Anda di halaman 1dari 28

Bab 6

Fungsi Kompleks

r
sa
6.1 Fungsi Kompleks

ba
kh
Fungsi dengan variabel kompleks dinyatakan misalnya dalam bentuk f (z)
dengan z adalah bilangan kompleks. Secara umum fungsi dengan variabel
13
kompleks mempunyai bagian real dan imajiner yang juga merupakan fungsi.
Misalkan f (z) = z 2 , karena z = x + iy maka
20

z 2 = (x + iy)2 = (x2 − y 2 ) + i(2xy)


2

(6.1)
m
se

Bagian real dan bagian imajiner suatu fungsi kompleks secara umum meru-
pakan fungsi dari variabel x dan y. Bagian real dinyatakan dengan u(x, y)
01

dan bagian imajiner dinyatakan dengan fungsi v(x, y). Jadi suatu fungsi
2

kompleks f (z) = u(x, y) + i v(x, y). Dengan demikian untuk fungsi kom-
fi2

pleks di atas yang dinyatakan dengan f (z) = z 2 , maka u(x, y) = x2 − y 2 dan


v(x, y) = 2xy.
k ul
ca

Contoh
z
Tentukan bagian real dan bagian imajiner fungsi kompleks f (z) =
z2 +1
dengan z = x + iy.

x + iy x + iy
f (z) = 2
= 2
(x + iy) + 1 (x − y 2 + 1) + i2xy
 2
(x − y 2 + 1) − i2xy
 
x + iy
=
(x2 − y 2 + 1) + i2xy (x2 − y 2 + 1) − i2xy
x3 − y 3 + x + 2xy 2 −x2 y − y 3 + y
= 2 + i
(x − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2 (x2 − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2

145
146 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Dengan demikian bagian real dan imajinernya adalah

x3 − y 3 + x + 2xy 2
u(x, y) =
(x2 − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2
−x2 y − y 3 + y
v(x, y) = 2
(x − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2

6.2 Fungsi Analitik


Suatu fungsi f (z) dikatakan analitik dalam suatu daerah pada bidang kom-
pleks bila fungsi tersebut mempunyai turunan yang tunggal (unik) pada se-
tiap titik dalam daerah tersebut. Jika f (z) analitik di titik z = z0 berarti

r
sa
bahwa f (z) mempunyai turunan pada setiap titik dalam lingkaran kecil di se-

ba
kitar z = z0 . Fungsi yang tidak memenuhi batasan tersebut disebut sebagai
fungsi non-analitik.

kh
Dengan mengingat definisi turunan sebagaimana fungsi real, turunan su-
13
atu fungsi kompleks f (z) di titik z = z0 dapat diperoleh sebagai berikut
20

f (z0 + ∆z) − f (z0 )


f 0 (z0 ) = lim (6.2)
∆z
2

∆z→0
m

Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y), maka


se
01

u(x + ∆x, y + ∆y) − u(x, y) + iv(x + ∆x, y + ∆y) − iv(x, y)


f 0 (z) = lim
∆x + i∆y
2

∆x,∆y→0
fi2

(6.3)
Dalam deskripsi geometri untuk fungsi real yang kontinu, suatu fungsi real
ul

dikatakan kontinu jika nilai fungsi tersebut berharga tunggal jika didekati
k

dalam arah manapun. Hal ini juga dapat diterapkan untuk fungsi kompleks.
ca

Jika diperhatikan fungsi kompleks f (z) tersebut di atas, ada banyak arah
yang dapat ditempuh untuk mendekati nilai suatu fungsi pada nilai z = z0 .
Tinjau dua cara mendekati suatu titik dalam bidang kompleks yang paling
mudah, yaitu sepanjang sumbu x (dengan nilai y konstan) dan cara yang
lain adalah sepanjang sumbu y (dengan nilai x konstan). Misalkan pertama
dipilih cara menuju titik tersebut sepanjang sumbu horizontal x (dengan nilai
y tetap, hal ini berarti ∆y = 0), maka dapat dinyatakan

u(x + ∆x, y) − u(x, y) v(x + ∆x, y) − v(x, y)


f 0 (z) = lim +i
∆x→0 ∆x ∆x (6.4)
∂u ∂v
= +i
∂x ∂x
6.2. FUNGSI ANALITIK 147

Sedangkan bila dipilih cara kedua yaitu bergerak sepanjang sumbu vertikal
y (dengan nilai x tetap, hal ini berarti ∆x = 0), maka
u(x, y + ∆y) − u(x, y) v(x, y + ∆y) − v(x, y)
f 0 (z) = lim +i
∆y→0 i∆y i∆y
(6.5)
∂u ∂v
= −i +
∂y ∂y
Sesuai dengan pengertian fungsi analitik di atas, maka agar f (z) bersifat
analitik kedua turunan yang diperoleh dengan dua cara tadi haruslah sama,
ini berarti
∂u ∂v ∂u ∂v
+i = −i + (6.6)
∂x ∂x ∂y ∂y
Maka akan diperoleh hubungan sebagai berikut

r
sa
∂u ∂v ∂u ∂v
= dan =− (6.7)

ba
∂x ∂y ∂y ∂x

kh
Kondisi tersebut di atas haruslah dipenuhi oleh fungsi kompleks f (z) =
u(x, y) + iv(x, y) agar bersifat analitik. Kondisi (syarat) tersebut dikenal
13
sebagai syarat/kondisi Cauchy-Riemann.
20

Beberapa definisi berkaitan dengan fungsi analitik:


• Titik regular (regular point) dari fungsi f (z) adalah titik yang membe-
2
m

rikan f (z) bersifat analitik


se

• Titik singular (singular point atau singularity) dari fungsi f (z) adalah
01

titik yang memberikan f (z) tak analitik. Jika suatu fungsi kompleks
f (z) mempunyai titik singular di z = z0 namun bersifat analitik di da-
2

erah sekitar titik singular tersebut dan tidak ada singularitas lainnya,
fi2

maka z = z0 dikatakan sebagai singularitas terisolasi (isolated singu-


ul

larity). Contoh singularitas terisolasi yang penting yang akan dibahas


k

pada bagian berikutnya adalah kutub (pole).


ca

Beberapa teorema yang digunakan dalam analisa fungsi variabel kom-


pleks:

Teorema I
Jika suatu fungsi kompleks f (z) = u(x, y) + iv(x, y) merupakan suatu fungsi
analitik dalam suatu daerah, maka dalam daerah itu berlaku
∂u ∂v ∂v ∂u
= , dan =− (6.8)
∂x ∂y ∂x ∂y
Teorema ini disebut juga kondisi Cauchy-Riemann untuk menentukan apa-
kah suatu fungsi merupakan fungsi analitik atau bukan.
148 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Contoh 1

Misalkan f (z) = y + ix. Apakah f (z) merupakan fungsi analitik?

Dalam hal ini u = y dan v = x, sehingga ∂u/∂x = 0, ∂v/∂y = 0, ∂v/∂y = 1


dan ∂u/∂y = 1. Karena tidak memenuhi kondisi Cauchy-Riemann, maka
fungsi f (z) tersebut bukanlah fungsi analitik.

Contoh 2

Misalkan f (z) = x + iy. Apakah f (z) merupakan fungsi analitik?

r
Karena

sa
∂u ∂v ∂v ∂u

ba
=1= dan =0=−
∂x ∂y ∂x ∂y
maka berarti f (z) adalah fungsi analitik.
kh
13
20

Teorema II
2
m

Jika u(x, y) dan v(x, y) dan turunan parsialnya terhadap x dan y kontinu
se

serta memenuhi syarat Cauchy-Riemann dalam daerah tersebut maka f (z)


analitik pada semua titik dalam daerah tersebut.
2 01
fi2

Teorema III
ul

Perhatikan gambar 6.1. Jika f (z) adalah fungsi analitik dalam daerah ter-
k

tentu (R) maka f (z) mempunyai turunan orde berapapun pada titik-titik
ca

dalam daerah tersebut dan f (z) dapat diekspansikan sebagai deret Taylor 1
di sekitar titik z0 dalam daerah tersebut. Deret pangkat tersebut konvergen
di dalam daerah berbentuk lingkaran C yang berpusat di z0 hingga mencapai
titik singular terdekat (disebut sebagai daerah cakram konvergensi atau disk
of convergence).

1
Uraian Deret Taylor adalah representasi suatu fungsi menjadi bentuk deret, yaitu

X f (n) (a)
f (x) = (x − a)n
n=0
n!
Jika a = 0 maka uraian tersebut dinamakan uraian atau deret MacLaurin, yaitu f (x) =

X f (n) (0) n
(x)
n=0
n!
6.2. FUNGSI ANALITIK 149

C z0

titik singular

Gambar 6.1: Daerah untuk penjelasan Teorema III.

r
Contoh

sa
ba
Tentukanlah daerah cakram konvergensi (disk of convergence) dari fungsi
kompleks f (z) = ln(1 − z).
kh
13
Fungsi f (z) = ln(1 − z) dapat diekspansikan dalam bentuk deret pangkat
di sekitar z = 0 (uraian Maclaurin), yaitu
20

z2 z3 z4
2

ln(1 − z) = −z − − − − ...
2 3 4
m
se

Kemudian untuk memperoleh titik singular dari fungsi tersebut adalah titik-
titik dalam bidang kompleks yang padanya fungsi f (z) tersebut tidak mem-
01

punyai turunan. Dalam hal ini titik singular yang dimaksud adalah z = 1.
2

Dengan demikian daerah cakram konvergensi dari fungsi tersebut adalah


fi2

berupa cakram (disk ) berpusat di pusat koordinat dengan jari-jari 1.


ul

Teorema IV
k
ca

Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) merupakan fungsi analitik dalam suatu dae-
rah, maka berdasarkan kondisi/ syarat Cauchy-Riemann dapat dinyatakan
∂u ∂v
sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, yaitu =
∂x ∂y
∂u ∂v
dan = − , maka bila dihitung turunan kedua terhadap x dan y akan
∂y ∂x
diperoleh
∂ 2u ∂ 2v
 
∂ ∂u ∂ ∂v
= = =
∂x2 ∂x ∂x ∂x ∂y ∂x∂y
2
(6.9)
∂ 2v
 
∂ u ∂ ∂u ∂ ∂v
= =− =−
∂y 2 ∂y ∂y ∂y ∂x ∂y∂x
150 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

∂ 2u
jika fungsi u(x, y) mempunyai turunan kedua yang kontinu, maka =
∂x∂y
∂ 2u
, maka bila kedua persamaan di atas dijumlahkan akan diperoleh
∂y∂x
∂ 2u ∂ 2u
+ =0 =⇒ ∇2 u = 0 (6.10)
∂x2 ∂y 2
Demikian halnya juga akan dapat diperoleh untuk fungsi v(x, y), yaitu
∂ 2v ∂ 2v
+ =0 =⇒ ∇2 v = 0 (6.11)
∂x2 ∂y 2
Hal tersebut berarti bahwa u(x, y) dan v(x, y) memenuhi persamaan Laplace

r
(dengan kata lain u dan v adalah solusi persamaan Laplace) dalam daerah

sa
tersebut (ini artinya u dan v merupakan fungsi harmonik atau fungsi kon-

ba
jugat (conjugate function)). Fungsi sembarang u (atau v) yang memenuhi

kh
persamaan Laplace dalam suatu daerah adalah bagian real atau imajiner
dari suatu fungsi analitik f (z).
13
20

Contoh 1
2

Suatu fungsi u(x, y) = x2 −y 2 adalah bagian real dari fungsi kompleks z. Ten-
m

tukan bentuk bagian imajiner fungsi kompleks tersebut agar bersifat analitik.
se

Karena
01

∂ 2u ∂ 2u
∇2 u = + =2−2=0
2

∂x2 ∂y 2
fi2

maka berarti u(x, y) memenuhi persamaan Laplace atau dalam kata lain
ul

u(x, y) adalah fungsi harmonik.


k

Kemudian dengan menggunakan persamaan Cauchy-Riemann dapat dipero-


ca

leh
∂v ∂u
= = 2x
∂y ∂x
Maka dengan mengintegralkan terhadap y dapat diperoleh bentuk fungsi
v(x, y), yaitu Z
v(x, y) = 2x dy = 2xy + g(x)

dengan g(x) adalah fungsi dalam x yang merupakan konstanta integrasi. Se-
lanjutnya dengan menggunakan kembali syarat Cauchy-Riemann maka dapat
diperoleh
∂v ∂ ∂u
= (2xy + g(x)) = 2y + g 0 (x) = − = 2y
∂x ∂x ∂y
6.2. FUNGSI ANALITIK 151

sehingga berarti g 0 (x) = 0 atau g = const.


Jadi diperoleh bentuk fungsi v(x, y) = 2xy + const. Dengan demikian dipe-
roleh bentuk fungsi kompleks z adalah

f (z) = u + iv = x2 − y 2 + 2ixy + const = z 2 + const

Contoh 2
Tinjau sebuah fungsi v(x, y) = 3x2 y−y 3 , tentukan fungsi konjugatnya u(x, y)
agar f (z) = u(x, y) + iv(x, y) bersifat analitik.

Suatu fungsi v(x, y) dikatakan harmonik jika memenuhi persamaan Laplace.


Untuk fungsi v(x, y) = 3x2 y − y 3 akan diperoleh

r
sa
∂v ∂ 2v

ba
= 6xy; = 6y
∂x ∂x2

kh
∂v ∂ 2v
= 3x2 − 3y 2 ; = −6y
13
∂y ∂y 2
∂ 2v ∂ 2v
20

Karena ∇2 v = + = 0, maka v(x, y) adalah fungsi harmonik.


∂x2 ∂y 2
2
m

Selanjutnya jika u(x, y) adalah fungsi konjugat (conjugate function) dari


se

v(x, y) dan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) bersifat analitik, maka artinya u(x, y)
dan v(x, y) memenuhi kondisi Cauchy-Riemann, sehingga
01

Z
∂v ∂u
2

2 2
= 3x − 3y = =⇒ u(x, y) = (3x2 − 3y 2 )dx = x3 − 3xy 2 + f (y)
fi2

∂y ∂x
dengan f (y) adalah konstanta integrasi yang merupakan fungsi dari variabel
ul

y. Sedangkan persamaan yang lain dapat diperoleh sebagai berikut


k
ca

Z
∂v ∂u
= 6xy = − =⇒ u(x, y) = − (6xy)dy = −3xy 2 + g(x)
∂x ∂y
dengan g(x) adalah konstanta integrasi yang merupakan fungsi dari variabel
x. Bila kedua bentuk fungsi u(x, y) tersebut disamakan, maka akan diperoleh

x3 − 3xy 2 + f (y) = −3xy 2 + g(x)

yang berarti f (y) = 0 dan g(x) = x3 . Maka fungsi konjugat dari v(x, y)
adalah u(x, y) = x3 − 3xy 2 . Dengan demikian bentuk fungsi kompleks f (z)
adalah
f (z) = u(x, y) + iv(x, y) = (x3 − 3xy 2 ) + i(3x2 y − y 3 )
152 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

6.3 Integral Kontur (contour integral )


Integral garis (integral lintasan) suatu fungsi kompleks pada prinsipnya se-
rupa dengan integral garis suatu fungsi real. Namun perlu diingat bahwa
lintasannya adalah kurva dalam bidang kompleks.

Contoh
Z
Hitunglah integral lintasan f (z)dz dengan C adalah lintasan berupa ga-
C
ris lurus dalam bidang kompleks dari titik z = 0 ke z = 1+2i dan f (z) = (z̄)2 .

Karena z = x + iy dan z̄ berarti konjugat kompleks dari z, maka f (z) =

r
sa
(x−iy)2 = x2 −y 2 −i 2xy. Selanjutnya dapat diperoleh bahwa dz = dx+i dy,

ba
dengan demikian integral lintasan tersebut dapat dituliskan kembali dalam
bentuk

kh
Z Z
f (z)dz = (x2 − y 2 − i 2xy)(dx + i dy)
13
C C
20

Z Z
2 2
(x2 − y 2 ) dy − 2xy dx
 
= (x − y ) dx + 2xy dy + i
2

C C
m

Selanjutnya karena lintasan C adalah garis lurus pada bidang kompleks dari
se

titik z = 0 ke z = 1 + 2i, maka pada lintasan tersebut berlaku hubungan


01

y = 2x yang kemudian diperoleh dy = 2dx. Maka bila digunakan substitusi


tersebut akan diperoleh
2
fi2

Z Z Z
2 2 2
2(x2 − 4x2 ) dx − 4x2 dx
 
f (z)dz = (x − 4x ) dx + 8x dx + i
ul

C C C
k

Z1 Z1
ca

5x3 1 10x3 1 5
= 5x2 dx − i 10x2 dx = −i = (1 − 2i)
3 0 3 0 3
x=0 x=0

Teorema V: Teorema Cauchy


Tinjau suatu fungsi kompleks f (z) dan suatu lintasan (kurva) tertutup seder-
hana C pada bidang kompleks dan f (z) bersifat analitik pada dan di dalam
C. Karena f (z) = u + iv dan z = x + iy, maka integral lintasan tertutup
f (z) pada kurva C adalah
I I I I
f (z)dz = (u + i v)(dx + i dy) = (u dx − v dy) + i (v dx + u dy)
C C C C
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 153

selanjutnya dengan memanfaatkan teorema Green, yaitu


I ZZ  
∂Q ∂P
P dx + Q dy = − dxdy
∂x ∂y
C
daerah
dalam C

dan memanfaatkan syarat/ kondisi Cauchy-Riemann maka akan diperoleh


I ZZ  
∂v ∂u
(u dx − v dy) = − − dx dy = 0
∂x ∂y
C
daerah
dalam C

r
sa
I ZZ  
∂u ∂v

ba
(v dx + u dy) = − dx dy = 0
∂x ∂y

kh
C
daerah
dalam C
13
Sehingga akan diperoleh
20

I
f (z) dz = 0 (6.12)
2

C
m

Persamaan tersebut di atas dikenal sebagai teorema Cauchy dan perumusan


se

integral di atas disebut integral kontur (contour integral ). Jadi menurut


01

teorema Cauchy, jika fungsi kompleks f (z) bersifat analitik pada dan dalam
daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup C, maka integral kontur fungsi
2
fi2

kompleks tersebut sama dengan nol.


ul

Teorema VI: Integral Cauchy


k
ca

Tinjau suatu fungsi kompleks f (z) yang analitik pada dan dalam daerah yang
dibatasi oleh kurva tertutup C. Misalkan suatu fungsi kompleks lainnya yaitu
f (z)
φ(z) didefinisikan sebagai φ(z) = dengan a adalah suatu titik tertentu
z−a
dalam daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup C. Dengan demikian akan
dapat mudah dipahami bahwa fungsi kompleks φ(z) bersifat tidak analitik di
z = a. Misalkan C 0 adalah lingkaran kecil di dalam daerah C yang pusatnya
berada di z = a dan mempunyai jari-jari ρ sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 6.2. Pada gambar sebelah kanan, digambarkan sedikit modifikasi
pada kedua kurva (C dan C 0 ) sedemikian sehingga keduanya menjadi satu
lintasan yang tertutup. Artinya dibuat lintasan penghubung antara kurva
C dan C 0 berupa dua garis lurus sejajar yang sangat rapat. Arah integrasi
154 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

C C
C’z = a C’ z = a

(a) (b)

r
sa
ba
kh
13
Gambar 6.2: (a) Ilustrasi lintasan tertutup C, lingkaran C 0 dan titik z = a,
(b) modifikasi lintasan yang menggabungkan C dan C 0 .
20
2

ditunjukkan dengan anak panah, yaitu berlawanan arah jarum jam pada
m

lintasan C dan searah jarum jam pada lintasan C 0 . Dengan lintasan yang
se

merupakan gabungan dari lintasan C dan C 0 , dapat mudah dipahami bahwa


01

titik z = a berada di luar daerah yang dibatasi oleh kurva gabungan CC 0 .


Dengan lintasan (kurva) tertutup yang baru ini akan diperoleh bahwa fungsi
2
fi2

kompleks φ(z) bersifat analitik. Selanjutnya dengan menghitung integral


lintasan untuk fungsi kompleks φ(z) dan memanfaatkan teorema Cauchy
ul

yang telah dibahas sebelumnya akan diperoleh


k
ca

I I I I
φ(z)dz + φ(z)dz = 0 =⇒ φ(z)dz = φ(z)dz (6.13)
C C0 C C 0†

dengan C 0† menyatakan lintasan C 0 namun dengan arah integrasi yang dibalik


(berlawanan arah jarum jam). Perhatikan bahwa integral lintasan pada garis
lurus yang menghubungkan C dan C 0 dapat dianggap sama dengan nol karena
kedua garis tersebut sejajar dan sangat rapat dengan arah integrasi yang
saling berlawanan. Tinjau kurva C 0† yang berbentuk lingkaran berjejari ρ dan
berpusat di z = a lintasan ini mempunyai persamaan z = a + ρeiθ , dengan θ
menyatakan variabel sudut polar. Karenanya dapat diperoleh dz = ρ i eiθ dθ.
Dengan substitusi ini, persamaan tersebut di atas dapat dituliskan kembali
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 155

menjadi
I I I
f (z)
φ(z)dz = φ(z)dz = dz
z−a
C C 0† C 0†
Z2π Z2π (6.14)
f (z)
= iθ
(ρ i eiθ dθ) = f (z) i dθ
ρe
0 0

Selanjutnya bila digunakan ρ → 0, maka z → a dan karena f (z) bersifat


analitik di seluruh daerah dalam C (artinya juga di titik a), maka lim f (z) =
z→a
f (a), dengan demikikan diperoleh

r
sa
I I Z2π Z2π
f (z)

ba
φ(z)dz = dz = f (z) i dθ = f (a) i dθ = 2π i f (a)
z−a

kh
C C
I
0 0 (6.15)
f (z)
=⇒ dz = 2π i f (a)
13
z−a
C
20

Dengan demikian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: jika f (z) adalah


2

fungsi analitik pada dan di dalam suatu kurva sederhana C, maka nilai f (z)
m

di suatu titik z = a yang berada di dalam kurva C adalah


se

I
1 f (z)
01

f (a) = dz, jika a di dalam C (6.16)


2πi z−a
2

C
fi2

yang merupakan perumusan integral Cauchy (Cauchy’s integral ). Integral


ul

Cauchy tersebut menyatakan nilai suatu fungsi kompleks di titik tertentu


k

dalam daerah C. Jika dari persamaan 6.16 tersebut dilakukan substitusi


ca

variabel a menjadi z sementara z diganti dengan variabel dummy sembarang,


maka akan diperoleh ungkapan integral Cauchy sebagai berikut
I
1 f (ξ)
f (z) = dξ, jika z di dalam C (6.17)
2πi ξ−z
C

Contoh 1
I
sin z
Hitunglah integral dz, dengan C adalah lingkaran pada bidang
2z − π
C
kompleks dengan |z| = 2.
156 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Integral tersebut dapat dituliskan menjadi


I I
sin z 1 sin z
dz = dz
2z − π 2 z − π/2
C C

Kurva C yang digunakan adalah berbentuk lingkaran berjari-jari 2 dalam


bidang kompleks. Bentuk f (z) adalah f (z) = sin z, dengan a = π/2. Karena
f (z) = sin z berarti f (z) bersifat analitik di dalam kurva C, sehingga dapat
digunakan Teorema VI (persamaan 6.16). Maka akan diperoleh
I
1 sin z
dz = πi sin(π/2) = πi

r
2 z − π/2

sa
C

ba
Contoh 2

kh
I
sin z
Hitunglah integral dz dengan C adalah lingkaran pada bidang kom-
13
2z − π
20

C
pleks dengan |z| = 1
2
m

Integral tersebut dapat dituliskan menjadi


se

I I
sin z 1 sin z
dz = dz
01

2z − π 2 z − π/2
C C
2
fi2

Karena C adalah lingkaran berjari-jari 1 dan menggunakan f (z) = sin z/(z −


π/2), maka berarti f (z) adalah fungsi analitik dalam kurva C, sehingga bila
ul

menggunakan Teorema V (Teorema Cauchy, persamaan 6.12) dapat dinya-


k
ca

takan: I
1 sin z
dz = 0
2 z − π/2
C

Contoh 3
e3z
I
Hitung integral dz jika C adalah bujur sangkar yang titik sudut-
z − ln 2
C
nya pada (1, 0), (−1, 0), (0, i) dan (0, −i)

e3z
Fungsi kompleks f (z) berbentuk f (z) = , titik singularnya adalah
z − ln 2
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 157

pada z = ln 2. Karena titik singular tersebut berada di dalam daerah yang


dibatasi oleh kurva C, maka dapat digunakan rumusan integral Cauchy
I I
1 f (z) f (z)
f (a) = dz =⇒ dz = 2πif (a)
2πi z−a z−a
C C

Dengan demikian diperoleh

e3z
I
dz = 2πie3 ln 2 = 16πi
z − ln 2
C

Perumusan integral Cauchy dapat diperluas untuk memperoleh bentuk f 0 (a).


Misalnya tinjau suatu fungsi kompleks f (z) dari definisi turunan, dapat di-

r
sa
nyatakan bahwa nilai turunan f (z) di titik z = a adalah

ba
f (z + h) − f (z) f (a + h) − f (a)

kh
f 0 (a) = f 0 (z) = lim = lim

h h

z=a h→0 z=a h→0
 
13
I  
1 f (z) 1 1
= lim  − dz 
20

h→0 2πi h (z − a − h) (z − a)
C
(6.18)
2

 
I
1 f (z)
m

= lim  dz 
h→0 2πi (z − a − h)(z − a)
se

C
01

I
1 f (z)
= dz
2πi (z − a)2
2

C
fi2

Dengan cara yang sama dapat diperoleh untuk turunan yang lebih tinggi dan
ul

akan diperoleh bentuk perumusan umum integral Cauchy, yaitu


k
ca

I
(n) n! f (z)
f (a) = dz (6.19)
2πi (z − a)n+1
C

Contoh
I
sin 2z
Hitunglah integral dz, dengan C adalah lingkaran |z| = 3.
(6z − π)3
C

Integral tersebut dapat dituliskan kembali dalam bentuk


I I I
sin 2z sin 2z 1 sin 2z
dz = dz = dz
(6z − π)3 (6(z − π/6))3 63 (z − π/6)3
C C C
158 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Karena f (z) = sin 2z analitik di dalam daerah C dan a = π/6 berada di


dalam daerah C, maka dapat digunakan perumusan integral Cauchy. Bila
digunakan bentuk perumusan umum integral Cauchy sebagaimana persama-
an 6.19, maka

2πi d2
I
1 sin 2z 4πi 2πi 3
dz = 3 (sin 2z) = − 3 sin(π/3) = −

63 (z − π/6)3 6 2! dz 2 z=π/6 6 63
C

Teorema VII: Teorema Laurent


Untuk fungsi real yang mempunyai turunan berapapun dalam suatu daerah,

r
sa
dapat diperoleh uraian fungsi tersebut di sekitar suatu titik dalam bentuk
deret pangkat menggunakan deret Taylor. Telah disinggung sebelumnya,

ba
bahwa suatu nilai suatu fungsi kontinu f (x) di sekitar x = a dapat diperoleh

kh
menggunakan uraian deret Taylor sebagai berikut
13

X (x − a)n
20

f (x) = f (n) (a) (6.20)


n=0
n!
2
m

dengan f (n) (x) menyatakan turunan ke-n dari fungsi f (x). Hal yang sama ju-
se

ga dapat diperoleh untuk suatu fungsi kompleks yang bersifat analitik dalam
01

suatu daerah tertentu, maka nilai fungsi kompleks tersebut dapat diuraikan
dalam deret Taylor
2
fi2

∞ ∞
X (z − z0 )n (n)
X
an (z − z0 )n
ul

f (z) = f (z0 ) ≡ (6.21)


n!
k

n=0 n=0
ca

f (n) (z0 )
dengan an ≡ . Jika suatu fungsi kompleks f (z) mempunyai satu
n!
titik singular pada z = z0 dalam daerah C, maka dalam hal ini f (z) ti-
dak dapat diuraikan dalam deret Taylor. Namun jika kemudian fungsi kom-
pleks f (z) tersebut dikalikan dengan (z − z0 ), maka fungsi hasil perkaliannya
(g(z) = (z − z0 )f (z)) akan menghasilkan fungsi kompleks yang bersifat ana-
litik dalam daerah C tersebut. Secara umum dapat dipahami bahwa jika
suatu fungsi kompleks f (z) mempunyai kutub orde p pada titik z = z0 na-
mun f (z) bersifat analitik pada titik lainnya dalam daerah C, maka fungsi
f (z) tidak bersifat analitik di dalam C namun fungsi g(z) ≡ (z − z0 )p f (z)
akan bersifat analitik di dalam C, dan ini berarti fungsi g(z) tersebut dapat
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 159

diekspansikan menggunakan deret Taylor, sehingga



X
p
(z − z0 ) f (z) = g(z) = cn (z − z0 )n
n=0
∞ (6.22)
X
n−p
=⇒ f (z) = cn (z − z0 )
n=0

Dengan demikian akan dapat dinyatakan sebagai berikut


c0 c1
f (z) = p
+ + . . . + cp + cp+1 (z − z0 ) + cp+2 (z − z0 )2 + . . .
(z − z0 ) (z − z0 )p−1
(6.23)
Hal ini berarti secara umum akan terdapat bagian dengan (z−z0 ) berpangkat

r
positif dan ada bagian lain dengan (z − z0 ) berpangkat negatif. Hal ini dapat

sa
dinyatakan secara umum dalam bentuk persamaan

ba
∞ p
bn
kh
X X
n
f (z) = an (z − z0 ) +
n=0 n=1
(z − z0 )n
13
atau (6.24)
20

X∞
f (z) = An (z − z0 )n
2

n=−p
m
se

Uraian deret tersebut dinamakan deret Laurent yang merupakan bentuk yang
lebih umum dari deret Taylor.
01

Misalkan C1 dan C2 adalah dua buah lingkaran yang pusatnya pada titik
2

z0 dan f (z) adalah suatu fungsi analitik dalam daerah R di antara kedua
fi2

lingkaran tersebut maka f (z) dapat diuraikan menjadi bentuk deret yang
konvergen dalam R, yaitu
ul

b1 b2
k

f (z) = a0 + a1 (z − z0 ) + a2 (z − z0 )2 + · · · + + + . . . (6.25)
ca

z − z0 (z − z0 )2
dengan koefisien an dan bn adalah
I
1 f (z)dz
an =
2πi (z − z0 )n+1
C
I (6.26)
1 f (z)dz
bn =
2πi (z − z0 )−n+1
C

dengan C adalah adalah sembarang kurva tertutup sederhana yang mengeli-


lingi z0 dan terletak pada daerah R.
Beberapa pengertian yang terkait dengan teorema Laurent ini:
160 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

• Jika semua koefisien b sama dengan nol maka f (z) bersifat analitik
pada z = z0 dan z0 disebut sebagai titik regular.

• Jika bn 6= 0 tapi kemudian nilai b setelah bn sama dengan 0 maka f (z)


dikatakan mempunyai kutub orde n pada z = z0 . Jika n = 1 maka
f (z) mempunyai kutub sederhana (simple pole).

• Jika terdapat takhingga banyaknya koefisien b yang tidak sama dengan


nol maka f (z) dikatakan mempunyai essential singularity pada z = z0

1
• Koefisien b1 dari dinamakan residu dari f (z) pada z = z0 .
(z − z0 )

r
sa
Contoh

ba
z2 z3

kh
Misalkan sebuah deret ez = 1 + z + + + . . ..
2! 3!
Bila deret tersebut dibandingkan dengan bentuk deret pada persamaan 6.25,
13
maka dapat dilihat bahwa deret ini tidak mempunyai koefisien b (semua
20

bn = 0). Dengan demikian, hal ini berarti bahwa fungsi f (z) = ez tersebut
merupakan fungsi analitik pada z = 0. Selanjutnya, karena b1 = 0 maka
2

berarti residu dari f (z) = ez pada z = 0 adalah sama dengan 0.


m
se

ez 1 1 1 1 z
Misalkan sebuah deret = + + + + + . . ..
01

z3 z 3 z 2 2!z 3! 4!
1 1 1
Bagian utama deret tersebut adalah 3 + 2 + yang berarti b1 = 1/2;
2

z z 2!z
fi2

b2 = 1; b3 = 1 sedangkan bn untuk n > 3 sama dengan 0. Maka deret ter-


ez
sebut mempunyai kutub orde 3 sedangkan residu dari 3 pada z = 0 adalah
ul

z
k

1 1
= .
ca

2! 2

6.4 Teorema Residu dan Aplikasinya


Integral kontur dari fungsi kompleks yang analitik dalam suatu daerah ter-
tentu dapat dihitung menggunakan teorema Cauchy sebagaimana yang di-
nyatakan dalam persamaan 6.12. Tapi bagaimana jika dalam daerah inte-
grasi tersebut terdapat titik singular? Hal ini akan dijelaskan menggunakan
teorema residu.
Tinjau suatu fungsi kompleks f (z) yang mempunyai kutub (pole) orde
p pada z = z0 . Sebagaiman penjelasan pada bagian terdahulu, f (z) dapat
6.4. TEOREMA RESIDU DAN APLIKASINYA 161

diuraikan (diekspansikan) menjadi deret menggunakan deret Laurent seba-


gaimana persamaan 6.24, yaitu

X
f (z) = An (z − z0 )n
n=−p

Misalkan ingin
I dihitung nilai integral kontur I dari fungsi f (z) tersebut,
yaitu I = f (z)dz dengan C adalah suatu kurva tertutup sederhana yang
C
di dalamnya terdapat titik z = z0 . Anggap tidak ada titik singular lain pada
daerah yang dibatasi oleh kurva C tersebut kecuali hanya pada z = z0 . Hal
ini berarti, jika dibuat suatu kurva lain misalnya γ yang merupakan kurva

r
tertutup dan di dalamnya terdapat titik z = z0 , maka berdasarkan teorema

sa
Cauchy, integral kontur pada lintasan C akan sama dengan integral kontur

ba
pada lintasan γ (karena f (z) bersifat analitik pada daerah antara kurva C

kh
dan kurva γ). Misalkan γ berbentuk lingkaran yang berjejari ρ dan berpusat
di titik singular z = z0 , maka pada lintasan γ tersebut dapat dinyatakan
13
z = z0 + ρeiθ dan dz = iρeiθ dθ. Dengan demikian akan dapat dinyatakan
20

I X∞ I
I = f (z)dz = An (z − z0 )n dz
2

n=−p
m

γ γ
se


X Z2π ∞
X Z2π
iθ n iθ
= An (ρe ) (iρe dθ) = An iρn+1 ei(n+1)θ dθ
01

n=−p 0 n=−p 0
2
fi2

Terlihat bahwa untuk nilai n 6= −1, maka akan diperoleh


Z2π
ul

n+1 i(n+1)θ iρn+1 ei(n+1)θ 2π


iρ e dθ = =0
k

i(n + 1) 0
ca

sedangkan untuk nilai n = −1 akan diperoleh


Z2π
i dθ = 2π i
0

Artinya hanya untuk nilai n = −1 saja integral I tersebut mempunyai nilai.


Dengan demikian dapat dinyatakan
I
I = f (z)dz = A−1 (2πi) (6.27)
γ
162 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Karena A−1 adalah koefisien dari (z − z0 )−1 dan telah diketahui dari pem-
bahasan deret Laurent bahwa koefisien (z − z0 )−1 adalah nilai residu fungsi
f (z) di titik z = z0 , maka dapat diperoleh hasil integral kontur fungsi f (z)
sebagai berikut I
I= f (z)dz = 2πiR(z0 )
C
Hal tersebut dapat diperluas untuk kasus suatu fungsi kompleks yang mem-
punyai beberapa titik singular di dalam daerah C. Masing-masing titik si-
ngular memberi kontribusi sebesar 2πi dikali nilai residu di masing-masing
titik singular, dengan demikian akan dapat diperoleh
I
f (z)dz = 2πi × (jumlah residu dari f (z) di dalam C) (6.28)

r
sa
C

ba
Persamaan tersebut di atas dikenal sebagai teorema residu. Teorema residu

kh
sangat berguna untuk menghitung integral. Perlu diingat bahwa integral
kontur tersebut dihitung dengan arah berlawanan jarum jam pada kurva C.
13
20

Metode Penentuan Residu


2

Dalam menggunakan teorema residu untuk menghitung integral kontur, yang


m

menjadi penting adalah cara memperoleh residu di suatu titik singular? Ada
se

beberapa cara penentuan residu suatu fungsi kompleks sebagaimana yang


akan diuraikan berikut ini.
2 01

• Deret Laurent
fi2

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, uraian deret Taylor da-


ri suatu fungsi dapat digunakan untuk menentukan nilai residu fungsi
ul

tersebut di suatu titik z = z0 .


k
ca

Contoh

Suatu fungsi kompleks f (z) = ez /(z − 1). Tentukan residu dari f (z) di
z = 1.

Bila fungsi ez diekspansikan dalam deret pangkat (z − 1) maka di-


peroleh
ez e ez−1 (z − 1)2
 
e
= = 1 + (z − 1) + + ...
z−1 z−1 z−1 2!
e
= + e + ...
z−1
6.4. TEOREMA RESIDU DAN APLIKASINYA 163

1
Karena residu pada z = 1 diperoleh dari koefisien maka berarti
z−1
R(1) = e.

• Kutub tunggal (Simple Pole)


Jika fungsi kompleks f (z) mempunyai kutub sederhana pada z = z0
maka residu pada titik tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan
f (z) dengan (z − z0 ) kemudian hitung nilainya pada z = z0 .
Perumusannya secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

R(z0 ) = lim (z − z0 )f (z) (6.29)


z→z0

r
sa
Contoh

ba
Hitunglah R(− 21 ) dan R(5) untuk fungsi kompleks yang dinyatakan

kh
z
dengan f (z) = .
(2z + 1)(5 − z)
13

Untuk menghitung residu di titik z = − 12 , maka fungsi f (z) tersebut


20

dikalikan dengan (z + 21 ), diperoleh


2
m

   
1 1 z z
z+ f (z) = z + =
se

2 2 (2z + 1)(5 − z) 2(5 − z)


01

Kemudian hitung nilainya dengan mensubstitusi z = − 12 , diperoleh


2
fi2

− 21 1
R(− 12 ) = 1 = −
2(5 + 2 ) 22
kul

Cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung residu di titik z = 5


ca

z z
(z − 5)f (z) = (z − 5) =−
(2z + 1)(5 − z) 2z + 1
z 5
R(5) = − =−
2z + 1 z=5 11

• Kutub ganda (Multiple Poles)


Jika f (z) mempunyai kutub dengan orde n, maka dapat digunakan
langkah sebagai berikut untuk memperoleh nilai residu pada z = z0 :
kalikan f (z) dengan (z − z0 )m , dengan m adalah bilangan bulat yang
lebih besar atau sama dengan orde n, kemudian differensialkan hasil-
nya m − 1 kali, lalu dibagi dengan (m − 1)! dan hitung hasil akhirnya
164 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

dengan mensubstitusi z = z0 .

Contoh

Tentukan residu dari f (z) = (z sin z)/(z − π)3 di titik z = π.

Gunakan m = 3 untuk mengeliminasi penyebut, artinya kalikan f (z)


dengan (z − π)3 sehingga diperoleh
z sin z
(z − π)3 f (z) = (z − π)3 = z sin z
(z − π)3
kemudian differensialkan 2 kali dan selanjutnya dibagi dengan 2! se-

r
hingga diperoleh

sa
ba
1 d2 1
R(π) = (z sin z) = [−z sin z + 2 cos z]z=π = −1

2! dz 2 2

kh
z=π

Teorema Residu untuk menghitung integral


13
20

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa teorema residu dapat digu-


nakan untuk menghitung integral tertentu. Berikut ini beberapa contohnya.
2
m

Contoh 1
se

Z2π

01

Hitunglah integral I =
5 + 4 cos θ
2

0
fi2

1
Jika digunakan variabel baru yaitu z = eiθ , maka dz = ieiθ dθ atau dθ = dz
iz
ul

eiθ + e−iθ z + z1
dan cos θ = = . Sedangkan batas integral dalam variabel
k

2 2
ca

θ yaitu dari θ = 0 hingga θ = 2π akan berubah menjadi lingkaran satuan


dalam bidang kompleks dengan |z| = 1 dan arahnya berlawanan dengan arah
jarum jam. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan sebagai in-
tegral kontur.
Dengan variabel yang baru tersebut integral yang dimaksud dapat dituliskan
kembali dalam bentuk
1
dz
I I I
iz 1 dz 1 dz
I= = =
5 + 2(z + 1/z) i 5z + 2z 2 + 2 i (2z + 1)(z + 2)
C C C

dengan C adalah kurva yang berupa lingkaran berjejari 1 dan berpusat di


titik pusat koordinat pada bidang kompleks. Terlihat bahwa integran (yaitu
6.4. TEOREMA RESIDU DAN APLIKASINYA 165

1
fungsi yang diintegralkan) berbentuk f (z) = yang berarti
(2z + 1)(z + 2)
mempunyai kutub pada z = − 21 dan pada z = −2. Karena kurva C adalah
berupa lingkaran berjejari 1, maka berarti dari kedua kutub tersebut hanya
kutub z = − 12 saja yang berada di dalam daerah yang dibatasi kurva C,
sedangkan kutub z = −2 berada di luar daerah yang dibatasi oleh kurva C.
Residu dari f (z) pada z = − 12 dapat dihitung menggunakan metode kutub
sederhana (simple pole) yaitu
1 1
R(− 21 ) = lim1 (z + 21 ) =

(2z + 1)(z + 2) z=− 2 3
1
z→− 2

Selanjutnya dengan menggunakan teorema residu dapat diperoleh bahwa

r
sa
1 2π
I = 2πiR(− 21 ) = 2π( 13 ) =

ba
i 3

kh
Sehingga diperoleh
Z2π
dθ 2π
13
=
5 + 4 cos θ 3
20

0
2

Contoh 2
m

Z+∞
se

dx
Hitunglah integral I =
1 + x2
01

−∞
2

Untuk menghitung integral I tersebut, tinjau integral kontur berbentuk


fi2

I
dz
ul

1 + z2
k

C
ca

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks


(kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang ρ > 1. Integran pada
1 1
integral kontur tersebut berbentuk f (z) = 2
= . Berarti
1+z (z − i)(z + i)
f (z) mempunyai kutub pada z = i dan pada z = −i. Di antara kedua kutub
ini hanya kutub pada z = i saja yang berada dalam daerah yang dibatasi
oleh kurca tertutup C (ingat bahwa C berbentuk setengah lingkaran pada
kuadran 1 dan 2). Kemudian nilai residu f (z) pada z = i dapat diperoleh
menggunakan metode kutub sederhana (simple pole) yaitu
1 1
R(i) = lim(z − 1) =

z→i (z − i)(z + i) z=i 2i
166 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Dengan demikian dari teorema residu diperoleh


I
dz
= 2πiR(i) = π
1 + z2
C

Integral kontur dengan lintasan berupa kurva C tersebut dapat dinyatakan


sebagai integral garis (integral lintasan) dengan lintasan pertama berupa ga-
ris lurus sepanjang sumbu datar (sumbu x) dari −ρ hingga +ρ dan lintasan
kedua berupa lintasan setengah lingkaran yang dinyatakan dengan persama-
an z = ρeiθ dengan θ dari 0 hingga π:
Z+ρ Zπ
ρieiθ dθ
I
dz dx
= +
1 + z2 1 + x2 1 + ρ2 e2iθ

r
C −ρ 0

sa
Telah dihitung sebelumnya bahwa integral kontur yang dimaksud hasilnya

ba
adalah π dan hasil ini tidak bergantung pada berapapun nilai ρ yang digunak-

kh
an. Perhatikan bahwa asalkan kurva C yang digunakan dalam penghitungan
integral kontur adalah setengah lingkaran pada kuadaran 1 dan 2, maka ber-
13
dasarkan teorema residu nilai integralnya tetap sama. Artinya bila diambil
20

ρ → ∞, maka dapat dituliskan kembali


 +ρ
2


I Z Zπ iθ
dz dx ρie dθ 
m

2
= π = lim  2
+
1+z 1+x 1 + ρ2 e2iθ
se

ρ→∞
C −ρ 0
01

Z+∞
dx
= +0
2

1 + x2
fi2

−∞

Maka diperoleh hasil integral yang dimaksud yaitu


k ul

Z+∞
ca

dx
I= =π
1 + x2
−∞

Contoh 3
Z∞
cos x
Hitunglah integral I = dx.
1 + x2
0

Tinjau suatu integral kontur yang berbentuk


I iz
e dz
1 + z2
C
6.4. TEOREMA RESIDU DAN APLIKASINYA 167

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks


(kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang ρ > 1 sebagaimana
pada Contoh 2. Integran pada integral kontur tersebut mempunyai bentuk
eiz
f (z) = yang berarti terdapat dua kutub pada z = i dan z = −i. Nilai
1 + z2
residu di dalam kurva C adalah
eiz 1
R(i) = lim(z − 1) =

z→i (z − i)(z + i) z=i 2ie

Selanjutnya dengan teorema residu dapat dihitung integral kontur yang di-
maksud yaitu
I iz
e dz π
= 2πiR(i) =

r
1+z 2 e

sa
C

ba
Sedangkan integral kontur tersebut dapat dituliskan dalam dua integral lin-

kh
tasan sesuai dengan kurva tertutup C yang digunakan (lihat kembali Contoh
2 di atas)
13
I iz Z+ρ ix
eiz dz
Z
e dz e dx
20

= +
1 + z2 1 + x2 1 + z2
C −ρ
2

lintasan
m

dengan
se

z=ρeiθ
01

Dengan demikian diperoleh bahwa


2
fi2

Z+∞
eix π
dx =
1 + x2 e
ul

−∞
k
ca

Kemudian bila diambil bagian real dari kedua ruas tersebut maka dapat
dinyatakan
 +∞ 
Z ix
e  = Re π
h i
Re  dx
1 + x2 e
−∞
Z +∞
cos x π
2
dx =
−∞ 1 + x e
cos x
Selanjutnya karena fungsi adalah fungsi genap, maka integral dari
1 + x2
−∞ hingga +∞ sama dengan dua kali integral dari 0 hingga +∞, sehingga
168 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

diperoleh
Z+∞ Z+∞
cos x 1 cos x π
2
dx = 2
dx =
1+x 2 1+x 2e
0 −∞

6.5 Pemetaan (mapping )


Representasi suatu fungsi (termasuk dalam hal ini fungsi kompleks,f (z)) da-
pat juga dipandang sebagai transformasi dari suatu besaran menjadi besaran
yang lain. Misalnya fungsi y = f (x) berarti menggambarkan transformasi
dari besaran x menjadi besaran y. Demikian halnya misalnya terdapat fungsi
kompleks w = f (z), yang berarti/ menggambarkan transformasi dari suatu

r
variabel (atau fungsi kompleks) z menjadi variabel (atau fungsi kompleks) w

sa
lainnya. Pemetaan (mapping) dapat direpresentasikan dalam bentuk fungsi,

ba
dengan demikian pemetaan tidak lain adalah suatu bentuk transformasi.

Contoh kh
13
Tinjau suatu fungsi kompleks w = f (z) = i + zeiπ/4 , jika w = u + iv dan
20

z = x + iy tentukanlah hubungan pemetaan antara variabel koordinat (x, y)


2

dan variabel (u, v).


m
se

Karena eiπ/4 = cos π4 + i sin π4 , maka dapat dinyatakan


01

 
iπ/4
 π π 1+i
w = i + ze = i + (x + iy) cos + i sin = i + (x + iy) √
2

4 4 2
fi2

kemudian karena w = u + iv, maka dengan demikian diperoleh


ul

x−y x+y
k

u= √ dan v = 1 + √
ca

2 2
atau dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain sebagai berikut
√ √
u − v = −1 − y 2 dan u + v = 1 + x 2

Untuk mendapatkan gambaran tentang transformasi (pemetaan) tersebut,


dapat dibuat plot untuk beberapa nilai (x, y) menjadi (u, v) sebagai berikut:
• Tinjau garis-garis vertikal pada bidang kompleks
√ z (yaitu ditandai de-
ngan nilai x konstan misalnya x = 0 dan x = − 2), dengan persamaan
transformasi yang telah diperoleh maka untuk nilai x = 0 akan dipe-
roleh u + v = 1 atau v = −u + 1. Dengan demikian, dalam bidang
6.5. PEMETAAN (MAPPING) 169

kompleks (u, v) hal ini dinyatakan sebagai garis lurus dengan gradi-
en −1 dan memotong sumbu vertikal pada titik v = 1. Selanjutnya
untuk garis √
vertikal dalam bidang kompleks (x, y) yang dinyatakan de-
ngan x = − 2, dengan transformasi tersebut di atas, maka akan dapat
diperoleh hubungan u + v = 1 − 2 atau v = −u − 1 yang juga meng-
gambarkan garis lurus dengan gradien −1 namun dengan titik potong
terhadap sumbu vertikal yang berbeda.

• Tinjau garis-garis horizontal pada bidang kompleks√ z (yaitu ditandai


dengan nilai y konstan misalnya y = 0 dan y = − 2), dengan persa-
maan transformasi yang telah diperoleh maka untuk nilai y = 0 akan
diperoleh u − v = −1 atau v = u + 1. Dengan demikian, dalam bidang
kompleks (u, v) hal ini digambarkan sebagai garis lurus dengan gradi-

r
sa
en +1 dan memotong sumbu vertikal pada titik v = 1. Selanjutnya

ba
untuk garis √
vertikal dalam bidang kompleks (x, y) yang dinyatakan de-
ngan y = − 2, dengan transformasi tersebut di atas, maka akan dapat

kh
diperoleh hubungan u − v = −1 + 2 atau v = u − 1 yang juga meng-
13
gambarkan garis lurus dengan gradien +1 namun dengan titik potong
terhadap sumbu vertikal yang berbeda.
20

Dengan demikian, ilustrasi geometri pemetaan yang dinyatakan dengan w =


2
m

i + zeiπ/4 dapat ditunjukkan dengan gambar 6.3 berikut ini.


se

y v
2 01
fi2

x
ul

u
k
ca

bidang kompleks z bidang kompleks w

Gambar 6.3: Ilustrasi pemetaan (mapping) yang dinyatakan dengan persa-


maan w = i + zeiπ/4 .
170 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS

Pemetaan Konformal (conformal mapping )


Pemetaan konformal merupakan suatu transformasi yang ditandai dengan
sifat-sifat berikut:
• memetakan kurva kontinu pada bidang kompleks z menjadi kurva kon-
tinu pada bidang kompleks w
• memetakan sudut yang dibentuk oleh perpotongan dua kurva pada
bidang kompleks z menjadi sudut yang dibentuk dua kurva hasil pe-
metaan pada bidang kompleks w dengan besar sudut yang sama
• perbesaran dari suatu elemen kecil garis tidak bergantung pada arah
elemen garis tersebut

r
sa
• memetakan fungsi analitik pada bidang kompleks z menjadi fungsi ana-

ba
litik pada bidang kompleks w

Contoh kh
13
Tinjau pemetaan yang dinyatakan dengan w = f (z) = z 2 . Apakah pemetaan
20

ini bersifat konformal?


2
m

Bila dinyatakan dalam bentuk polar, maka z = reiθ dan dengan demiki-
se

an w = z 2 = r2 e2iθ , sedangkan w = Reiφ . Maka berarti R = r2 dan φ = 2θ.


Tinjau kurva dalam bidang kompleks z yang dinyatakan dengan seperempat
01

lingkaran pada kuadran satu dengan jejari a, maka kurva ini dapat dinya-
2

takan dalam bentuk


fi2

π
z = aeiθ dengan 0 ≤ θ ≤
ul

2
k

Dengan pemetaan yang dimaksud, lengkungan ini mempunyai padanan (ima-


ca

ge) yang dapat diperoleh sebagai berikut


w = a2 e2iθ
yang berarti image-nya berupa kurva setengah lingkaran (pada kuadran 1
dan 2) dengan jari-jari a2 . Pemetaan ini bukanlah termasuk pemetaan yang
konformal karena bila ada dua garis lurus yang melalui titik pusat koordinat
pada bidang kompleks z dan keduanya membentuk sudut θ0 , maka padanan
(image-nya) pada bidang kompleks w adalah berupa dua garis lurus yang
membentuk sudut φ = 2θ0 .
Pemetaan yang dipaparkan pada bagian terdahulu, yaitu w = f (z) =
i + zeiπ/4 merupakan contoh pemetaan yang bersifat konformal.
Paket Soal Bab 6

1. Dengan menggunakan syarat/ kondisi Cauchy-Riemann, tentukanlah


apakah fungsi kompleks berikut ini bersifat analitik
(a) ez (d) eiz

r
2 2

sa
(b) z − z̄ y − ix
(e) 2
x + y2

ba
(c) cos z

kh
2. Tentukanlah bentuk fungsi bagian imajiner (fungsi konjugat, v(x, y))
dari fungsi u(x, y) berikut ini agar fungsi kompleks f (z) = u(x, y) +
13
iv(x, y) bersifat analitik
20

x
2 3 (c) 2
(a) 3x y − y x + y2
2

(b) x + y y
m

(d)
(1 − x)2 + y 2
se

3. Gunakan teorema Cauchy untuk menghitung integral berikut ini:


01

I
sin zdz
2

(a) dengan C adalah lingkaran dengan jari-jari |z| = 1.


fi2

2z − π
C
ul

I
sin zdz
(b) dengan C adalah lingkaran dengan jari-jari |z| = 2.
k

2z − π
ca

C
I
sin 2zdz
(c) dengan C adalah lingkaran dengan jari-jari |z| = 3.
6z − π
C

e3z dz
I
(d) dengan C adalah bujursangkar dengan titik sudut (±1±
z − ln 2
C
i).

4. Carilah residu dari fungsi kompleks berikut ini


z−2
(a) pada titik z = 0 dan titik z = 1
z(1 − z)

171
172 Paket Soal Bab 6

eiz
(b) 2 pada titik z = 2i
(z + 4)2
e2z − 1
(c) pada titik z = 0
z2
z
(d) 2 pada titik z = i
(z + 1)2
5. Hitunglah integral tertentu berikut ini menggunakan metode fungsi
kompleks
Z2π Z+∞
dθ sin x dx
(a) (d) 2
5 − 4 sin θ x + 4x + 5
0 −∞

r
Zπ Z+∞

sa
sin2 θ dθ x sin x dx
(b) (e)

ba
13 − 12 cos θ x2 + 4x + 5
0 −∞

kh
Z∞ Z+∞
dx cos 2x, dx
(c) (f)
13
(4x2+ 1)3 (4x2 + 9)2
0 0
20
2
m
se
2 01
fi2
k ul
ca

Anda mungkin juga menyukai