Anda di halaman 1dari 19

1.

Balok tunggal
1.1. Balok tunggal dengan satu gaya

Pada balok tunggal dengan satu gaya kita dapat menentukan, bahwa batang itu sendiri tidak
mempunyai bobot sendiri. Pada balok tunggal dengan satu gaya P sembarang yang bekerja pada
titik tangkap 1 menurut gambar 1.1 di bawah, ini kita mencari reaksi tumpuan masing-masing
secara analitis seperti berikut:

Gaya lintang antara tumpuan A dan titik tangkap 1 menjadi QA-T = + RA dan antara titik
tangkap 1 dan tumpuan 8 menjadi 01.e = + RA -P=Re Momen maksimal kita tentukan pada titik
gaya lintang menjadi nol, yaitu ( lihat gambar 1.2 dibawah) pada titik tangkap 1. M omen
maksimal itu menjadi:

1.2 Balok tunggal dengan beberapa gaya


Pada balok tunggal dengan tiga atau lebih gaya kita pada umumnya menambah bobot sendiri
pada gaya masing-masing, maka konstruksi batang tidak mempunyai bobot sendiri. J ikalau pada
balok tunggal dengan hanya dua gaya perlu kita tentukan pengaruh atas bobot sendiri ( Balok
tunggal dengan beban merata). Pada suatu balok tunggal dengan misalnya tiga gaya Pt s/d p3
sembarang kita menentukan reaksi tumpuan masing-masing secara analitis seperti berikut:
1.3 Balok tunggal dengan beban merata
Pada balok tunggal dengan beban merata q kita mendapatkan beban total sebesar q · I = P
(termasuk bobot sendiri). lihat juga gambar 1.3. dibawah. Kita mencari reaksi tumpuan masing-
masing secara analitis seperti berikut:
Untuk menggambar parabol kita mempunyai dua sistim, yaitu sistim titik potong dan
sistim garis singgung.
a) Konstruksi parabol dengan sistim titik potong. Diketahui: garis potong A-8, titik puncak C
dan garis sumbu parabol C-D.

Konstruksi titik potong dapat ditentukan sebagai berikut:


1. Menggambar garis potong A-C dan B-C 8 Gambar diatas.
2. menggambar majemuk garis 1-1 sejajar dengan garis sumbu parabol, yang menentukan titik E
masing-masing
3. menggambar garis sejajar dengan garis sumbu parabol pada titik A dan titik 8
4. menggambar garis sejajar dengan garis potong A-8 pada titik E masing-masing dan
menentukan titik F
5. menggambar garis pe.nghubung titik F dengan titik puncak C. Pada titik potong dengan garis
1-1 kita mendapatkan titik G yang menjadi sua tu titik dari garis parabol.
b.Konstruksi parabol dengan sistim garis singgung. Diketahui: garis potong A-8, titik puncak
C dan garis singgung A-E dan 8-E.

Konstruksi garis singgung dapat ditentukan sebagai berikut:


1. Kita membagi garis singgung A-E dan 8-E atas beberapa bagian dengan ukuran dan banyak
yang sama pada A-E dan 8-E
2. menggambar garis penghubung titik 1-1, 2-2 dsb. yang akan menjadi garis singgung masing-
masing dari parabol yang dicari.
Boleh juga menggunakan cara yang diterangkan pada gambar 3. 2. 3. c. sebelah kanan.
Kemudian pada konstruksi balok tunggal dengan beban merata dapat kita meringkaskan:
1. Gaya lintang pada balok tunggal dengan beban merata menjadi suatu garis lurus yang miring.
2. Luasnya bidang (diagram) gaya lintang terdiri dari dua segitiga yang sama dengan tanda ( +,-)
berlawanan.
3. Garis sisi diagram momen mencapai suatu parabol.
1.4 Balok tunggal dengan beban merata terbatas

Balok tunggal dengan beban merata terbatas kita bagi atas:

a) beban merata terbatas pada satu ujung,

b) beban merata terbatas sembarang dan

c) beban terbatas simetris.

a) Balok tunggal dengan beban merata terbatas pada satu ujung


( lihat gambar dibawah):

Kita dapat menentukan reaksi tumpuan masing-masing secara analitis seperti berikut:

b.Balok tunggal dengan beban merata terbatas sembarang


( lihat gambar dibawah)

Kita menentukan reaksi tumpuan masing-masing secara analitis seperti berikut:


c) Balok tunggal dengan beban merata terbatas simetris
( lihat gambar dibawah.):
Jikalau kita perhatikan gambar diatas kita lihat, bahwa sebetulnya tiap-tiap beban merata
menjadi suatu beban merata terbatas simetris oleh perbedaan antara lebar bentang I dan luasnya
pembukaan.

Kita menentukan reaksi tumpuan masing-masing secara analitis seperti berikut:

1.5 Balok tunggal dengan beban segitiga


Pada balok tunggal dengan beban segitiga kita bedakan antara a) beban segitiga yang simetris
dan b) beban segitiga yang satu hadap saja .
a) Balok tunggal dengan beban segitiga yang simetris

( lihat gambar dibawah):


momen M ini menjadi suatu parabol dalam ruang yang tidak boleh digambar menurut cara
konstruksi parabol ( Balok tunggal dengan beban merata).
b) Balok tunggal dengan beban segitiga yang satu hadap saja
( lihat gambar dibawah.):

Kita menentukan reaksi tumpuan masing-masing secara analitis seperti berikut:


2. Balok tunggal bersudut
2.1. Pengetahuan dasar

Dalam praktek balok tunggal bersudut seperti terlihat pada gambar dibawah berikut sering
terjadi.

Harus diperhatikan dengan khusus tanda ( + , -) terutama pada reaksi tumpuan masing-masing
oleh karena pada banyak contoh jurusannya pada permulaan belum diketahui. Pada contoh itu
kita memilih suatu jurusan saja, dan jikalau jurusan berlawanan hasil menjadi negatif (-). Karena
penentuan tanda ( + ,-) yang benar pada m omen lentur menjadi penting sekali, pada sistim
berikut diberi suatu urat nisbi sebagai garis putus.Momen lentur yang mengakibatkan gaya tarik
pada urat nisbi menjadi posit if ( + ) . Ti!nda ( + , -) pada gaya normal N dan gaya lintang a kita
dapat tentukan

2.2 . Balok tunggal bersudut siku


Oleh karena penentuan reaksi tumpuan masing-masing, gaya normal N, gaya lintang a dan
momen lentur M lebih mudah pada balok tunggal bersudut siku daripada yang bersudut miring ,
Kita memperhatikan dengan khusus, bahwa :
a.Gaya lintang ialah jumlah semua gaya kiri atau kanan pada suatu potongan sE:rnbarang yang
bekerja siku-siku pada garis sumbu batang ( balok) yang diperhatikan.
b.Gaya normal ialah jumlah semua gaya kiri atau kanan pada suatu potongan sembarang yang
bekerja sejajar pada garis sumbu batang (balok ) yang diperhatikan.

2.3 Balok tunggal bersudut miring


Konstruksi balok tunggal bersudut miring pada prakteknya sering timbul pada konstruksi tangga
dan atap . Pada perhitungan harus diperhatikan terutama cara dan konstruksi tumpuan dan
jurusan gaya-gaya yang bekerja pada balok itu. Pada suatu balok tunggal yang miring dan
bertumpu horisontal menurut gambar dibawah.Berikut dengan gaya P yang sejajar anting, reaksi
tumpuan masing-masing menjadi sejajar anting juga.

Pada balok tunggal yang miring menurut gambar 3.5.3 b dengan gaya P sembarang dan sejajar
anting kita pilih satu sistem dasar,yaitu suatu balok tunggal dengan lebar bentang = l.Menurut
rumus (3.1) dapat ditentukan reaksi tumpuan masing-masing seperti berikut :

Perbedaan antara sistem dasar ini dan balok tunggal yang miring adalah bahwa gaya lintang
terubah nilainya oleh kemiringan balok tunggal.Karena itu timbul juga gaya normal (lihat
gambar 3.5.3.c. berikut)
Ketika menentukan gaya lintang pada sistem dasar sebagai gaya vertikal V pada balok tunggal
yang miring.Kemudian kita bagi gaya V ke dalam komponen Nm (miring) dan Qm (miring)
menurut rumus berikut :

Pada balok tunggal yang miring dengan beban merata sejajar anting,beban merata selalu kita
tentukan dalam kg/m atau t/m dengan ukuran m(meter) dalam denah (atau dalam sisitm dasar)

2.4 Balok tunggal dengan lengkungan miring

Pada perhitungan peran dari konstruksi atap yang berdiri miring dengan sudut a, lmax dan lmin
tidak lagi timbul pada garis sumbu utama, melainkan pada suatu sistim koordinat terkonjungsi
Momen lembam pada sistim koordinat terputar). Pada batang dengan potongan segiempat
persegi kita dapat menentukanbeban masing-masing sebagai:
3.Gaya dalam

Pada kesimbagan harus diperhatikan bahwa konstruksi batang atau rangka batang seluruhnya
harus seimbang.

Kita memotong benda,yang dibebani oleh gaya P1 s/d P3 dan yang bertumpu pada tumpuan A
dan B dalam keseimbangan,menurut garis s-s ke dalam bagian i dan bagian II

Jikalau kita perhatikan bagian I,bagian menjadi seimbangan kalau kita memasang suatu gaya
atau resultan R dari semua gaya luar bagian II (beban dan tumpuan) Jikalau kita perhatikan
bagian II kita mendapat resultan R,juga oleh gaya luar bagian I karena seluruh benda menjadi
seimbang

Pada umumnya reaksi Ri kita tentukan pada titik berat potongan s-s yang sembarang. Ukuran-
ukuran a tau nilai Ri kita tentukan secara statis dan kita katakan:
Bagian Ri yang vertikal ( ordinat) sebelah kiri atau sebelah kanan dari suatu potongan s-s yang
sembarang kita tentukan sebagai gaya lintang (Q). Bagian R1 yang horisontal (absis) sebelah kiri
atau sebelah kanan dari suatu potongan s-s yang sembarang kita tentukan sebagai gaya normal.
Momen lentur (M) menjadi jumlah semua momen yang timbul sebelah kiri atau sebelah kanan
dari situ potongan s-s yang sembarang terhadap titik berat dari benda atau konstruksi pada
potongan s-situ.
CONTOH SOAL

Contoh 1 : pada suatu tunggal dengan beban segitiga yang satu hadap saja,dicari reaksi tumpuan
masing-masing,momen maksimal Mmax dan ukuran balok profil baja I NP ? (lihat gambar
3.2.7.a)

Menurut Bab 3.2.5.(balok tunggak dengan beban segitiga) dan gambar 3.2.5.b kita dapat
menentukan reaksi tumpuan masing-masing sebagai berikut:

Selanjutnya jarak x (Qx = 0) untuk menetukan momen maksimal Mmax menurut rumus (3.13)
sebagai :

Ukuran baja profil I NP dapat ditentukan menurut rumus (2.32) dan dengan menggunakan tabel
1.2.3 pada lampiran(Nilai-nilai pada bahan baja profil)

Anda mungkin juga menyukai