Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA (SPM)

“TAKSONOMI PEMBELAJARAN MATEMATIKA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

IVO APRISTI (1905112122)

FANNY NURMAULIDA (1905124103)

RANTY ANDIKA ABINAYA ZAMEZA (1905112265)

YOLANDA AMARA PUTRI (1905124170)

KELAS 4B

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dra.Hj.Armis,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelaksanaan pendidikan di sekolah, pada hakikatnya belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Melalui belajar
siswa diharapkan menjadi manusia yang sesungguhnya. Proses pembelajaran
yang terjadi pada umumnya adalah siswa lebih banyak dituntut untuk
mendengarkan dari pada aktif atau kreatif, mereka hanya dijadikan obyek dalam
belajar, maka tidak heran apabila siswa tidak siap dengan metode belajar
mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu berkesinambungan artinya proses
pendidikan sebelumnya akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya, oleh karena
itu student centre (pembelajaran berpusat pada siswa) dalam pembelajaran harus
benar-benar diterapkan oleh para guru karena hal tersebut akan berpengaruh
terhadap cara mereka belajar dijenjang berikutnya. Untuk mendukung
pembelajaran , dalam pendidikan terdapat teori taksonomi bloom dan
Marzano.Didalam dunia pendidikan, taksonomi merujuk pada tujuan pendidikan.
Hal ini digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah
pandangan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan dalam bentuk sehari-
hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep taksonomi bloom ?
2. Apa revisi dari taksonomi bloom ?
3. Bagaimana penerapan taksonomi bloom dalam pembelajaran
matematika ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan taksonomi bloom ?
5. Apa itu konsep taksonomi marzano?
6. Apa saja pembagian dari taksonomi marzano?
7. Bagaimana penerapan taksonomi marzano dalam pembelajaran
matematika ?
8. Apa kelebihan dan kekurangan taksonomi marzano ?
9.

C. Tujuan Penulisan

1. Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Strategi


Pembelajaran Matematika
2. Untuk mengetahui konsep taksonomi bloom
3. Untuk mengetahui revisi dari taksonomi bloom
4. Untuk mengetahui penerapan taksonomi bloom dalam
pembelajaran matematika
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan taksonomi bloom
6. Untuk mengetahui konsep taksonomi marzano
7. Untuk mengetahui pembagian dari taksonomi marzano
8. Untuk mengetahui penerapan taksonomi marzano dalam
pembelajaran matematika
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan taksonomi marzano
BAB II

ISI

A. Taksonomi Bloom

1. Konsep Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein
yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi
berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini
kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai
kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal
21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di
bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia
dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan
berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India. Ia
mendirikan the International Association for the Evaluation of Educational
Achievement, the IEA dan mengembangkan the M easurement,
Evaluation, and Statistical Analysis (M ESA) program pada University of
Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research
and Development Committees of the College Entrance Examination Board
dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 Sept ember 1999.
Sejarah taksonomi bloom
Taksonomi berasal dari dua kata bermula ketika awal tahun 1950-
dalam bahasa Yunani yaitu an, dalam Konferensi Asosiasi
tassein yang berarti Psikolog Amerika, Bloom dan
mengklasifikasi dan nomos
kawan-kawan mengemukakan
yang berarti aturan.
bahwa dari evaluasi hasil belajar
yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal
yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.
Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada
tahun 1948. M enurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah
dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain
yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat
menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart , Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup
perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan
sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi
manipulatif dan keterampilan motorik/kemampuan fisik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini
dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada
Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya
di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara
yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran,
Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah
kognitif, rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus
dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1)knowledge
(pengetahuan), (2)comprehension (pemahaman atau persepsi), (3)application
(penerapan), (4)analysis (penguraian atau penjabaran), (5)synthesis
(pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills,


sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun
demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting.
Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke
tingkat berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi
semakin sulit kemampuan berpikirnya.

RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOW LEDGE)


No. Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
1. Pengetahuan Kemampuan menyebutkan/ Mendefinisikan, menyusun daftar,
menjelaskan kembali menamai, menyatakan,
Contoh: menyatakan mengidentifikasikan, mengetahui,
kebijakan. menyebutkan, membuat rerangka,
menggaris bawahi, menggambarkan,
menjodohkan, memilih
2. Pemaham- Kemampuan memahami Menerangkan, menjelaskan,
an instruksi/ masalah, menguraikan, membedakan,
menginterpretasikan dan menginterpretasikan, merumuskan,
menyatakan kembali memperkirakan, meramalkan,
dengan kata-kata sendiri menggeneralisir, menterjemahkan,
Contoh : Menuliskan mengubah, memberi contoh,
kembali /merangkum
memperluas, menyatakan kembali,
materi
menganalogikan, merangkum
3. Penerapan Kemampuan menggunakan M enerapkan, mengubah, menghitung,
konsep dalam praktek melengkapi, menemukan. membuktikan,
atau situasi yang baru menggunakan, mendemonstrasikan,
Contoh: M enggunakan memanipulasi, memodifikasi,
pedoman/ aturan dalam menyesuaikan, menunjukkan,
menghitung gaji pegawai. mengoperasikan, menyiapkan,
menyediakan, menghasilkan.
4. Analisa Kemampuan memisahkan Menganalisa, mendiskriminasikan,
konsep kedalam beberapa membuat skema / diagram,
komponen untuk membedakan, membandingkan,
memperoleh pemahaman mengkontraskan, memisahkan,
yang lebih luas atas membagi, menghubungkan,
dampak komponen – menunjukan hubungan antara
komponen terhadap variabel, memilih, memecah menjadi
konsep tersebut secara beberapa bagian, menyisihkan,
utuh. Contoh: mempertentangkan
Menganalisa penyebab
meningkatnya Harga
pokok penjualan dalam
laporan keuangan dengan
memisahkan komponen-
komponennya.
5. Sintesa Kemampuan merangkai/ Mengkategorikan mengkombinasikan,
menyusun kembali mengatur memodifikasi, mendisain,
komponen sehingga men- mengintegrasikan, mengorganisir,
ciptakan arti/ pemahaman/ mengkompilasi, mengarang,
struktur baru. Contoh: menciptakan, menyusun kembali,
Menyusun kurikulum menulis kembali, merancang, merangkai,
dengan mengintegrasikan merevisi, menghubungkan,
pendapat dan materi dari merekonstruksi, menyimpulkan,
beberapa sumber mempolakan
6. Evaluasi Kemampuan mengevaluasi Mengkaji ulang, membandingkan,
dan menilai sesuatu menyimpulkan, mengkritik,
berdasarkan norma, acuan mengkontraskan, mempertentangkan,
atau kriteria. menjustifikasi, mempertahankan,
Contoh: Membandingkan mengevaluasi, membuktikan,
hasil ujian siswa dengan memperhitungkan, menghasilkan,
kunci jawaban. menyesuaikan, mengkoreksi,
melengkapi, menemukan.

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,


misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana
hingga yang paling kompleks.

RANAH AFEKTIF – SIKAP (ATTITUDE)


No. Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
1. Penerima- Kemampuan untuk Menanyakan, mengikuti, memberi,
an menunjukkan atensi dan menahan / mengendalikan diri,
penghargaan terhadap mengidentifikasi,
orang lain. memperhatikan, menjawab.
Contoh: mendengar
pendapat orang lain,
mengingat nama seseorang
2. Responsif Kemampuan berpartisipasi Menjawab, membantu, mentaati,
aktif dalam pembelajaran memenuhi, menyetujui,
dan selalu termotivasi mendiskusikan, melakukan, memilih,
untuk segera bereaksi dan menyajikan, mempresentasikan,
mengambil tindakan atas melaporkan, menceritakan, menulis,
suatu kejadian. Contoh: menginterpretasikan, menyelesaikan,
berpartisipasi dalam mempraktekkan.
diskusi kelas
3. Nilai yang Kemampuan menunjuk- Menunjukkan, mendemonstrasikan,
dianut kan nilai yang dianut untk memilih, membedakan, mengikuti,
(Nilai diri) membedakan mana yang meminta, memenuhi, menjelaskan,
baik dan tidak terha-dap membentuk, berinisiatif, melaksanakan,
suatu kejadian/ obyek, dan memprakarsai, menjustifikasi,
nilai tersebut dieks- mengusulkan, melaporkan,
presikan dalam perilaku. menginterpretasikan, membenarkan,
Contoh: Mengusulkan menolak, menyatakan /
kegiatan Corporate Social mempertahankan pendapat,
Responsibility sesuai
dengan nilai yang berlaku
dan komitmen
perusahaan.
4. Organisasi Kemampuan membentuk Mentaati, mematuhi, merancang,
sistem nilai dan budaya mengatur, mengidentifikasikan,
organisasi dengan meng- mengkombinasikan, mengorganisisr,
harmonisasikan perbedaan merumuskan, menyamakan,
nilai. Contoh: Menyepakati mempertahankan, menghubungkan,
dan mentaati etika profesi, mengintegrasikan, menjelaskan,
mengakui perlunya ke- mengaitkan, menggabungkan,
seimbangan antara ke- memperbaiki, menyepakati, menyusun,
bebasan dan tanggung menyempurnakan, menyatukan
jawab pendapat, menyesuaikan, melengkapi,
membandingkan, memodifikasi
5. Karakteris Kemampuan mengendali- Melakukan, melaksanakan,
asi
kan perilaku berdasarkan memperlihatkan membedakan,
nilai yang dianut dan memisahkan, menunjukkan,
memperbaiki hubungan mempengaruhi, mendengarkan,
intrapersonal,interpersonal memodifikasi, mempraktekkan,
dan social. mengusulkan, merevisi, memperbaiki,
membatasi, mempertanyakan,
mempersoalkan, menyatakan,
Contoh: Menunjukkan rasa
bertindak, Membuktikan,
percaya diri ketika bekerja
mempertimbangkan.
sendiri, kooperatif dalam
aktivitas kelompok
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah
jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut
kecepatan, ketepatan, jarak, cara/ teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori
dalam ranah psikomotorik mulai dari t ingkat yang sederhana hingga tingkat
yang rumit.

RANAH PSIKOMOTORIK – KETRAMPILAN (SKILLS)


No. Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
1. Persepi Kemampuan menggunakan Mendeteksi, mempersiapkan diri,
saraf sensori dalam meng- memilih, menghubungkan,
interpretasikan nya dalam menggambarkan,
memperkirakan sesuatu mengidentifikasi, mengisolasi,
Contoh: menurunkan suhu AC membedakan menyeleksi,.
saat merasa suhu ruangan
panas
2. Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai,
membantu, memperlihatkan
mental, fisik, dan emosi, dalam
mempersiapkan diri, menunjukkan,
menghadapi sesuatu. Contoh:
mendemonstrasikaan.
melakukan pekerjaan sesuai
urutan, menerima kelebihan
dan kekurangan seseorang.
3. Reaksi Kemampuan untuk memulai Meniru, mentrasir, mengikuti,
yang ketrampilan yang kompleks mencoba, mempraktekkan,
diarahkan dengan bantuan / bimbingan mengerjakan, membuat,
dengan meniru dan uji coba. memperlihatkan, memasang,
Contoh: Mengikuti arahan bereaksi,
dari instruktur. menanggapi.
4. Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,
natural melakukan kegiatan pada memasang, membongkar,
(mekanis tingkat ketrampilan ahap yang memperbaiki, melaksanakan sesuai
me)
lebih sulit. Melalui tahap ini standar, mengerjakan, menggunakan,
diharapkan siswa akan terbiasa merakit, mengendalikan,
melakukan tugas rutinnya. mempercepat, memperlancar,
Contoh: menggunakan mempertajam, menangani.
computer.
5. Reaksi Kemampuan untuk melakukan Mengoperasikan, membangun,
yang kemahirannya dalam melakukan memasang, membongkar,
kompleks sesuatu, dimana hal ini terlihat memperbaiki, melaksanakan sesuai
dari kecepatan, ketepatan, standar, mengerjakan, menggunakan,
efsiensi dan efektivitasnya. merakit, mengendalikan,
Semua tindakan dilakukan mempercepat,
secara spontan, lancar, cepat, memperlancar, mencampur,
tanpa ragu. mempertajam, menangani,
Contoh: Keahlian bermain mngorganisir, membuat draft/
piano. sketsa, mengukur
6. Adaptasi Kemampuan mengembangkan Mengubah, mengadaptasikan,
memvariasikan, merevisi, mengatur
keahlian, dan me-modifikasi
kembali, merancang
pola sesuai dengan yang
dibutuhkan, Contoh:
Melakukan perubahan secara
cepat dan tepat terhadap
kejadian tak terduga tanpa

merusak pola yang ada.


Kreativitas Kemampuan untuk Merancang, membangun,
menciptakan pola baru yang menciptakan, mendisain,
sesuai dengan kondisi/ situasi memprakarsai, mengkombinasikan,
tertentu dan juga kemampuan membuat, menjadi pioneer
mengatasi masalah dengan
7.
mengeksplorasi kreativitas
diri. Contoh: membuat
formula baru, inovasi, produk
baru.
2. Revisi Taksonomi Bloom

Benjamin S. Bloom, pada tahun 1949, mengajukan idenya mengenai


pembagian atau Taksonomi kognitif untuk mempermudah proses penyusunan
bank soal sehingga memiliki tujuan pembelajaran yang sama (Krathwohl,
2002). Bloom bersama timnya mempublikasikan Taksonomi tersebut pada
tahun 1956. David R. Krathwohl, seorang dari anggota tim Bloom,
mengusulkan Revisi Taksonomi tersebut empat puluh lima tahun kemudian.
Krathwohl bekerja sama dengan tujuh ahli psiko edukasi dan pendidikan
(Anderson et al., 2001).

a) Alasan Revisi Taksonomi Bloom

RTB diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of time)
dan merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada
bagaimana anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru
menyiapkan bahan ajar, seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan
bila dibandingkan dengan empat puluh tahun yang lalu. (Anderson et al.,
2001). Fokus utama RTB dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap
penyusunan kurikulum, desain instruksional, penilaian dan gabungan
ketiganya (Anderson et.al., 2001, hal. 305). Dalam buku A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of
Educational Objectives (Anderson et.al., 2001), penyusun melengkapi fokus
utama ini dengan bab-bab terkait tiga kepentingan tersebut.

b) Revisi Taksonomi Bloom

Apa saja yang berubah? RTB disusun dengan memperhatikan


perkembangan kontemporer dalam bidang terkait pendidikan. Bidang-bidang
interseksi ini antara lain: psiko-edukasi, neuro sciences, pendidikan dan sosio
kultural. Adanya aplikasi meta-analysis (Conklin, 2005) dalam RTB
merupakan ide yang kontemporer, karena kata tersebut sangat sering
dipergunakan dalam dekade terakhir ini. Penelitian di bidang neuroscience
menunjukkan adanya korporasi antara aktivitas neuron tertentu dalam proses
berpikir. Korporasi yang makin matang menunjukkan ke arah metakognisi.
RTB memuat kata ‘metakognitive’ sebagai bagian dari knowledge dimension
yang akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.

Dua buah perubahan mendasar dalam RTB (Anderson, 2001) adalah:

(1) RTB memfokuskan pada aplikasi.

Dalam buku ini, tim penyusun menyajikan 11 bab dari 17 bab yang ada
untuk membantu aplikasi RTB dalam tiga bidang utama yaitu penyusunan
kurikulum, instruksi pengajaran, dan assessment. Komitmen pada aplikasi tiga
bidang tersebut selanjutnya mendukung tujuan RTB. RTB ditujukan bagi
khalayak yang lebih luas terutama untuk membantu guru pada tingkat sekolah
menengah dan akademi. Hal ini berbeda dengan ide dasar penyusunan
Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan timnya menujukan
penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah penyusunan
assessment bagi tingkat perguruan tinggi secara nasional. Dalam buku ini juga
disertakan contoh-contoh assessment tasks. Contoh aplikasi dan vignettes ada
dalam buku untuk mempermudah para guru.

(2) Perubahan terminologi.

Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih diberikan pada


keenam kategori kognisi. RTB lebih menekankan sub-kategori sehingga lebih
spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan instruksi
pengajaran. Pembahasan mengenai sub-kategori ini diungkapkan dalam
bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh riset progresif di
bidang pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam Taksonomi Bloom
yang lama, kategori ‘knowledge’ menjadi kategori utama tingkat pertama.
RTB “mengeluarkan” kategori ‘knowledge’ ini dari Taksonomi dan
menjadikannya ukuran yang harus dicapai. Artinya, ‘knowledge’ adalah
pencapaian kognisi itu sendiri. Terminologi ‘knowledge’ dibagi lagi menjadi
sub-kategori yang disesuaikan dengan perkembangan di bidang neuroscience
dan penelitian bidang psikoedukasi sebagai berikut:
1. factual knowledge
2. conceptual knowledge
3. procedural knowledge
4. metacognitive knowledge

sub-sub kategori ini membantu pengguna untuk


mengklasifikasikan learning objectives atau menyusun assessment dengan
lebih sederhana. Sub-kategori ini diletakkan dalam tabel kolom kanan dan
dipasangkan dengan keenam level proses kognitif RTB pada baris atas
(lihat tabel 1). Pembuatan matriks ini mempermudah pengguna menyusun
learning objectives, instruksi belajar, dan assessment.

Kategori kognitif dalam RTB tersebut dibuat konsisten dengan


obyektif yang ingin dicapai. Tujuan atau obyektif merupakan suatu
aktivitas dalam ‘mengerjakan’ (kata kerja) ‘sesuatu’ (kata benda). Oleh
karena itu, RTB mengubah keenam kategori kognisi yang berupa ‘kata
benda’ dalam Taksonomi Bloom yang lama menjadi enam kategori utama
proses kognitif yang berupa ‘kata kerja’.

Penekanan pada kata kerja ini mengajak pengguna untuk dengan


mudah mengidentifikasi pada level kognisi manakah sebuah learning
objective akan dicapai atau suatu aktivitas belajar akan dilakukan ataupun
suatu assessment akan dibuat. Kata kerja yang digunakan dalam masing-
masing level RTB mencirikan penguasaan yang diinginkan. Kata kerja ini
membantu guru membedakan tingkatan kognitif, misalnya kata kerja
‘mengetahui’ yang berada pada tingkat pertama RTB, tidak perlu lagi
diperdebatkan apakah yang dimaksud dengan ‘mengetahui’ adalah sebatas
tahu sebagai tingkat kognitif knowledge yang berarti ‘mengingat atau
mengenal’; ataukah yang dimaksud ‘mengetahui’ adalah tingkat yang
lebih tinggi dengan penguasaan mendalam terhadap suatu pengetahuan.
RTB membatasi perdebatan ini dengan meletakkan to know dalam tingkat
pertama Taksonomi. Artinya, perdebatan mengenai kata kerja yang
digunakan dalam bahasa awam dengan penekanan tertentu misalnya pada
kalimat : Taufik Hidayat sangat mengetahui bagaimana mengecoh lawan
mainnya; berbeda artinya dengan ‘mengetahui’ secara konseptual dalam
dimensi knowledge RTB. Pembatasan ini menguntungkan guru untuk
berhenti berdebat mengenai makna kata tersebut dalam bahasa umum
(Conklin, 2005) dan memilih penggunaan kata kerja tertentu untuk
menunjukkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

RTB yang menekankan pada kata kerja, mengubah kata


“knowledge” pada Taksonomi Bloom lama menjadi “remember”, karena
“knowledge” dipandang sebagai kata benda yang maknanya lebih luas.
Selanjutnya sebagai kata benda, knowledge dikategorikan sebagai dimensi
yang terpisah yaitu dimensi knowledge yang memiliki empat kategori
utama seperti telah disebutkan di atas (dan tampak pada gambar 1).
Keempat kategori utama dimensi knowledge tersebut kemudian dibagi lagi
menjadi sub-sub kategori yang lebih mempermudah aplikasinya. Kategori
utama dimensi knowledge yang pertama yaitu factual knowledge dibagi
menjadi dua sub kategori, knowledge of terminology dan knowledge of
specific details and elements. Pembagian ini akan mempermudah
pengguna, misalnya guru ingin agar anak didiknya mengetahui mengenai
notasi musik, maka tujuan belajar ini akan masuk dalam kategori utama
factual knowledge dengan sub-kategori knowledge of terminology. Tabel
2 mewakili pembahasan berikut contoh singkat sub-sub kategori dari
dimensi knowledge ini. Kategori comprehension dan synthesis dalam
Taksonomi Bloom lama, diganti dengan kata kerja yang lebih sesuai yaitu
masing-masing understand dan create. Kategori create merupakan puncak
susunan RTB. Ini berbeda dengan Taksonomi Bloom lama yang
meletakkan evaluation pada tingkat keenam. RTB meletakkan evaluate
pada tingkat kelima sebelum create karena disimpulkan bahwa tingkat
kognisi create lebih tinggi daripada evaluate. Seseorang dapat menciptakan
sesuatu setelah mengevaluasi atau melalui tahapan evaluasi terhadap ide
tertentu sehingga muncul ciptaan baru (gambar 1).

3. Contoh penerapan dalam Pembelajaran Matematika

Materi : Lingkaran dan Garis Singgung

Kelas : VIII SMP

C1:
Yang merupakan contoh sudut pusat adalah ...
A.

B.
(Benar)

C.

D.

C2 : Perhatikan gambar berikut.

Berdasarkan gambar di atas, panjang PQ adalah …


A. 5 cm
B. 10 cm
C. 12 cm
D. 13 cm

C3: Perhatikan gambar berikut.

Jika ∠𝐶𝑁𝐷 = maka ∠𝐶𝑀𝐷 = ...

A.

B. 7m

C. 2

D. 14m

C4: Rio memesan martabak manis ukuran besar dengan diameter 30 cm. Dia
berpesan kepada si pembuat untuk membagi martabak manis tersebut
menjadi 12 bagian sama besar. Berapa ukuran sudut pusat dari masing-
masing potongan martabak manis? Berapa luas masing-masing potongan
martabak manis tersebut?

C5: Perhatikan gambar berikut

Tentukan kebenaran (benar, salah atau belum bisa ditentukan


kebenarannya) pernyataan di atas ini dan berikan alasannya. Jika ∠𝐴𝑂𝐵 =
180°, maka panjang busur AB sama dengan panjang diameter lingkaran O

C6: Toni mengerjakan soal sebagai berikut

Tentukan nilai besar sudut y

Toni mengerjakannya sebagai berikut

∠𝑃𝑄𝑅 + ∠𝑃𝑂𝑅 = 180°

4. Kelebihan dan Kekurangan Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom versi baru mempunyai beberapa kekuatan.  Ia memperbaiki


beberapa kelemahan dalam Taksonomi Bloom versi lama.  Antaranya ialah
Taksonomi Bloom versi baru  membedakan antara "tahu tentang sesuatu (knowing
what), isi dari pemikirannya itu sendiri, dan "tahu tentang bagaimana
melakukannya" (knowing how), sebagaimana prosedur yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah.  Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan adalah
"tahu tentang sesuatu", yang memiliki empat kategori, iaitu: faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif.

Pengetahuan yang bersifat faktual melibatkan bagian-bagian terkecil yang


terpisah-pisah dari informasi, sebagaimana definisi kosakata dan pengetahuan
tentang hal-hal khusus yang terperinci.  Pengetahuan yang bersifat konseptual pula
terdiri dari berbagai sistem informasi, seperti bermacam-macam klasifikasi dan
kategori. Pengetahuan yang bersifat prosedural pula termasuk algoritma, heuristics
atau aturan baku, teknik dan metode, sebagaimana pengetahuan tentang bagaimana
kita harus menggunakan berbagai prosedur tersebut. Pengetahuan yang bersifat
metakognitif pula menggerakkan kepada pengetahuan atas proses-proses berfikir dan
informasi tentang bagaimana memanipulasi proses-proses tersebut secara efektif.

Dalam Taksonom Bloom versi baru, Dimensi Proses Kognitif yang telah
diperbaiki daripada Taksonomi Bloom versi lama mempunyai enam proses yaitu dari
yang paling sederhana hingga yang paling rumit yaitu Mengingat, Memahami,
Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi dan Menciptakan.

Proses mengingat (remembering) adalah mengingat kembali (recall) informasi


yang sesuai dari ingatan jangka panjang.  Proses memahami (understanding) pula
adalah kemampuan untuk memahami secara mendalam dari bahan pendidikan,
seperti bahan bacaan dan penjelasan guru.  Kecakapan turunan (subskill) dari proses
ini melibatkan kemahiran memahami, mencontohkan, membuat klasfikasi,
meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

Proses ketiga yaitu menerapkan (applying), melibatkan kepada penggunaan


sebuah prosedur yang telah dipelajari baik dalam situasi yang telah dikenal mahupun
pada situasi yang baru.  Proses berikutnya  adalah menganalisis (analyzing), terdiri
dari memecah pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil dan memikirkan bagaimana
bagian-bagian tersebut berhubungan dengan struktur keseluruhan.

Menciptakan ialah proses yang tidak terdapat dalam Taksonomi Bloom versi
lama. Proses ini adalah komponen tertinggi dalam Taksonomi Bloom versi baru ini.
Kecekapan ini melibatkan usaha untuk meletakkan berbagai perkara secara bersama
untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru.

Sesuai dengan taksonomi ini, setiap tingkat dari pengetahuan dapat berhubungan
dengan setiap tingkat dari proses kognitif sehingga seorang pelajar dapat mengingat
pengetahuan yang bersifat faktual atau prosedural, memahami pengetahuan yang
bersifat konseptual atau metakognitif, atau menganalisis pengetahuan metakognitif
atau faktual.

Kesimpulannya, jelas di sini bahawa Taksonomi Bloom versi baru terbentuk


karena keinginan untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang terdapat  dalam
Taksonomi Bloom versi lama.  Tidak ada kelemahan yang dapat dilihat dalam
Taksonomi Bloom versi baru ini untuk dikritik berbanding dengan Taksonomi
Bloom versi lama, ini karena keinginan memperbaiki kelemahan dalam Taksonomi
Bloom versi lama.  Taksonomi Bloom versi baru tersebut wujud sejajar dengan
transformasi yang berlaku dalam pendidikan abad ke-21 ini.
B. Taksonomi Marzano

1. Konsep Taksonomi Marzano

Taksonomi Marzano dikembangkan pertama kali pada tahun 2000 oleh


Robert Marzano. Taksonomi ini dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari
taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas. Taksonomi Marzano
mempunyai tahap dari proses yang sederhana ke proses yang lebih lengkap, baik
dari informasi maupun langkah-langkahnya. Model kecakapan berpikir yang
dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas dan
dapat memengaruhi bagaimana siswa berpikir dan menghadirkan teori yang
berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para
siswanya. Taksonomi Marzano juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran terhadap proses pengetahuan dan bagaimana menyusun atau
menggunakan pengetahuan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan
keterlibatan seseorang atau komitmen seseorang terhadap keyakinan untuk terlibat
dalam suatu tugas.

2. Pembagian Taksonomi Marzano

Taksonomi dikembangkan Marzano dibuat dari tiga sistem dan Domain


Pengetahuan, yang kesemuanya penting untuk berpikir dan belajar.
Ketiga sistem tersebut adalah:
a) Sistem-Diri (Self-System): memutuskan apakah
melanjutkan kebiasaan yang dijalankan saat ini atau
masuk dalam aktivitas baru
b) Sistem Metakognitif : mengatur berbagai tujuan dan
menjaga tingkat pencapaian tujuan-tujuan tersebut
c) Sistem Kognitif : seluruh informasi yang dibutuhkan
memproses
Sedangkan fungsi domain pengetahuan menyediakan isinya.
Tiga Sistem dan Pengetahuan Domain
1. Sistem Diri
a. Keyakinan tentang Pentingnya Pengetahuan.
b. Keyakinan tentang Keefektifan
c. Emosi yang berhubungan dengan Pengetahuan

2. Sistem Metakognif
a. Penetuan Berbagai Tujuan Belajar
b. Pemantauan dari Eksekusi Pengetahuan
c. Pemantauan Kejelasan
d. Pemantauan Ketepatan

3. Sistem Kognitif

Proses mental dalam sistem kognitif dilaksanakan dari domain


pengetahuan. Proses ini memberi banyak orang akses informasi, prosedur,
membantu memanipulasi, dan menggunakan pengetahuan. Marzano memecah
sistem kognitif ke dalam empat komponen yaitu pemanggilan pengetahuan,
pemahaman, analisis, dan penggunaan pengetahuan. Setiap proses terbentuk dari
seluruh proses sebelumnya. Pemahaman, sebagai contoh, membutuhkan
pemangilan pengetahuan, analisis membutuhkan pemahaman, dan seterusnya.

a. Pemanggilan (Retrieving Knowledge)

Seperti komponen pengetahuan dari taksonomi Bloom, penarikan


pengetahuan melibatkan pemanggilan kembali informasi dari ingatan tetap. Pada
tingkat pemahaman ini, siswa lebih banyak memanggil berbagai fakta, urutan,
atau proses tepat saat mereka ada. Terdapat tiga proses kognitif pada proses ini,
yaitu pemanggilan kembali/pengingatan, pengenalan, dan pelaksanaan.

b. Pemahaman (Comprehensing Knowledge)


Comprehension merupakan proses mengorganisir atau menata
pengetahuan yang sudah ada, mensintesis keterwakilan (kemampuan
mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang
baru). Namun, langkah-langkahnya masih belum sempurna dalam memahami
dasar atau konsep awal. Pada level ini terdapat dua proses kognitif yaitu
penyimbolan dan pengintegrasian. Pada tingkat ini, siswa dituntut melakukan
identifikasi apa yang penting untuk diingat dan menempatkan informasi ke dalam
berbagai kategori yang sesuai. Oleh karena itu, dibutuhkan identifikasi dari
komponen-komponen paling penting dari sebuah konsep dan penghilangan semua
hal yang tidak signifikan.

c. Analisis (Analyzing knowledge)

Analysis merupakan proses mencapai dan menguji kecocokan


pengetahuan baik persamaan ataupun perbandingan, analisis hubungan ke atas dan
ke bawah, pengklasifikasian, analisis kesalahan, generalisasi, spesifikasi atau
untuk konsekuensi logis atau juga prinsip yang dapat dijadikan kesimpulan14.
Analisis adalah tingkat yang lebih kompleks dibanding pemahaman sederhana.
Pada level ini, terdapatlima proses kognitif yaitu pembandingan,
pengklasifikasian, spesifikasi/penalaran deduktif, generalisasi/penalaran induktif,
dan analisis kesalahan. Para pelajar dapat menggunakan apa yang mereka pelajari
untuk menghasilkan berbagai wawasan baru dan menemukan berbagai cara
menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam berbagai situasi baru.

d. Penggunaan Pengetahuan (Using Knowledge)

Level akhir dari proses kognitif pada taksonomi Marzano adalah


penggunaan pengetahuan. Marzano menyebut berbagai proses ini sebagai
penggunaan pengetahuan atau menggunakan pengetahuan. Pada level ini terdapat
empat proses kognitif dalam pemanfaatan pengetahuan, yaitu penyelidikan,
percobaan,pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan.

4. Pengetahuan Domain
a. Informasi
b. Beragam Prosedur Mental
c. Beragam Prosedur Fisik

Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano:

Sistem Level Deskripsi

Kognitif 1. Retrieval Proses dari prosedur pengetahuan,


mengingat kembali atau melakukan, tanpa
pemahaman.

2. Comprehension Proses dari urutan atau struktur


pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah
dan gambarannya secara mendasar untuk
pemahaman dasar atau pemahaman awal.

3. Analisis Proses mengakses dan menguji


pengetahuan mengenai persamaan dan
perbedaan, hubungan pangkat atas dan
pangkat bawah, mendiagnosa kesalahan,
atau logika yang konsekuen, atau prinsip
yang dapat diduga.
4. Utilization Proses dalam penggunaan pengetahuan
darimana masalah bisa disikapi atau
dipecahkan, investigasi dapat
direncanakan, keputusan dan aplikasi
dapat diperoleh.
Metakognitif 5. Metakognisi Proses untuk memonitor apa dan
bagaimana pengetahuan yang baik bisa
dimengerti, pengujian yang secara sadar
terhadap proses-proses kognitif untuk
melihat apakah proses-proses tersebut
mempengaruhi tujuan-tujuan yang akan
dicapai.
Self-system 6. Self system Proses mengidentifikasi respon/
rangsangan emosi, melatih persepsi,
motivasi, dan manfaatnya pada
kepercayaan terhadap pengetahuan awal.

Secara nyata, taksonomi ini bergerak dengan cara sebagai berikut:


a) Dari cara yang sederhana ke proses yang lebih komplit baik informasi
atau prosedur-prosedurnya
b) Dari kesadaran yang kurang ke kesadaran yang lebih tentang
pengontrolan yang lebih terhadap prpses pengetahuan dan bagaimana
menyusun atau menggunakannya
c) Dari kurangnya keterlibatan personal atau komitmen terhadap
kepercayaan yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas
seseorang.

Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut


Marzano “tiga pengetahuan awal”, yaitu:
a) Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
b) Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara
umum, memonitor metakognitif, dan sebagainya.
c) Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan.
Dari tiga pengetahuan awal ini, maka keseluruhannya ada 18 kategori
dimana Marzano menamakannya dengan “model dua dimensi”.
Selanjutnya bentuk ini mengarah kepada bentuk yang lebih lengkap
terhadap taksonomi Marzano.
3. Implementasi taksonomi marzano dalam pembelajaran matematika
Berikut contoh taksonomi Marzano dalam matematika
. Berikut contoh taksonomi Marzano dalam matematika.

Level of Processing Pengetahuan awal Contoh


Retrieval Informasi Siswa mengetahui perkalian dan
pembagian langsung (ex. 6 x 9 = ….,
54 : 6 = ….. .
Prosedur mental Siswa mengetahui dasar dari
perkalian dan pembagian dengan
ingatan yang bagus dan latihan yang
beraturan.
Prosedur Siswa dapat menggunakan algoritma
psikomotor perkalian dan pembagian
(ex. 38 x 57 = .…, 54 : 22 = ….)
Comprehension Informasi Siswa dapat menerangkan
bagaimana pembagian yang
pembaginya lebih besar dari pada
yang dibagi (ex. 3/5 + 1/8 = …. , dan
3/5 = …..)
Prosedur mental Siswa mengetahui bahwa masalah
pembagian seperti pecahan lebih
baik dipahami bila diterangkan
secara visual atau secara pengertian
melalui contoh-contoh untuk
menerangkan antara yang satu
dengan yang lainya.
Prosedur Siswa dapat memecahkan semua
psikomotor pembagian dari masalah pecahan
dengan algoritma “membalikkan dan
mengalikan” tetapi dapat juga
dengan mengilustrasikan masalah
dengan visual.
Analisis Informasi Berikan studi kasus kepada siswa
untuk mencari solusi terhadap suatu
masalah, siswa dapat mendiagnosa
apa kesalahan yang mereka buat dan
koreksi seperti apa yang dibutuhkan.
Prosedur mental Berikan suatu studi kasus (seperti
sebelumnya), siswa dapat
mengidentifikasi jenis pemikiran
seperti apa yang peranannya penting
terhadap kesalahan-kesalahan
tersebut (ex. Prasyarat pengetahuan
yang cukup, kesalahan perhitungan,
alur berpikir yang salah) dan apa
jenis-jenis strategi kognitif yang
dapat membantu.
Prosedur Siswa dapat memperluas strategi
psikomotor problem solving dari kasus dan
menuliskannya sebagai instruksi
awal.
Utilization Informasi Siswa dapat memecahkan dengan
baik bagaimana masalah-masalah
yang lalu kemudian menunjukkan
aplikasinya dari suatu prinsip atau
algoritma (ex. menulis sebuah
kalimat masalah untuk suatu
ekspresi aljabar).
Prosedur mental Siswa menyikapi persamaan dan
perbedaan antara masalah-masalah,
menanyakan informasi baru/strategi
apa yang dapat menolong siswa
memperoleh lebih banyak
pengetahuan atau penyelesaian
masalah pada domain yang lain.
Prosedur Ketika dihadapkan dengan masalah
psikomotor novel, siswa mempertimbangkan
kesamaan-kesamaan dengan masalah
yang lain dan menduga apa solusi
yang pantas yang dapat dilihat
sebelum mengadopsi suatu strategi
atau algoritma yang digunakan.
Metakognitif Informasi Siswa mengumpulkan tujuan-tujuan
untuk mencapai sasaran pada
matematika, termasuk apa
pengetahuan atau skill yang sudah
mereka dapatkan, ketika mereka
membutuhkan pertolongan, dan
bagaimana mereka akan
mengalokasikan waktu.
Prosedur mental Siswa mengenal perbedaan antara
penggunaan algoritma matematika
dan memiliki strategi heuristic
(untuk menduga jawaban dan
membantu mereka yakin dengan
jawabannya dan strategi yang cocok)
untuk memeriksa apakah mereka
telah mencapai tujuan mereka.
Prosedur Siswa melakukan perhitungan dan
psikomotor apply algorithms tetapi dengan
penaksiran mereka sendiri, apakah
mereka mengerti dengan apa yang
mereka buat dan mengapa demikian.
Self-system Informasi Siswa menguji kemampuan mereka
pada matematika, mereka belajar
dan bagaimana memfokuskannya
pada saat itu dan memilih cara-cara
kerja yang potensi.
Prosedur mental Siswa memeriksa motivasi terhadap
tingklah laku mereka (ex.jika mereka
dengan cepat mengatasi masalah
sulit, apakah mereka mencoba
menghindar?) atau keyakinan
mereka tentang pentingnya pelajaran
matematika (ex. “saya ingin menjadi
seorang psikolog dan saya tidak
membutuhkan matematika”).
Siswa dapat mengidentifikasi emosi
Prosedur atau motivasi yang menghambat
psikomotor pembelajaran dan menemukan cara
untuk mengatasinya (ex. dengan
mendiagnosa pertolongan apa yang
dibutuhkan untuk meremedial
terlebih dahulu miskonsepsi atau
kebiasaan buruk, dengan strategi
pembelajaran yang lebih baik atau
dengan menekuni hasil belajar agar
meningkat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti
untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat
diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai
pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema
taksonomi. Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi
Bloom”. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan.

Robert Marzano, seorang peneliti pendidikan terkemuka, mengusulkan apa


yang disebutnya “Sebuah Taksonomi Baru dari Tujuan Pendidikan”. Taksonomi
ini dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari taksonomi Bloom, telah
digunakan secara luas serta sesuai dengan situasi terkini. Model kecakapan
berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang
berjangkauan luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan
menghadirkan teori yang berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki
kecakapan berpikir para siswanya.

Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat
menambah wawasan mengenai Taksonomi Bloom dan Taksonomi Marzano.
Meskipun Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah Revisi serta Taksonomi
Marzano telah dikembangkan untuk tujuan pendidikan, namun kita tetap harus
memahami karakteristik dan perbedaan tiap – tiap taksonomi ini.

Anda mungkin juga menyukai