DASARDASAR MATEMATIKA
1.1 VEKTOR
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vektor
(selain juga skalar, tensor dan lain-lain). Gaya yang merupakan salah satu fisika
penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor. Contoh lain
adalah kecepatan. Jika kecepatan ini hanya dihitung besarnya, diperoleh
kelajuan yang merupakan besaran skalar.
Skalar adalah besaran yang secara lengkap ditentukan oleh besar dan
tandanya. Dalam fisika contoh besaran skalar adalah massa, panjang, waktu,
laju, muatan listrik, skalar potensial listrik dan sebagainya. Lambang besaran
skalar adalah huruf Romawi miring (italics), seperti m, s, t dan sebagainya.
Vektor adalah besaran yang secara geometris ditentukan oleh besar dan
arahnya dalam ruang. Contoh besaran vektor dalam fisika adalah vektor letak
suatu titik, kecepatan, percepatan, gaya, momentum, momentum sudut, torka,
kuat medan listrik, vektor imbas magnet, vektor potensial listrik, vektor
pergeseran listrik dan lain-lain. Lambang besaran vektor adalah huruf tebal
r r r r
tegak dan biasanya diberi panah, seperti r , v, a,F dan sebagainya.
1.1.1 Besar Vektor
r
Panjang panah yang mewakili suatu vektor A disebut
panjang atau
r
r
magnitud (magnitude) vektor A , yang ditulis dengan A atau A. Dengan
r
menggunakan teorema Phytagoras, panjang A adalah
r
A A Ax2 Ay2 dalam dua dimensi
atau
r
A A Ax2 Ay2 Az2 dalam tiga dimensi.
1.1.2 Penjumlahan Vektor
r
r
Dua vektor A dan B dapat dijumlahkan secara geometri dengan 2 cara :
r
r
Perkalian skalar antara vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah
r
r
besaran skalar yang sama dengan panjang A dikalikan panjang B dikalikan
r
r
cosinus sudut antara A dan B . Dituliskan sebagai
r r
r r
A B A B cos .
Perkalian skalar memenuhi kaedah komutatif :
r r r r
A B B A .
Perkalian skalar juga memenuhi kaedah distributif :
r r r r r r r
(B C) A B A C A
.
Sifat lain yang juga dimiliki adalah :
r r
r r r
r
( A B) ( A ) B A ( B)
r
r
Jika A dan B adalah fungsi parameter t maka :
r
r
r dB dA r
d r r
( A B) A
B
dt
dt
dt
Jika perkalian skalar ingin dinyatakan dalam bentuk komponenkomponennya, diperoleh
r r
A B ( Ax i Ay j Az k ) (Bx i By j Bz k ) .
.
Bx By Bz
(Tentu saja, jika misalnya Ax 0 maka Bx 0 ).
Penggunaan perkalian titik muncul pada konsep kerja (work) dalam
mekanika klasik. Kerja infinitesimal dW yang dilakukan pada sebuah partikel
r
r
oleh gaya F sepanjang pergeseran infinitesimal ds adalah
r r
dW F ds .
r
Hukum Newton kedua menyatakan bahwa gaya F yang bekerja pada partikel
bermassa m akan menyebabkan partikel tersebut mengalami percepatan
sebesar
r
r
r
r
dv
r F
atau F ma m
a
dt
m
r
dengan v adalah kecepatan partikel. Laju kerja W terhadap waktu t selama
r
gaya F bekerja pada partikel adalah
r
r
dW r ds r r
dv r
F
F v m
v.
dt
dt
dt
Padahal
3
r
r dv
d 2
d r r
v v v 2v
dt
dt
dt
sehingga diperoleh
r r d 1 r
dE
F v mv2 K .
dt 2
dt
r
Persamaan terakhir di atas menyatakan bahwa laju gaya F yang bekerja
r
pada partikel berkecepatan v sama dengan perubahan energi kinetik EK
terhadap waktu t. Selain itu diperoleh pula bentuk berikut :
r
r
r r r r
ds
dW Fdt
m dv v p dv
dt
r
dengan momentum partikel p dirumuskan sebagai
r
r
p mv .
1.1.5 Perkalian Vektor / Silang
r
r
Perkalian vektor / silang antara dua vektor A dan B ditulis sebagai
r r
A B
yang hasilnya didefinisikan sebagai sebuah vektor yang memiliki panjang dan
arah sebagai berikut :
r r
r r
r r
Besar A B adalah A B A B sin
r
r
r
r r
dengan adalah sudut positif (0 1800) antara A dan B . Arah C = A B
r
r
r
adalah tegaklurus bidang A dan B dan mengikuti rotasi putar kanan dari A ke
r
B.
r
r
Perkalian silang antara A dan B tidak mematuhi kaedah komutatif. Jadi
r r
r r
A B tidak sama dengan B A . Perumusannya
r r
r r
A B = B A
sehingga
r r
r r r
A B + B A =0 .
r
r
Jika A dan B sejajar atau berlawanan arah, maka sudut yang mengapit
keduanya 00 atau 1800 sehingga sin 0 . Jadi
r r r
A B 0
r
r
jika A dan B sejajar atau berlawanan arah. Juga berlaku
4
r r r
AA 0
r
untuk sembarang vektor A . Dengan menggunakan kaedah perkalian silang,
diperoleh
r
i i j j k k 0 , i j k , j i k ,
j k i , k j i , k i j , i k j .
r r
Untuk menuliskan bentuk A B secara eksplisit, bentuk tersebut
dituliskan sebagai
r r
A B = ( Ax i Ay j Az k ) (Bx i By j Bz k )
= i( Ay Bz Az By ) j ( Az Bx Ax Bz ) k( Ax By Ay Bx )
i
= Ax
Ay
Az .
Bx
By
Bz
r r
Dari bentuk di atas, penyajian A B dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
determinan matriks 3 3, dengan baris pertama berisi vektor-vektor satuan,
r
baris kedua berisi komponen vektor pertama ( A ), dan baris ketiga berisi
r
r r
komponen vektor kedua ( B ). Karena A B adalah vektor yang tegaklurus pada
r
r
A maupun B , rumus di atas dapat digunakan untuk mencari vektor (termasuk
vektor satuan) yang tegaklurus pada keduanya.
Penggunaan perkalian silang adalah pada momentum sudut rotasi partikel
r
r
yang bermassa m berkecepatan v yang berada pada vektor posisi r .
Momentum sudut rotasi partikel tersebut adalah
r r
r
L r mv .
Dengan menurunkan persamaan di atas ke waktu t, diperoleh
r
r
r
dL r
dv r
r m
v mv .
dt
dt
Dengan mengingat
r
dv r
r r r
F,
v v 0 dan m
dt
diperoleh
r
dL r r r
r F .
dt
Jadi perubahan momentum sudut rotasi partikel terhadap waktu sama dengan
torka partikel tersebut. Jika gaya luar yang bekerja pada partikel tersebut
lenyap, maka perubahan momentum sudut rotasi terhadap waktu menjadi
lenyap, atau momentum sudut rotasi partikel bernilai kekal.
1.2 MATRIKS
1.2.1 Operasi Matriks
Ada beberapa operasi matriks, yaitu :
1.
Kesamaan matriks .
Dua buah matriks dikatakan sama jika dan hanya jika orde kedua matriks
tersebut sama, serta komponen matriks yang letaknya sama bernilai sama.
4
2d 1
a 2 2b c d b 1
6
b c e 5 a
b d ae 2c f
menghasilkan penyelesaian
a = 1, b = 2, c = 3 d = 4, e = 5 dan f = 6.
2.
Transpos matriks
Jika
1 4
1 2 3
T
A
maka A 2 5
4
5
6
3 6
Perkalian skalar
Sebuah matriks dapat dikalikan dengan suatu bilangan skalar s sehingga
.
4 5 6 20 25 30
5A 5
4.
1 2
4 3
dan B
3 4
2 1
A
maka
5 5
3 1
dan D A B
.
5 5
1 3
C AB
5.
pertama sama dengan banyaknya baris pada matriks kedua. Matriks hasil
perkalian kedua matriks tersebut memiliki orde : banyaknya baris sama dengan
banyaknya baris pada matriks pertama dan banyaknya kolom sama dengan
banyaknya kolom pada matriks kedua. Misalnya
7
1 2 3
A
dan B
4 5 6
maka
7
1 2 3 = 50
AB
8
4 5 6 9
122
sedangkan BA tidak didefinisikan.
Untuk dua matriks persegi (matriks yang jumlah baris sama dengan
jumlah kolom) seperti
1 2
2 3
dan B
3 4
4 1
A
maka
10 5
11 16
dan BA
22 13
7 12
AB
yang berarti
AB BA .
Karena itu dapat dikatakan bahwa secara umum perkalian matriks tidak bersifat
komutatif.
6.
Invers matriks
Sebuah matriks persegi A memiliki invers A1 sehingga
7
AA1 A1A I
dengan I adalah matriks persegi identitas yang memiliki komponen-komponen
bernilai 1 hanya pada komponen diagonalnya, dan 0 untuk komponen
selainnya. Sebagai contoh,
1 2
1 7 2
dan A
3 7
3 1
A
sedemikian sehingga
1 0
I.
0 1
A A1 A1A
8 12
Jika dua baris atau dua kolom dari determinan tersebut dipertukarkan,
maka nilai determinannya menjadi 1 nilai determinan semula.
Contoh :
1 2 3
4 5 6
2 1 3
4 5 6 1 2 3 5 4 6 .
7 8 9
7 8 9
8 7 9
8
2.
Jika dua baris atau lebih, begitu pula dengan dua kolom atau lebih adalah
identik (komponen-komponennya sama) maka nilai determinannya sama
dengan nol. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah, mengingat jika baris
atau kolom dipertukarkan maka nilainya menjadi minusnya, padahal sama
sekali tidak mengubah nilai determinan semula (mengingat identiknya
baris atau kolom yang dipertukarkan). Jadi kalau nilai determinan sama
dengan minusnya, pasti nilai determinan tersebut sama dengan nol.
Contoh :
1 2 3 4
5 6 7 8
0
1 2 3 4
9 10 11 12
karena komponen baris pertama sama dengan komponen baris ketiga.
Sedangkan
1 2 3 1
5 6 7 5
0
8 9 10 8
9 11 12 9
karena komponen kolom pertama sama dengan komponen kolom
keempat.
3.
Jika komponen suatu baris atau suatu kolom dikalikan dengan tetapan s
maka nilai determinan menjadi s nilai determinan mula-mula.
1 2
1 2
1
2
2 , maka
3.2 6 .
3 8
9 24 3.3 3.8
4.
Jika suatu baris ditambah dengan s baris yang lain, maka nilai
determinan tidak berubah. Demikian juga untuk kolom. Contoh :
1 2 8
3 2 1 1,
1 1 2
demikian juga dengan misalnya
juga 1 .
Dalam hal ini matriks terakhir dimodifikasi dalam bentuk baris pertama
ditambah 2 baris kedua.
5.
orde
matriks
dapat
diperkecil
sehingga
memudahkan
1
CT
det A
dengan
Cmn kofaktor amn .
1.3 FUNGSI
Fungsi adalah kaedah pemetaan (mapping) dari suatu nilai yang disebut
variabel bebas yang himpunannya merupakan wilayah (domain) fungsi, ke
10
suatu nilai lain (variabel tak bebas) yang himpunannya merupakan jangkauan
(range) fungsi.
Jenis-jenis fungsi :
1.
ak x k
k 0
Fungsi eksponensial
f (x) ax
Kasus khusus : a = e = 2,718281828...
3.
Fungsi logaritma
f ( x ) a log x
Jika a = e, fungsi tersebut menjadi f ( x ) ln x .
4.
sec x
sin x
1
,
cos x cot x
1
1
, csc x
, sin2 x cos2 x 1 , sec 2 x 1 tan2 x ,
cos x
sin x
tan x tan y
,
1 mtan x tan y
6.
Fungsi hiperbolik
11
1
1
, csch x
, cosh2 x sinh2 1,
cosh x
sinh x
tanh x tanh y
.
1 tanh x tanh y
(2)
(3)
12
(4)
lim F {f ( x )} F {lim f ( x )}
x x0
x x0
sin x
x
tan x
x
lim
lim
lim
1.
x
sin x
x
tan x
x 0
x 0
x 0
x 0
lim
ln(1 x )
limln(1 x )1/ x ln{lim(1 x )1/ x } ln e 1.
x
x 0
x0
x 0
lim
x2 4
( x 2)( x 2)
lim
lim x 2 4.
x 2
x 2
x2
x2
x 2
lim
1.5 TURUNAN
Jika terdapat suatu fungsi y f ( x ) , maka perilaku suatu titik sembarang
(x, y) yang terletak pada fungsi tersebut dapat diselidiki dengan mencari apakah
pada titik tersebut, kurva bersifat naik / turun atau stasioner. Cara
menyelidikinya adalah dengan menentukan tangen sudut garis singgung kurva
y = f (x) di titik (x, y) tersebut. Jika adalah sudut kemiringan garis singgung
tersebut, maka :
dy df
f '( x ) .
dx dx
13
y '' f ''( x )
y ''' y
(3)
d 2y
dx 2
d 3y
dx 3
dan seterusnya.
Dengan menggunakan definisi turunan fungsi, dapat diperoleh beberapa
rumus-rumus penting turunan (derivatif) :
1.
Jika F ( x ) af ( x ) bg ( x ) maka
dF
df
dg
a
b
dx
dx
dx
2.
Jika F ( x ) f ( x )g ( x ) maka
dF df
dg
g f
dx dx
dx
3.
Jika F ( x )
f (x)
maka
g(x )
df
dg
g f
dF dx
dx f ' g fg '
2
dx
g
g2
4.
Jika F ( x ) F {f ( x )} maka
dF dF df
.
dx dx dx
1.
Jika F ( x ) c , maka
2.
3.
4.
1
.
x ln a
1
.
x
6.
7.
8.
9.
1 x2
1
1 x2
1
1 x2
1
1 x2
1
x x2 1
1
x x2 1
2.
d
F(x) .
dx
Fungsi yang diperoleh dari proses integral f ( x ) ini tidaklah tunggal. Bentuk
F ( x ) dapat ditambah dengan suatu tetapan integrasi C yang boleh bernilai
sembarang, karena fungsi induk yang baru ini yaitu
Finduk F ( x ) C
memenuhi pula
dFinduk dF
f (x) .
dx
dx
1.6.2 Rumus-rumus Integral dasar dan Metode Pengintegralan
Berikut ini rumus-rumus dasar yang digunakan dalam pengintegralan.
x n 1
C , n 1
n 1
n
x dx
ax
e dx
sin x dx cos x C
cos x dx sin x C
tan x dx
= ln sec x C
cot x dx
ln sin x C
sec x dx
ln sec x tan x C
csc x dx
ln csc x cot x C
sinh x dx cosh x C
dx
ln x C
x
eax
C
a
16
cosh x dx sinh x C
tanh x dx
cothx dx ln sinh x C
sechx dx tan
cschx dx ln tanh( x / 2) C .
ln cosh x C
(sinh x ) C
udv
uv vdu
dx
( x 2)
x 1
Melalui substitusi
y x 1 maka x y 2 1, dan dx 2y dy ,
sehingga
I=
2y dy
dy
( y 2 1)y 2 y 2 1 2arctan y C
= 2arctan x 1 C .
Ingin dicari nilai
I=
dx
x 2 a2 .
Melalui substitusi
x a tan u dan dx a sec 2 u du ,
maka
I=
dx
a sec 2 u du
x 2 a2 a2 (tan2 u 1) a du u / a C a
17
arctan( x / a ) C .
I=
dx
a2 x 2
Melalui substitusi
x a sin u, dx a cos u du ,
maka
I=
dx
a2 x 2
a cos u du
a2 (1 sin2 u )
du u C arcsin( x / a ) C .
dx
a2 x 2
Melalui substitusi
x a sinh u, dx a cosh u du ,
maka
I=
dx
a2 x 2
a cosh u du
a2 (1 sinh2 u )
du u C sinh1( x / a ) C .
Pn ( x ) a0 a1x a2 x ... an x
ak x k .
k 0
Q( x ) dx
dengan P ( x ) dan Q( x ) keduanya suku banyak Ada beberapa keadaan antara
bentuk P ( x ) dan Q( x ) yang menentukan penyelesaian integral pecahan
rasional.
1.
Q '( x ) P ( x )
Pada kondisi ini, nilai integral adalah
Q'
P dx ln P ( x ) C
Sebagai contoh :
18
2x 3
x 2 3 x 4 dx ln x
2.
3x 4 C .
x 2 2 dx
3.
2x
x 2 2
dx
1 2
x ln x 2 2 C .
2
dx .
.
( x 1)( x 1)( x 2)( x 3) x 1 x 1 x 2 x 3
Keempat bilangan A, B, C dan D adalah tetapan. Persamaan untuk pembilang
kedua ruas adalah
x 5 A( x 1)( x 2)( x 3) B( x 1)( x 2)( x 3) C( x 1)( x 1)( x 3)
+ D( x 1)( x 1)( x 2) .
Dengan menyamakan suku-suku berpangkat sama dalam x antara kedua ruas,
diperoleh
x3 A B C D 0 ,
x 2 6 A 4B 3C 2D 0 ,
x 11A B C D 1 ,
x 0 6 A 6B 3C 2D 5 .
Dari empat persamaan di atas dengan empat variabel A, B, C dan D tersebut,
masing-masing dapat dicari nilainya yaitu :
A
1
,
4
B 1,
C 1,
19
1
4
Untuk mencari keempat nilai tersebut, dapat pula ditempuh cara lain, yaitu
dengan mengisikan nilai pada persamaan pembilang :
Untuk x = 1, diperoleh 6 = 24A.
dx
1
dx
dx
dx
1
dx
4 ( x 1)
x 1
x 2 4 ( x 3)
1 ( x 1)( x 2)4
1
1
C .
ln x 1 ln x 1 ln x 2 ln x 3 C ln
4 ( x 3)( x 1)4
4
4
x a ln x a C .
Metode pengerjaan di atas terjadi pada saat penyebut Q( x ) dapat diuraikan
serta tak terdapat akar yang sama. Jika terdapat akar yang sama, dapat
disimak pada contoh di bawah ini.
Ingin dicari bentuk eksplisit
x
dx
A
B
C
D
E
F
.
x 2 x 1 ( x 1)2 x 1 ( x 1)2 ( x 1)3
x 0 0 A 2B 2C 2D 2E 2F
x 2 2 9 A 12B 14C 36D 36E 36F
20
2
,
27
1
,
16
1
C ,
8
5
,
432
1
,
36
1
12
Jadi
x
2
( x 2)( x 1) ( x 1)
2
1
1
5
2
27( x 2) 16( x 1) 8( x 1)
432( x 1)
1
36( x 1)2
1
12( x 1)3
sehingga
x
dx
2
1
5
1
ln x 2 ln x 1
ln x 1
27
16
432
8( x 1)
1
1
C
36( x 1) 24( x 1)2
21
i 1
i 1
x a
A lim Ai lim f (i )x
n
f ( x ) dx
n
x 0
Nilai a dan b merupakan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit)
pengintegralan.
y
f (x)
f (i )
xi xi x b
2.
3.
4.
5.
f ( x ) dx f ( x ) dx
f ( x ) dx f ( x ) dx f ( x ) dx
Af ( x ) Bg ( x ) dx A f ( x ) dx B g ( x ) dx
f ( x ) dx f (t ) dt
dG( x )
Jika f ( x )
maka
dx
f ( x ) dx G( x ) a G(b) G(a)
Contoh:
22
/2
sin x dx =
1
2
/2
/2
(1 cos 2 x ) dx 1 x 1 sin 2 x
2
2
0
1 1 sin 0 0
=2
.
2 2
A f1( x ) f2 ( x ) dx .
a
Sementara itu luas daerah yang dibatasi oleh xkanan g1( y ) , xkiri g 2 ( y ) ,
y bawah a dan y atas b adalah
b
A g1( y ) g 2 ( y ) dx .
a
Contoh:
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva y1 x 3 3 x 2 dan y 2 4 x .
Titik potong antara kedua kurva dapat dicari melalui :
x 3 3 x 2 4 x atau x ( x 4)( x 1) 0
sehingga diperoleh titik potong : x = 4, x = 0 dan x = 1.
Untuk daerah 4 < x < 0, hubungan kedua kurva adalah y1 y 2 , sedangkan
untuk selang 0 x 1 maka y1 y 2 . Jadi luas daerah yang ditanyakan adalah
A
y1 y 2 dx y 2 y1 dx
0
3 x 4 x dx x 3 3 x 2 4 x dx
4
3
2
= 41 x x 2 x
2.
1 x 4 x 3 2 x 2
1
0
131
.
4
Jika suatu area luas diputar mengelilingi suatu sumbu tertentu, maka akan
terbentuk suatu benda putaan. Ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu
metode cakram (disk) dan metode kulit (shell).
Pada metode cakram, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
y atas f1( x ) , y bawah f2 ( x ) , garis xkiri a dan xkanan b .
Pada selang [a, b], diasumsikan y atas dan y bawah 0 . Volume benda yang
terbentuk jika diputar terhadap sumbu x adalah
b
Vx f12 ( x ) f22 ( x ) dx .
a
Vy g12 ( y ) g22 ( y ) dy .
a
Contoh :
Carilah volume kerucut yang ditimbulkan oleh perputaran garis
y mx
2
2
2
2 3
1
Volume kerucut = y dx m x dx 3 m h .
Pada kerucut tersebut, tinggi kerucut = h dan jari-jari kerucut = mh. Karena itu
rumus volume kerucut dapat ditulis sebagai
1
Vy 2 x f ( x ) dx .
a
24
Contoh :
Pada daerah yang dibatasi oleh parabola y x 2 , sumbu x dan garis x = 4,
carilah volume akibat perputaran mengelilingi sumbu y.
4
V 2 x.x 2 dx
0
3.
2 4
x
4
= 128 .
dx
dy
sab 1
dx .
dx
a
1.7 TURUNAN PARSIAL
Jika y = f(x) maka dy / dx menyatakan kemiringan kurva y f ( x ) atau laju
perubahan y terhadap x. Konsep kelajuan sangat banyak muncul dalam fisika,
sebagai contoh : konsep kecepatan gerak partikel sebagai perubahan jarak
terhadap waktu, konsep percepatan sebagai perubahan kecepatan terhadap
waktu, laju pendinginan benda yang bersuhu tinggi, perubahan tekanan
sebagai fungsi volume pada suhu tetap
x
x 2 y 2 dan y z
y
x
z
x2 y 2
y
.
z
Turunan pertama parsial ini dapat diturunkan lagi untuk menghasilkan turunan
parsial orde tinggi, misalnya dengan menurunkan x z ke y dan y z ke x.
Untuk perlakuan ini, hasilnya berbentuk
2 z
y x z
y x y
dan
2 z
x y z
x y x
xy
z3
x 2 y 2
y
yx .
z3
x 2 y 2
Ternyata hasil keduanya sama, atau dapat disimpulkan bahwa turunan parsial
orde tinggi tidak bergantung pada urutan pengambilan turunan. Jadi untuk
sembarang fungsi f ( x, y ) yang memiliki sifat-sifat turunan pertamanya ada,
kontinu dan dapat diambil turunan parsialnya, berlaku
2f ( x, y ) 2f ( x, y )
.
y x
x y
26
dy y
y2 .
dx x
ky 2 0 .
Dimisalkan
y A cos kx B sin kx ,
ternyata
dy
Ak sin kx Bk cos kx
dx
dan
d 2y
dx
Ak 2 cos kx Bk 2 sin kx k 2 y
ky 2 0 .
Dimisalkan
27
y Aekt Be kt ,
ternyata
dy
Akekt Bke kt
dt
dan
d 2y
dt
Ak 2 ekt Bk 2 e kt k 2 y
b b2 4ac .
2a
kuadrat berikut :
z 2 2z 2 0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :
z
2 4 8 2 2i
1 i .
2
2
28
y
x
x
Bidang Argand
sehingga
Re z * Re z, Im z * Im z, x Re z 1 ( z z *), y Im z i ( z * z ) .
2
30
nz
31
1.
r
r
Diketahui vektor A 3i 6 j 9k dan B 2i 3 j k , carilah sudut
antara kedua vektor tersebut.
Jawaban :
2
2
2
A 32 62 92 3 14 , B ( 2) 3 1 14 ,
maka
cos
Ax Bx Ay By Az Bz
6 18 9 21 1
AB
3 14 14 42 2
sehingga
600 .
*****
2.
r
Carilah seluruh vektor satuan yang tegaklurus pada vektor A 2i j k
r
dan B i 3 j 2k .
Jawaban :
i j k
r r
A B 2 1 1 i 3 j 5k .
1 3 2
Jadi vektor satuan yang dicari adalah
u
i 3 j 5k
2
1 3 5
1
35
i 3 j 5k .
3.
i 3 j 5k
35
1
(Mengapa ?)
*****
r
r r r
r
r
Carilah nilai ( A B) C jika A i j k , B i j 2k , C 2i j k .
Jawaban :
32
i j
r r
A B 1 1
1 1
k
1 3i j 2k .
2
Jadi
i
j k
r r r
( A B) C = 3 1 2 3i 7 j k .
2 1 1
*****
4.
j k
2 1 E0 (3i 5 j 4k )
1 2
sehingga
1
r
F qE0 1
1
3
5
qE0 (4i 6 j 3k ).
*****
5.
2
3
4
1
3
4
1
2
4
1
.
2
3
Jawaban :
Dengan melakukan operasi sebagai berikut : Baris II 2 Baris I ; Baris III 3
Baris I ; Baris IV 4 Baris I, maka nilai D tetap.
33
1 2
3
4
0 1 2
7
D
.
0 2 8 10
0 7 10 13
Dilakukan ekspansi Laplace terhadap seluruh komponen pada kolom I,
sehingga nilai D yang tak lenyap hanyalah
1 2
7
1 2 7
3
D 2 8 10 ( 1) 2 8 10 .
7 10 13
7 10 13
Dilakukan operasi : Baris II 2 Baris I ; Baris III 7 Baris I, sehingga
1 2
7
4 4
D 0 4 4 (1)
160 .
4 36
0 4 36
*****
6.
Carilah A1 , untuk
a 0 b
A 0 1 0
b c a
Jawaban :
Det A = a2 b 2 . Kofaktor setiap elemen di atas adalah :
Baris pertama :
1 0
a,
c a
Baris kedua
0 b
bc ,
c a
Baris ketiga
0 b
b,
1 0
0 0
0,
b a
a b
a2 b 2 ,
b a
a b
0,
0 0
Kofaktor C adalah
2
2
C = bc a b
b
0
Jadi :
34
ac
0 1
b
b c
a 0
ac
b c
a 0
a.
0 1
bc
0 .
1
1
2
2
CT =
0 a b
2
2
det A
a b b
0
A1
*****
7.
xe
x
ax
*****
8.
Jawaban :
Persamaan
busur
tersebut
di
kuadran
pertama
dirumuskan
sebagai
dx
R2 x2
sehingga
dy
dx
x2
R2 x2
R2
R2 x2
s = R
dx
R2 x2
= R arcsin
x R
R arcsin1 arcsin0 R .
R 0
2
Jawaban :
x 2, y 2 3 maka r 4 12 4 dan arctan(2 3 / 2) / 3 sehingga
z 4 cos( / 3) isin( / 3) .
*****
10. Nyatakan bentuk z (1 i )i dalam bentuk x + iy.
Jawaban :
z
2 exp(i / 4)
11.
8.
Jawaban :
z = 8 = 8(cos0 i sin0) = 8(cos 2 i sin 2 ) = 8 (cos 4 i sin 4 ) .
Jadi akar-akar untuk bentuk 3 8 adalah :
2, 2(cos 2 / 3 i sin2 / 3) 1 i 3 dan 2(cos 4 / 3 i sin 4 / 3) 1 i 3 .
*****
36
Tunjukkan bahwa ketiga garis bagi (garis yang membagi garis sama
2.
3.
4.
5.
6.
r
r 2i 3 j 4k m. Carilah kerja pada partikel tersebut.
r
r
Untuk dua buah vektor a 3i m( j k ) dan b i 5 j 2mk , carilah
r
r
nilai m sedemikian sehingga vektor a tegak lurus dengan vektor b . Untuk
r
r
nilai m tersebut, carilah semua vektor satuan yang tegaklurus a dan b .
r
r
Jika diketahui tiga buah vektor A 2i 3 j 4k , B 2i 3 j 4k serta
r
C 2i 3 j 4k , buktikan secara eksplisit bahwa
r r r
r r r r r r
r r r
r r r
r r r
( A B) C B( A C) A(B C) dan ( A B) C (B C) A (C A ) B
r
r r r
Vektor momentum sudut rotasi dirumuskan sebagai L m r
( r ).
r
r
r
r
Ekspansikan rumus tersebut. Jika r tegaklurus (berarti r dan v pada
satu bidang), tunjukkan bahwa besar momentum sudut adalah L = mvr.
r r r r
r
r
Ekspansikan perkalian susun tiga a ( r ) . Jika r tegaklurus ,
r
r
tunjukkan bahwa a 2 r .
7.
8.
1 2
2 3
3 4
, B
dan C
, carilah :
3 4
4 1
1 2
Jika A
(a)
(b)
sin1 cos 1
R1
dan
cos 2
sin2
R2
37
sin2
cos2
9.
1
0
3
2
2
1
0
3
1
3
2 a
,
1 a2
0 a3
1
b
1
c
b2
c2
b3
c3
1
d
0 a
dan a 0
d2
b c
3
d
b
c
0
Tunjukkan bahwa :
cos
0
0
1
2cos
1
0
1
cos3
2cos
12. Perkalian matriks berikut ini biasanya muncul dalam telaah lensa tebal di
udara :
1 0 1 (n 1) / R1
1 (n 1) / R2
1
1
0
d / n 1 0
dengan d adalah tebal lensa, n adalah indeks bias, R1 dan R2 adalah jarijari kelengkungan permukaan lensa. Elemen A12 adalah 1/ f dengan f
adalah panjang fokus lensa. Carilah nilai A, panjang fokus, serta tunjukkan
bahwa det(A) = 1.
13. Sementara itu perkalian matriks yang muncul dalam telaah dua lensa tipis
di udara adalah
1 1/ f2 1 0 1 1/ f1
1 d 1 0 1
0
b.
c.
x 2 1
x2 3
x2
dan
cos x sec x
x 0
lim
x2
, y ln
ex
1
arccos( x 2 )
1 cot
y
cosh
dan
e
x 2 dx
ax b
dx
x 2 a , ecos
2x
sin 2 x dx dan
2 x 2 3dx .
3 x 2 2x 4
2x 3 2x 2 8 x 5
x
( x 1)( x 2) dx
dan
dx ,
x 2 2x 4
x 3 dx ,
x 1
x( x 1)2 ( x 2)3 dx
(x
2 x 5) dx ,
/4
/2
e x sin xdx ,
0
1
0 x( x
2002
e2
x 2 16 dx , ln xdx ,
0
3
1) dx , 1
10
x 2001
x2 1
x3 3x
dx ,
/2
/3
dx .
.
x y
y x
2 xy
f ( x, y ) 2 x 2 y 3 3 x 3 y 2 , f ( x, y ) e
1 ln( xy ) , f ( x, y ) sin1
xy
.
2
3
x y
3(1 4 i ) ,
48
(1 i )
1 i
i , ln i dan ( i / 4) ln 3
,
e
1 i ,
25 (1 2i ) i
( 3 i)
40