Fungsi Kompleks
r
sa
6.1 Fungsi Kompleks
ba
kh
Fungsi dengan variabel kompleks dinyatakan misalnya dalam bentuk f (z)
dengan z adalah bilangan kompleks. Secara umum fungsi dengan variabel
13
kompleks mempunyai bagian real dan imajiner yang juga merupakan fungsi.
Misalkan f (z) = z 2 , karena z = x + iy maka
20
(6.1)
m
se
Bagian real dan bagian imajiner suatu fungsi kompleks secara umum meru-
pakan fungsi dari variabel x dan y. Bagian real dinyatakan dengan u(x, y)
01
dan bagian imajiner dinyatakan dengan fungsi v(x, y). Jadi suatu fungsi
2
kompleks f (z) = u(x, y) + i v(x, y). Dengan demikian untuk fungsi kom-
fi2
Contoh
z
Tentukan bagian real dan bagian imajiner fungsi kompleks f (z) =
z2 +1
dengan z = x + iy.
x + iy x + iy
f (z) = 2
= 2
(x + iy) + 1 (x − y 2 + 1) + i2xy
2
(x − y 2 + 1) − i2xy
x + iy
=
(x2 − y 2 + 1) + i2xy (x2 − y 2 + 1) − i2xy
x3 − y 3 + x + 2xy 2 −x2 y − y 3 + y
= 2 + i
(x − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2 (x2 − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2
145
146 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
x3 − y 3 + x + 2xy 2
u(x, y) =
(x2 − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2
−x2 y − y 3 + y
v(x, y) = 2
(x − y 2 + 1)2 − 4x2 y 2
r
sa
bahwa f (z) mempunyai turunan pada setiap titik dalam lingkaran kecil di se-
ba
kitar z = z0 . Fungsi yang tidak memenuhi batasan tersebut disebut sebagai
fungsi non-analitik.
kh
Dengan mengingat definisi turunan sebagaimana fungsi real, turunan su-
13
atu fungsi kompleks f (z) di titik z = z0 dapat diperoleh sebagai berikut
20
∆z→0
m
∆x,∆y→0
fi2
(6.3)
Dalam deskripsi geometri untuk fungsi real yang kontinu, suatu fungsi real
ul
dikatakan kontinu jika nilai fungsi tersebut berharga tunggal jika didekati
k
dalam arah manapun. Hal ini juga dapat diterapkan untuk fungsi kompleks.
ca
Jika diperhatikan fungsi kompleks f (z) tersebut di atas, ada banyak arah
yang dapat ditempuh untuk mendekati nilai suatu fungsi pada nilai z = z0 .
Tinjau dua cara mendekati suatu titik dalam bidang kompleks yang paling
mudah, yaitu sepanjang sumbu x (dengan nilai y konstan) dan cara yang
lain adalah sepanjang sumbu y (dengan nilai x konstan). Misalkan pertama
dipilih cara menuju titik tersebut sepanjang sumbu horizontal x (dengan nilai
y tetap, hal ini berarti ∆y = 0), maka dapat dinyatakan
Sedangkan bila dipilih cara kedua yaitu bergerak sepanjang sumbu vertikal
y (dengan nilai x tetap, hal ini berarti ∆x = 0), maka
u(x, y + ∆y) − u(x, y) v(x, y + ∆y) − v(x, y)
f 0 (z) = lim +i
∆y→0 i∆y i∆y
(6.5)
∂u ∂v
= −i +
∂y ∂y
Sesuai dengan pengertian fungsi analitik di atas, maka agar f (z) bersifat
analitik kedua turunan yang diperoleh dengan dua cara tadi haruslah sama,
ini berarti
∂u ∂v ∂u ∂v
+i = −i + (6.6)
∂x ∂x ∂y ∂y
Maka akan diperoleh hubungan sebagai berikut
r
sa
∂u ∂v ∂u ∂v
= dan =− (6.7)
ba
∂x ∂y ∂y ∂x
kh
Kondisi tersebut di atas haruslah dipenuhi oleh fungsi kompleks f (z) =
u(x, y) + iv(x, y) agar bersifat analitik. Kondisi (syarat) tersebut dikenal
13
sebagai syarat/kondisi Cauchy-Riemann.
20
• Titik singular (singular point atau singularity) dari fungsi f (z) adalah
01
titik yang memberikan f (z) tak analitik. Jika suatu fungsi kompleks
f (z) mempunyai titik singular di z = z0 namun bersifat analitik di da-
2
erah sekitar titik singular tersebut dan tidak ada singularitas lainnya,
fi2
Teorema I
Jika suatu fungsi kompleks f (z) = u(x, y) + iv(x, y) merupakan suatu fungsi
analitik dalam suatu daerah, maka dalam daerah itu berlaku
∂u ∂v ∂v ∂u
= , dan =− (6.8)
∂x ∂y ∂x ∂y
Teorema ini disebut juga kondisi Cauchy-Riemann untuk menentukan apa-
kah suatu fungsi merupakan fungsi analitik atau bukan.
148 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
Contoh 1
Contoh 2
r
Karena
sa
∂u ∂v ∂v ∂u
ba
=1= dan =0=−
∂x ∂y ∂x ∂y
maka berarti f (z) adalah fungsi analitik.
kh
13
20
Teorema II
2
m
Jika u(x, y) dan v(x, y) dan turunan parsialnya terhadap x dan y kontinu
se
Teorema III
ul
Perhatikan gambar 6.1. Jika f (z) adalah fungsi analitik dalam daerah ter-
k
tentu (R) maka f (z) mempunyai turunan orde berapapun pada titik-titik
ca
dalam daerah tersebut dan f (z) dapat diekspansikan sebagai deret Taylor 1
di sekitar titik z0 dalam daerah tersebut. Deret pangkat tersebut konvergen
di dalam daerah berbentuk lingkaran C yang berpusat di z0 hingga mencapai
titik singular terdekat (disebut sebagai daerah cakram konvergensi atau disk
of convergence).
1
Uraian Deret Taylor adalah representasi suatu fungsi menjadi bentuk deret, yaitu
∞
X f (n) (a)
f (x) = (x − a)n
n=0
n!
Jika a = 0 maka uraian tersebut dinamakan uraian atau deret MacLaurin, yaitu f (x) =
∞
X f (n) (0) n
(x)
n=0
n!
6.2. FUNGSI ANALITIK 149
C z0
titik singular
r
Contoh
sa
ba
Tentukanlah daerah cakram konvergensi (disk of convergence) dari fungsi
kompleks f (z) = ln(1 − z).
kh
13
Fungsi f (z) = ln(1 − z) dapat diekspansikan dalam bentuk deret pangkat
di sekitar z = 0 (uraian Maclaurin), yaitu
20
z2 z3 z4
2
ln(1 − z) = −z − − − − ...
2 3 4
m
se
Kemudian untuk memperoleh titik singular dari fungsi tersebut adalah titik-
titik dalam bidang kompleks yang padanya fungsi f (z) tersebut tidak mem-
01
punyai turunan. Dalam hal ini titik singular yang dimaksud adalah z = 1.
2
Teorema IV
k
ca
Jika f (z) = u(x, y) + iv(x, y) merupakan fungsi analitik dalam suatu dae-
rah, maka berdasarkan kondisi/ syarat Cauchy-Riemann dapat dinyatakan
∂u ∂v
sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, yaitu =
∂x ∂y
∂u ∂v
dan = − , maka bila dihitung turunan kedua terhadap x dan y akan
∂y ∂x
diperoleh
∂ 2u ∂ 2v
∂ ∂u ∂ ∂v
= = =
∂x2 ∂x ∂x ∂x ∂y ∂x∂y
2
(6.9)
∂ 2v
∂ u ∂ ∂u ∂ ∂v
= =− =−
∂y 2 ∂y ∂y ∂y ∂x ∂y∂x
150 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
∂ 2u
jika fungsi u(x, y) mempunyai turunan kedua yang kontinu, maka =
∂x∂y
∂ 2u
, maka bila kedua persamaan di atas dijumlahkan akan diperoleh
∂y∂x
∂ 2u ∂ 2u
+ =0 =⇒ ∇2 u = 0 (6.10)
∂x2 ∂y 2
Demikian halnya juga akan dapat diperoleh untuk fungsi v(x, y), yaitu
∂ 2v ∂ 2v
+ =0 =⇒ ∇2 v = 0 (6.11)
∂x2 ∂y 2
Hal tersebut berarti bahwa u(x, y) dan v(x, y) memenuhi persamaan Laplace
r
(dengan kata lain u dan v adalah solusi persamaan Laplace) dalam daerah
sa
tersebut (ini artinya u dan v merupakan fungsi harmonik atau fungsi kon-
ba
jugat (conjugate function)). Fungsi sembarang u (atau v) yang memenuhi
kh
persamaan Laplace dalam suatu daerah adalah bagian real atau imajiner
dari suatu fungsi analitik f (z).
13
20
Contoh 1
2
Suatu fungsi u(x, y) = x2 −y 2 adalah bagian real dari fungsi kompleks z. Ten-
m
tukan bentuk bagian imajiner fungsi kompleks tersebut agar bersifat analitik.
se
Karena
01
∂ 2u ∂ 2u
∇2 u = + =2−2=0
2
∂x2 ∂y 2
fi2
maka berarti u(x, y) memenuhi persamaan Laplace atau dalam kata lain
ul
leh
∂v ∂u
= = 2x
∂y ∂x
Maka dengan mengintegralkan terhadap y dapat diperoleh bentuk fungsi
v(x, y), yaitu Z
v(x, y) = 2x dy = 2xy + g(x)
dengan g(x) adalah fungsi dalam x yang merupakan konstanta integrasi. Se-
lanjutnya dengan menggunakan kembali syarat Cauchy-Riemann maka dapat
diperoleh
∂v ∂ ∂u
= (2xy + g(x)) = 2y + g 0 (x) = − = 2y
∂x ∂x ∂y
6.2. FUNGSI ANALITIK 151
Contoh 2
Tinjau sebuah fungsi v(x, y) = 3x2 y−y 3 , tentukan fungsi konjugatnya u(x, y)
agar f (z) = u(x, y) + iv(x, y) bersifat analitik.
r
sa
∂v ∂ 2v
ba
= 6xy; = 6y
∂x ∂x2
kh
∂v ∂ 2v
= 3x2 − 3y 2 ; = −6y
13
∂y ∂y 2
∂ 2v ∂ 2v
20
v(x, y) dan f (z) = u(x, y) + iv(x, y) bersifat analitik, maka artinya u(x, y)
dan v(x, y) memenuhi kondisi Cauchy-Riemann, sehingga
01
Z
∂v ∂u
2
2 2
= 3x − 3y = =⇒ u(x, y) = (3x2 − 3y 2 )dx = x3 − 3xy 2 + f (y)
fi2
∂y ∂x
dengan f (y) adalah konstanta integrasi yang merupakan fungsi dari variabel
ul
Z
∂v ∂u
= 6xy = − =⇒ u(x, y) = − (6xy)dy = −3xy 2 + g(x)
∂x ∂y
dengan g(x) adalah konstanta integrasi yang merupakan fungsi dari variabel
x. Bila kedua bentuk fungsi u(x, y) tersebut disamakan, maka akan diperoleh
yang berarti f (y) = 0 dan g(x) = x3 . Maka fungsi konjugat dari v(x, y)
adalah u(x, y) = x3 − 3xy 2 . Dengan demikian bentuk fungsi kompleks f (z)
adalah
f (z) = u(x, y) + iv(x, y) = (x3 − 3xy 2 ) + i(3x2 y − y 3 )
152 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
Contoh
Z
Hitunglah integral lintasan f (z)dz dengan C adalah lintasan berupa ga-
C
ris lurus dalam bidang kompleks dari titik z = 0 ke z = 1+2i dan f (z) = (z̄)2 .
r
sa
(x−iy)2 = x2 −y 2 −i 2xy. Selanjutnya dapat diperoleh bahwa dz = dx+i dy,
ba
dengan demikian integral lintasan tersebut dapat dituliskan kembali dalam
bentuk
kh
Z Z
f (z)dz = (x2 − y 2 − i 2xy)(dx + i dy)
13
C C
20
Z Z
2 2
(x2 − y 2 ) dy − 2xy dx
= (x − y ) dx + 2xy dy + i
2
C C
m
Selanjutnya karena lintasan C adalah garis lurus pada bidang kompleks dari
se
Z Z Z
2 2 2
2(x2 − 4x2 ) dx − 4x2 dx
f (z)dz = (x − 4x ) dx + 8x dx + i
ul
C C C
k
Z1 Z1
ca
5x3 1 10x3 1 5
= 5x2 dx − i 10x2 dx = −i = (1 − 2i)
3 0 3 0 3
x=0 x=0
r
sa
I ZZ
∂u ∂v
ba
(v dx + u dy) = − dx dy = 0
∂x ∂y
kh
C
daerah
dalam C
13
Sehingga akan diperoleh
20
I
f (z) dz = 0 (6.12)
2
C
m
teorema Cauchy, jika fungsi kompleks f (z) bersifat analitik pada dan dalam
daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup C, maka integral kontur fungsi
2
fi2
Tinjau suatu fungsi kompleks f (z) yang analitik pada dan dalam daerah yang
dibatasi oleh kurva tertutup C. Misalkan suatu fungsi kompleks lainnya yaitu
f (z)
φ(z) didefinisikan sebagai φ(z) = dengan a adalah suatu titik tertentu
z−a
dalam daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup C. Dengan demikian akan
dapat mudah dipahami bahwa fungsi kompleks φ(z) bersifat tidak analitik di
z = a. Misalkan C 0 adalah lingkaran kecil di dalam daerah C yang pusatnya
berada di z = a dan mempunyai jari-jari ρ sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 6.2. Pada gambar sebelah kanan, digambarkan sedikit modifikasi
pada kedua kurva (C dan C 0 ) sedemikian sehingga keduanya menjadi satu
lintasan yang tertutup. Artinya dibuat lintasan penghubung antara kurva
C dan C 0 berupa dua garis lurus sejajar yang sangat rapat. Arah integrasi
154 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
C C
C’z = a C’ z = a
(a) (b)
r
sa
ba
kh
13
Gambar 6.2: (a) Ilustrasi lintasan tertutup C, lingkaran C 0 dan titik z = a,
(b) modifikasi lintasan yang menggabungkan C dan C 0 .
20
2
ditunjukkan dengan anak panah, yaitu berlawanan arah jarum jam pada
m
lintasan C dan searah jarum jam pada lintasan C 0 . Dengan lintasan yang
se
I I I I
φ(z)dz + φ(z)dz = 0 =⇒ φ(z)dz = φ(z)dz (6.13)
C C0 C C 0†
menjadi
I I I
f (z)
φ(z)dz = φ(z)dz = dz
z−a
C C 0† C 0†
Z2π Z2π (6.14)
f (z)
= iθ
(ρ i eiθ dθ) = f (z) i dθ
ρe
0 0
r
sa
I I Z2π Z2π
f (z)
ba
φ(z)dz = dz = f (z) i dθ = f (a) i dθ = 2π i f (a)
z−a
kh
C C
I
0 0 (6.15)
f (z)
=⇒ dz = 2π i f (a)
13
z−a
C
20
fungsi analitik pada dan di dalam suatu kurva sederhana C, maka nilai f (z)
m
I
1 f (z)
01
C
fi2
Contoh 1
I
sin z
Hitunglah integral dz, dengan C adalah lingkaran pada bidang
2z − π
C
kompleks dengan |z| = 2.
156 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
r
2 z − π/2
sa
C
ba
Contoh 2
kh
I
sin z
Hitunglah integral dz dengan C adalah lingkaran pada bidang kom-
13
2z − π
20
C
pleks dengan |z| = 1
2
m
I I
sin z 1 sin z
dz = dz
01
2z − π 2 z − π/2
C C
2
fi2
takan: I
1 sin z
dz = 0
2 z − π/2
C
Contoh 3
e3z
I
Hitung integral dz jika C adalah bujur sangkar yang titik sudut-
z − ln 2
C
nya pada (1, 0), (−1, 0), (0, i) dan (0, −i)
e3z
Fungsi kompleks f (z) berbentuk f (z) = , titik singularnya adalah
z − ln 2
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 157
e3z
I
dz = 2πie3 ln 2 = 16πi
z − ln 2
C
r
sa
nyatakan bahwa nilai turunan f (z) di titik z = a adalah
ba
f (z + h) − f (z) f (a + h) − f (a)
kh
f 0 (a) = f 0 (z) = lim = lim
h h
z=a h→0 z=a h→0
13
I
1 f (z) 1 1
= lim − dz
20
h→0 2πi h (z − a − h) (z − a)
C
(6.18)
2
I
1 f (z)
m
= lim dz
h→0 2πi (z − a − h)(z − a)
se
C
01
I
1 f (z)
= dz
2πi (z − a)2
2
C
fi2
Dengan cara yang sama dapat diperoleh untuk turunan yang lebih tinggi dan
ul
I
(n) n! f (z)
f (a) = dz (6.19)
2πi (z − a)n+1
C
Contoh
I
sin 2z
Hitunglah integral dz, dengan C adalah lingkaran |z| = 3.
(6z − π)3
C
r
sa
dapat diperoleh uraian fungsi tersebut di sekitar suatu titik dalam bentuk
deret pangkat menggunakan deret Taylor. Telah disinggung sebelumnya,
ba
bahwa suatu nilai suatu fungsi kontinu f (x) di sekitar x = a dapat diperoleh
kh
menggunakan uraian deret Taylor sebagai berikut
13
∞
X (x − a)n
20
dengan f (n) (x) menyatakan turunan ke-n dari fungsi f (x). Hal yang sama ju-
se
ga dapat diperoleh untuk suatu fungsi kompleks yang bersifat analitik dalam
01
suatu daerah tertentu, maka nilai fungsi kompleks tersebut dapat diuraikan
dalam deret Taylor
2
fi2
∞ ∞
X (z − z0 )n (n)
X
an (z − z0 )n
ul
n=0 n=0
ca
f (n) (z0 )
dengan an ≡ . Jika suatu fungsi kompleks f (z) mempunyai satu
n!
titik singular pada z = z0 dalam daerah C, maka dalam hal ini f (z) ti-
dak dapat diuraikan dalam deret Taylor. Namun jika kemudian fungsi kom-
pleks f (z) tersebut dikalikan dengan (z − z0 ), maka fungsi hasil perkaliannya
(g(z) = (z − z0 )f (z)) akan menghasilkan fungsi kompleks yang bersifat ana-
litik dalam daerah C tersebut. Secara umum dapat dipahami bahwa jika
suatu fungsi kompleks f (z) mempunyai kutub orde p pada titik z = z0 na-
mun f (z) bersifat analitik pada titik lainnya dalam daerah C, maka fungsi
f (z) tidak bersifat analitik di dalam C namun fungsi g(z) ≡ (z − z0 )p f (z)
akan bersifat analitik di dalam C, dan ini berarti fungsi g(z) tersebut dapat
6.3. INTEGRAL KONTUR (CONTOUR INTEGRAL) 159
r
positif dan ada bagian lain dengan (z − z0 ) berpangkat negatif. Hal ini dapat
sa
dinyatakan secara umum dalam bentuk persamaan
ba
∞ p
bn
kh
X X
n
f (z) = an (z − z0 ) +
n=0 n=1
(z − z0 )n
13
atau (6.24)
20
X∞
f (z) = An (z − z0 )n
2
n=−p
m
se
Uraian deret tersebut dinamakan deret Laurent yang merupakan bentuk yang
lebih umum dari deret Taylor.
01
Misalkan C1 dan C2 adalah dua buah lingkaran yang pusatnya pada titik
2
z0 dan f (z) adalah suatu fungsi analitik dalam daerah R di antara kedua
fi2
lingkaran tersebut maka f (z) dapat diuraikan menjadi bentuk deret yang
konvergen dalam R, yaitu
ul
b1 b2
k
f (z) = a0 + a1 (z − z0 ) + a2 (z − z0 )2 + · · · + + + . . . (6.25)
ca
z − z0 (z − z0 )2
dengan koefisien an dan bn adalah
I
1 f (z)dz
an =
2πi (z − z0 )n+1
C
I (6.26)
1 f (z)dz
bn =
2πi (z − z0 )−n+1
C
• Jika semua koefisien b sama dengan nol maka f (z) bersifat analitik
pada z = z0 dan z0 disebut sebagai titik regular.
1
• Koefisien b1 dari dinamakan residu dari f (z) pada z = z0 .
(z − z0 )
r
sa
Contoh
ba
z2 z3
kh
Misalkan sebuah deret ez = 1 + z + + + . . ..
2! 3!
Bila deret tersebut dibandingkan dengan bentuk deret pada persamaan 6.25,
13
maka dapat dilihat bahwa deret ini tidak mempunyai koefisien b (semua
20
bn = 0). Dengan demikian, hal ini berarti bahwa fungsi f (z) = ez tersebut
merupakan fungsi analitik pada z = 0. Selanjutnya, karena b1 = 0 maka
2
ez 1 1 1 1 z
Misalkan sebuah deret = + + + + + . . ..
01
z3 z 3 z 2 2!z 3! 4!
1 1 1
Bagian utama deret tersebut adalah 3 + 2 + yang berarti b1 = 1/2;
2
z z 2!z
fi2
z
k
1 1
= .
ca
2! 2
Misalkan ingin
I dihitung nilai integral kontur I dari fungsi f (z) tersebut,
yaitu I = f (z)dz dengan C adalah suatu kurva tertutup sederhana yang
C
di dalamnya terdapat titik z = z0 . Anggap tidak ada titik singular lain pada
daerah yang dibatasi oleh kurva C tersebut kecuali hanya pada z = z0 . Hal
ini berarti, jika dibuat suatu kurva lain misalnya γ yang merupakan kurva
r
tertutup dan di dalamnya terdapat titik z = z0 , maka berdasarkan teorema
sa
Cauchy, integral kontur pada lintasan C akan sama dengan integral kontur
ba
pada lintasan γ (karena f (z) bersifat analitik pada daerah antara kurva C
kh
dan kurva γ). Misalkan γ berbentuk lingkaran yang berjejari ρ dan berpusat
di titik singular z = z0 , maka pada lintasan γ tersebut dapat dinyatakan
13
z = z0 + ρeiθ dan dz = iρeiθ dθ. Dengan demikian akan dapat dinyatakan
20
I X∞ I
I = f (z)dz = An (z − z0 )n dz
2
n=−p
m
γ γ
se
∞
X Z2π ∞
X Z2π
iθ n iθ
= An (ρe ) (iρe dθ) = An iρn+1 ei(n+1)θ dθ
01
n=−p 0 n=−p 0
2
fi2
i(n + 1) 0
ca
Karena A−1 adalah koefisien dari (z − z0 )−1 dan telah diketahui dari pem-
bahasan deret Laurent bahwa koefisien (z − z0 )−1 adalah nilai residu fungsi
f (z) di titik z = z0 , maka dapat diperoleh hasil integral kontur fungsi f (z)
sebagai berikut I
I= f (z)dz = 2πiR(z0 )
C
Hal tersebut dapat diperluas untuk kasus suatu fungsi kompleks yang mem-
punyai beberapa titik singular di dalam daerah C. Masing-masing titik si-
ngular memberi kontribusi sebesar 2πi dikali nilai residu di masing-masing
titik singular, dengan demikian akan dapat diperoleh
I
f (z)dz = 2πi × (jumlah residu dari f (z) di dalam C) (6.28)
r
sa
C
ba
Persamaan tersebut di atas dikenal sebagai teorema residu. Teorema residu
kh
sangat berguna untuk menghitung integral. Perlu diingat bahwa integral
kontur tersebut dihitung dengan arah berlawanan jarum jam pada kurva C.
13
20
menjadi penting adalah cara memperoleh residu di suatu titik singular? Ada
se
• Deret Laurent
fi2
Contoh
Suatu fungsi kompleks f (z) = ez /(z − 1). Tentukan residu dari f (z) di
z = 1.
1
Karena residu pada z = 1 diperoleh dari koefisien maka berarti
z−1
R(1) = e.
r
sa
Contoh
ba
Hitunglah R(− 21 ) dan R(5) untuk fungsi kompleks yang dinyatakan
kh
z
dengan f (z) = .
(2z + 1)(5 − z)
13
1 1 z z
z+ f (z) = z + =
se
− 21 1
R(− 12 ) = 1 = −
2(5 + 2 ) 22
kul
z z
(z − 5)f (z) = (z − 5) =−
(2z + 1)(5 − z) 2z + 1
z 5
R(5) = − =−
2z + 1 z=5 11
dengan mensubstitusi z = z0 .
Contoh
r
hingga diperoleh
sa
ba
1 d2 1
R(π) = (z sin z) = [−z sin z + 2 cos z]z=π = −1
2! dz 2 2
kh
z=π
Contoh 1
se
Z2π
dθ
01
Hitunglah integral I =
5 + 4 cos θ
2
0
fi2
1
Jika digunakan variabel baru yaitu z = eiθ , maka dz = ieiθ dθ atau dθ = dz
iz
ul
eiθ + e−iθ z + z1
dan cos θ = = . Sedangkan batas integral dalam variabel
k
2 2
ca
1
fungsi yang diintegralkan) berbentuk f (z) = yang berarti
(2z + 1)(z + 2)
mempunyai kutub pada z = − 21 dan pada z = −2. Karena kurva C adalah
berupa lingkaran berjejari 1, maka berarti dari kedua kutub tersebut hanya
kutub z = − 12 saja yang berada di dalam daerah yang dibatasi kurva C,
sedangkan kutub z = −2 berada di luar daerah yang dibatasi oleh kurva C.
Residu dari f (z) pada z = − 12 dapat dihitung menggunakan metode kutub
sederhana (simple pole) yaitu
1 1
R(− 21 ) = lim1 (z + 21 ) =
(2z + 1)(z + 2) z=− 2 3
1
z→− 2
r
sa
1 2π
I = 2πiR(− 21 ) = 2π( 13 ) =
ba
i 3
kh
Sehingga diperoleh
Z2π
dθ 2π
13
=
5 + 4 cos θ 3
20
0
2
Contoh 2
m
Z+∞
se
dx
Hitunglah integral I =
1 + x2
01
−∞
2
I
dz
ul
1 + z2
k
C
ca
r
C −ρ 0
sa
Telah dihitung sebelumnya bahwa integral kontur yang dimaksud hasilnya
ba
adalah π dan hasil ini tidak bergantung pada berapapun nilai ρ yang digunak-
kh
an. Perhatikan bahwa asalkan kurva C yang digunakan dalam penghitungan
integral kontur adalah setengah lingkaran pada kuadaran 1 dan 2, maka ber-
13
dasarkan teorema residu nilai integralnya tetap sama. Artinya bila diambil
20
I Z Zπ iθ
dz dx ρie dθ
m
2
= π = lim 2
+
1+z 1+x 1 + ρ2 e2iθ
se
ρ→∞
C −ρ 0
01
Z+∞
dx
= +0
2
1 + x2
fi2
−∞
Z+∞
ca
dx
I= =π
1 + x2
−∞
Contoh 3
Z∞
cos x
Hitunglah integral I = dx.
1 + x2
0
Selanjutnya dengan teorema residu dapat dihitung integral kontur yang di-
maksud yaitu
I iz
e dz π
= 2πiR(i) =
r
1+z 2 e
sa
C
ba
Sedangkan integral kontur tersebut dapat dituliskan dalam dua integral lin-
kh
tasan sesuai dengan kurva tertutup C yang digunakan (lihat kembali Contoh
2 di atas)
13
I iz Z+ρ ix
eiz dz
Z
e dz e dx
20
= +
1 + z2 1 + x2 1 + z2
C −ρ
2
lintasan
m
dengan
se
z=ρeiθ
01
Z+∞
eix π
dx =
1 + x2 e
ul
−∞
k
ca
Kemudian bila diambil bagian real dari kedua ruas tersebut maka dapat
dinyatakan
+∞
Z ix
e = Re π
h i
Re dx
1 + x2 e
−∞
Z +∞
cos x π
2
dx =
−∞ 1 + x e
cos x
Selanjutnya karena fungsi adalah fungsi genap, maka integral dari
1 + x2
−∞ hingga +∞ sama dengan dua kali integral dari 0 hingga +∞, sehingga
168 BAB 6. FUNGSI KOMPLEKS
diperoleh
Z+∞ Z+∞
cos x 1 cos x π
2
dx = 2
dx =
1+x 2 1+x 2e
0 −∞
r
variabel (atau fungsi kompleks) z menjadi variabel (atau fungsi kompleks) w
sa
lainnya. Pemetaan (mapping) dapat direpresentasikan dalam bentuk fungsi,
ba
dengan demikian pemetaan tidak lain adalah suatu bentuk transformasi.
Contoh kh
13
Tinjau suatu fungsi kompleks w = f (z) = i + zeiπ/4 , jika w = u + iv dan
20
iπ/4
π π 1+i
w = i + ze = i + (x + iy) cos + i sin = i + (x + iy) √
2
4 4 2
fi2
x−y x+y
k
u= √ dan v = 1 + √
ca
2 2
atau dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain sebagai berikut
√ √
u − v = −1 − y 2 dan u + v = 1 + x 2
kompleks (u, v) hal ini dinyatakan sebagai garis lurus dengan gradi-
en −1 dan memotong sumbu vertikal pada titik v = 1. Selanjutnya
untuk garis √
vertikal dalam bidang kompleks (x, y) yang dinyatakan de-
ngan x = − 2, dengan transformasi tersebut di atas, maka akan dapat
diperoleh hubungan u + v = 1 − 2 atau v = −u − 1 yang juga meng-
gambarkan garis lurus dengan gradien −1 namun dengan titik potong
terhadap sumbu vertikal yang berbeda.
r
sa
en +1 dan memotong sumbu vertikal pada titik v = 1. Selanjutnya
ba
untuk garis √
vertikal dalam bidang kompleks (x, y) yang dinyatakan de-
ngan y = − 2, dengan transformasi tersebut di atas, maka akan dapat
kh
diperoleh hubungan u − v = −1 + 2 atau v = u − 1 yang juga meng-
13
gambarkan garis lurus dengan gradien +1 namun dengan titik potong
terhadap sumbu vertikal yang berbeda.
20
y v
2 01
fi2
x
ul
u
k
ca
r
sa
• memetakan fungsi analitik pada bidang kompleks z menjadi fungsi ana-
ba
litik pada bidang kompleks w
Contoh kh
13
Tinjau pemetaan yang dinyatakan dengan w = f (z) = z 2 . Apakah pemetaan
20
Bila dinyatakan dalam bentuk polar, maka z = reiθ dan dengan demiki-
se
lingkaran pada kuadran satu dengan jejari a, maka kurva ini dapat dinya-
2
π
z = aeiθ dengan 0 ≤ θ ≤
ul
2
k
r
2 2
sa
(b) z − z̄ y − ix
(e) 2
x + y2
ba
(c) cos z
kh
2. Tentukanlah bentuk fungsi bagian imajiner (fungsi konjugat, v(x, y))
dari fungsi u(x, y) berikut ini agar fungsi kompleks f (z) = u(x, y) +
13
iv(x, y) bersifat analitik
20
x
2 3 (c) 2
(a) 3x y − y x + y2
2
(b) x + y y
m
(d)
(1 − x)2 + y 2
se
I
sin zdz
2
2z − π
C
ul
I
sin zdz
(b) dengan C adalah lingkaran dengan jari-jari |z| = 2.
k
2z − π
ca
C
I
sin 2zdz
(c) dengan C adalah lingkaran dengan jari-jari |z| = 3.
6z − π
C
e3z dz
I
(d) dengan C adalah bujursangkar dengan titik sudut (±1±
z − ln 2
C
i).
171
172 Paket Soal Bab 6
eiz
(b) 2 pada titik z = 2i
(z + 4)2
e2z − 1
(c) pada titik z = 0
z2
z
(d) 2 pada titik z = i
(z + 1)2
5. Hitunglah integral tertentu berikut ini menggunakan metode fungsi
kompleks
Z2π Z+∞
dθ sin x dx
(a) (d) 2
5 − 4 sin θ x + 4x + 5
0 −∞
r
Zπ Z+∞
sa
sin2 θ dθ x sin x dx
(b) (e)
ba
13 − 12 cos θ x2 + 4x + 5
0 −∞
kh
Z∞ Z+∞
dx cos 2x, dx
(c) (f)
13
(4x2+ 1)3 (4x2 + 9)2
0 0
20
2
m
se
2 01
fi2
k ul
ca