Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH FILSAFAT YUNANI SEJAK ZAMAN PRA SOCRATES,


SOCRATES DAN ARISTOTALES

“ Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Filsafat”

Dosen Pengampuh : Muhammad Nur Murdan, M.Th

Oleh :
Iqbal ( 30356123014 )
Aldi ( 30356123024 )
Nur Maghfira ( 30356123004 )

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan Rahmatnya kami Dapat
Menyelesaikan Makalah ini dengan sebaik-baiknya, Meskipun Banyak kekurangan
didalamnya.Makalah yang berjudul SEJARAH FILSAFAT YUNANI SEJAK ZAMAN PRA
SOCRATES, SOCRATES DAN ARISTOTALES, Disusun Dalam Rangka memenuhi Salah
Satu Tugas Mata Kuliah Meski telah disusun secara maksimal, namun penyusun sebagai
manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca Sekalian. Oleh
sebab itu, kritik, saran serta usulan demi perbaikan makalah ini sangat kami harapkan Besar
harapan kami ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
SEJARAH FILSAFAT YUNANI SEJAK ZAMAN PRA SOCRATES, SOCRATES DAN
ARISTOTALES. Semoga Makalah ini dapat dipahami dengan baik oleh pembaca maupun
penyusun.

Majene, 14 November 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Sejarah Filsafat Pada Zaman Pra-Socrates......................................................................3
B. Sejarah Filsafat Pada Zaman Socrates.............................................................................6
C. Sejarah Filsafat pada Zaman Aristoteles..........................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran filsuf pertama disebut “Filsafat Alam” karena perhatian para filosof
yang pertama berorientasi ke alam terlebih lagi kejadian kejadian alam menarik
perhatian para filsuf. Alam itu senantiasa dalam keadaan berubah, mengapa terjadi
siang, mengapa terjadi malam, bulan gelap berganti menjadi bulan terang, gerhana,
pasang surut air laut, kemarau, musim, kedudukan matahari, dan seterusnya menjadi
pemikiran kritis para filsuf mengapa hal demikian dapat terjadi.
Filsafat Pra Socrates awal dari perkembangan filsafat yunani kuno. Yunani
merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu
lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan. Bangsa
Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk
berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi
sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Ciri-ciri Filsafat Pra Socrates adalah rasional meta fisik, dimana pemikiran
yang diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal gaib, seperti memberikan sesajian
kepada Dewa Matahari. Masyarakat berpikir bahwa bumi yang mempunyai sumber
daya alam yang melimpah ini ada yang menciptakannya, tapi mereka belum tahu siapa
yang menciptakannya. Jadi, masyarakat beranggapan bahwa yang memberi kesuburan
adalah pohon besar. Filsafat Pra Socrates mencapai puncaknya pada orang-orang
sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih terdahulu

1
latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada
sebelumnya.
Sebelum filsafat menaiki pangung yunani, banyak pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang diajukan oleh manusia, dan pertanyaan-pertanyaan ini dijawab oleh
berbagai agama. Penjelasan agama-agama ini disampaikan dari generasi ke-generasi
dalam bentuk mitos. Mitos adalah cerita mengenai dewa-dewa, yang dipergunakan
untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan mendasar ‘mengapa dunia ini berjalan
seperti adanya’.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Filsafat Pada Zaman Pra-Socrates?
2. Bagaimana Sejarah Filsafat Pada Zaman Socrates?
3. Bagaimana Sejarah Filsafat pada Zaman Aristoteles?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Filsafat Pada Zaman Pra-Socrates
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Filsafat Pada Zaman Socrates
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Filsafat pada Zaman Aristoteles

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Pada Zaman Pra-Socrates

Pada Zaman Pra Socrates, terdapat beberapa tokoh filsafat barat, diantaranya
yaitu, :
1. Thales
Thales adalah seorang filosof yang berasal dari miletus, sebuah koloni
yunani di asia kecil. Dia berkelana ke berbagai negri. Salah satunya adalah
mesir, dimana dia diceritakan pernah menghitung tinggi pyramid dengan cara
mengukur bayangannya pada saat yang tepat, ketika panjang bayangannya
sendiri sama dengan tinggi badannya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan
terjadinya gerhana matahari secara tepat, pada 585 SM.
Thales (624-546 SM) dianggap sebagai filsuf pertama di Yunani.
Thales digelari sebagai bapak filsafat, karena ia adalah orang yang pertama
kali berfilsafat. Ia adalah filsuf yang berusaha menemukan arkhe (asas atau
prinsip) alam semesta. Menurutnya, prinsip pertama alam semesta adalah air.
Semua berawal dari air dan berakhir dari air. Tidak ada kehidupan tanpa ada
air. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak. Mengandung unsur air. Aristoteles
adalah sumber utama untuk pengetahuan kita mengenai ajaran Thales.
Aristoteles tidak tahu pasti mengapa Thales menganggap air sebagai zat asli
penyusun alam semesta.
2. Anaximandros
Filsuf berikutnya yaitu Anaximandros (610 SM-546 SM). Ia adalah
murid dari Thales. Seperti yang dilakukan oleh gurunya, ia pun menyari arkhe.
Namun menurut beliau bahwa arkhe yang sejati bukan suatu anasir yang
dapat diamati oleh pancaindra, melainkan segala sesuatu yang tidak tampak.
Menurutnya, prinsip utama yang mendasar segala-galanya bukanlah air,
melainkan to apeiron, “ yang tak terbatas”. Alasannya, sesuatu yang fisik pasti
berubah, sedangkan Yang berubah pasti bukan arkhe. Oleh sebab itu, untuk
mencari Arkhe kita jangan terkecoh oleh unsur-unsur fisik. Di dalam non-fisik
itu, Anaximandros menemukan to apeiron. Segala-galanya tidak terbatas.
Jumlah benda-benda fisik yang dapat diamati adalah tanpa batas. Demikian

3
juga halnya dengan benda non fisik: bilangan atau angka tidak terbatas;
keinginan-keinginan kita tidak ada batasnya; bahkan batas pandangan atau
horizon kita tidak terbatas: batas pandangan bergeser terus sesuai dengan
ketinggian posisi tempat kita sendiri.
Menurut Anaximandros semua makhluk hidup berasal dari air: bentuk
hidup pertamanya adalah ikan. Ketika tanah semakin menjadi kering akibat
disinari panas terik. Matahari, maka makhluk hidup mulai berkembang diatas
bumi. Beliau juga mengatakan bahwa “tidak mungkin manusia pertama timbul
dari air dalam rupa anak bayi”. Sebagai alasan dikemukakan bahwa bayi
binatang sanggup mencari makannya dengan cepat dibandingkan, bayi
manusia yang memerlukan waktu lama.
3. Anaximenes
Anaximenes (585 SM- 528 SM). Menurutnya , asal usul segala sesuatu
adalah udara. Seperti jiwa menjamin kesatuan tubuh kita, begitu pula dengan
udara melengkapi segala-galanya. Aneximenes adalah salah satu filsuf yang
mengemukakan gagasan tentang tubuh manusia dan jagad raya yang disebut
“mikrokosmos” (dunia kecil) dan “makrokosmos”(dunia besar). Tetapi
aneximenes belum mempergunakan istilah-istilah itu.
Udara melahirkan semua benda di alam semesta karena suatu proses
seperti, pemadatan dan pencairan (condensation and rarefaction).
Kenapa udara ? Karena udara merupakan bahan dasar yang membentuk semua
benda yang ada dialam semesta . Jika kumpulan udara sangat banyak maka ia
akan berubah bentuk menjadi awan atau sesuatu yang dapat dipandang mata;
jika basah maka ia menjadi air hujan; dan jika awan semakin padat, maka ia
menjadi tanah atau batu atau bahkan badan manusia.
Ahli sejarah mengemukakan bahwa gagasan Aneximenes adalah suatu
kemerosotan dibanding kan gagasan Anaximandros, alasannya karena
pemikiran Anaximandros lebih subtil serta spekulatif. Tetapi ada sejarahwan
lain berpendapat bahwa ajaran Anaximenes adalah seuatu kemajuan karena
istilah pemadatan dan pencairan untuk pertama kalinya.menjadi suatu
pengetahuan hukum fisis tentang alam semesta.
Pandangan tentang jagad raya oleh Aneximenes juga merupakan
kemerosotan (gagasan yang gagal) menurut Aneximenes “bumi bagaikan meja
bundar”katanya, melayang diatas udara. Demikian matahari, bulan, dan

4
bintang-bintang “laksana sehelai daun”. Badan jagat raya tidak terbenam
dibawah bumi, tetapi mengelilingi bumi yang datar,juga matahari lenyap
pada waktu malam. karena, terhalang oleh bagian tinggi bumi
4. Herakleitos
Herakleitos hidup di Ephesos di Asia Kecil sekitar tahun 500 SM. Ia adalah
kawan sejaman dengan Pyhtagoras dan Xenophanes, cuman dia lebih muda
dari mereka. Herakleitos (535-475 SM) membahas mengenai metafisika.
Menurutnya, segala sesuatu dialam itu mengalir, berubah-ubah. Tidak ada
sesuatu pun yang tertinggal mantap tanpa mengelamai.perubahan. Sesuatu
yang dingin menjadi panas, dan panas menjadi dingin. Kosmos tidak pernah
berhenti (diam) dan selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerakkan
senantiasa menghasilkan perlawanan-perlawanan. Kemudian Heraclitus
mengemukakan argumen bagi filsafatnya, yaitu “you cannot step twice into
the river; for the fresh water are ever flowing upon you” (kamukamu tidak
akan terjun kesungai yang sama dua kali, karena air sungai itu selalu
mengalir). Sumber dari perubahan itu adalah api. Karena api, semua dapst
berubah. Air menjadi uap, kaya menjadi abu, besi.menjadi cair, warna menjadi
pudar, dan seterusnya. Bahkan hidup manusia tidak mungkin tanpa ada api.
Ia berpendapat, bahwa Heraclitus mempunyai keyakinan yang lebih besar
pada apa yang dilihatnya dari pada yang dirasakannya.“segala sesuatu terus
mengalir”, kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalami perubahan terus-
menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap, karena itu kita ‘tidak
dapat melompat di sungai yang sama’.Heraclitus mengemukakan bahwa dunia
itu dicirikan dengan adanya kebalikan. Jika, kita tidak pernah sakit, maka kita
tidak akan pernah tahu seperti apa sehat itu, jia kita tidak pernah lapar kita
tidak akan tahu bagaimana rasanya kenyang, jika kita tidak pernah miskin, kita
tidak akan pernah tahu bagaimana kaya itu, dan lain sebagainya.Sebagaimana
Parmenides Heraclitus mengemukakan dua pandangan tentang alam ini

5
B. Sejarah Filsafat Pada Zaman Socrates

Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah sosok yang misterius karena ia tidak
pernah menulis satu kalimat pun. Namun setidaknya ada empat sumber yang
mempunyai peran penting dalam usaha menginterpretasikan sosok dan ajaran
Socrates, yaitu Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Filsafat Socrates
ditunjukkan lewat perbuatan bukan tulisan, ia lebih suka berdiskusi dan memberi
ceramah. Plato-murid Socrates- adalah orang yang paling berjasa, karena ia menulis
dialog-dialog dengan menjadikan Socrates sebagai tokoh utamanya. Plato menyebut
Socrates sebagai orang yang paling cerdik lagi bijaksana, tidak pernah berbuat zalim
dan selalu berbuat adil, tidak pernah merugikan kepentingan umum, karena ia mampu
mengendalikan dirinya sendiri.
Untuk mengetahui manusia dan permasalahannya, Socrates menghabiskan
banyak waktunya untuk berjalan di pasar-pasar, alun-alun dan terutama dalam
gymnasia (tempat-tempat olah raga) untuk berdiskusi dengan orang-orang yang ia
temui di sana. Diskusi Socrates selalu mengundang banyak perhatian berbagai
kalangan bahkan sekelompok anak muda bangsawan dan kaum Sofis (kaum
berpendidikanYunani). Socrates membantu orang-orang untuk “melahirkan”
kebenaran, ia layaknya bidan yang membantu persalinan. Karena gaya berpikir
Socrates yang berbeda dengan masyarakat Athena pada umumnya, banyak orang yang
mulai terusik dan tidak nyaman dengan corak pemikiran Socrates yang baru. Socrates
dianggap perusak tatanan berpikir masyarakat yang sudah mapan, khususnya kaum
sofis dan bangsawan. Dan pada akhirnya, Ia mendapatkan berbagai macam tuduhan
yang disasarkan padanya. Ia dituduh tidak percaya kepada dewa-dewa yang diakui
negara dan pemikirannya dianggap telah memberi pengaruh yang buruk kepada
generasi muda Athena saat itu. Dan pada akhirnya, Socrates diputuskan bersalah dan
dijatuhi hukuman mati oleh hakim, setelah dilakukan vote dengan mayoritas 60 suara
(280 melawan 220). Socrates meninggal dengan cara minum cawan berisi racun,
dikelilingi para sahabatnya.
Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa, itulah akhir kesimpulan filsafat
Socrates.Ia selalu mengasumsikan dirinya tidak mengetahui apa-apa dalam metode
filsafatnya. Pandangan filsafat Socrates sangatlah berbeda dengan filsafat kaum sofis
Athena saat itu, yang menganggap diri mereka mengetahui segalanya. Perbedaan

6
pandangan tersebut terjadi karena Socrates tidak memiliki motivasi apa-apa kecuali
murni mengajarkan manusia untuk menemukan kebenaran, sedangkan kaum sofis
tidak. Kaum sofis mencari materi dalam mengajarkan kebenaran. Socrates adalah
seorang pemikir, bukan dukun, ahli nujum atau seseorang yang mengetahui
kebenaran. Ia mengajarkan bagaimana menemukan kebenaran karena ia bukan ahli
pengetahuan namun filosof. Baginya, setiap manusia memiliki potensi untuk
menemukan kebenaran, hanya saja manusia tidak menggunakannya secara maksimal.
Manusia memerlukan “filsafat” untuk membantu melahirkan atau menemukan suatu
kebenaran. Kebenaran harus dicari dengan akal manusia itu sendiri. Tujuan dari
filsafat Socrates adalah mencari kebenaran yang berlaku untuk selamalamanya.
Pendapat Socrates tentang kebenaran yaitu bahwa kebenaran bersifat tetap dan harus
dicari. Tentu saja tujuan filsafatnya berbeda dengan kaum Sofis yang berpendapat
bahwa kebenaran bersifat relatif (berubah-ubah), tergantung subjeknya dan harus
dihadapi dengan skpetis. Metode filsafat Socrates yaitu dealektika (bercakap-cakap,
tanya-jawab, dialog, diskusi). Dengan metode ini, setiap orang akan mencapai
kebenaran. Baginya, setiap manusia memiliki potensi untuk menemukan kebenaran,
kebaikan maupun kesalahan suatu hal. Karena Socrates menggunakan metode
dialektika, maka dalam mencari kebenaran tidak dilakukan sendiri namun
membutuhkan orang lain untuk melakukan tanya jawab (dialektika).

C. Sejarah Filsafat pada Zaman Aristoteles

Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 sM. Inilah orang
pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang
dilakukaknya dengan jalan meliaht gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang
saat ini seperti. Kata kerja, kata benda, kata sifat dan sebagainya merupakan
pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang mengatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Ayahnya yang bernama Nicomachus, seorang dokter di sitana
Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal ketika Aristoteles
berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh Proxenus, pamanya-
saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato di Athena.
Dari situlahia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun Dengan meninggalnya
Plato pada tahun 347 sM. Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara selama
12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan menikah

7
dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan
Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri
nama Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan
akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 thun.
Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 sM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di
sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
eksperimen serta membuat catatan-catatn dengan tekun dan cermat. Pada tahun 323
sM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani yang membenci
pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal emmang
tal menganl tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sydah tiba tidak ada
yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke
kota itu, yaitu tepatnya pada tahun 322 sM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di
kota tersebut, Chalcis Yunani. Hasil murni karya Aristoteles jumlahnya
mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno
mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan
sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya
jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang
hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya.
Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika,
anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil
karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data
untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya
sendiri.Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu
kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi
apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia
penyumbang utama dalam tiap bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang
etika dan metafisika, psikologi, ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan,
pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang dan konstitusi Athena. Salah satu
proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang digunakannya untuk
studi bandingan. Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil
karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang
selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis
dari cara berfikir Aristoteles yang memungkinkannya mampu mempersembahkan

8
begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat mengatur cara berfikir, merumuskan
kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar berpikir di banyak bidang ilmu
pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-rawa mistik ataupun
ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-pendapat praktis.
Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi, sungguh
menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi
yang begitu luas. Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari
sungguh mendalam. Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan
Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-filosof
Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga
dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad-
abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd
(Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan
suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles.
Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai
sintesa dengan Yudaisme. Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam
melainkan juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu kena rusak maka
karena itu akan mati, adapun rasionil tidaklah kena mati, karena merupakan roh.
Bagian yang roh dan bagian yang mendukung budinya ini akan terus ada, setelah
manusia meninggal. Menurut Aristoteles tujuan tertinggi yang dicapai ialah
kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan yang subjektif, tetapi
suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan
bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang dikejar adalah demi kepentingan diri
sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi kebahagiaan tiap makhluk yang
berbuat ialah, bahwa perbuatan sendiri bersifatnya khusus itu disempurnakan. Jadi
kebahagiaan manusia terletak disini, bahwa aktifitas yang khas miliknya sebagai
manusia itu disempurnakan. Padahal cirri khas manusia ialah bahwa ia adalah
makhluk rasional. Jadi puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam perkiraan
murni. Kebahagiaan manusia yang tertinggi, yang dikejar oleh tiap manusia ialah
berpikir murni. Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para dewa, manusia hanya dapat
mencoba mendekatinya dengan mengatur keinginannya. Aristoteles menganggap
Plato (gurunya) telah menjungkirbalikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya
bahwa kuda tertentu “berubah” (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak

9
ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu
kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat
(mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya
sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah
kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda. Pola pemikiran Aristoteles ini
merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita
pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang
kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa
manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk
dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah
yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain.
Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu,
menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan. Aristoteles menegaskan
bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan
dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif.
Dalam metode rasionaldeduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat
konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam
Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran
dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya.
Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi
perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.
Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari
realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai
organon (“alat”) untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk
selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles
mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran
banyak ilmu empiris 5 seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika.
Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang
ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton),
serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology
(ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-
masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang
tersedia dalam zamannya masing-masing.

10
11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada Zaman Pra Socrates, terdapat beberapa tokoh filsafat barat, diantaranya
Thales, Anaximandros, Anaximenes, dan Herakleitos. Socrates adalah sosok yang
misterius karena ia tidak pernah menulis satu kalimat pun. Namun setidaknya ada
empat sumber yang mempunyai peran penting dalam usaha menginterpretasikan
sosok dan ajaran Socrates, yaitu Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles.
Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika,
anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil
karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data
untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya
sendiri.Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu
kemustahilan yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi
apa yang sudah dicapai oleh Aristoteles malah lebih dari itu.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
membangun guna sebagai pembelajaran untuk penulisan berikutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=JURNAL+FILSA
FAT+ARISTOTELES diakses pada tanggal 14/11/2023 pukul 20.00 WITA

K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1975.

13

Anda mungkin juga menyukai