Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ROTASI (PUTARAN)
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geometri Transformasi
Dosen Pengampu: Mewa Zabeta,M.Pd

Disusun Oleh:
1. Asti Nur Aysah (2020102008)
2. Diza Tazkiyah Annaf (2020102016)
3. Lutfiah Zahra (2020102004)
4. Shera Reffi Mariska (2020102014)
5. Siti Sohibatul Fahdah (2020102007)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
Tahun 2022
PEMBAHASAN
A. ROTASI PUTARAN
Definisi:
Putaran terhadap P dengan sudut 𝜃 dengan lambang 𝑅𝑝 , 𝜃 merupakan pemetaan
yang memenuhi:
(i) 𝑅𝑝 , 𝜃 ( P ) = P
(ii) 𝑅𝑝 , 𝜃 (A) = A’ dengan PA’ = PA

• 𝜃 (+) jika berlawanan dengan arah jarum jam


• 𝜃 (-) jika searah dengan arah jarum jam
Teorema:
Misalkan s dan t merupakan dua garis yang tidak saling tegak lurus dan yang
berpotongan di titik P. Andaikan A merupakan sebuah titik yang berlainan dengan
P, maka m  APA” = 2 𝜃 jika m  (s,t) = 𝜃 .
Bukti:
Ambil sebarang garis s dan t yang berpotongan di titik P. Sebuah titik A sebarang
berada diluar garis s atau garis t.

jika titik A dicerminkan terhadap garis s maka 𝑀𝑠 (A) = A’ dan jika A’ dicerminkan
terhadap garis t maka 𝑀𝑡 (A’) = A” sehingga 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (A) = A”. Jika m  (s,t) = 𝜃
maka m  APA” = 2 𝜃 sehingga A” = Rp, ∝ ( A) dimana ∝ = 2 dan P merupakan
titik potong (s, t) serta ∝ = 2 x m  (s, t)
Dari pembuktian teorema di atas maka diperoleh dalil:
Dalil 1:
Sebarang putaran 𝑅𝑝 , ∝ selalu dapat dianggap sebagai hasil kali dua pencerminan.
Satu terhadap s dan satu terhadap t dengan P merupakan titik potong (s, t) dan m
 (s, t) = ½ ∝ .

Dalil 2:
Rotasi merupakan suatu isometri.
Bukti :
Berdasarkan dalil 1 Rp, ∝= 𝑀𝑡 𝑀𝑠 Karena 𝑀𝑡 isometri dan 𝑀𝑠 isometri maka hasil
kali 𝑀𝑡 𝑀𝑠 isometri Karena Rp, ∝ = 𝑀𝑡 𝑀𝑠 maka Rp, ∝ isometri.
Dalil 3:
𝑅𝑝 , 𝜃 −1 = 𝑅𝑝 , −𝜃

Bukti:
Perhatikan 𝐴 , = 𝑅𝑝 , 𝜃 (𝐴)
Sehingga 𝑅𝑝 , −𝜃(𝐴), = 𝑅𝑝 , 𝜃 −1 = 𝐴

Dalil 4:
Hasil 𝑅𝑝 𝛽, 𝑅𝑝 𝛼 = 𝑅𝑝 , 𝛼 + 𝛽
Bukti:
Perhatikan:
𝑅𝑝 𝛽, 𝑅𝑃 𝛼(𝐴) = 𝑅𝑝 𝛽(𝐴, ) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑃𝐴′ = 𝛼 𝑑𝑎𝑛 𝐴, 𝑃 = 𝐴𝑃

𝐴" 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴, 𝑃𝐴" = 𝛽 𝑑𝑎𝑛 𝐴′ 𝑃 = 𝐴" 𝑃


Jadi < 𝐴𝑃𝐴" =  𝐴𝑃𝐴′ + < 𝐴, 𝑃𝐴′ 𝐴, 𝑃𝐴" 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑃 = 𝐴"𝑃
 APA” = ∝ + 𝛽 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑃 = 𝐴"𝑃
Hal ini berarti 𝑅𝑝 ∝ + 𝛽 (𝐴)
Definisi 5.1
Sebuah sudut berarah adalah (……………….) yang salah satu kakinya ditetapkan
sebagai kaki awal dan kaki lainnya sebagai kaki akhir. Contoh 5.1: Diberikan
ABC seperti pada gambar 5.1 apabila kaki awalnya anda tetapkan sinar 𝐵𝐴
̅̅̅̅ dan
̅̅̅̅ maka anda akan mendapatkan sudut berarah ABC, yang
kaki akhirnya sinar 𝐵𝐶
dinotasikan ABC . Sementara itu, apabila anda menetapkan kaki awalnya sinar
̅̅̅̅
𝐵𝐶 dan kaki akhirnya sinar ̅̅̅̅
𝐵𝐴 , maka anda mendapatkan sudut berarah CAB,

yang dinotasikan CBA . Jelaskan bahwa ABC  CBA .


Teorema 5.1:
Misalkan diberikan ABC , maka 𝑚(ABC) = 𝑚 (CBA) Bukti: Karena orientasi
ganda (B, A, C) ini bisa positif atau negatif, maka anda tinjau apabila:
1) Orientasi ganda (B, A, C) positif, akibatnya 𝑚 (ABC) = 𝑚 (ABC). Jika
orientasi ganda (B, A, C) positif, maka orientasi ganda (B, C, A) negatif,
akibatnya 𝑚 (CBA) = 𝑚 (ABC). Jadi, 𝑚 (ABC) = 𝑚 (CBA)
2) Orientasi ganda (B, A, C) negatif, akibatnya 𝑚 (ABC) = 𝑚 (ABC). Jika
orientasi ganda (B, A, C) negatif, maka orientasi ganda (B, C, A) positif,
akibatnya 𝑚 (CBA) = 𝑚 (ABC). Jadi, 𝑚 (ABC) = 𝑚 (CBA)

Definisi 5.2:
Misalkan diberikan sudut ABC, 𝑚 (ABC) ditetapkan sebagai besar ukuran
(……………….) ABC, (ABC) dan 𝑚 (CBA) ditetapkan sebagai besar ukuran
sudut berarah CBA (CBA).
Definisi 5.3:
Misalkan diberikan dua garis berpotongan l dan m tidak (……………….). Sudut
antar l dan m ditetapkan sebagai (……………….) yang dibentuk kedua garis
tersebut.
Contoh 5.3:

Perhatikan Gambar 5.3. Besar sudut antara s dan t adalah 60 . Sedangkan besar
sudut antara t dan u adalah 30 .

Definisi 5.4:
Misalkan diberikan (……………….) l dan 𝑚 berpotongan tidak tegak lurus di titik
A dan P titik pada l, sedangkan B dan C (……………….) pada 𝑚 sehingga A
terletak antara B dan C (perhatikan Gambar 5.4). Apabila PAB lancip, ditetapkan
dari l ke 𝑚 adalah PAB , apabila PAB tumpul, ditetapkan sudut dari l ke 𝑚
adalah PAC . Perhatikan s, t, dan u pada Gambar 5.3. Ukuran sudut s ke t adalah
𝑚 (PAB) = 60 karena orientasi ganda (P, A, B) positif. Sedangkan ukuran sudut
dari u ke t adalah 𝑚 (CPB) = 30 , sebab orientasi ganda (P, C, B) negatif.

Definisi 5.5:
Andaikan A sebuah (……………….) pada bidang Euclid V dan  sebuah bilangan
real yang memenuhi −180  180 . sebuah rotasi mengelilingi A adalah sebuah
(……………….)  A, yang ditetapkan sebagai berikut. Untuk PV . a)  A, (P)
= A , jika P = A b) ( ) '  A, P = P sehingga 𝑚 (PAP') = dan AP' = AP , jika P
A

B. ROTASI SEBAGIAN SUATU TRANSFORMASI


Teorema 5.3:
Misalkan relasi yang ditetapkan sebagai berikut. Untuk setiap PV , berlaku: a) 
A, (P) = A , jika 𝑃 = 𝐴. b) ( ) '  A, P = P , sehingga 𝑚 (PAP') = dan AP' =
AP , jika P  A , maka relasi  A, merupakan suatu (……………….).
Bukti:
1) Ditunjukkan bahwa  A, fungsi dari V ke V. Ambil 𝑃 sembarang titik pada
V. Berdasarkan a) P mempunyai peta yang tunggal, yaitu  A, , jika  A,
. Berdasarkan a) P mempunyai peta yang tunggal, yaitu  A, , jika  A, .
Jadi, fungsi dariV ke V..
2) Akan ditunjukkan bahwa  A, adalah injektif. Pandang dua titik P,QV
dengan  A, P = Q = P . Maka 𝑚 (PAP') = 𝑚 (QAP') = dan AP' =
AP = AQ . Akibatnya lebih lanjut jelas P = Q Jadi,  A, adalah injektif.
3) Akan dibuktikan bahwa surjektif

Ambil sebarang titik QV , maka Q = A atau Q  A . Bila Q = A , maka ada


AV sehingga
𝜌𝐴,𝜑 (A) = Q = A . Bila Q  A , maka ada sinar 𝐴𝑄 . Berdasarkan postulat
̅̅̅̅
kontruksi sudut ada sinar 𝐴𝑅̅̅̅̅ , sehingga m(QAR) = − . Berdasarkan postulat
penggaris ada P  𝐴𝑅̅̅̅̅ , sehingga AP = AQ . Dari uraian ini dapat disimpulkan
 A, (P) = Q . Jadi, ada PV , sehingga 𝜌𝐴,𝜑 (P)=Q untuk sebarang Q  A,
artinya
𝜌𝐴,𝜑 surjektif.Karena 𝜌𝐴,𝜑 :
1. Relasi dari 𝑉 ke 𝑉.
2. fungsi
3. injektif
4. surjektif Maka 𝜌𝐴,𝜑 suatu transformasi.
Teorema 5.4 :
Jika garis s dan t berpotongan di titik A dan (……………….) dari s ke t adalah  2
1 , maka  A  t s
Teorema 5.5 :
Komposisi dua pencerminan pada garis adalah suatu (……………….) atau
(……………….).
Teorema 5.6 :
Setiap (……………….) adalah isometri langsung.
Teorema 5.7 :

Atau kalau ditulis secara matriks, didapat:

Teorema 5.8:
Untuk setiap P(𝑥, y) dan A(a,b)V , maka:

Bukti:
Perhatikan Gambar 5.11. Sistem koordinasi diubah menjadi 𝑥̅ 𝐴𝑦̅ dengan aturan:
𝑥 = 𝑥̅ + a dan y = 𝑦̅ + b , sehingga:
11.1 Ketentuan dan sifat-sifat sederhana putaran
Hasil kali transformasi yang terdiri atas dua refleksi adalah suatu setengah putaran
dengan pusat titik potong sumbu-sumbu refleksi apabila sumbu-sumbu ini tegak lurus.
Apabila sumbu-sumbu refleksi itu sejajar maka hasil kali dua refleksi
menghasilkan suatu geseran ( translasi ).
Definisi : Sebuah sudut yang berarah adalah suatu sudut, yang salah satu kakinya
ditentukan sebagai kaki awal dan kaki yang lain sebagai kaki akhir.

Catatan : Bandingan dengan ruas garis berarah. Di sini ada titik awal
dan titik akhir
Untuk melambangkan suatu sudut misalnya ABC adalah sudut arah dengan sinar
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ sebagai kaki akhir. Kita tulis ABC.
𝐵𝐴 sebagai kaki awal dan sinar 𝐵𝐶

Lambang ABC adalah untuk sudut berarah dengan kaki awal 𝐵𝐶 ⃗⃗⃗⃗⃗ dan kaki akhir
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐴. Untuk melambangkan besarnya sebuah sudut berarah kita tentukan hal-hal berikut:

𝑚( ABC ) = 𝑚 (ABC ) apabila orientasi ganda (BAC) adalah positif.

𝑚( ABC ) = −𝑚 (ABC ) apabila orientasi ganda (BAC) adalah negatif.

Apabila ABC sebuah sudut, maka ABC = CBA sehingga 𝑚 (ABC ) = 𝑚 (CBA ).
Tetapi untuk sebuah sudut berarah ABC, berlaku 𝑚 ( ABC ) = 𝑚 (CBA ). Ini
disebabkan oleh orientasi ganda (BAC) selalu lawan orientasi ganda (BCA).
Apabila ada dua garis berpotongan yang tidak tegak lurus, sudut antara dua garis itu kita
pilih sudut lancip. Sebab ada dua pasang sudut bertolak belakang, satu pasang lancip dan
satu pasang tumpul.
Pada gambar 11.2 besarnya sudut antara garis s dan garis t adalah 70, sedangkan besar
sudut antara garis s dan garis u adalah 80.
Kita sekarang lebih merinci sudut antara dua garis sebagai berikut. Andaikan garis s dan
garis t berpotongan di titik A ( gambar 11.3). Andaikan P sebuah titik pada s sedang B dan
C dua titik t sehingga A terletak pada B dan C. Jika  PAB lancip, maka dikatakan bahwa
sudut dari s ke t adalah sudut  PAB. Jika  PAB tumpul, maka sudut dari s ke t adalah
PAC.

Pada gambar 11.3 jika 𝑚 (𝑃𝐴𝐵) = 150, maka besarnya sudut dari s ke t adalah 𝑚 (
PAC ) = - 30 sedangkan besarnya sudut dari t ke s adalah 𝑚 ( CAP ) = 30.

Pada gambar 11.4 anda dapat melihat bahwa:

1) Sudut dari s ke t : 𝑚 ( APB ) = 70


2) Sudut dari s ke u : 𝑚 ( DPC ) = - 80
3) Sudut dari s ke t : 𝑚 ( CPB ) = - 30
Sehingga dapat dikatakan bahwa sudut berarah dari satu garis ke garis lain dapat berkisar
antara – 90 hingga + 90 . Sedangkan sudut antara dua garis dapat berkisar antara 0 dan 90.
Teorema 11.1:
Andaikan s dan t dua garis yang tidak saling tegak lurus dan yang berpotongan di titik
A. Andaikan P dan Q dua titik yang berlainan dengan A. Maka 𝑚 ( PAP” ) = 𝑚 (
QAQ” ), dengan P” 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝑃)𝑑𝑎𝑛 𝑄" = 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝑄)
Bukti:
Kasus 1.
Andaikan P dan K terletak pada s ( gambar 11.5.a)

Maka 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝐴) = 𝐴. Sebut peta ini A”, jadi A”= A, oleh karena itu 𝑀𝑡 𝑀𝑠 sebuah isometri,
maka P”, K” dan A”=A terletak pada satu garis yang melalui A. Sehingga 𝑚 ( PAP” )
= 𝑚 ( KAK” )
Apabila P ∉ s, dan karena besarnya sudut-sudut tidak berubah terhadap isometri maka 𝑚 (
PAK) = 𝑚 ( P”AK” )
Oleh karena komposit dua refleksi garis adalah sebuah isometri langsung maka orientasi
ganda (APK) sama dengan orientasi ganda (AP”K” ).
Jadi 𝑚 ( PAP” ) = 𝑚 ( P”AK” )
Kasus 2.
Apabila kedudukan p seperti dalam gambar 11.5.b maka 𝑚 ( PAP ) = 𝑚 ( PAK) + 𝑚
( KAP”). Sedangkan 𝑚 ( KAK ) = 𝑚 ( KAP”) + 𝑚 ( P”AK”). Sehingga 𝑚 (
PAP” ) = 𝑚 ( KAK” ).
Kasus 3.
Dengan cara yang serupa untuk kedudukan P seperti pada gambar 11.5.c, dapat pula
dibuktikan bahwa 𝑚 ( PAP” ) = 𝑚 ( KAK” ).
Coba anda buktikan sendiri
Jadi untuk setiap titik P ≠ A kita peroleh 𝑚 ( PAP” ) = 𝑚 ( KAK” ).
Begitu pula titik Q : 𝑚 ( QAQ” ) = 𝑚 ( KAK” ).
Sehingga 𝑚 ( QAQ” ) = 𝑚 ( PAP” ).
Jadi oleh transformasi 𝑀𝑡 𝑀𝑠 setiap titik terputar dengan sudut berarah yang sama
mengelilingi titik yang sama.
Definisi:

Andaikan A sebuah titik dan ∅ sebuah bilangan yang memenuhi -180 < 𝜑 > +180. Sebuah
rotasi mengelilingi A adalah sebuah padanan 𝑅𝐴𝜑 : V → V yang ditentukan sebagai berikut:

• 𝑅𝐴𝜑 (𝐴) = 𝐴
• Jika P≠ 𝐴 maka 𝑅𝐴𝜑 (𝑃) = 𝑃′ sehingga 𝑚 ( PAP” ) = 𝜑 dan AP’=AP.
Teorema 11.2 :
Jika s dan t dua garis yang tidak tegak lurus dan yang berpotongan di A dan jika sudut antar
garis s ke garis t adalah setengah 𝜑, maka 𝑅𝐴𝜑 = 𝑀𝑡 𝑀𝑠.

Andaikan sebuah titik P ≠ 𝐴 dan titik K ≠ 𝐴 pada s. Andaikan K’ = 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝐾) maka 𝑚 (


1
KAK’ )2𝑥 𝜑 = 𝜑. Jika P’ = 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝑃) maka menurut teorema 11.1 𝑚 ( PAP’ ) =
2
𝑚 ( KAK’ ) sehingga 𝑚 ( PAP’ ) = 𝜑
Berhubung dengan A’ 𝑀𝑡 𝑀𝑠 (𝐴) = 𝐴 dan berhubung 𝑀𝑡 𝑀𝑠 sebuah isometri maka P’A’ =
PA atau PA = P’ A’, menurut ketentuan maka 𝑀𝑡 𝑀𝑠=𝑅𝐴𝜑
Menurut teorema diatas, komposit dua refleksi terhadap dua garis yang berpotongan tidak
tegak lurus adalah sebuah rotasi dengan kedua garis itu sebagai pusat.
Jika kaki-kaki sudut ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐴 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐶 membentuk dua sinar yang berlawanan arah, sehingga
misalnya (CAB), kita juga dapat mengatakan bahwa ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐵𝐶 adalah  ABC dengan
𝐵𝐴 ∪ ⃗⃗⃗⃗⃗
ukuran 180.
Kita dapat pula menulis 𝑚 ( ABC ) 180 atau 𝑚 ( ABC ) = -180
Dengan perluasan konsep sudut ini, kita juga dapat mendefinisikan rotasi dengan sudut
berukuran + 180 atau – 180. Maka rotasi demikian tidak lain suatu setengah putaran.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
Akibat 1 : Hasil kali dua refleksi pada dua garis adalah suatu rotasi atau suatu transisi.
Oleh karena setiap rotasi dapat diuraikan sebagai dua refleksi garis, maka
Akibat 2 : Setiap rotasi adalah suatu isometri langsung
Contoh : Jika 𝑅𝐴𝜑, sebuah rotasi yang memetakan P pada P’. Tentukan dua pasang garis
yang dapat digunakan sebagai sumbu-sumbu refleksi sehingga komposit refleksi-refleksi
ini adalah yang diketahui.
Penyelesaian :

1
⃗⃗⃗⃗⃗ , t garis bagi  PAP′. Andaikan besarnya sudut dari s ke t adalah 𝜑.
1) Andaikan s = 𝐴𝑃
2
Maka 𝑅𝐴𝜑 = 𝑀𝑡 𝑀𝑠
2) Andaikan u = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝑃 dan v sebuah garis yang melalui A, sehingga besarnya sudut dari u
1
ke v adalah 𝑞. Maka juga 𝑅𝐴𝜑 = 𝑀𝑡 𝑀𝑠
2
11.2 Komposisi ( hasil kali ) putaran
Dalam pasal terdahulu telah anda lihat bahwa hasil kali atau komposisi dua putaran
dengan satu pusat adalah sebuah putaran dengan pusat yang sama atau adalah transformasi
identitas. Transformasi identitas ini dapat dianggap sebagai sebuah putaran pula dengan
sudut putaran sebesar 0. Jadi dapat dikatakan bahwa himpunan putaran-putaran
mengelilingi titik yang sama adalah tertutup terhadap komposisi. Pada gambar 11.9 dapat
dilihat bahwa :

𝑅𝐴120 𝑅𝐴30 = 𝑅𝐴−160 : 𝑅 𝐵.40 𝑅𝐶−90 = 𝑅 𝐵−120


𝑅𝐶150 𝑅𝐶120 = 𝑅 𝐶−90

Dengan demikian, ditambah bahwa (𝑅𝐴 𝜑) −1 = 𝑅𝐴𝜑 , maka humpunan rotasi-rotasi


mengelilingi satu titik A adalah sebuah grup.
Bagaimana apabila pada sebuah titik pada bidang dilakukan dua rotasi mengelilingi dua
titik berbeda A dan B masing-masing dengan sudut rotasi masing-masing 𝜑1 𝑑𝑎𝑛 𝜑2

Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dituangkan dalam teorema berikut.


Teorema 11.3 :
Hasil kali dua rotasi adalah sebuah rotasi atau sebuah transisi.
Bukti :

Andaikan ada rotasi 𝑅𝐴𝜑1dan rotasi 𝑅𝐴𝜑𝑍 Tarik garis s = ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵, jika 𝑚 ( XAY ) = 𝑚 (
1
XAZ ) = 𝜑2 maka 𝑅𝐴𝜑1= 𝑀𝑡 𝑀𝑠 dan 𝑅𝐴𝜑𝑍= 𝑀𝑈 𝑀𝑠 . Jadi 𝑅𝐵𝜑𝑍 𝑅𝐴𝜑1= (𝑀𝑈 𝑀𝑠 )(𝑀𝑡𝑀𝑠 ) =
2
𝑀𝑢 𝑀𝑡

Apabila u // t, maka 𝑅 𝐵𝜑2 𝑅𝐴𝜑1 adalah suatu geseran. Kalau u dan t berpotongan di C maka
𝑀𝑡 𝑀𝑠 adalah suatu rotasi yang berpusat di C.
Andaikan 𝑅 𝑐𝜑 = 𝑅𝐵𝜑2 𝑅𝐵𝜑1 hubungan apakah terdapat antara 𝜑, 𝜑1 𝑑𝑎𝑛 𝜑2?
1 1
Dari gambar 11.10 kita lihat bahwa 𝑚 ( ABC ) = 𝜑2 sedangkan 𝑚 ( BAC ) = 𝜑1
2 2
1 1
dengan demikian 𝑚 ( PCB ) = (𝜑1 + 𝜑2). Ini berarti bahwa sudut dari t ke u adalah
2 2
(𝜑1 + 𝜑2). Sehingga 2𝜑 (𝜑1 + 𝜑2).
Jika 𝜑1 + 𝜑2 > 180 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜑 (𝜑1 + 𝜑2) − 360
Sebagai gambaran andaikan 𝜑2 = 140 𝑑𝑎𝑛 𝜑1 = 60. Dalam hal ini 𝑚 ( <ACB) = 80 dan
𝑚 ( <PCB) = 100. Oleh karena 𝑚 ( ACB ) = -80 maka sudut t ke u adalah -80 jadi 𝜑 =
−160. Perhatikan bahwa 160 = (𝜑1 + 𝜑2)-360.
Anda dapat menyelesaikan diri akan kasus-kasus sebagai berikut:
Kalau 𝑅 𝐵𝜑2 𝑅𝐴𝜑1 = 𝑅 𝑐𝜑

1) 0 < 𝜑│ 𝜑1 + 𝜑2│ ≤ 180 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜑 = 𝜑1 + 𝜑2


2) 𝜑1 + 𝜑2 > 180, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜑 = (𝜑1 + 𝜑2) − 360
3) 𝜑1 + 𝜑2 < −180, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝜑 = (𝜑1 + 𝜑2) + 360
4) 𝜑1 + 𝜑2 = 0 𝑚𝑎𝑘𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑡𝑢 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖

Definisi: Sudut Berarah


Sebuah sudut berarah adalah suatu sudut yang salah satu kakinya di tentukan sebagai kaki
awal dari kaki yang lain sebagai kaki akhir.
Lambang sudut bearah
ABC kaki awalnya BC dan kaki akhirnya BA
CAB kaki awalnya BA dan kaki akhirnya BC
Teorema 11.1 : Andaikan s dan t dua garis yang tidak saling tegak lurus dan berpotongan
di titik A

Teorema 11.2 : Jika s dan t dua garis yang tidak tegak lurus dan yang berpotongan di A
dan jika sudut antar garis s ke garis t adalah setengah 𝜑, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑅𝐴𝜑= 𝑀𝑡 𝑀𝑠

“ Pencerminan berturut turut terhadap 2 garis yang tidak tegak lurus adalah rotasi terhadap
titik potong kedua cermin dengan sudut 2 kali sudut cermin.”
ROTASI

Keterangan :
𝛼+∶ arah putaran berlawanan putaran jarum jam
𝛼−∶ arah putaran searah putaran jarum jam
Sifat-sifat
Dua rotasi berturut-turut merupakan rotasi lagi dengan sudut putar sama dengan jumlah
kedua sudut putar semula. Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah bentuknya.
Catatan :
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi),
tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan bentuk aslinya.
Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.
Rotasi adalah perpindahan obyek dari titik P ke titik P’,
dengan cara diputar dengan sudut 𝜃

x’ = x cos (𝜃) − 𝑦 sin(𝜃)


y’ = x sin (𝜃) + y cos (𝜃)

Untuk memudahkan perhitungan maka dibuat notasi dalam bentuk matrik :

Dengan :

• Sin 𝜃 dan cos 𝜃 adalah fungsi linier dari 𝜃


• x’ kombinasi linier dari x dan y
• y’ kombinasi linier dari x dan y
Bukti :
Titik A berpindah ke titik A’ sejauh 𝛼
Dalam koordinat kutub, titik A(a’,b’) ditulis : A(r cos
𝜃, 𝑟 sin 𝜃
Sedangkan A(a’,b’) ditulis : A(r cos (𝜃 +
𝛼), 𝑟 sin(𝜃 + 𝛼))
Maka diperoleh :

Matrik transformasi untuk titik


yang dirotasi terhadap titik
pusat O (0,0)

Anda mungkin juga menyukai