Anda di halaman 1dari 5

Nama : HASANAH

NIM : 030664885
UPBJJ : Banda Aceh
FEFI4312 Diskusi

Fungsi Analitik
1. Fungsi Analitik

Teori fungsi analitik merupakan perluasan kalkulus diferensial dan integral menjadi
ranah variabel kompleks. Tetapi, ide turunan fungsi kompleks jauh lebih halus
dibandingkan dengan fungsi riil. Hal ini dikarenakan sifat intrinsik alami dua dimensi
bilangan kompleks. Keberhasilan dalam menganalisis pertanyaan ini oleh Cauchy
dan Riemann meninggalkan jejak mendalam dalam bidang matematika. Bukan ha-
nya dalam matematika saja tetapi kita juga banyak menjumpai konsekuensinya
dalam beberapa bidang fisika matematik.

2. Fungsi Kompleks sebagai Operasi Pemetaan

Dari variabel kompleks z = x + iy, kita bisa membangun fungsi kompleks f (z).
Secara formal kita bisa mendefinisikan fungsi variabel kompleks dengan cara yang
sama seperti fungsi variabel riil didefinisikan, kecuali mengijinkan konstanta dan
variabel untuk memiliki nilai kompleks.

Misalkan w = f (z) merupakan fungsional yang menghubungkan antara w dan z.


Fungsi-fungsi ini bisa dipisahkan dalam bagian riil dan imajinernya

w = f (x + iy) = u(x, y) + iv(x, y),

dengan u(x, y) dan v(x, y) merupakan fungsi riil. Sebagai contoh, jika

w = f (z) = z 2

maka

w = (x + iy) 2 = (x 2 −y 2 ) + i2xy.
Jadi bagian riil dan imajiner dari w(u, v), adalah

u(x, y) = (x 2 −y 2 ),

(2.2) Karena dua dimensi dibutuhkan untuk menentukan variabel bebas z(x, y) dan
dua

v(x, y) = 2xy.

dimensi lain untuk menentukan variabel bergantung w(u, v), sebuah fungsi kompleks
tidak bisa dinyatakan dengan sebuah plot dua atau tiga dimensi. Hubungan fung-
sional w = f (z) mungkin paling baik digambarkan sebagai sebuah pemetaan, atau
sebuah transformasi, operasi. Himpunan titik (x, y), dalam bidang−z (z = x + iy)
dipetakan menjadi himpunan titik lain (u, v) dalam bidang−w (w = u + iv). Jika kita
mengijinkan variabel x dan y untuk melewati beberapa kurva dalam bidang−z, hal ini
akan memaksa variabel u dan v melawati sebuah citra dalam bidang−w.

Dalam contoh di atas, jika titik (x, y) dalam bidang−z bergerak sepanjang hiper- bola
x 2 −y 2 = c (dengan c sebuah konstanta), titik citranya diberikan oleh (2.1) akan
bergerak sepanjang kurva u = c, yaitu sebuah garis vertikal dalam bidang−w. De-
ngan cara yang sama, jika titik bergerak sepanjang hiperbola 2xy = k, titik citranya
diberikan oleh (2.2) akan melalui garis horizontal v = k dalam bidang−w. Hiperbola

x 2 −y 2 = c dan 2xy = k membentuk dua buah kurva dalam bidang−z, tiap kurva
bersesuaian dengan nilai konstanta tertentu c atau k. Kurva citranya membentuk kisi
garis horisontal dan vertikal dalam bidang w.

2.1.2 Turunan sebuah Fungsi Kompleks

Untuk membahas turunan fungsi kompleks f (z) pada titik tertentu z 0 , fungsinya
harus terdefinisi pada beberapa titik di sekitar z 0 . Titik sekitar yang kita maksudkan
adalah

2.1 Fungsi Analitik

Fungsi w = z 2 memetakan hiperbola dalam bidang−z ke dalam garis horizontal dan


vertikal dalam bidang−w.

himpunan semua titik dalam sebuah daerah lingkaran yang cukup kecil dengan
pusat z 0 . Jika z 0 =x 0 + iy 0 dan z = z 0 + ∆z merupakan dua buah titik berdekatan
dalam bidang−z dengan ∆z = ∆x + i∆y, titik citranya yang bersesuaian dalam
bidang−w adalah w 0 =u 0 +iv 0 dan w = w 0 +∆w dengan w 0 = f (z 0 ) dan w = f (z)
= f (z 0 +∆z).

Perubahan ∆w disebabkan perubahan ∆z dalam z 0 adalah ∆ = f (z 0 + ∆z) − f(z 0 ).

Tetangga z 0 dalam bidang z dipetakan ke dalam tetangga w 0 dalam bidang w


melalui

fungsi w = f (z).

Sekarang jika kita definisikan turunan f ′ (z) = dw dz dengan rumus biasa

∆z→0 ∆z

∆z→0

∆z

3. Fungsi Kompleks

Paling penting untuk memperhatikan bahwa dalam rumus ini z = z 0 + ∆z bisa


berada di semua lokasi di sekitar z 0 dan ∆z bisa mendekati nol sepanjang lintasan
sebarang yang menghubungkan z dengan z 0 . Maka agar nilai turunannya unik, kita
mengharuskan limitnya bebas dari cara ∆z mendekati nol. Batasan ini
menyempitkan jenis fungsi kompleks yang memiliki turunan.

Sebagai contoh jika f (z) = |z| 2 , maka w = zz ∗∆w

= |z + ∆z| −|z|

(z + ∆z)(z ∗ + ∆z ∗ ) − zz ∗
∆x + i∆y Agar turunan f ′ (z) ada, limit dari pembagian ini harus sama tidak
bergantung ba-

∆z

Agar bisa diturunkan pada z, limit yang sama harus diperoleh tidak bergantung
bagaimana ∆z mendekati nol.

gaimana ∆z mendekati nol. Karena ∆z = ∆x + i∆y, ∆z → 0 berarti, tentu, baik ∆x → 0


dan ∆y → 0. Tetapi cara keduanya mendekati nol bisa membuat perbedaan. Jika
kita membiarkan ∆z → 0 mendekati nol melalui lintasan I pada Gambar 2.3, pertama
∆y → 0 dan kemudian ∆x → 0, kita peroleh

∆x − i∆y x − iy + ∆x − i∆y + (x + iy) ∆z→0 ∆z

Tetapi jika kita ambil lintasan II dan mengijinkan ∆x → 0 dan kemudian ∆y → 0,

2.1. Fungsi Analitik

kita peroleh ∆w

∆x − i∆y x − iy + ∆x − i∆y + (x + iy) ∆z→0 ∆z

lim = lim

lim

∆x + i∆y = −2iy.

∆y→0

∆x→0

Kedua limit ini berbeda, maka w = |z| 2 tidak mempunyai turunan kecuali pada z = 0.

Di lain pihak, jika kita perhatikan w = z 2 , maka

w + ∆w = (z + ∆z) 2 =z 2 + 2z∆z + (∆z) 2 ,


jadi ∆w

2z∆z + (∆z) 2

Limit pembagian ini ketika ∆z → 0 sama dengan 2z, apapun lintasan yang diambil ∆z
untuk mendekati nol. Jadi turunannya ada di setiap titik dan

∆z→0 ∆z

∆z→0

Jelas bahwa tidak setiap kombinasi dari u(x, y) + iv(x, y) bisa diturunkan terhadap z.
Jika sebuah fungsi kompleks f (z) yang turunannya f ′ (z) ada pada z 0 dan pada tiap
titik di sekitar z 0 , maka fungsi dikatakan analitik pada z 0 . Sebuah fungsi analitik
merupakan sebuah fungsi yang analitik dalam beberapa daerah (domain) dari
bidang kompleks. Sebuah fungsi yang analitik dalam keseluruhan bidang kompleks
dikatakan fungsi keseluruhan. Sebuah titik yang menghalangi fungsi analitik
mempunyai turunan dikatakan sebuah titik singular.

Syarat yang harus dipenuhi fungsi kompleks agar mempunyai turunan. Dari definisi:

F(z)=f (x+iy)= (x.y)+iv(x,y)

Anda mungkin juga menyukai