri dan limit kanan menjadi tidak sesederhana konsep tersebut di dalam
kalkulus fungsi real. Namun demikian, berangkat dari konsep limit satu arah,
kontraposisi Teorema 2.3.4 dapat diklarifikasi dengan menggunakan pengertian
limit fungsi sepanjang suatu kurva.
Diberikan fungsi f dengan domain definisi Df , z0 titik limit Df , dan kurva K
yang melalui z0 . Limit f (z) untuk z mendekati z0 di sepanjang kurva K dikatakan
sama dengan L, ditulis
lim

zz0 , zK

f (z) = L

jika untuk setiap bilangan real  > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga untuk
setiap z K dengan 0 < |z z0 | < berakibat
|f (z) L| < 
Selanjutnya, dengan memperhatikan definisi ini dan Teorema 2.3.4 diperoleh
pernyataan sebagai berikut.
Teorema 2.3.5 Jika limzz0 f (z) ada, maka untuk setiap pasang kurva K1 , K2
Df yang melalui z0 , limzz0 ,

zK1

lim

zz0 , zK1

f (z) dan limzz0 ,

zK2

f (z) =

f (z)

30

lim

zz0 , zK2

f (z) keduanya ada dan

Akibat 2.3.6 Jika ada kurva K1 , K2 Df yang melalui z0 sehingga


lim

zz0 , zK1

f (z) 6=

lim

zz0 , zK2

f (z)

maka limzz0 f (z) tidak ada.


Contoh 2.3.7 Jika f (z) =

2xy
x2 +2y 2

, maka tunjukkan bahwa limz0 f (z)


+i (y(x21)(x+1)
2)(y+2

tidak ada.
Bukti: Jika K1 dan K2 masing-masing adalah kurva dengan persamaan y = 0
dan y = x, maka berturut-turut diperoleh:
(x+1)
2(x2)

= 14 .

i. limz0,

zK1

f (z) = limx0

ii. limz0,

zK2

1)(x+1)
) + ( (x
= 14 ) =
f (z) = limx0 ( x22x
+2x2
(x2)(x+2)

2
3

+ i 14 .

Selanjutnya, dari (i) dan (ii), terbukti bahwa limz0 f (z) tidak ada. 2
Teorema berikut ini menerangkan hubungan antara limit fungsi kompleks dengan limit fungsi real dua perubah.
Teorema 2.3.8 Jika diketahui f (z) = u(x, y) + iv(x, y), z0 = x0 + iy0 , dan
L = A + iB, maka
lim f (z) = L

(2.5)

zz0

jika dan hanya jika


lim

(x,y)(x0 ,y0 )

u(x, y) = A dan

lim

(x,y)(x0 ,y0 )

v(x, y) = B

(2.6)

.
Bukti: Diketahui persamaan (2.5), akan dibuktikan persamaan (2.6) benar.
Diberikan  > 0 sebarang, maka terdapat > 0 sehingga untuk setiap z Df
dengan
0 < |z z0 | <
31

(2.7)

berlaku
|f (z) L| < 
Karena
|u(x, y) A| |f (z) L|

|v(x, y) B| |f (z) L|

dan

maka apabila (2.7) dipenuhi berakibat


|u(x, y) A| < 

|v(x, y) B| < 

dan

Selanjutnya, dengan mengingat definisi modulus, maka (2.7) ekuivalen dengan


0<

(x x0 )2 + (y y0 )2 <

Jadi, untuk setiap (x, y) di dalam domain definisi u


0<

dan

dengan

(x x0 )2 + (y y0 )2 < berakibat
|u(x, y) A| < 

|v(x, y) B| < 

dan

sehingga persamaan (2.6) benar.


Sebaliknya, apabila (2.6) berlaku, maka untuk setiap  > 0 terdapat 1 , 2 > 0
sehingga

,
3

|v(x, y) B| <
,
3
|u(x, y) A| <

untuk 0 <

(x x0 )2 + (y y0 )2 < 1 , dan (2.8)

untuk 0 <

(x x0 )2 + (y y0 )2 < 2

(2.9)

Selanjutnya, apabila diambil = min{1 , 2 }, maka untuk setiap z Df dengan


0 < |z z0 | < (yang artinya (x, y) di dalam domain definisi u dan v dengan
0<

(x x0 )2 + (y y0 )2 < ) berakibat
|f (z) L| |u(x, y) A| + |v(x, y) B| <

Jadi, persamaan (2.5) benar. 2

Contoh 2.3.9 Tentukan limz1+i (z 2 + z1 ).


32



+ <
3 3

Penyelesaian: Terlebih dahulu dituliskan


z2 +

1
x
y
= (x2 y 2 + 2
)
+
i(2xy

)
z
x + y2
x2 + y 2

Selanjutnya, karena
x
1
, dan
) =
2
(x,y)(1,1)
+y
2
y
3
lim (2xy 2
) =
2
(x,y)(1,1)
x +y
2
lim

(x2 y 2 +

x2

maka
1
1
3
lim (z 2 + ) = + i( ). 2
z1+i
z
2
2

Untuk mempelajari sifat-sifat limit lebih lanjut, terlebih dahulu akan dibuktikan lemma di bawah ini.
Lemma 2.3.10 Jika limzz0 f (z) ada, maka terdapat r > 0 sehingga f (z) terbatas pada N (z0 , r) Df {z0 }.
Bukti: Diketahui limzz0 f (z) ada, katakan
lim f (z) = L

zz0

maka terdapat bilangan r > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan 0 < |z z0 | <
r (artinya z N (z0 , r) Df {z0 }) berlaku
|f (z) L| < 1
|f (z)| < 1 + |L|
Jadi, terdapat r > 0 sehingga
|f (z)| < 1 + |L|
untuk setiap z N (z0 , r) Df {z0 }. 2

33

Teorema 2.3.11 Jika limzz0 f (z) dan limzz0 g(z) keduanya ada dan c C,
maka
i. limzz0 {f (z) + g(z)} ada, dan
lim {f (z) + g(z)} = lim f (z) + lim g(z)
zz0

zz0

zz0

ii. limzz0 cf (z) ada, dan


lim cf (z) = c zz
lim f (z)

zz0

iii. limzz0 f (z)g(z) ada, dan


lim f (z)g(z) = lim f (z) lim g(z)

zz0

iv. limzz0

f (z)
g(z)

zz0

zz0

ada, dan
lim
zz

limzz0 f (z)
f (z)
=
, asal zz
lim g(z) 6= 0
0
g(z)
limzz0 g(z)

Bukti: Teorema dapat ditunjukkan langsung dengan menggunakan definisi limit.


Untuk i dan ii, cukup mudah. Di sini hanya akan dibuktikan pernyataan iii.
Untuk yang lain, para pembaca dipersilahkan untuk mencobanya.
Karena limzz0 g(z) ada, maka menurut Lemma 2.3.10 terdapar r > 0 sehingga g(z) terbatas pada Dg N (z0 , r){z0 }. Artinya terdapat M > 0 sehingga
|g(z)| M
untuk setiap z Dg N (z0 , r) {z0 }. Selanjutnya, karena limzz0 f (z) dan
limzz0 g(z) keduanya ada, misalkan limzz0 f (z) = L dan limzz0 g(z) = K,
maka untuk setiap bilangan real  > 0 sebarang terdapat 1 , 2 > 0 sehingga

, untuk setiap z Df dengan 0 < |z z0 |1 , dan
2(M + 1)

|g(z) K| <
, untuk setiap z Dg dengan 0 < |z z0 |2
2(|L| + 1)
|f (z) L| <

34

Diambil = min{r, 1 , 2 }, maka > 0 dan untuk setiap z Df Dg dengan


0 < |z z0 | < berlaku
|f (z)g(z) LK| = |f (z)g(z) Lg(z) + Lg(z) LK|
|f (z)g(z) Lg(z)| + |Lg(z) LK|
= |f (z) L||g(z)| + |L||g(z) K|




<
M + |L|(
) < + = . 2
2(M + 1)
2(|L| + 1)
2 2

Dengan adanya Teorema 2.3.11, maka tidak sulit untuk membuktikan pernyataan berikut ini.
Teorema 2.3.12 Jika Pn (z) = c0 z n + c1 z n1 + c2 z n2 + . . . + cn , maka
lim Pn (z) = Pn (z0 )

zz0

2.4

Limit Menuju Tak Hingga

Di dalam Bab 1 telah dijelaskan titik di tak hingga di dalam bidang kompleks
diperluas (extended complex plane). Apabila w =
cukup kecil, maka himpunan {z :
himpunan {w :
0 oleh w =
punan {w :

1
z

|w| >

1
}.


1
z

dan  > 0 konstanta real

|z| < } akan berkorespondensi 1-1 dengan

Karena di dalam bidang kompleks diperluas, titik

dipetakan ke titik , maka kiranya cukup beralasan apabila him|w| > 1 } disebut persekitaran titik . Dengan adanya pengertian

persekitaran titik ini, selanjutnya dapat didefinisikan pengertian limit f (z)


untuk z menuju titik tak hingga.
Definisi 2.4.1 limz f (z) = L jika untuk setiap bilangan real  > 0 terdapat
bilangan M > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan |z| > M berakibat
|f (z) L| < 

35

Contoh 2.4.2 Tunjukkan limz

1
z

= 0.

Bukti: Diberikan bilangan real  > 0 sebarang. Jika M = 1 , maka M > 0 dan
untuk setiap z dengan |z| > M berlaku
1
1
1
| 0| = | | <
= . 2
z
z
M

Selanjutnya, berdasarkan keterangan alinea pertama pada bagian ini, dapat


ditunjukkan teorema berikut.
Teorema 2.4.3 limz f (z) = L jika dan hanya jika limz0 f ( z1 ) = L.
Bukti: Diketahui limz f (z) = L, maka untuk setiap bilangan real  > 0
terdapat bilangan M > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan |z| > M berlaku
|f (z) L| < 
Diambil =

1
,
M

maka untuk setiap w =

1
z

Df dengan 0 < |w| < , artinya

|z| > M , berakibat


1
|f ( ) L| = |f (z) L| < 
w
Sebaliknya, apabila diketahui limz0 f ( z1 ) = L, maka untuk setiap bilangan real
 > 0 terdapat > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan 0 < |z| < berlaku
1
|f ( ) L| < 
z
Selanjutnya, apabila diambil M = 1 , maka untuk setiap w =
|w| > M , yang artinya 0 < |z| < , berakibat
1
|f (w) L| = |f ( ) L| < 
z

Contoh 2.4.4

(i) limz

z+1
zi

1
z
lim
z0 1
z

= 1 sebab

+1
1+z
1+0
= lim
=
=1
z0
1 iz
10
i
36

1
z

Df dengan

(ii) limz

z 2 +z1
3z 2 i

1
3

lim

1
z2

sebab
+
3
z2

z0

1
z

1
1
1 + z z2
1+00
=
= lim
=
z0 3 iz 2
30
3
i

Definisi 2.4.5 limzz0 f (z) = jika untuk setiap bilangan real M > 0 terdapat
bilangan > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan 0 < |z z0 | < berakibat
|f (z)| > M
Contoh 2.4.6 Tunjukkan limzi

1
zi

= .

Bukti: Diberikan bilangan real M > 0. Jika diambil =

1
,
M

maka untuk setiap

z dengan 0 < |z i| < berakibat


|

1
1
1
|=
> = M. 2
zi
|z i|

Sejalan dengan Teorema 2.4.3, dapat ditunjukkan teorema di bawah ini. Bukti
diserahkan kepada para pembaca sebagai latihan.
Teorema 2.4.7 limzz0 f (z) = jika dan hanya jika limzz0
Contoh 2.4.8 limz2i

z+1
z2i

1
f (z)

=0

= sebab

lim

z2i

1
z+1
( z2i
)

= lim

z2i

z 2i
=0
z+1

Dengan memperhatikan Definisi 2.4.1 dan Definisi 2.4.5, dapat diturunkan


definisi sebagai berikut.
Definisi 2.4.9 limz f (z) = jika untuk setiap bilangan real M > 0 terdapat
bilangan N > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan |z| > N berakibat |f (z)| >
M.
37

Selanjutnya, para pembaca dapat menunjukkan teorema di bawah ini sebagai


latihan.
Teorema 2.4.10 limz f (z) = jika dan hanya jika limz0

1
f ( z1 )

=0

Contoh 2.4.11 limz (z 2 + 2i) = sebab


lim

z0 12
z

2.5

1
z2
0
= lim
=0
=
2
1+0
+ 2i z0 1 + 2iz

Fungsi Kontinu

Pada pengertian limit, dapat dilihat meskipun limzz0 f (z) ada, namun f (z0 )
belum tentu terdefinisikan, dan kalaupun f (z0 ) ada, maka nilainya belum tentu
sama dengan limzz0 f (z). Pada bagian ini, akan dipelajari fungsi f sehingga
memenuhi sifat-sifat
i. f (z0 ) ada (terdefinisikan),
ii. limzz0 f (z) ada, dan
iii. limzz0 f (z) = f (z0 ).
Fungsi f yang demikian dikatakan kontinu di z0 . Jadi,
Definisi 2.5.1 Fungsi f dikatakan kontinu di z0 Df jika untuk setiap bilangan
real  > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga untuk setiap z Df dengan |zz0 | <
berlaku
|f (z) f (z0 )| < 
Fungsi f dikatakan kontinu pada A Df jika f kontinu di setiap z A.
Contoh 2.5.2 Fungsi f (z) = z 2 kontinu di setiap c C.
Bukti: Latihan!
Dalam kaitannya dengan fungsi real dua perubah, maka diperoleh teorema
sebagai berikut.
38

Teorema 2.5.3 Diketahui f (z) = u(x, y) + iv(x, y) dan z0 = x0 + iy0 . Fungsi f


kontinu di z0 jika dan hanya jika u(x, y) dan v(x, y) keduanya kontinu di (x0 , y0 ).
Bukti: Diketahui f kontinu di z0 , maka untuk setiap bilangan real  > 0 terdapat
> 0 sehingga untuk setiap z Df dengan |z z0 | < berakibat
|f (z) f (z0 )| < 

(2.10)

Karena
|Re(z)| |z|

|Im(z)| |z|

dan

maka (2.10) berakibat


|u(x, y) u(x0 , y0 )| < 

|v(x, y) v(x0 , y0 )| < 

dan

(2.11)

Selanjutnya, dengan mengingat definisi nilai mutlak, maka untuk setiap (x, y)
di dalam domain definisi u dan v dengan

(x x0 )2 + (y y0 )2 < berakibat

(2.11). Jadi, u(x, y) dan v(x, y) keduanya kontinu di (x0 , y0 ).


Sebaliknya, apabila diketahui u(x, y) dan v(x, y) keduanya kontinu di (x0 , y0 ),
maka untuk setiap bilangan real  > 0 terdapat 1 , 2 > 0 sehingga
q

, (x, y) Du , (x x0 )2 + (y y0 )2 < 1 , dan
3
q

, (x, y) Dv , (x x0 )2 + (y y0 )2 < 2
|v(x, y) v(x0 , y0 )| <
3

|u(x, y) u(x0 , y0 )| <

Jika diambil = min{1 , 2 }, maka untuk setiap z Df dengan |z z0 | < ,


yang berarti pula

(x x0 )2 + (y y0 )2 < , berakibat

|f (z) f (z0 )| |u(x, y) u(x0 , y0 )| + |v(x, y) v(x0 , y0 )| <



+ < . 2
3 3

Lebih lanjut, jika f dan g kontinu di z0 dan c C, maka dapat ditunjukkan


bahwa f + g, cf , dan f g kontinu di z0 . Demikian pula,

f
g

kontinu di z0 asalkan

g(z0 ) 6= 0. Dengan memahami sifat-sifat fungsi kontinu sebagaimana disebutkan


di atas, maka mudah dipahami contoh soal berikut ini.
39

Contoh 2.5.4 Fungsi f (z) = (x2 + 2xy + 2y 2 ) i( yx1


2 +1 ) kontinu di setiap titik
z = x + iy.

Latihan
1. Hitunglah limzz0 f (z) jika diberikan
a. f (z) = z 2 + 1, z0 = 1 + i
b. f (z) =

z
,
z+1

c. f (z) = xy + i(x2 2xy), z0 = 2i


d. f (z) = x2 + xy i(x y), z0 = 1 + i

z0 = 2 i

2. Selidiki apakah limzc f (z), untuk f (z) dan c yang diberikan berikut ini,
ada serta berikan penjelasannya.
a. f (z) = (x2 + y) + ixy, c = 2 + i.
b. f (z) =

x3 y 3
x2 +y 2

+ i x2x+yy 2 , c = 0.

c. f (z) =

x3 y 3
x2 +y 2

+ i x2x+yy 2 , c = 1 i.

3. Dengan definisi limit tunjukkan bahwa


a. limzi z 3 = i

f. limz2i

1
z3i

b. limz23i (z 2 + 3i) = 5 9i
c. limz1+2i

z
z3i

=i
g. limz2

= 21 + i( 32 )

h. limzi

d. limz2i 3z + i = 6 2i

i. limzi

1
z

1
z

z1
4z3i

1
2

=1+i

= i

e. limz1i z 3 + 2i = 2
4. Jika limzz0 f (z) = L 0, tunjukkan limzz0

f (z) =

L.

5. Jika limzz0 f (z) = L, tunjukkan limzz0 |f (z)| = |L|. Bagaimana dengan


sebaliknya? Jelaskan jawaban Saudara.
6. Jika limzz0 f (z) = 0 dan g terbatas pada suatu persekitaran z0 maka
tunjukkan limzz0 f (z)g(z) = 0.
7. Tunjukkan
40

a. limz

z 2 +1
7z 2 5i

b. limz2i

2z
z2i

1
7

c. limz

d. limz

2z 3 +i
(2zi)3
z2
z+1

1
4

8. Jika f kontinu di z0 , maka tunjukkan f terbatas di suatu persekitaran z0 .


9. Jika f dan g kontinu di z0 , tunjukkan
a. f g kontinu di z0 .
b.

f
g

kontinu di z0 asalkan g(z0 ) 6= 0.

10. Jika limzz0 g(z) ada dan f kontinu, maka tunjukkan


lim f (g(z)) = f (zz
lim g(z))

zz0

11. Diberikan f (z) = xy


2
x

+y 2

+ i y2

x +y 2

. Definisikan f (0) agar f kontinu di

mana-mana.

12. Tunjukkan limz

2.6

4z 2 +1
z1

tidak ada.

Turunan (Derivative)

Diberikan fungsi f dengan domain definisi Df dan titik z0 Df . Turunan f di


titik z0 , ditulis dengan notasi f 0 (z0 ), didefinisikan sebagai
f (z0 + z) f (z0 )
,
z0
z

f 0 (z0 ) = lim

(2.12)

asalkan nilai limit di ruas kanan ada. Apabila di dalam (2.12) didefinisikan
z0 + z = z, maka definisi turunan f di titik z0 dapat pula ditulis sebagai
f 0 (z0 ) = lim

zz0

f (z) f (z0 )
,
z z0

(2.13)

Apabila pada (2.12) titik z0 diambil sebarang di dalam Df dan indeks ditanggalkan, maka diperoleh
f (z + z) f (z)
,
z0
z

f 0 (z) = lim

41

(2.14)

yaitu turunan f di sebarang titik z. Selanjutnya, apabila w = f (z) dan


w = f (z + z) f (z)
maka (2.14) dapat ditulis kembali sebagai
w
z0 z

f 0 (z) = lim
Selanjutnya, limz0

w
z

dinotasikan

juga dapat dinotasikan dengan

dw
.
dz

dw
.
dz

Jadi, selain f 0 (z), turunan w = f (z)

Notasi ini dikenal dengan nama notasi Liebniz.

Contoh 2.6.1 Diberikan fungsi f (z) = z1 . Di sebarang titik z Df ,


w
lim
= lim
z0 z
z0

1
z+z

1
z

= lim

z0

z
1
= 2
(z + z)zz
z

Jadi, f 0 (z) = z12 .


Contoh 2.6.2 Tunjukkan bahwa f (z) = |z|2 tidak mempunyai turunan di setiap
z 6= 0.
Bukti: Perhatikan bahwa
w
|z + z|2 |z|2
(z + z)(z + z) zz
z
=
=
= z + z + z(
)
z
z
z
z
Andaikan f 0 (z) ada, maka limz0

w
z

ada dan nilainya tidak bergantung kepada

cara pendekatannya. Apabila limit diambil sepanjang kurva y = 0, maka


w
=z+0+z
z0 z
lim

(2.15)

Sedangkan, disepanjang kurva x = 0, diperoleh


w
=z+0z
z0 z
lim

Karena limz0

w
z

(2.16)

ada, maka dari (2.16) dan (2.17) diperoleh z = 0. Jadi, f 0 (z)

ada hanya di titik z = 0. 2


42

Pada Contoh 2.6.2 telah ditunjukkan bahwa untuk z 6= 0, f 0 (z) tidak ada,
tetapi dapat ditunjukkan bahwa f kontinu di manapun, khususnya di z 6= 0.
Sedangkan pada Contoh 2.6.1, f 0 (z) ada untuk setiap z Df dan dapat ditunjukkan bahwa f kontinu pada Df . Lalu adakah hubungan antara turunan dan
kekontinuan? Jawaban dari pertanyaan ini diberikan di dalam teorema berikut.
Teorema 2.6.3 Jika f 0 (z0 ) ada, maka f kontinu di z0 .
Bukti: Karena f 0 (z0 ) ada, maka
f 0 (z0 ) = zz
lim

f (z) f (z0 )
z z0

ada. Sehingga
lim {f (z) f (z0 )} = lim

zz0

zz0

f (z) f (z0 )
lim (z z0 ) = f 0 (z0 ).0 = 0. 2
zz0
z z0

Contoh 2.6.4 Fungsi f dengan rumus

xy

x2 +2y2

+ i(x2 + 2xy) , z 6= 0

f (z) =

,z = 0

tidak mempunyai turunan di z = 0, karena f tidak kontinu di z = 0.

2.7

Rumus-rumus Turunan

Untuk mempermudah penulisan, di dalam bagian ini dan seterusnya secara bergantian akan digunakan f 0 (z) dan

df (z)
dz

sebagai notasi untuk turunan fungsi f (z).

Selanjutnya, dengan mengikuti langkah-langkah seperti yang digunakan di dalam


kalkulus dapat diturunkan rumus-rumus turunan sebagai berikut.
Teorema 2.7.1
(ii)

d(z n )
dz

(i)

d(c)
dz

= 0 untuk setiap c C.

= nz n1 untuk setiap n N .

43

Teorema 2.7.2 Jika f dan g keduanya mempunyai turunan di titik z dan c C,


maka f + g, cf , f g, dan

f
g

mempunyai turunan di z asalkan untuk yang terakhir

g(z) 6= 0, dan
(i)

d(f (z)+g(z))
dz

(ii)

d(cf (z))
dz

(iii)

df (z)g(z)
dz

=c

d( g(z) )
dz

df (z)
dz

dg(z)
,
dz

df (z)
,
dz

= f (z) dg(z)
+ g(z) dfdz(z) , dan
dz

f (z)

(iv)

g(z)

df (z)
dg(z)
f (z) dz
dz
2
(g(z))

Bukti: Akan dibuktikan rumus (iii), yang lain dipersilahkan para pembaca untuk
mencobanya. Misalkan w(z) = f (z)g(z), maka
f (z + z)g(z + z) f (z)g(z)
w
=
z
z
f (z + z)g(z + z) f (z + )g(z) f (z + )g(z) f (z)g(z)
=
z
g(z + z) g(z)
f (z + ) f (z)
= f (z + z)(
) + g(z)(
)
z
z
Selanjutnya, dengan menggunakan sifat limit maka rumus (iii) terbukti. 2
Berdasarkan definisi turunan dan Teorema 2.7.2, kiranya tidak sulit untuk
menunjukkan

Contoh 2.7.3

d(z n )
= nz n1 ,
nQ
dz

(a) Jika f (z) = z(z 2 + 1) maka

f 0 (z) =

1
df (z)
1
z2 + 1
= z(2z + 0) + (z 2 + 1)( )(z 2 ) = 2z z +
dz
2
2 z

(b) Diberikan f (z) =

z
,
z+1

f 0 (z) =

maka

df (z)
(z + 1).1 z.(1 + 0)
1
=
=
2
dz
(z + 1)
(z + 1)2

Sebagaimana halnya di dalam kalkulus, di dalam fungsi kompleks ini juga


dikenal konsep turunan fungsi bersusun (aturan rantai).
44

Teorema 2.7.4 (Aturan Rantai) Jika g mempunyai turunan di z dan f mempunyai turunan di g(z), maka fungsi w(z) = f (g(z)) mempunyai turunan di z,
dan
w0 (z) = f 0 (g(z))g 0 (z)
Bukti: Misalkan u = g(z), maka untuk z 6= 0 berakibat u 6= 0 pula, sehingga
w
w u
=
z
u z
Karena g mempunyai turunan di z, maka g kontinu di z, sehingga
lim g(z + z) = g(z)

z0

Hal ini berarti, apabila z 0 maka berakibat u 0. Selanjutnya, menggunakan sifat limit teorema terbukti. 2

Contoh 2.7.5 Tentukan turunan dari f (z) =

z 4 + z 2 + 3.

Penyelesaian: Namakan u = z 4 + z 2 + 3 dan w = f (z) =

u, maka dengan

Teorema 2.7.4,
f 0 (z) =

dw du
1
2z 3 + z
= (4z 3 + 2z + 0) = 4
.2
du dz
2 u
z + z2 + 3

Latihan
1. Tunjukkan bahwa f 0 (z) tak ada untuk setiap z C.
a. f (z) = z

b. f (z) = Re(z)

2. Jika g(z) = a0 + a1 z + . . . + an z n , n N , tunjukkan


ak =
untuk setiap k {1, 2, . . . , n}.
45

f (k) (0)
k!

3. Tentukan f 0 (z) jika


a. f (z) =

1z
.
1+z

b. f (z) = z 1 z 2 .
c. f (z) =

2.8

1z
.
1+z

Persamaan Cauchy-Riemann

Di dalam Teorema 2.6.3 telah disebutkan bahwa apabila f 0 (z) ada, maka f kontinu di titik z. Hal ini berarti bahwa syarat perlu agar f 0 (z) ada, adalah kekontinuan f . Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa, disamping kekontinuan ada
syarat perlu lain agar f 0 (z) ada. Hal itu dinyatakan di dalam teorema berikut
ini.
Teorema 2.8.1 Diberikan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) dan z0 = x0 + iy0 Df . Jika
f 0 (z0 ) ada, maka u dan v mempunyai turunan partial tingkat pertama di titik
(x0 , y0 ) dan di titik tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann, yaitu
ux (x0 , y0 ) = vy (x0 , y0 )

dan

uy (x0 , y0 ) = vx (x0 , y0 )

Selanjutnya,
f 0 (z0 ) = ux (x0 , y0 ) + ivx (x0 , y0 )
Bukti: Diketahui f 0 (z0 ) ada, maka artinya
f 0 (z0 ) = lim

z0

f (z0 + z) f (z0 )
z

ada. Dengan memperhatikan persamaan


f (z0 + z) f (z0 )
z
u(x0 + x, y0 + y) u(x0 , y0 ) + i{v(x0 + x, y0 + y) v(x0 , y0 )}
=
x + iy
dan Teorema 2.3.8, maka dengan mengambil limit di sepanjang kurva y = 0,
diperoleh
u(x0 + x, y0 ) u(x0 , y0 )
= ux (x0 , y0 )
x0
x
v(x0 + x, y0 ) v(x0 , y0 )
Im{f 0 (z0 )} = lim
= vx (x0 , y0 )
x0
x
Re{f 0 (z0 )} =

lim

46

(2.17)
(2.18)

Dengan cara yang sama, apabila limit diambil di sepanjang kurva x = 0, maka
diperoleh
v(x0 , y0 + y) v(x0 , y0 )
= vy (x0 , y0 )
y0
y
u(x0 , y0 + y) u(x0 , y0 )
= uy (x0 , y0 )
Im{f 0 (z0 )} = lim
y0
y
Re{f 0 (z0 )} =

lim

(2.19)
(2.20)

Jadi, u dan v mempunyai turunan parsial tingkat pertama di titik (x0 , y0 ), dan
dengan menyamakan (2.18) dan (2.20) serta (2.19) dan (2.21) maka diperoleh
persamaan Cauchy-Riemann. Selanjutnya,
f 0 (z0 ) = ux (x0 , y0 ) + ivx (x0 , y0 ). 2

Di dalam Teorema 2.8.1 telah dijelaskan bahwa persamaan Cauchy-Riemann


merupakan syarat perlu agar suatu fungsi f mempunyai turunan di suatu titik,
misalkan z0 . Oleh karena itu, persamaan Cauchy-Riemann sering dipakai untuk
menentukan kapan suatu fungsi tak mempunyai turunan.
Contoh 2.8.2 Pada Contoh 2.6.2 telah ditunjukkan bahwa f (z) = |z|2 tidak
mempunyai turunan di setiap z 6= 0. Dengan menggunakan persamaan CauchyRiemann, hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut: Karena
f (z) = |z|2 = x2 + y 2
maka u(x, y) = x2 + y 2 dan v(x, y) = 0, sehingga
ux = 2x ,

uy = 2y,

vx = 0 , dan

vy = 0

Jelas bahwa di titik (x, y) 6= (0, 0), persamaan Cauvhy-Riemann tak dipenuhi.
Jadi, menurut Teorema 2.8.1 f tak mempunyai turunan di setiap z 6= 0.
Bagaimana kebalikan Teorema 2.8.1? Apabila di titik (x0 , y0 ) persamaan
Cauchy-Riemann dipenuhi, apakah f 0 (z0 ) ada? Untuk dapat menjawabnya, perhatikan contoh berikut ini.
47

Contoh 2.8.3 Diberikan fungsi f dengan


2
x (1+i)+2y 2 (i1)

x+2y

f (z) =

, z 6= 0
,z = 0

Akan ditunjukkan f 0 (0) tidak ada. Perhatikan bahwa


f (z) f (0)
x2 (1 + i) + 2y 2 (i 1)
=
z
(x + 2y)(x + iy)
Untuk z 0 di sepanjang garis y = 0,
x2 (1 + i)
f (z) f (0)
= lim
=1+i
x0
z0
z
x2
lim

sedangkan di sepanjang garis y = x,


3i 1
x2 (3i 1)
f (z) f (0)
= lim 2
=
y0 3x (1 + i)
z0
z
1+i
lim

Karena nilai limit tidak tunggal, maka f 0 (0) tidak ada. Namun demikian, karena
x2 2y2

x+2y

u(x, y) =

dan
v(x, y) =

, (x, y) 6= (0, 0)
, (x, y) = (0, 0)

x2 +2y2

x+2y

, (x, y) 6= (0, 0)

, (x, y) = (0, 0)

maka
u(x, 0) u(0, 0)
u(0, y) u(0, 0)
= 1 , uy (0, 0) = lim
= 1
y0
x
y
v(x, 0) v(0, 0)
v(0, y) v(0, 0)
vx (0, 0) = lim
= 1 , vy (0, 0) = lim
=1
x0
y0
x
y

ux (0, 0) = lim

x0

Jadi, persamaan Cauchy-Riemann dipenuhi di (0, 0).

Dari Contoh 2.8.3 di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa persamaan
Cauchy-Riemann hanyalah merupakan syarat perlu agar suatu fungsi mempunyai turunan, belum merupakan syarat cukup. Artinya, meskipun suatu fungsi
48

memenuhi persamaan Cauchy-Riemann di titik (x0 , y0 ), maka belum tentu fungsi


tersebut mempunyai turunan di titik z0 . Namun demikian, dengan menambahkan
syarat-syarat kontinu maka dapat disusun suatu syarat cukup agar suatu fungsi
mempunyai turunan di suatu titik. Hal itu dinyatakan di dalam teorema berikut
ini.
Teorema 2.8.4 Diketahui fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) terdefinisikan pada
suatu persekitaran titik z0 = x0 + iy0 . Jika ux , uy , vx , dan vy ada di seluruh
persekitaran tersebut dan masing-masing kontinu di titik (x0 , y0 ), serta di titik
tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann, yaitu
ux (x0 , y0 ) = vy (x0 , y0 )

dan

uy (x0 , y0 ) = vx (x0 , y0 ),

maka f 0 (z0 ) ada.


Bukti: Misalkan
z = x + iy, dan
w = f (z0 + z) f (z0 )
maka
w = u + iv,
dengan
u = u(x0 + x, y0 + y) u(x0 , y0 ), dan
v = v(x0 + x, y0 + y) v(x0 , y0 )
Selanjutnya, karena semua turunan partial u dan v kontinu di titik (x0 , y0 ), maka
q

u = ux (x0 , y0 )x + uy (x0 , y0 )y + 1 (x)2 + (y)2 , dan


q

v = vx (x0 , y0 )x + vy (x0 , y0 )y + 2 (x)2 + (y)2 ,


dengan 1 , 2 0 untuk (x, y) (0, 0). Hal ini berakibat
q

w = ux (x0 , y0 )x + uy (x0 , y0 )y + 1 (x)2 + (y)2


q

+i{vx (x0 , y0 )x + vy (x0 , y0 )y + 2 (x)2 + (y)2 }


49

Karena di titik (x0 , y0 ) berlaku persamaan Cauchy-Riemann, maka dari persamaan terakhir diperoleh
q

(x)2 + (y)2
w
= ux (x0 , y0 ) + ivx (x0 , y0 ) + (1 + i2 )
z
z
Selanjutnya, karena
q

(x)2 + (y)2

yang artinya

(x)2 +(y)2
z

| = 1,

terbatas, dan lim(x,y)(0,0) (1 + i2 ) = 0, maka

f 0 (z0 ) = ux (x0 , y0 ) + ivx (x0 , y0 ). 2

Contoh 2.8.5 Tunjukkan bahwa f (z) = z 2 + 1 mempunyai turunan di setiap z,


dan tentukan f 0 (z).
Penyelesaian: Nyatakan
f (z) = z 2 + 1 = (x2 y 2 + 1) + i2xy
maka diperoleh
u(x, y) = x2 y 2 + 1

dan

v(x, y) = 2xy

sehingga
ux (x, y) = 2x,

vx (x, y) = 2y,

uy (x, y) = 2y,

vy (x, y) = 2x.

Mudah dipahami bahwa masing-masing turunan partial u dan v kontinu di setiap


(x, y) dan di titik tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann
ux (x, y) = vy (x, y)

dan

uy (x, y) = vx (x, y)

Jadi, menurut Teorema 2.8.4 f 0 (z) ada dan


f 0 (z) = ux (x, y) + iv(x, y) = 2x + i2y = 2z. 2

50

Contoh 2.8.6 Tentukan titik-titik dimana f (z) = x3 4i(y 1)3 mempunyai


turunan. Selanjutnya, tentukan f 0 (2 + 2i) dan f 0 (2 + 3i).
Penyelesaian: Turunan partial u dan v berturut-turut adalah
ux (x, y) = 3x2 ,

vx (x, y) = 0,

uy (x, y) = 0,

vy (x, y) = 12(y 1)2 ,

dan karena masing-masing berupa polinomial maka ux , uy , vx , dan vy semua


kontinu di setiap (x, y). Selanjutnya, karena persamaan Cauchy-Riemann hanya
dipenuhi apabila
3x2 = 12(y 1)2 x = 2(y 1) atau x = 2(y 1)
maka f 0 (z) ada pada A = {z = x + iy : x = 2(y 1) atau x = 2(y 1)}, dan
menurut Teorema 2.8.4
f 0 (z) = 3x2 = 12(y 1)2
Akhirnya, karena 2 + 2i A, maka
f 0 (2 + 2i) = 12,
dan karena 2 + 3i
/ A, maka f 0 (2 + 3i) tidak ada. 2

2.9

Persamaan Cauchy-Riemann di Dalam Sistem Koordinat Kutub

Di dalam Bagian 1.4 telah dijelaskan, apabila z 6= 0 maka z dapat dinyatakan ke


dalam bentuk kutub
z = r(cos + i sin )
dengan r = |z| dan = arg z. Selain itu, diterangkan pula hubungan antara
(x, y) dengan (r, ), yaitu
x = r cos

dan
51

y = r sin

(2.21)

Jadi, apabila diberikan fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y), maka berdasarkan (2.22),
u dan v masing-masing dapat dipandang sebagai fungsi (r, ). Selanjutnya, menggunakan aturan rantai, diperoleh
u
u x
=
,
r
x r
v
v x
=
,
r
x r

u
u x
=
, dan

x
v
v x
=

(2.22)
(2.23)

Sistem (2.23) dan (2.24) masing-masing memberikan penyelesaian


ur = ux cos + uy sin ,

u = ux r sin + uy r cos , dan (2.24)

vr = vx cos + vy sin ,

v = vx r sin + vy r cos

(2.25)

Apabila di titik (x0 , y0 ) = (r0 , 0 ) berlaku persamaan Cauchy-Riemann, yaitu


ux (x0 , y0 ) = vy (x0 , y0 )

uy (x0 , y0 ) = vx (x0 , y0 ),

dan

(2.26)

maka di titik tersebut persamaan (2.26) akan menjadi


vr = uy cos + ux sin ,

v = uy r sin + ux r cos

(2.27)

Selanjutnya, dari (2.25) dan (2.28), diperoleh


ur (r0 , 0 ) =

1
v (r0 , 0 )
r

dan

1
u (r0 , 0 ) = vr (r0 , 0 )
r

(2.28)

Persamaan (2.29) adalah persamaan Cauchy-Riemann di dalam sistem koordinat


kutub. Persamaan pertama di dalam (2.25) dan (2.26) bersama-sama dengan
(2.27) menghasilkan
ux = ur cos + vt sin

dan

vx = ur sin + vr cos

(2.29)

Jadi, apabila f mempunyai turunan di z0 = r0 (cos 0 + i sin 0 ), maka menurut


Teorema 2.8.1 dan (2.30)
f 0 (z0 ) = ux (x0 , y0 ) + ivx (x0 , y0 )
= {ur (r0 , 0 ) cos 0 + vr (r0 , 0 ) sin 0 }
+i{ur (r0 , 0 ) sin 0 + vr (r0 , 0 ) cos 0 }
= {ur (r0 , 0 ) + ivr (r0 , 0 )}{cos 0 i sin 0 }
52

Dengan demikian, apabila Teorema 2.8.4 dinyatakan kembali dengan menggunakan koordinat kutub, maka diperoleh
Teorema 2.9.1 Diketahui fungsi f (z) = u(r, ) + iv(r, ) terdefinisikan di suatu
persekitaran titik (tak nol) z0 = r0 (cos 0 + i sin 0 ). Jika u dan v mempunyai
turunan partial tingkat pertama pada persekitaran tersebut dan masing-masing
kontinu di titik (r0 , 0 ) serta di titik tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann,
maka f 0 (z0 ) ada. Lebih lanjut,
f 0 (z0 ) = {ur (r0 , 0 ) + ivr (r0 , 0 )}{cos 0 i sin 0 }
Contoh 2.9.2 Tunjukkan bahwa

d( z1 )
dz

= z12 .

Bukti: Karena z 6= 0, maka dapat dimisalkan z = r(cos + i sin ), sehingga


f (z) =

1
1
= (cos i sin )
z
r

Jadi, dalam hal ini


u(r, ) =

1
cos
r

dan

1
v(r, ) = sin
r

Berturut-turut diperoleh
ur =
vr =

1
cos ,
r2

1
u = sin ,
r
1
v = cos
r

1
sin ,
r2

Mudah dilihat bahwa di sebarang titik z = (r, ) 6= 0, ur , u , vr , dan v kontinu


dan di titik tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann. Jadi, f 0 (z) ada dan
f 0 (z) = (ur + ivr )(cos i sin )
1
1
= ( 2 cos + i 2 sin )(cos i sin )
r
r
1
= 2 {(cos2 sin2 ) i(sin cos + cos sin )}
r
1
1
1
= 2 (cos 2 i sin 2) =
= 2. 2
2
r
(r(cos + i sin ))
z

Latihan
53

1. Tunjukkan bahwa f 0 (z) tak ada di setiap z C.


a. f (z) = z z

b. f (z) = 2x + ixy 2

2. Tunjukkan bahwa f 0 (z) ada untuk setiap z dan tentukan f 0 (z).


a. f (z) = z 3 + iz

b. f (z) = sin x cosh y + i cos x sinh y

3. Tentukan di mana f 0 (z) ada dan berikan rumus untuk f 0 (z), jika
a. f (z) = x2 iy 2

b. f (z) =

c. f (z) = ex {cos y + i sin y}

z
z1

d. f (z) = x2 4iy 4

4. Diketahui f (z) = 3x5 5i(y 3 + 1). Selidiki apakah f 0 (2 4i), f 0 (2 + 4i),


dan f 0 (4 2i) ada. Jelaskan jawaban Saudara.
5. Tentukan kapan f 0 (z) ada, jika
a. f (z) =

2.10

1
r cos()i sin()

b. f (z) = r2 2i

Fungsi Analitik

Setelah memahami segala hal yang menyangkut turunan suatu fungsi, maka pada
bagian ini, konsep fungsi analitik, yang peranannya di dalam teori fungsi variabel
kompleks cukup penting, telah siap untuk dibicarakan.
Fungsi kompleks f dikatakan analitik (atau regular/holomorpik) pada himpunan terbuka A jika f 0 (z) ada untuk setiap z A. Apabila himpunan E tidak
terbuka, maka fungsi f dikatakan analitik pada E jika f analitik pada suatu
himpunan terbuka A yang memuat E. Khususnya, fungsi f dikatakan analitik di
titik z0 jika f analitik di suatu persekitaran z0 .
Contoh 2.10.1

(a) Diberikan f (z) = z1 . Karena f 0 (z) ada untuk stiap z 6= 0,

maka f analitik di setiap z 6= 0.

54

(b) Pada Contoh 2.6.2 telah ditunjukkan bahwa f (z) = |z|2 mempunyai turunan
hanya di titik z = 0, sedangkan di titik z 6= 0, f 0 (z) tidak ada. Jadi, f tidak
analitik di mana-mana.
Titik di mana suatu fungsi analitik disebut titik analitik fungsi tersebut.
Sedangkan titik z0 di mana fungsi f tidak analitik, tetapi di suatu titik di setiap
persekitaran z0 f analitik, disebut titik singular f . Dari Contoh 2.10.1, z 6= 0
dan z = 0 masing-masing merupakan titik analitik dan titik singular f (z) = z1 .
Sedangkan f (z) = |z|2 tidak mempunyai titik analitik maupun titik singular.
Sifat-sifat aljabar fungsi analitik secara langsung dapat diturunkan dari sifatsifat turunan. Jika f dan g analitik di titik z0 dan c C, maka f + g, cf, danf g
masing-masing analitik di z0 , dan apabila g(z0 ) 6= 0, maka

f
g

juga analitik di z0 .

Mudah ditunjukkan bahwa f (z) = z analitik di setiap z0 C. Oleh karena


itu, berdasarkan sifat-sifat di atas
Pn (z) = a0 z n + a1 z n1 + a2 z n2 + . . . + an
analitik pula di setiap z0 C. Fungsi yang analitik di seluruh bidang kompleks
C disebut fungsi utuh (entire function). Dari uraian di atas, mudah ditunjukkan
bahwa apabila fungsi f dan fungsi g masing-masing analitik pada E dan D,
dengan f (E) D, maka (g f ) analitik pada E. Jadi, f (z) = ( z1
)2 analitik
zi
keculai di titik z = i.
Teorema di bawah ini menerangkan sifat fungsi analitik yang cukup bermanfaat di dalam teori fungsi kompleks.
Teorema 2.10.2 Jika f analitik pada D dan f 0 (z) = 0 untuk setiap z D, maka
f konstan pada D.
Bukti: Karena f analitik pada D maka f 0 (z) ada untuk setiap z D, sehingga
di titik tersebut berlaku persamaan Cauchy-Riemann
ux = vy

dan

uy = vx

dan
f 0 (z) = ux + ivx
55

Selanjutnya, karena f 0 (z) = 0, maka


vy = ux = 0

dan

uy = vx = 0,

untuk setiap (x, y) D. Akibatnya, terdapat konstanta a dan b sehingga u(x, y) =


a dan v(x, y) = b untuk setiap (x, y) D. Jadi, f (z) = a + ib untuk setiap
(x, y) D. 2

2.11

Fungsi Harmonik

Di dalam Bagian 2.10, sebagaimana telah dijelaskan pada definisi fungsi analitik,
jika fungsi f analitik di titik z0 , maka f 0 (z) ada untuk setiap z di dalam suatu
persekitaran z0 . Sementara, bagaimana hubungannya dengan turunan-turunan
partial u dan v tidak dijelaskan. Di dalam bagian ini, akan dijelaskan hubungan
antara fungsi analitik f (z) = u(x, y) + iv(x, y) dengan turunan-turunan partial
u dan v. Dalam kaitannya dengan hal itu, berikut diberikan pengertian fungsi
harmonik.
Fungsi dua perubah H(x, y) yang didefinisikan pada suatu domain D C
dikatakan harmonik pada D jika H mempunyai turunan-turunan partial sampai
dengan tingkat dua, masing-masing kontinu pada D, dan memenuhi
2 H(x, y) 2 H(x, y)
+
=0
x2
y 2

(2.30)

Persamaan (2.31) dikenal dengan nama persamaan differensial Laplace.


Contoh 2.11.1 Fungsi H(x, y) = xy 3 x3 y merupakan fungsi harmonik pada
bidang D = R2 , sebab Hx , Hy , Hxx , Hxy , Hyx , dan Hyy semua ada dan kontinu
pada D, dan berlaku
Hxx (x, y) + Hyy (x, y) = 0
untuk setiap (x, y) D.
Diberikan fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) yang analitik pada domain D.
Artinya, f 0 (z) ada untuk setiap z D. Oleh karena itu, di z D berlaku
56

persamaan Cauchy-Riemann
ux = vy

dan

uy = vx

(2.31)

Apabila kedua ruas masing-masing persamaan pada (2.32) diturunkan terhadap


x, maka diperoleh
uxx = vyx

dan

uyx = vxx

dan apabila diturunkan terhadap y, maka


uxy = vyy

dan

uyy = vxy

Selanjutnya, apabila semua turunan partial u dan v kontinu pada D, maka


uxy = uyx dan vxy = vyx . Akibatnya, diperoleh
uxx + uyy = 0

dan

vxx + vyy = 0,

yang artinya u dan v harmonik pada D.


Diberikan dua fungsi sebarang u(x, y) dan v(x, y) yang masing-masing harmonik di dalam domain D. Fungsi v dikatakan merupakan sekawan harmonik
(harmonic conjugate) u jika turunan-turunan partial v dan u memenuhi persamaan Cauchy-Riemann pada D. Jadi, apabila f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik pada suatu domain D, maka v merupakan sekawan harmonik u pada D.
Sebaliknya, apabila v merupakan sekawan harmonik u pada D, maka fungsi
f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik pada D. Dengan demikian telah dibuktikan
pernyataan berikut ini.
Teorema 2.11.2 Fungsi f (z) = u(x, y) + iv(x, y) analitik pada suatu domain D
jika dan hanya jika v merupakan sekawan harmonik u pada D.
Contoh 2.11.3 Tunjukkan bahwa u(x, y) = 4x3 y 4xy 3 + x harmonik di seluruh
bidang-xy. Selanjutnya, tentukan fungsi utuh f (z) = u(x, y) + iv(x, y).
Penyelesaian: Terlebih dahulu ditentukan turunan-turunan partial u, yaitu
ux = 12x2 y 4y 3 + 1, uxy = 12x2 12y 2 , uxx = 24xy,
uy = 4x3 12xy 2 , uyx = 12x2 12y 2 , uyy = 24xy
57

Dapat dilihat bahwa semua turunan partial tersebut kontinu pada bidang-xy dan
pada bidang tersebut berlaku persamaan diferensial Laplace
uxx + uyy = 0
Jadi, u harmonik pada bidang-xy. Selanjutnya, akan ditentukan fungsi v yang
merupakan sekawan harmonik u pada bidang-xy. Karena f (z) = u(x, y)+iv(x, y)
analitik di setiap titik z = x + iy, maka di titik tersebut berlaku persamaan
Cauchy-Riemann
vy = ux = 12x2 y 4y 3 + 1, dan

(2.32)

vx = uy = (4x3 12xy 2 )

(2.33)

Apabila kedua ruas (2.33) diintegralkan relatif terhadap y, maka diperoleh


v = 6x2 y 2 y 4 + y + h(x),

(2.34)

dengan h(x) fungsi yang hanya memuat variabel x saja, yaitu konstanta relatif
terhadap y. Selanjutnya, apabila (2.35) diturunkan relatif terhadap x dan hasilnya disamakan dengan (2.34), maka
(4x3 12xy 2 ) = 12xy 2 + h0 (x)
Akibatnya, h0 (x) = 4x3 , atau h(x) = x4 + C dengan C sebarang konstanta
real. Jadi,
v = 6x2 y 2 y 4 + y x4 + C
dan fungsi utuh yang ditanyakan adalah
f (z) = (4x3 y 4xy 3 + x) + i(6x2 y 2 y 4 + y x4 + C). 2

(2.35)

Dengan perhitungan yang relatif mudah, (2.36) dapat dinyatakan sebagai


f (z) = iz 4 + z + iC
58

(2.36)

Apabila diteliti dengan seksama, ternyata (2.37) dapat diperoleh dengan cara
sebagai berikut.
Karena f analitik di sebarang titik z dan mengingat persamaan CauchyRiemann, maka
f 0 (z) = ux (x, y) iuy (x, y) = ux (

z+z zz
z+z zz
,
) iuy (
,
)
2
2i
2
2i

(2.37)

Khususnya, apabila diambil z = z, maka (2.38) menjadi


f 0 (z) = ux (z, 0) iuy (z, 0)

(2.38)

Kembali ke Contoh 2.11.3, karena


ux = 12x2 y 4y 3 + 1

uy = 4x3 12xy 2 ,

dan

maka berdasarkan rumus (2.39)


f 0 (z) = 1 i4z 3
Jadi,
f (z) = z iz 4 + K. 2

Latihan
1. Selidiki mana-mana di antara fungsi-fungsi di bawah ini yang merupakan
fungsi utuh.
a. f (z) = (x2 y 2 ) + 2ixy

b. f (z) = ex {cos y + i sin y}

2. Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi berikut ini tidak analitik di mana-mana.


a. f (z) = z

b. f (z) = z z

3. Tentukan titik singular fungsi-fungsi berikut ini serta berikan penjelasannya.


a. f (z) =

z
z1

b. f (z) =
59

z
z 2 4z+13

c. f (z) =

1
sin x cosh y+i cos x sinh y

d. f (z) =

1
r cos i sin

4. Diketahui f (z) analitik pada suatu domain D.


a. Jika f (z) bernilai real untuk setiap z D, tunjukkan f merupakan
fungsi konstan pada D.
b. Jika f (z) analitik pada D, tunjukkan f konstan pada D.
c. Jika |f (z)| konstan pada D, tunjukkan f konstan pada D.
5. Tunjukkan bahwa u(x, y) sebagaimana diberikan di bawah ini harmonik.
Selanjutnya, tentukan fungsi analitik f (z) = u(x, y) + iv(x, y).
a. u(x, y) = x2 y 2 + 3x

b. u(x, y) =

c. u(x, y) = ex cos y

b. u(x, y) =

1
xy

x
x2 +y 2

6. Diketahui f (z) = u(r, ) + iv(r, ) analitik pada suatu domain D yang tidak
memuat titik asal O(0, 0). Turunkan persamaan diferensial Laplace dalam
bentuk kutub.
7. Menggunakan hasil pada soal nomor 6, tunjukkan u(r, ) = r cos harmonik.

60

Anda mungkin juga menyukai