Anda di halaman 1dari 40

BAB I

DASARDASAR MATEMATIKA
1.1 VEKTOR
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vektor
(selain juga skalar, tensor dan lain-lain). Gaya yang merupakan salah satu fisika
penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor. Contoh lain
adalah kecepatan. Jika kecepatan ini hanya dihitung besarnya, diperoleh
kelajuan yang merupakan besaran skalar.
Skalar adalah besaran yang secara lengkap ditentukan oleh besar dan
tandanya. Dalam fisika contoh besaran skalar adalah massa, panjang, waktu,
laju, muatan listrik, skalar potensial listrik dan sebagainya. Lambang besaran
skalar adalah huruf Romawi miring (italics), seperti m, s, t dan sebagainya.
Vektor adalah besaran yang secara geometris ditentukan oleh besar dan
arahnya dalam ruang. Contoh besaran vektor dalam fisika adalah vektor letak
suatu titik, kecepatan, percepatan, gaya, momentum, momentum sudut, torka,
kuat medan listrik, vektor imbas magnet, vektor potensial listrik, vektor
pergeseran listrik dan lain-lain. Lambang besaran vektor adalah huruf tebal
r r r r
tegak dan biasanya diberi panah, seperti r , v, a,F dan sebagainya.
1.1.1 Besar Vektor

r
Panjang panah yang mewakili suatu vektor A disebut

panjang atau

r
r
magnitud (magnitude) vektor A , yang ditulis dengan A atau A. Dengan
r
menggunakan teorema Phytagoras, panjang A adalah
r
A A Ax2 Ay2 dalam dua dimensi
atau
r
A A Ax2 Ay2 Az2 dalam tiga dimensi.
1.1.2 Penjumlahan Vektor
r
r
Dua vektor A dan B dapat dijumlahkan secara geometri dengan 2 cara :

(1) cara segitiga, dan


(2) cara jajaran genjang.
Pada penjumlahan dua vektor atau lebih, berlaku kaedah-kaedah :
r r r r
Kaedah komutatif : A B B A
r r
r r
r r
Kaedah asosiatif : ( A B) C A (B C) .
1.1.3 Perkalian antara Vektor
Ada dua jenis perkalian antara dua buah vektor. Pertama, disebut
perkalian skalar (scalar product) atau perkalian titik (dot product) yang
memberikan hasil berupa besaran skalar. Kedua, disebut perkalian vektor
(vector product) atau perkalian silang (cross product) yang memberikan hasil
berupa vektor juga.
1.1.4 Perkalian Skalar

r
r
Perkalian skalar antara vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah
r
r
besaran skalar yang sama dengan panjang A dikalikan panjang B dikalikan
r
r
cosinus sudut antara A dan B . Dituliskan sebagai
r r
r r
A B A B cos .
Perkalian skalar memenuhi kaedah komutatif :
r r r r
A B B A .
Perkalian skalar juga memenuhi kaedah distributif :
r r r r r r r
(B C) A B A C A
.
Sifat lain yang juga dimiliki adalah :
r r
r r r
r
( A B) ( A ) B A ( B)
r
r
Jika A dan B adalah fungsi parameter t maka :
r
r
r dB dA r
d r r
( A B) A

B
dt
dt
dt
Jika perkalian skalar ingin dinyatakan dalam bentuk komponenkomponennya, diperoleh
r r
A B ( Ax i Ay j Az k ) (Bx i By j Bz k ) .

Bentuk di atas mengandung sembilan suku, meliputi Ax Bx i i , Ax By i j dan


seterusnya. Dari definisi perkalian skalar, diperoleh i i i i cos0 1, dan
serupa dengan itu : j j k k 1 . Sedangkan i j j k k i 0 karena sudut
yang mengapit kedua vektor satuan yang berlaian tersebut sama dengan 90 0
sehingga cos 900 = 0. Jadi diperoleh
r r
A B Ax Bx Ay By Az Bz .
Jika diberikan dua vektor dengan nilai komponen-komponennya, dapat
dicari sudut yang mengapitnya.
r
r
Jika dua vektor A dan B tegaklurus, maka cos 0 sehingga berlaku
Ax Bx Ay By Az Bz 0
Sedangkan jika kedua vektor tersebut sejajar, berlaku (jika tak ada komponen
yang bernilai nol)
Ax Ay Az

.
Bx By Bz
(Tentu saja, jika misalnya Ax 0 maka Bx 0 ).
Penggunaan perkalian titik muncul pada konsep kerja (work) dalam
mekanika klasik. Kerja infinitesimal dW yang dilakukan pada sebuah partikel
r
r
oleh gaya F sepanjang pergeseran infinitesimal ds adalah
r r
dW F ds .
r
Hukum Newton kedua menyatakan bahwa gaya F yang bekerja pada partikel
bermassa m akan menyebabkan partikel tersebut mengalami percepatan
sebesar

r
r
r
r
dv
r F
atau F ma m
a
dt
m

r
dengan v adalah kecepatan partikel. Laju kerja W terhadap waktu t selama
r
gaya F bekerja pada partikel adalah
r
r
dW r ds r r
dv r
F
F v m
v.
dt
dt
dt

Padahal
3

r
r dv
d 2
d r r
v v v 2v
dt
dt
dt

sehingga diperoleh
r r d 1 r
dE
F v mv2 K .
dt 2
dt

r
Persamaan terakhir di atas menyatakan bahwa laju gaya F yang bekerja
r
pada partikel berkecepatan v sama dengan perubahan energi kinetik EK
terhadap waktu t. Selain itu diperoleh pula bentuk berikut :
r
r
r r r r
ds
dW Fdt
m dv v p dv
dt
r
dengan momentum partikel p dirumuskan sebagai
r
r
p mv .
1.1.5 Perkalian Vektor / Silang

r
r
Perkalian vektor / silang antara dua vektor A dan B ditulis sebagai
r r
A B

yang hasilnya didefinisikan sebagai sebuah vektor yang memiliki panjang dan
arah sebagai berikut :
r r
r r
r r
Besar A B adalah A B A B sin
r
r
r
r r
dengan adalah sudut positif (0 1800) antara A dan B . Arah C = A B
r
r
r
adalah tegaklurus bidang A dan B dan mengikuti rotasi putar kanan dari A ke
r
B.
r
r
Perkalian silang antara A dan B tidak mematuhi kaedah komutatif. Jadi
r r
r r
A B tidak sama dengan B A . Perumusannya
r r
r r
A B = B A
sehingga

r r
r r r
A B + B A =0 .

r
r
Jika A dan B sejajar atau berlawanan arah, maka sudut yang mengapit
keduanya 00 atau 1800 sehingga sin 0 . Jadi
r r r
A B 0
r
r
jika A dan B sejajar atau berlawanan arah. Juga berlaku
4

r r r
AA 0

r
untuk sembarang vektor A . Dengan menggunakan kaedah perkalian silang,
diperoleh

r
i i j j k k 0 , i j k , j i k ,

j k i , k j i , k i j , i k j .
r r
Untuk menuliskan bentuk A B secara eksplisit, bentuk tersebut
dituliskan sebagai
r r

A B = ( Ax i Ay j Az k ) (Bx i By j Bz k )
= i( Ay Bz Az By ) j ( Az Bx Ax Bz ) k( Ax By Ay Bx )
i

= Ax

Ay

Az .

Bx

By

Bz

r r
Dari bentuk di atas, penyajian A B dapat dinyatakan dalam bentuk nilai
determinan matriks 3 3, dengan baris pertama berisi vektor-vektor satuan,
r
baris kedua berisi komponen vektor pertama ( A ), dan baris ketiga berisi
r
r r
komponen vektor kedua ( B ). Karena A B adalah vektor yang tegaklurus pada
r
r
A maupun B , rumus di atas dapat digunakan untuk mencari vektor (termasuk
vektor satuan) yang tegaklurus pada keduanya.
Penggunaan perkalian silang adalah pada momentum sudut rotasi partikel
r
r
yang bermassa m berkecepatan v yang berada pada vektor posisi r .
Momentum sudut rotasi partikel tersebut adalah
r r
r
L r mv .
Dengan menurunkan persamaan di atas ke waktu t, diperoleh
r
r
r
dL r
dv r
r m
v mv .
dt
dt
Dengan mengingat

r
dv r
r r r
F,
v v 0 dan m
dt

diperoleh

r
dL r r r
r F .
dt
Jadi perubahan momentum sudut rotasi partikel terhadap waktu sama dengan
torka partikel tersebut. Jika gaya luar yang bekerja pada partikel tersebut
lenyap, maka perubahan momentum sudut rotasi terhadap waktu menjadi
lenyap, atau momentum sudut rotasi partikel bernilai kekal.
1.2 MATRIKS
1.2.1 Operasi Matriks
Ada beberapa operasi matriks, yaitu :
1.

Kesamaan matriks .
Dua buah matriks dikatakan sama jika dan hanya jika orde kedua matriks

tersebut sama, serta komponen matriks yang letaknya sama bernilai sama.
4
2d 1
a 2 2b c d b 1

6
b c e 5 a
b d ae 2c f
menghasilkan penyelesaian
a = 1, b = 2, c = 3 d = 4, e = 5 dan f = 6.
2.

Transpos matriks

Jika
1 4
1 2 3

T
A
maka A 2 5
4
5
6

3 6

dikatakan sebagai transpos matriks A. Mentranspos sebuah matriks berarti


menukar antara baris dengan kolom atau sebaliknya.
3.

Perkalian skalar
Sebuah matriks dapat dikalikan dengan suatu bilangan skalar s sehingga

nilai komponen-komponennya menjadi s kali nilai komponen semula. Misalnya


5 10 15
1 2 3


.
4 5 6 20 25 30

5A 5
4.

Penjumlahan / pengurangan matriks


Dua buah matriks atau lebih dapat dijumlakan atau dikurangi jika orde

matriks-matriks tersebut sama. Misalnya


6

1 2
4 3
dan B

3 4
2 1

A
maka

5 5
3 1
dan D A B
.
5 5
1 3

C AB
5.

Perkalian matriks dengan matriks


Dua buah matriks dapat dikalikan jika banyaknya kolom pada matriks

pertama sama dengan banyaknya baris pada matriks kedua. Matriks hasil
perkalian kedua matriks tersebut memiliki orde : banyaknya baris sama dengan
banyaknya baris pada matriks pertama dan banyaknya kolom sama dengan
banyaknya kolom pada matriks kedua. Misalnya
7

1 2 3

A
dan B
4 5 6

maka

7
1 2 3 = 50
AB
8

4 5 6 9
122

sedangkan BA tidak didefinisikan.
Untuk dua matriks persegi (matriks yang jumlah baris sama dengan
jumlah kolom) seperti
1 2
2 3
dan B

3 4
4 1

A
maka

10 5
11 16
dan BA

22 13
7 12

AB
yang berarti

AB BA .
Karena itu dapat dikatakan bahwa secara umum perkalian matriks tidak bersifat
komutatif.
6.

Invers matriks
Sebuah matriks persegi A memiliki invers A1 sehingga
7

AA1 A1A I
dengan I adalah matriks persegi identitas yang memiliki komponen-komponen
bernilai 1 hanya pada komponen diagonalnya, dan 0 untuk komponen
selainnya. Sebagai contoh,
1 2
1 7 2
dan A

3 7
3 1

A
sedemikian sehingga

1 0
I.
0 1

A A1 A1A

Konsep invers matriks sangat erat hubungannya dengan determinan matriks,


yaitu nilai karakteristik suatu matriks. Sebuah matriks persegi memiliki invers
jika dan hanya jika determinan matriks tersebut tidak sama dengan nol. Jika
determinannya sama dengan nol, matriks tersebut tidak memiliki invers, serta
disebut pula matriks singular. Contoh matriks singular adalah
2 3

8 12

yang menyebabkan tidak adanya matriks A1 untuk A tersebut.


1.2.2 Determinan
Determinan matriks persegi A berorde n n dengan komponen baris ke i
dan kolom ke j yaitu aij dituliskan sebagai
a11 a12 ... a1n
a21 a22 ... a2n
Det A =
.
M
M O
M
an1 an 2 ... ann
Sifat-sifat determinan matriks orde n n :
1.

Jika dua baris atau dua kolom dari determinan tersebut dipertukarkan,
maka nilai determinannya menjadi 1 nilai determinan semula.
Contoh :
1 2 3
4 5 6
2 1 3
4 5 6 1 2 3 5 4 6 .
7 8 9
7 8 9
8 7 9
8

2.

Jika dua baris atau lebih, begitu pula dengan dua kolom atau lebih adalah
identik (komponen-komponennya sama) maka nilai determinannya sama
dengan nol. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah, mengingat jika baris
atau kolom dipertukarkan maka nilainya menjadi minusnya, padahal sama
sekali tidak mengubah nilai determinan semula (mengingat identiknya
baris atau kolom yang dipertukarkan). Jadi kalau nilai determinan sama
dengan minusnya, pasti nilai determinan tersebut sama dengan nol.
Contoh :
1 2 3 4
5 6 7 8
0
1 2 3 4
9 10 11 12
karena komponen baris pertama sama dengan komponen baris ketiga.
Sedangkan
1 2 3 1
5 6 7 5
0
8 9 10 8
9 11 12 9
karena komponen kolom pertama sama dengan komponen kolom
keempat.

3.

Jika komponen suatu baris atau suatu kolom dikalikan dengan tetapan s
maka nilai determinan menjadi s nilai determinan mula-mula.
1 2
1 2
1
2
2 , maka

3.2 6 .
3 8
9 24 3.3 3.8

4.

Jika suatu baris ditambah dengan s baris yang lain, maka nilai
determinan tidak berubah. Demikian juga untuk kolom. Contoh :
1 2 8
3 2 1 1,
1 1 2
demikian juga dengan misalnya

1 2.3 2 2.2 8 2.1 7 6 10


3
2
1 3 2 1
1
1
2
1 1 2

juga 1 .

Dalam hal ini matriks terakhir dimodifikasi dalam bentuk baris pertama
ditambah 2 baris kedua.
5.

Untuk menghitung determinan matriks, dapat dilakukan ekspansi Laplace,


sehingga

orde

matriks

dapat

diperkecil

sehingga

memudahkan

penghitungan determinannya. Sebuah matriks yang memiliki komponen


baris ke m dan kolom ke n yaitu amn , nilai determinan matriknya dapat
dirumuskan melalui ekspansi Laplace sebagai
det A ( 1)m n Mmn amn
dengan Mmn adalah minor unsur amn yaitu determinan yang diperoleh
dari det A apabila baris nomor m dan kolom nomor n dihilangkan. Bentuk
( 1)m n Mmn K mn
sering dinamakan kofaktor unsur amn . Sebagai contoh :
2 3 1
0 4
1 4
1 0
1 0 4 = 2
( 1)( 3)
1
3 2
4 2
4 3
4 3 2
= 24 54 3 75
1.2.3 Invers Matriks
Invers matriks A dirumuskan sebagai
A1

1
CT
det A

dengan
Cmn kofaktor amn .
1.3 FUNGSI
Fungsi adalah kaedah pemetaan (mapping) dari suatu nilai yang disebut
variabel bebas yang himpunannya merupakan wilayah (domain) fungsi, ke

10

suatu nilai lain (variabel tak bebas) yang himpunannya merupakan jangkauan
(range) fungsi.
Jenis-jenis fungsi :
1.

Suku banyak (polinomial) berderajat n.


f ( x ) a0 a1x a2 x 2 ... an x n

ak x k

k 0

Untuk n = 0, f ( x ) a0 adalah fungsi konstan.


Untuk n = 1, f ( x ) a0 a1x adalah fungsi linear.
Untuk n = 2, f ( x ) a0 a1x a2 x 2 adalah fungsi kuadrat.
2.

Fungsi eksponensial
f (x) ax
Kasus khusus : a = e = 2,718281828...

3.

Fungsi logaritma
f ( x ) a log x
Jika a = e, fungsi tersebut menjadi f ( x ) ln x .

4.

Fungsi trigonometri (sin x,cos x,tan x,cot x,sec x,csc x ) .


Beberapa rumus dasar:
sin x cos( / 2 x ) , cos x sin( / 2 x ) , tan x

sec x

sin x
1

,
cos x cot x

1
1
, csc x
, sin2 x cos2 x 1 , sec 2 x 1 tan2 x ,
cos x
sin x

csc 2 x 1 cot 2 x , sin( x ) sin x , cos( x ) cos x , tan( x ) tan x ,


sin( x y ) sin x cos y cos x sin y , cos( x y ) cos x cos y msin x sin y ,
tan( x y )

tan x tan y
,
1 mtan x tan y

A cos x B cos y A2 B 2 cos( x ) dengan tan B / A .


5.

Invers fungsi trigonometri


Jika y sin x maka x sin1 y arcsin y

6.

Fungsi hiperbolik
11

Beberapa rumus dasar:


e x e x
e x e x tanh x sinh x 1
,
,
,
sinh x
cosh x
cosh x coth x
2
2
sech x

1
1
, csch x
, cosh2 x sinh2 1,
cosh x
sinh x

sech2 x 1 tanh2 x , csch2 x 1 coth2 x ,


sinh( x y ) sinh x cosh y cosh x sinh y ,
cosh( x y ) cosh x cosh y sinh x sinh y , tanh( x y )

tanh x tanh y
.
1 tanh x tanh y

Jika y sinh x maka x sinh1 y adalah invers fungsi hiperbolik.


1.4 LIMIT
Definisi Limit Fungsi : Diberikan fungsi f ( x ) yang didefinisikan pada interval
terbuka yang memuat bilangan x0 . Limit fungsi f ( x ) dengan x mendekati x0
adalah bilangan L yang ditulis sebagai :
lim f ( x ) L
x x0
jika untuk setiap > 0 yang diberikan, terdapat bilangan > 0 sedemikian
sehingga f ( x ) L untuk setiap x domain f ( x ) dan 0 x x0 .
1.4.1 Sifat-sifat Limit Fungsi
Berikut ini akan dituliskan beberapa sifat limit fungsi yang akan
memudahkan penghitungan limit.
(1)

lim{af ( x ) bg ( x )} a lim f ( x ) b lim g ( x )


.
x x0
x x0
x x0

(2)

lim{f ( x ).g ( x )} lim f ( x ).lim g ( x )


x x0
x x0
x x0

(3)

lim{f ( x ) / g ( x )} lim f ( x ) / lim g ( x )


x x0
x x0
x x0

12

(4)

lim F {f ( x )} F {lim f ( x )}
x x0
x x0

Contoh-contoh limit fungsi :

sin x
x
tan x
x
lim
lim
lim
1.
x
sin x
x
tan x
x 0
x 0
x 0
x 0

lim

ln(1 x )
limln(1 x )1/ x ln{lim(1 x )1/ x } ln e 1.
x
x 0
x0
x 0

lim

x2 4
( x 2)( x 2)
lim
lim x 2 4.
x 2
x 2
x2
x2
x 2

lim

1.5 TURUNAN
Jika terdapat suatu fungsi y f ( x ) , maka perilaku suatu titik sembarang
(x, y) yang terletak pada fungsi tersebut dapat diselidiki dengan mencari apakah
pada titik tersebut, kurva bersifat naik / turun atau stasioner. Cara
menyelidikinya adalah dengan menentukan tangen sudut garis singgung kurva
y = f (x) di titik (x, y) tersebut. Jika adalah sudut kemiringan garis singgung
tersebut, maka :

Untuk tan 0 , fungsi tersebut naik di titik itu.

Untuk tan 0 , fungsi tersebut turun di titik tersebut.

Untuk tan 0 , fungsi tersebut mendatar / stasioner di titik tersebut.


Dari kasus tersebut, lahirlah konsep berikut turunan fungsi y f ( x )
dy
f ( x h) f ( x )
lim
dx
h
h0

Turunan pertama y f ( x ) ditulis sebagai


y'

dy df

f '( x ) .
dx dx

Turunan kedua, ketiga dan seterusnya dituliskan sebagai

13

y '' f ''( x )
y ''' y

(3)

d 2y
dx 2
d 3y
dx 3

dan seterusnya.
Dengan menggunakan definisi turunan fungsi, dapat diperoleh beberapa
rumus-rumus penting turunan (derivatif) :
1.

Jika F ( x ) af ( x ) bg ( x ) maka
dF
df
dg
a
b
dx
dx
dx

2.

Jika F ( x ) f ( x )g ( x ) maka
dF df
dg

g f
dx dx
dx

3.

Jika F ( x )

f (x)
maka
g(x )
df
dg
g f
dF dx
dx f ' g fg '

2
dx
g
g2

4.

Jika F ( x ) F {f ( x )} maka
dF dF df

.
dx dx dx

Berikut ini disajikan nilai turunan fungsi-fungsi elementer


dF
0.
dx

1.

Jika F ( x ) c , maka

2.

Jika F ( x ) x n maka F ' nx n 1.

3.

Jika F ( x ) a x maka F ' a x ln a .


Khusus untuk a = e : F ( x ) e x maka F ' e x .

4.

Jika F ( x ) a log x maka F '

1
.
x ln a

Khusus untuk a = e : F ( x ) ln x maka F '


5.

Jika F ( x ) sin x maka F ' cos x


14

1
.
x

6.

Jika F ( x ) cos x maka F ' sin x

7.

Jika F ( x ) tan x maka F ' sec 2 x

8.

Jika F ( x ) cot x maka F ' csc 2 x

9.

Jika F ( x ) sec x maka F ' sec x tan x

10. Jika F ( x ) csc x maka F ' csc x cot x


11.

Jika F ( x ) arcsin x maka F '

1 x2

12. Jika F ( x ) arccos x maka F '


13. Jika F ( x ) arctan x maka F '

1
1 x2
1

1 x2

14. Jika F ( x ) arccot x maka F '


15. Jika F ( x ) arcsec x maka F '

1
1 x2
1

x x2 1

16. Jika F ( x ) arccsc x maka F '

1
x x2 1

17. Jika F ( x ) sinh x maka F ' cosh x


18. Jika F ( x ) cosh x maka F ' sinh x
19. Jika F ( x ) tanh x maka F ' sech2 x
20. Jika F ( x ) coth x maka F ' csch2 x
21. Jika F ( x ) sech x maka F ' sech x tanh x
22. Jika F ( x ) csch x maka F ' csch x coth x
1.6 INTEGRAL
Pengertian integral muncul dalam dua konteks, yaitu :
1.

Integral sebagai inversi (kebalikan) dari penurunan (derivatif) atau


antiderivatif yang dalam hal ini disebut juga integral tak tentu (indefinite).

2.

Integral sebagai limit jumlah yang dikenal sebagai integral tertentu


(definite) atau integral Riemann.
15

1.6.1 Integral sebagai Inversi Penurunan (Anti Derivatif)


Suatu fungsi F(x) dapat dituliskan sebagai
F ( x ) f ( x ) dx
jika
f (x)

d
F(x) .
dx

Fungsi yang diperoleh dari proses integral f ( x ) ini tidaklah tunggal. Bentuk
F ( x ) dapat ditambah dengan suatu tetapan integrasi C yang boleh bernilai
sembarang, karena fungsi induk yang baru ini yaitu
Finduk F ( x ) C
memenuhi pula
dFinduk dF

f (x) .
dx
dx
1.6.2 Rumus-rumus Integral dasar dan Metode Pengintegralan
Berikut ini rumus-rumus dasar yang digunakan dalam pengintegralan.
x n 1
C , n 1
n 1

n
x dx

ax
e dx

sin x dx cos x C

cos x dx sin x C

tan x dx

= ln sec x C

cot x dx

ln sin x C

sec x dx

ln sec x tan x C

csc x dx

ln csc x cot x C

sinh x dx cosh x C

dx
ln x C
x
eax
C
a

16

cosh x dx sinh x C

tanh x dx

cothx dx ln sinh x C

sechx dx tan

cschx dx ln tanh( x / 2) C .

ln cosh x C

(sinh x ) C

1.6.3 Pengintegralan Parsial


Integral parsial dirumuskan sebagai :

udv

uv vdu

1.6.4 Substitusi Variabel


Ingin dicari nilai
I=

dx

( x 2)

x 1

Melalui substitusi
y x 1 maka x y 2 1, dan dx 2y dy ,
sehingga
I=

2y dy

dy

( y 2 1)y 2 y 2 1 2arctan y C

= 2arctan x 1 C .
Ingin dicari nilai
I=

dx

x 2 a2 .

Melalui substitusi
x a tan u dan dx a sec 2 u du ,
maka
I=

dx

a sec 2 u du

x 2 a2 a2 (tan2 u 1) a du u / a C a

Ingin dicari nilai

17

arctan( x / a ) C .

I=

dx
a2 x 2

Melalui substitusi
x a sin u, dx a cos u du ,
maka
I=

dx
a2 x 2

a cos u du
a2 (1 sin2 u )

du u C arcsin( x / a ) C .

Ingin dicari nilai


I=

dx
a2 x 2

Melalui substitusi
x a sinh u, dx a cosh u du ,
maka
I=

dx
a2 x 2

a cosh u du
a2 (1 sinh2 u )

du u C sinh1( x / a ) C .

1.6.5 Metode Pecahan Parsial


Rumus fungsi suku banyak berderajat n bulat positif adalah
2

Pn ( x ) a0 a1x a2 x ... an x

ak x k .

k 0

Bentuk integral pecahan rasional adalah


P( x )

Q( x ) dx
dengan P ( x ) dan Q( x ) keduanya suku banyak Ada beberapa keadaan antara
bentuk P ( x ) dan Q( x ) yang menentukan penyelesaian integral pecahan
rasional.
1.

Q '( x ) P ( x )
Pada kondisi ini, nilai integral adalah
Q'

P dx ln P ( x ) C
Sebagai contoh :

18

2x 3

x 2 3 x 4 dx ln x
2.

3x 4 C .

Derajat P ( x ) lebih besar atau sama dengan Q( x )


Pada kasus ini, bentuk
P( x )
S( x )
= R( x )
Q( x )
Q( x )

dengan R( x ) dan S( x ) juga suku banyak dalam x, serta derajat S( x ) kurang


dari derajat Q( x ) . Contoh:
x3

x 2 2 dx
3.

2x

x 2 2

dx

1 2
x ln x 2 2 C .
2

Derajat P ( x ) kurang dari derajat Q( x )


Untuk memudahkan penyelesaian kasus ini, ditinjau kasus integral
x 5

( x 1)( x 1)( x 2)( x 3)

dx .

Pada integral di atas, bentuk P ( x ) / Q( x ) diuraikan menjadi


x 5
A
B
C
D

.
( x 1)( x 1)( x 2)( x 3) x 1 x 1 x 2 x 3
Keempat bilangan A, B, C dan D adalah tetapan. Persamaan untuk pembilang
kedua ruas adalah
x 5 A( x 1)( x 2)( x 3) B( x 1)( x 2)( x 3) C( x 1)( x 1)( x 3)
+ D( x 1)( x 1)( x 2) .
Dengan menyamakan suku-suku berpangkat sama dalam x antara kedua ruas,
diperoleh
x3 A B C D 0 ,
x 2 6 A 4B 3C 2D 0 ,
x 11A B C D 1 ,

x 0 6 A 6B 3C 2D 5 .
Dari empat persamaan di atas dengan empat variabel A, B, C dan D tersebut,
masing-masing dapat dicari nilainya yaitu :
A

1
,
4

B 1,

C 1,

19

1
4

Untuk mencari keempat nilai tersebut, dapat pula ditempuh cara lain, yaitu
dengan mengisikan nilai pada persamaan pembilang :
Untuk x = 1, diperoleh 6 = 24A.

Untuk x = 1, diperoleh 4 = 4B.

Untuk x = 2, diperoleh 3 = 3C.

Untuk x = 3, diperoleh 2 = 8D.

Selanjutnya juga dihasilkan nilai A, B, C dan D yang sama. Jadi


x 5
1
1
1
1

( x 1)( x 1)( x 2)( x 3) 4( x 1) x 1 x 2 4( x 3)


sehingga
x 5

( x 1)( x 1)( x 2)( x 3)


=

dx

1
dx
dx
dx
1
dx

4 ( x 1)
x 1
x 2 4 ( x 3)

1 ( x 1)( x 2)4
1
1
C .
ln x 1 ln x 1 ln x 2 ln x 3 C ln
4 ( x 3)( x 1)4
4
4

Bentuk di atas diperoleh hanya dengan memanfaatkan rumus


dx

x a ln x a C .
Metode pengerjaan di atas terjadi pada saat penyebut Q( x ) dapat diuraikan
serta tak terdapat akar yang sama. Jika terdapat akar yang sama, dapat
disimak pada contoh di bawah ini.
Ingin dicari bentuk eksplisit
x

( x 2)( x 1)2 ( x 1)3

dx

Bentuk pecahan rasional pada integran tersebut dapat diuraikan menjadi


x
( x 2)( x 1)2 ( x 1)3

A
B
C
D
E
F

.
x 2 x 1 ( x 1)2 x 1 ( x 1)2 ( x 1)3

Persamaan untuk pembilang adalah


x A( x 1)2 ( x 1)3 B( x 2)( x 1)( x 1)3 C ( x 2)( x 1)3
D( x 2)( x 1)2 ( x 1)2 E ( x 2)( x 1)2 ( x 1) F ( x 2)( x 1)2
Dengan mengisikan nilai-nilai berikut :
x 2 2 27 A , x 1 1 8C , x 1 1 12F

x 0 0 A 2B 2C 2D 2E 2F
x 2 2 9 A 12B 14C 36D 36E 36F

20

x 3 3 256 A 128B 64C 64D 16B 4F

Dari enam persamaan di atas diperoleh :


A

2
,
27

1
,
16

1
C ,
8

5
,
432

1
,
36

1
12

Jadi
x
2

( x 2)( x 1) ( x 1)

2
1
1
5

2
27( x 2) 16( x 1) 8( x 1)
432( x 1)
1

36( x 1)2

1
12( x 1)3

sehingga
x

( x 2)( x 1)2 ( x 1)3

dx

2
1
5
1
ln x 2 ln x 1
ln x 1
27
16
432
8( x 1)

1
1

C
36( x 1) 24( x 1)2

1.6.6 Integral tertentu (Integral Riemann)


Integral Riemann merupakan jumlahan unsur-unsur infinitesimal yang
bercacah mendekati takhingga dalam daerah luasan A yang dibatasi oleh
interval terbatas [a, b] serta sumbu x dan kurva y = f (x). Jika kedua nilai a dan
b tersebut berhingga, demikian pula dengan f ( x ) di daerah pengintegralan,
maka integral tersebut dinamakan integral layak (proper integal). Apabila salah
satu dari ketiga hal tersebut bernilai takhingga, tetapi nilai integralnya ada dan
berhingga, maka integral tersebut dinamakan integral tak layak (improper
integral).
Pada gambar di bawah ini, daerah A yang dibatasi oleh :
Kurva y f ( x ) , sumbu x, x a dan x b
dibagi menjadi sejumlah n buah daerah yang bentuknya mendekati empat
persegi panjang dengan lebar masing-masing x dan tinggi f (i ) . Diketahui :
Lebar x (b a ) / n dan i a (i 1 i )x dengan 0 i 1 .
Pada pengambilan limit n yang berarti x 0 , maka diperoleh luas
daerah A di bawah kurva y f ( x ) yang dibatasi oleh sumbu x, x a dan x b
sebagai

21

i 1

i 1

x a

A lim Ai lim f (i )x
n

f ( x ) dx

n
x 0

Nilai a dan b merupakan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper limit)
pengintegralan.
y
f (x)
f (i )

xi xi x b

Unsur luas dan integral Riemann


Integral Riemann memiliki beberapa sifat dasar :
1.

2.

3.

4.

5.

f ( x ) dx f ( x ) dx

f ( x ) dx f ( x ) dx f ( x ) dx

Af ( x ) Bg ( x ) dx A f ( x ) dx B g ( x ) dx

f ( x ) dx f (t ) dt

dG( x )
Jika f ( x )
maka
dx

f ( x ) dx G( x ) a G(b) G(a)

Contoh:

22

/2

sin x dx =

1
2

/2

/2

(1 cos 2 x ) dx 1 x 1 sin 2 x
2
2
0

1 1 sin 0 0
=2
.

2 2

1.6.7 Penerapan Integral Tertentu


1.

Mencari luas di bawah kurva


Luas daerah yang dibatasi oleh kurva y atas f1( x ) , y bawah f2 ( x ) ,

xkiri a dan xkanan b adalah


b

A f1( x ) f2 ( x ) dx .
a

Sementara itu luas daerah yang dibatasi oleh xkanan g1( y ) , xkiri g 2 ( y ) ,
y bawah a dan y atas b adalah
b

A g1( y ) g 2 ( y ) dx .
a

Contoh:
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva y1 x 3 3 x 2 dan y 2 4 x .
Titik potong antara kedua kurva dapat dicari melalui :
x 3 3 x 2 4 x atau x ( x 4)( x 1) 0
sehingga diperoleh titik potong : x = 4, x = 0 dan x = 1.
Untuk daerah 4 < x < 0, hubungan kedua kurva adalah y1 y 2 , sedangkan
untuk selang 0 x 1 maka y1 y 2 . Jadi luas daerah yang ditanyakan adalah
A

y1 y 2 dx y 2 y1 dx
0

3 x 4 x dx x 3 3 x 2 4 x dx

4
3
2
= 41 x x 2 x

2.

1 x 4 x 3 2 x 2

Volume benda putar


23

1
0

131
.
4

Jika suatu area luas diputar mengelilingi suatu sumbu tertentu, maka akan
terbentuk suatu benda putaan. Ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu
metode cakram (disk) dan metode kulit (shell).
Pada metode cakram, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
y atas f1( x ) , y bawah f2 ( x ) , garis xkiri a dan xkanan b .
Pada selang [a, b], diasumsikan y atas dan y bawah 0 . Volume benda yang
terbentuk jika diputar terhadap sumbu x adalah
b

Vx f12 ( x ) f22 ( x ) dx .
a

Sedangkan pada luasan yang dibatasi oleh


xkanan g1( y ) , xkiri g 2 ( y ) , garis y bawah a dan y atas b ,
jika diasumsikan pada selang [a, b] berlaku g1( y )dan g2 ( y ) 0 , maka volume
yang terbentuk jika diputar mengelilingi sumbu y adalah
b

Vy g12 ( y ) g22 ( y ) dy .
a

Contoh :
Carilah volume kerucut yang ditimbulkan oleh perputaran garis

y mx

mengelilingi sumbu x dengan batas x = h.


h

2
2
2
2 3
1
Volume kerucut = y dx m x dx 3 m h .

Pada kerucut tersebut, tinggi kerucut = h dan jari-jari kerucut = mh. Karena itu
rumus volume kerucut dapat ditulis sebagai
1

Volume kerucut = 3 (mh )2 h = 3 luas alas tinggi.


Pada metode kulit, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
y atas f ( x ) , sumbu x, garis xkiri a dan xkanan b .
Diasumsikan pada selang [a, b], y atas 0 . Volume benda yang terbentuk jika
diputar terhadap sumbu y adalah
b

Vy 2 x f ( x ) dx .
a

24

Contoh :
Pada daerah yang dibatasi oleh parabola y x 2 , sumbu x dan garis x = 4,
carilah volume akibat perputaran mengelilingi sumbu y.
4

V 2 x.x 2 dx
0

3.

2 4
x
4

= 128 .

Menentukan Panjang Busur Kurva


Apabila ds adalah unsur lengkungan infinitesimal (berbentuk busur yang

dapat didekati dengan tali busur), maka menurut teorema Phytagoras,


(ds )2 (dx )2 (dy )2
sehingga
dy
ds dx 1

dx

Jadi panjang busur lengkung di antara x a dan x b adalah


b

dy
sab 1
dx .
dx

a
1.7 TURUNAN PARSIAL
Jika y = f(x) maka dy / dx menyatakan kemiringan kurva y f ( x ) atau laju
perubahan y terhadap x. Konsep kelajuan sangat banyak muncul dalam fisika,
sebagai contoh : konsep kecepatan gerak partikel sebagai perubahan jarak
terhadap waktu, konsep percepatan sebagai perubahan kecepatan terhadap
waktu, laju pendinginan benda yang bersuhu tinggi, perubahan tekanan
sebagai fungsi volume pada suhu tetap

dan sebagainya. Konsep derivatif

digunakan untuk menentukan nilai ekstrem, yaitu maksimum atau minimum


fungsi pada kurva tersebut. Konsep turunan ini dapat pula diperluas untuk
sejumlah variabel.
Ditinjau fungsi dua variabel
z f ( x, y ) .
Fungsi tersebut dapat ditinjau variasinya sebagai fungsi x saja dengan nilai y
dipertahankan tetap = y 0 atau fungsi y saja dengan x dipertahankan tetap = x0
25

. Untuk keadaan pertama tersebut dengan z diturunkan parsial ke x saja,


penulisannya adalah
z
x z lim z( x h, y 0 ) z( x, y 0 )
x
.
y tetap y 0
h
h0
Serupa dengan rumus di atas, untuk keadaan kedua dengan z diturunkan
parsial ke y, penulisannya adalah
z
y z lim z( x0 , y h ) z( x0 , y )

.
y x tetap x0
h
h0
Sebagai contoh, ditinjau fungsi
z x2 y 2 .
Turunan parsialnya ke x dan y berturut-turut adalah
x z

x
x 2 y 2 dan y z
y
x
z

x2 y 2

y
.
z

Turunan pertama parsial ini dapat diturunkan lagi untuk menghasilkan turunan
parsial orde tinggi, misalnya dengan menurunkan x z ke y dan y z ke x.
Untuk perlakuan ini, hasilnya berbentuk

2 z

y x z

y x y

dan

2 z

x y z

x y x

xy

z3
x 2 y 2
y

yx .

z3
x 2 y 2

Ternyata hasil keduanya sama, atau dapat disimpulkan bahwa turunan parsial
orde tinggi tidak bergantung pada urutan pengambilan turunan. Jadi untuk
sembarang fungsi f ( x, y ) yang memiliki sifat-sifat turunan pertamanya ada,
kontinu dan dapat diambil turunan parsialnya, berlaku
2f ( x, y ) 2f ( x, y )
.

y x
x y

26

1.8 PERSAMAAN DIFERENSIAL


Suatu persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang melibatkan
turunan atau diferensial. Contohnya:
y '' 2y ' 3 x 0 ,

dy y
y2 .
dx x

Disini hanya akan ditinjau beberapa solusi khusus persamaan diferensial.


Ditinjau persamaan diferensial orde 1 berikut ini.
dy
xy 0 .
dx
Bentuk di atas dapat diubah menjadi
dy
xdx
y
yang dapat diintegralkan menjadi
ln y 1 x 2 C .
2

Ditinjau bentuk persamaan diferensial orde 2 berikut ini


d 2y
dx

ky 2 0 .

Dimisalkan
y A cos kx B sin kx ,
ternyata
dy
Ak sin kx Bk cos kx
dx
dan
d 2y
dx

Ak 2 cos kx Bk 2 sin kx k 2 y

sehingga memenuhi persamaan diferensial tersebut. Jadi solusinya adalah


y A cos kx B sin kx .
Ditinjau bentuk berikut
d 2y
dt

ky 2 0 .

Dimisalkan

27

y Aekt Be kt ,
ternyata
dy
Akekt Bke kt
dt
dan
d 2y
dt

Ak 2 ekt Bk 2 e kt k 2 y

sehingga memenuhi persamaan diferensial tersebut. Jadi solusinya adalah


y Aekt Be kt .
1.9 BILANGAN KOMPLEKS
Konsep bilangan kompleks muncul untuk mengakomodasi nilai akar suatu
bilangan negatif. Ditinjau persamaan kuadrat dalam z berikut :
az 2 bz c 0
dengan a, b dan c variabel bebas. Penyelesaian persamaan kuadrat di atas
adalah
z1,2

b b2 4ac .
2a

Jika diskriminan D = b2 4ac bernilai negatif, maka dua nilai z mengandung


akar bilangan negatif. Karena itulah didefinisikan nilai
1 = i, sehingga i2 1.
Selanjutnya 16 4i ,
1,

3 i 3 , i3 = i adalah bilangan imaginer, tetapi i 2 =

2 8 i 2.i 8 4 adalah bilangan real. Untuk contoh persamaan

kuadrat berikut :
z 2 2z 2 0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :
z

2 4 8 2 2i

1 i .
2
2

28

Istilah bilangan kompleks digunakan untuk menunjukkan set bilangan real,


imaginer atau gabungan keduanya, seperti 1 i . Maka i + 5, 17i, 4 mewakili
contoh-contoh bilangan kompleks.
Bilangan kompleks dirumuskan sebagai
z x iy
yang merupakan gabungan bilangan real x dan bilangan imaginer iy. Besaran
x, y dan

x 2 y 2 berturut-turut dinamakan bagian real, bagian imaginer dan

modulus bilangan kompleks z yang dituliskan sebagai


x Re( z ) , y Im( z ) , dan z x 2 y 2 .
Dengan konsep tersebut, orang dapat menyatakan bentuk-bentuk seperti sin i,
exp(i), ln(i +1) dalam bentuk bilangan kompleks x +iy.
Bilangan kompleks z dapat disajikan sebagai suatu titik pada bidang
Argand berkoordinat Cartesan dengan sumbu X dan sumbu Y berturut-turut
sebagai sumbu real dan imaginer (Gb. 1). Anak panah dari titik O ke titik z
disebut fasor. Panjang fasor (r) menampilkan besar / modulus z . Fase bilangan
kompleks z adalah sudut antara sumbu real (sumbu X) dengan fasor yang
dilambangkan dengan . Dari gambar di bawah ini tampak bahwa
y
r

y
x
x
Bidang Argand

x r cos , y r sin dan arctan( y / x )


sehingga
z r (cos isin ) .
Didefinisikan konjugat kompleks untuk bilangan kompleks z x iy
dengan lambang
z * x iy
29

sehingga
Re z * Re z, Im z * Im z, x Re z 1 ( z z *), y Im z i ( z * z ) .
2

Konjugat kompleks ini dapat langsung diperoleh dengan menukar tanda +i


menjadi i. Sebagai contoh konjugat kompleks dari 2 + 3i adalah 2 3i.
Konjugat kompleks ini merupakan pencerminan bilangan kompleks terhadap
sumbu x. Dari perumusan
z r (cos isin )
jika masing-masing ruas diturunkan ke diperoleh
dz
dz
r ( sin icos ) iz atau
id .
d
z
Pengintegralan menghasilkan ln z i C dengan C suatu tetapan. Jika
diisikan syarat : 0 maka z r , sehingga C ln r . Jadi diperoleh
z r (cos isin ) r exp(i )
Berlakulah rumus Euler :
ei cos isin .
Adapun
e i ei( ) cos( ) isin( ) cos isin
sehingga kedua rumus di atas dapat disatukan menjadi
e i cos isin
Dari bentuk di atas nilai cos dan sin dapat dituliskan sebagai
cos 1 (ei e i ) dan sin 1 (ei e i ) .
2
2i
Dengan memanfaatkan rumus Euler di atas, pemangkatan bilangan kompleks z
dengan n menghasilkan
z n r n (cos isin )n r n ein r n (cos n isinn )
sehingga berlakulah rumus de Moivre :
(cos isin )n (cos n isin n ) .
Rumus di atas dapat pula digunakan untuk mencari akar bilangan
kompleks :

30

nz

z1/ n r 1/ n exp(i / n ) n r cos i sin


n
n

31

SOAL DAN PEMBAHASAN DASARDASAR MATEMATIKA

1.

r
r
Diketahui vektor A 3i 6 j 9k dan B 2i 3 j k , carilah sudut
antara kedua vektor tersebut.

Jawaban :
2
2
2
A 32 62 92 3 14 , B ( 2) 3 1 14 ,

maka
cos

Ax Bx Ay By Az Bz
6 18 9 21 1

AB
3 14 14 42 2

sehingga

600 .
*****

2.

r
Carilah seluruh vektor satuan yang tegaklurus pada vektor A 2i j k
r
dan B i 3 j 2k .

Jawaban :
i j k
r r
A B 2 1 1 i 3 j 5k .
1 3 2
Jadi vektor satuan yang dicari adalah
u

i 3 j 5k
2

1 3 5

1
35

i 3 j 5k .

Selain hasil di atas, vektor satuan yang dicari adalah

3.

i 3 j 5k

35
1

(Mengapa ?)

*****
r
r r r
r
r
Carilah nilai ( A B) C jika A i j k , B i j 2k , C 2i j k .

Jawaban :

32

i j
r r
A B 1 1
1 1

k
1 3i j 2k .
2

Jadi
i
j k
r r r
( A B) C = 3 1 2 3i 7 j k .
2 1 1
*****
4.

Ingin dicari gaya Lorentz

yang bekerja pada partikel bermuatan q yang


r c
v (2i 2 j k )
bergerak dengan kecepatan
dalam medan
5
r
r
E E0 (i j k ) dan B 5E0 ( i j 2k ) / c .
Jawaban :
i
r r
v B E0 2
1

j k
2 1 E0 (3i 5 j 4k )
1 2

sehingga
1
r

F qE0 1
1

3

5

qE0 (4i 6 j 3k ).

*****
5.

Hitunglah determinan berikut ini :


1
2
D
3
4

2
3
4
1

3
4
1
2

4
1
.
2
3

Jawaban :
Dengan melakukan operasi sebagai berikut : Baris II 2 Baris I ; Baris III 3
Baris I ; Baris IV 4 Baris I, maka nilai D tetap.

33

1 2
3
4
0 1 2
7
D
.
0 2 8 10
0 7 10 13
Dilakukan ekspansi Laplace terhadap seluruh komponen pada kolom I,
sehingga nilai D yang tak lenyap hanyalah
1 2
7
1 2 7
3
D 2 8 10 ( 1) 2 8 10 .
7 10 13
7 10 13
Dilakukan operasi : Baris II 2 Baris I ; Baris III 7 Baris I, sehingga
1 2
7
4 4
D 0 4 4 (1)
160 .
4 36
0 4 36
*****
6.

Carilah A1 , untuk
a 0 b

A 0 1 0
b c a

Jawaban :
Det A = a2 b 2 . Kofaktor setiap elemen di atas adalah :
Baris pertama :

1 0
a,
c a

Baris kedua

0 b
bc ,
c a

Baris ketiga

0 b
b,
1 0

0 0
0,
b a
a b
a2 b 2 ,
b a

a b
0,
0 0

Kofaktor C adalah

2
2
C = bc a b
b
0

Jadi :
34

ac

0 1
b
b c

a 0
ac
b c
a 0
a.
0 1

bc

0 .

1
1
2
2
CT =
0 a b
2
2
det A
a b b
0

A1

*****
7.

Hitunglah integralintegral berikut.

xe
x

ax

dx xeax / a (1/ a ) eax dx a 2eax (ax 1) C .

cos xdx x 2 sin x 2 x sin xdx x 2 sin x 2 x cos x cos x dx

= x 2 sin x 2 x cos x 2 sin x C .


I = e x sin xdx e x cos x e x cos xdx e x cos x e x sin x e x sin x dx
atau 2I = e x (sin x cos x ) + C sehingga

sin xdx 1 e x (sin x cos x ) C .


2

*****
8.

Ingin dicari panjang busur lingkaran yang berjari-jari R.

Jawaban :
Persamaan

busur

tersebut

di

kuadran

pertama

dirumuskan

sebagai

y R 2 x 2 . Batas integrasi adalah x 0 dan x R . Maka


dy
x

dx
R2 x2
sehingga
dy

dx

x2
R2 x2

R2
R2 x2

Jadi panjang busur :


R

s = R

dx
R2 x2

= R arcsin

x R

R arcsin1 arcsin0 R .
R 0
2

Mengingat hasil di atas adalah panjang busur lingkaran, maka keliling


lingkaran sama dengan 2 R .
*****
9.

Nyatakan bentuk z 2 2i 3 dalam koordinat polar.


35

Jawaban :
x 2, y 2 3 maka r 4 12 4 dan arctan(2 3 / 2) / 3 sehingga
z 4 cos( / 3) isin( / 3) .
*****
10. Nyatakan bentuk z (1 i )i dalam bentuk x + iy.
Jawaban :
z

2 exp(i / 4)

( 2)i exp( / 4) exp( i ln 2).exp( / 4)

= exp( / 4) cos(ln 2) i sin(ln 2)

= 2,19 (0,94 0,34i) = 2,06 0,74i.


*****

11.

Carilah seluruh nilai akar

8.

Jawaban :
z = 8 = 8(cos0 i sin0) = 8(cos 2 i sin 2 ) = 8 (cos 4 i sin 4 ) .
Jadi akar-akar untuk bentuk 3 8 adalah :
2, 2(cos 2 / 3 i sin2 / 3) 1 i 3 dan 2(cos 4 / 3 i sin 4 / 3) 1 i 3 .
*****

36

SOAL LATIHAN DASARDASAR MATEMATIKA


1.

Tunjukkan bahwa ketiga garis bagi (garis yang membagi garis sama

2.

panjang) pada suatu segitiga sembarang bertemu pada satu titik.


r
Sebuah partikel dikenai gaya F 3i 2 j 4k N sepanjang lintasan

3.

4.

5.

6.

r
r 2i 3 j 4k m. Carilah kerja pada partikel tersebut.
r
r
Untuk dua buah vektor a 3i m( j k ) dan b i 5 j 2mk , carilah
r
r
nilai m sedemikian sehingga vektor a tegak lurus dengan vektor b . Untuk
r
r
nilai m tersebut, carilah semua vektor satuan yang tegaklurus a dan b .
r
r
Jika diketahui tiga buah vektor A 2i 3 j 4k , B 2i 3 j 4k serta
r
C 2i 3 j 4k , buktikan secara eksplisit bahwa
r r r
r r r r r r
r r r
r r r
r r r
( A B) C B( A C) A(B C) dan ( A B) C (B C) A (C A ) B
r
r r r
Vektor momentum sudut rotasi dirumuskan sebagai L m r
( r ).
r
r
r
r
Ekspansikan rumus tersebut. Jika r tegaklurus (berarti r dan v pada
satu bidang), tunjukkan bahwa besar momentum sudut adalah L = mvr.
r r r r
r
r
Ekspansikan perkalian susun tiga a ( r ) . Jika r tegaklurus ,
r
r
tunjukkan bahwa a 2 r .

7.

8.

1 2
2 3
3 4
, B
dan C
, carilah :
3 4
4 1
1 2

Jika A
(a)

A + B, B C, AB, BA, BC.

(b)

Tunjukkan bahwa AB BA, namun ( AB )C A(BC ) .

Tunjukkan bahwa matriks-matriks :


cos 1 sin1

sin1 cos 1

R1
dan

cos 2
sin2

R2

bersifat komut, yaitu R1R2 R2R1 .

37

sin2

cos2

9.

Tunjukkan, jika mungkin tanpa dengan menghitung, bahwa :


0 2 3
2 0
4 0
3 4 0
Petunjuk : Lihatlah akibat pertukaran baris dengan kolom.

10. Carilah determinan matriks berikut ini :


0
3
2
1
11.

1
0
3
2

2
1
0
3

1
3
2 a
,
1 a2
0 a3

1
b

1
c

b2

c2

b3

c3

1
d

0 a
dan a 0
d2
b c
3
d

b
c
0

Tunjukkan bahwa :
cos
0
0

1
2cos
1

0
1
cos3
2cos

12. Perkalian matriks berikut ini biasanya muncul dalam telaah lensa tebal di
udara :
1 0 1 (n 1) / R1
1 (n 1) / R2

1
1
0
d / n 1 0

dengan d adalah tebal lensa, n adalah indeks bias, R1 dan R2 adalah jarijari kelengkungan permukaan lensa. Elemen A12 adalah 1/ f dengan f
adalah panjang fokus lensa. Carilah nilai A, panjang fokus, serta tunjukkan
bahwa det(A) = 1.
13. Sementara itu perkalian matriks yang muncul dalam telaah dua lensa tipis
di udara adalah
1 1/ f2 1 0 1 1/ f1

1 d 1 0 1
0

dengan f1 dan f2 adalah panjang fokus masing-masing lensa serta d


adalah jarak antara kedua lensa tipis tersebut. Elemen M12 adalah 1/ f
dengan f adalah panjang fokus gabungan. Carilah M, det M dan f.
14. Diketahui sebuah fungsi kuadrat y x 2 4 x 28 . Carilah :
a.

Titik potong dengan sumbu x dan sumbu y.


38

b.

Titik puncak fungsi

c.

Titik singgung dengan garis ax 2y 8 . Cari pula a.

15. Carilah nilai limit-limit di bawah ini :


x k a k lim sin x tan x
lim
lim x 2 2 x 5 x 2 3 x 4
3
,
,
x
x a
x
x 0
x a
x 2 2
lim

x 2 1

x2 3

x2
dan
cos x sec x
x 0
lim

16. Carilah turunan pertama fungsi-fungsi berikut :


y x x , y arcsin

x2

, y ln
ex

1
arccos( x 2 )
1 cot
y

cosh
dan
e

17. Hitunglah integral-integral berikut ini :


dx
ax b ,

x 2 dx
ax b

dx

x 2 a , ecos

2x

sin 2 x dx dan

2 x 2 3dx .

18. Carilah nilai-nilai integral di bawah ini :


x
e sin xdx ,

3 x 2 2x 4

2x 3 2x 2 8 x 5
x

( x 1)( x 2) dx

dan

dx ,

x 2 2x 4
x 3 dx ,

x 1

x( x 1)2 ( x 2)3 dx

19. Hitunglah integral-integral di bawah ini :


3

(x

2 x 5) dx ,

/4

/2

e x sin xdx ,

sin 2 x cos xdx ,

0
1

0 x( x

2002

e2

x 2 16 dx , ln xdx ,

0
3

1) dx , 1
10

x 2001

x2 1
x3 3x

dx ,

/2

/3

cos4 x sin xdx ,

2002 x 2000 x1998 x1996 ... x 4 x 2 1dx , / 3 ( x sin x )

dx .

20. Jika sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu x memiliki


percepatan a 4 t 8 , serta diketahui v 0 6 dan x0 2 , carilah v dan
x pada saat t = 3.
39

21. Untuk fungsi-fungsi f ( x, y ) berikut ini, periksalah kebenaran rumus


f ( x, y ) f ( x, y )

.
x y
y x

2 xy
f ( x, y ) 2 x 2 y 3 3 x 3 y 2 , f ( x, y ) e
1 ln( xy ) , f ( x, y ) sin1

xy

.
2
3
x y

22. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk x + iy.


e

3(1 4 i ) ,

48

(1 i )
1 i
i , ln i dan ( i / 4) ln 3
,
e
1 i ,
25 (1 2i ) i
( 3 i)

40

Anda mungkin juga menyukai