Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH FILSAFAT ILMU

DOSEN PENGAMPU : Dr. Rusydi Ananda, M.Pd

Kelompok 1

Nabila Rizki Aprilia 0305221001


Miftah Kurnia Arfah Pulungan 0305221003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang makalah Sejarah Filsafat Ilmu.
Makalah Sejarah Filsafat Ilmu ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuks kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmia ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah Sejarah Filsafat Ilmu ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 09 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan Makalah............................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1. Tonggak Awal Berdirinya Filsafat Ilmu...................................................2
2.2. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu…......................................................4
2.3. Induk Filsafat Ilmu…..................................................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
3.1. Kesimpulan..................................................................................................10
3.2. Saran............................................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah filsafat berasal dari Bahasa Arab “falsafah” yang diarabisasi dari
kata Yunani. Kata ini terdiri atas dua kata, philo (China) atau philia
(persahabatan) dan shopia (hikmah). Berbicara tentang kelahiran filsafat ilmu,
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan ilmu yang muncul
pada masa peradaban kuno.
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences)
yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari
masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah
manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat berguna
untuk mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu
diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut
agama.
Metode filsafat adalah metode bertanya. Filsafat bukanlah suatu disiplin
ilmu maka sesuai dengan definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat tidak
akan pernah habis untuk dibahas. Dalam perkembangannya filsafat
berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari zaman Pra Yunani
kuno, zaman Yunani kuno, zaman keemasan, zaman abad pertengan, zaman
Renaissance, zaman modern, dan zaman Kontemporer.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
akan diajukan adalah :
A. Bagaimana Tonggak awal kehadiran filsafat ilmu ?
B. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu ?
C. Bagaimana induk pertumbuhan filsafat ilmu ?
1.3. Tujuan Makalah
Bersumber pada rumusan permasalahan yang kami susun diatas, ssehingga
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
A. Agar mengerti dan memahami Tonggak awal kehadiran filsafat ilmu
B. Agar mengerti dan memahami sejarah perkembangan filsafat ilmu
C. Agar mengerti dan memahami induk pertumbuhan filsafat ilmu

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tonggak Awal Berdirinya Filsafat Ilmu

Pada abad ke-6 SM di Yunani lahirnya filsafat, Yunani adalah tonggak


kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala ilmu. Seorang Sophist di Yunani
menanyakan kemungkinan reliabilitas dan objektivitas ilmu. Lalu seorang Sophist
bernama Georgias berpendapat bahwa tidak ada yang benar – benar wujud, karena
jika sesuatu ada tidak dapat diketahui, dan jika ilmu bersifat nisbi, tidak dapat
dikomunikasikan. Seorang Sophist lainnya, yaitu Protagoras berpandangan bahwa
tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang lain,
karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar dari
pengalaman yang dilaluinya. Pendapat pertama, lebih menyangkal hadirnya
kebenaran yang nisbi, sedangkan pendapat yang kedua sesungguhnnya menolak
hadirnya kebenaran tunggal. Filsafat ilmu juga mengurai adanya kebenaran
tunggal dan plural secara mendasar.

Keraguan para ilmuwan terdahulu memang tidak selamanya tepat. Tugas


ilmuwan berikutnya adalah mendudukkan persoalan agar lebih bermakna. Plato,
mengikuti ustadznya Socrates, mencoba untuk menjawab keraguan para Sophist
meperumpamakan keberadaan alam semesta yang bersifat tetap dan bentuk –
bentuknya yang tak terlihat, atau ide – ide, yang melaluinya ilmu pasti dan tetap.
Sementara jika mengandalkan indera-persepsi akan menghasilkan pendapat –
pendapat yang inkonsisten dan mubham (meragukan atau tidak dapat
dipertanggugjawabkan).

Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia, ternyata pembuatan


nya menerapkan geomteri dan perkembangan filsafat geomteri dan matematika
yang menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu mereka juga sudah
dapat mengadakan pengamatn benda langit. (Suaedi, 2016).

2
Aristoteles mengikuti Plato mengenai ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih
ahli atas ilmu – ilmu yang lainnya, namun tidak setuju dengan metode dalam
mencapainya. Aristoteles berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari
pengalaman. Mahzab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan Aristoteles
bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indera-persepsi. Akan tetapi kedua
mahzab itu menentang keduanya gagasan Aristoteles dan Plato yag berpandangan
bahwa filsafat harus dinlai sebagai sebuah bimbingan praktis.

Aquinas seorang filsuf dan teologitali pada abad ke-13 mengungkapkan


bahwa sudah berupaya mensintesiskan keyakinan Nasrani dengan ilmu
pengetahuan dalam cakupan yang lebih luas. Dia memanfaatkan sumber – sumber
beragam seperti karya – karya filsuf Aristoteles, cendekiawan Muslim dan Yahudi
untuk menyusun dasar – dasar keilmuan. Pemikiran Aquinas pada masa – masa
awal itu sangat memengaruhi perkembangan teologi Nasrani dan kosmos filsafat
barat. Para pemikir barat, sering bercampuraduk antara ilmu dan agama. Seiring
perkembangan pemikiran, teolog sering bersinggungan dengan filsafat.

France Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19


dapat dikatakan sebagai peletak dasar fisafat ilmu khazanah bidang filsafat secara
umum. Namun, sebenarnya filsafat ilmu meluas pada abad ke-20. Sebagian ahli
filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam
kekhawatiran yang muncul pada kalangan ilmuwan dan filsuf, termasuk juga
kalangan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat
manusia, bahkan alam beserta isinya.

Para filsuf mulai muncul lantaran melihat perkembangan iptek berjalan


terlepas dari asumsi – asumsi dasar filsufnya seperti landasan ontologi,
epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri – sendiri. Untuk
memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai pada awal pertumbuhannya sebagai upaya meletakkan
kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan
diri dan

3
menaruh perhatian khusus terhadap kebahagiaan umat manusia. Setelah
kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik, filsuf skolatik, Aquinas
dan beberapa filsuf abad pertengahan berusaha membantu utuk mengembalikan
konfidensi terhadap rasio dan pengalaman, mencampur metode – metode rasional
dengan iman dalam sebuah sistem keyakinan integral.

Filsafat ilmu semakin kompleks. Struktur ilmu pun juga berubah seiring
dengan perkembangan masyarakat. Suatu perspektif tertentu dipakai tidak hanya
satu disiplin ilmu, artinya bisa jadi beberapa disiplin ilmu memakai objek formal 5
yang sama. Maka bisa dipahami, pernyataan Qomaruddin Hidayat, bahwa ilmu –
ilmu yang pada awalnya merupakan anak cabang dari filsafat, dewasa ini ilmu –
ilmu yang sudah menjadi dewasa, bahkan beranak-cucu ini cenderung
mengadakan “reuni”, dalam hal ini disebut reunifikasi. Karena itu dengan filsafat
ilmu, beberapa disiplin ilmu ternyata bisa “pulang-kembali” (dikelompokkan)
pada pola pikir (epistemologi) yang sama.

Struktur fundamental juga bisa dipahami sebagai „kerangka‟ paradigma


keilmuan (asumsi filsuf. Sebagaian besar penelitian keilmuan merupakan usaha
terus – menerus untuk menafsirkan dan memahami seluk-beluk alam lewat
kerangka kerja teoritik yang disusun terlebih dulu oleh ilmuwan/ peneliti. Teori –
teori yang fundamentalah yang lebih memerankan peran yang sangat berarti di
dalam menentukan arti data yang sedang diteliti. Arti penting data – data yang
terkumpulkan dari lapangan akan segera berubah maknanya ketika revousi ilmu
pengetahuan terjadi. Tema – tema yang paling penting dalam filsafat ilmu baru
adalah penekannanya pada penelitian yang berkesinambungan dan bukannya hasil
– hasil yang diterima sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap
berpikir yang dilandasi teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema
filsafat ilmu.

2.2. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara


periodisasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,
zaman modern dan masa kini. Periodisasi filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno,
zaman
4
pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern dan dikenal dengan
sebutan periode weda, biracarita, sutra dan skolastik. Yang terpenting dalam
filsafat ilmu adalah bagaimana manusia berteman dengan dunia bukan untuk
menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal dengan periode
mutakalimin dan filsafat ilmu Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung secara bertahap dan berkembang berdampingan dengan agama.
Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni :

1) Zaman Pra Yunani Kuna (zaman batu):


Pada abad 6 SM Yunani muncul lahirnya filsafat dan mulai
berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat
itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta
dengan demikian filsafat dilahirkan.
2) Zaman Yunani Kuno:
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah
peradaban manusia, karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir
manusia dari "mitologi" (pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa
bumi dan pelangi) ke yang lebih rasional(akal).
3) Zaman Keemasan Yunani:
Pada zaman ini, Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide atau pendapat - pendapatnya. Pada zaman ini
tidak ada lagi yang mempercayai mitologi, sehingga Yunani Kuno
disebut sebagai gudang ilmu.
4) Zaman Abad Pertengahan:
Pada masa ini
Bercirikan
- Pemulaan agama Kristen
- Kehidupan diarahkan pada alam baka sebagai tujuan akhir
- Ilmu Pengetahuan diarahkan pada pengetahuan Agama / Teologi
- Pemikiran filsafat yang berkembang adalah filsafat Scholastik(filsafat
agama)
5
5) Zaman Renaissance:

Ini adalah zaman dimana terjadi peralihan kebudayaan abad


pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
didasarkan atas campur tangan Illahi.

6) Zaman Modern:
Pada zaman ini ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah.
Perkembngan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak zaman Renaissance.
7) Zaman kontemporer:
Pada zaman ini teknologi semakin canggih,dan spesialisasi ilmu
semakin mendalam.

Perkembangan filsafat ilmu, antara ontologi, epistemologi, aksiologi


seiring tidak seimbang. Ilmu pengetahuan terbentuk dengan beberapa tahap dan
periode – periode perkembangan sebagai berikut :

1) Abad ke- 4 SM
Pada abad inilah Perintisan “Ilmu Pengetahuan” dianggap dimulai,karena
peninggalan-peninggalan yang menggambarkan Ilmu Pengetahuan mulai
ditemukan. Dan pada abad ini juga terjadi pergeseran dari persepsi mitos
ke persepsi logos atau rasional. Aristoteles adalah tokoh yang terkenal
pada periode ini. Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal
dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal – hal sebagai berikut:
a) Pengenalan. Menurut Aristoteles pengenalan terdapat 2 macam
yakni: pengenalan Indrawi (yaitu pengetahuan tentang hal – hal
konkret dari suatu benda), dan pengenalan Rasional.
b) Metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada 2 yakni :

6
Induksi intuitif yaitu penyusunan hukum yang berasal dari fakta,
dan Dedukasi (silogisme) yaitu pengetahuan universal menuju
fakta – fakta.

2) Periode abad 17SM


pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan
karena adanya perombakan total dalam cara berpikir. Apabila Aristoteles
cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, sedangkan Gallileo Gallilei
(tokoh pada abad 17 sesudah masehi) cara berpikirnya bersifat analisis.
Abad 17 meninggalkan cara berpikir matafisi ( apa yang berada di balik
yang nampak atau apa yang ada di balik fenomena) dan beralih ke elemen
– elemen yang terdapat pada suatu benda, jadi tidak mempersoalkan
hakikat. Sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip – prinsip
yang kuat yaitu jelas dan terpilah – pilah serta di satu pihak berpikir pada
kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi filsafat ilmu tidak
mempermasalahkan paham tersebut, yang terpenting adalah ada
kontinuitas, tidak saling bertentangan antar paham.

Mempelajari filsafat ilmu, sasaran yang dijadikan bahan kajian adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri, seperti halnya dengan syarat-syarat tertentu untuk dapat
disebut suatu ilmu (Anwar, 2013). Dalam filsafat ilmu juga yang menjadi obyek
materialnya adalah ilmu pengetahuan itu sendiri.

2.3. Induk Pertumbuhan Filsafat Ilmu

Induk pertumbuhan filsafat ilmu jelas bersal dari ilmuwan besar yaitu
Plato, filsuf pertama yang mengemukakan epistemologi dalam filsafat ilmu. Filsuf
Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles.
Pemikiran Plato dan Aristoteles memang sering ada perbedaan.

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology ( filsafat pengetahuan )


yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu/pengetahuan ilmiah (Simanjuntak,

7
2021). Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab
beberapa pertanyaan terkait mengenai hakikat ilmu.

Filsafat telah menunjukkan supremasinya dalam pentas pemikiran dan


keilmuan dunia sebagai “ibu ilmu” (Watloly, 2020). Telah menunjukkan dirinya
sebagai kekuatan yang mengandung benih-benih pemikiran keilnuan, melahirkan,
dan menyusui dan terus membina perkembangan ilmu menjadi cabang dan
ranting- ranting keilmuan, serta mendewasakan ilmu sebagai ilmu yang otonom.
Pembahas an tentang epistemologi Plato dan Aristoteles dibandingkan pada table
dibawah ini.

Topik Pemikiran Plato Aristoteles


Pandangan tentang dunia Ada 2 dunia : dunia ide & Hanya 1 dunia : Dunia
dunia sekarang (semu). nyata yang sedang dijalani.
Kenyataan yang sejati Ide – ide yang berasal dari Segala sesuatu yang di
dunia ide. alam yang dapat ditangkap
indra.
Pandangan tentang Terdiri dari badan dan jiwa Badan dan jiwa sebagai
manusia abadi; badan fana (tidak kesatuan tak terpisahkan.
abadi).
Asal pengetahuan Dunia ide. Namun tertanam Kehidupan sehari-hari dan
dalam jiwa yang ada dalam alam dunia nyata.
diri manusia
Cara mendapakan Mengeluarkan dari dalam Observasi dan abstraksi,
pengetahuan diri (Anamnesis) dengan diolah dengan logika.
metode bidan.

Antara abad 17 hingga akhir abad ke-19, masalah utama yang muncul
dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kuu rasionalis vis-à-vis
kubu empiris (indrawi-persepsi). Descartes orang yang pertama kali
memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan
disebut juga sebaga Bapak Filsafat Modern (Kristiawan, 2016) Dia menggunakan
metode sangsi dalam menyikapi berbagai fenomena atau untuk menyerap

8
ilmu pengetahuan. Ilmu

9
pengetahuan seperti dapat diramal, disipakan teorinya dahulu, diuat hipotesis, dan
akhirnya dijawab sendiri dengan asumsi – asumsi kritis.

Empirisme pertama kali dprkenalkan oleh filsuf dan negarawan Inggris


Francis Bacon pada awal – awal abad ke-17, akan tetapi gagasan itu
dikembangkan oleh John Locke yang memandang seseorang pada waktu lahirnya
ibarat tabula rasa, kosog tanpa isi, lingkungan dan pengalamanlah yang
menjadikannya berisi. Gagasan ini, jelas mengikuti paham empiris, bahwa
pengalaman hidup yang membentuk keimuan seseorang. Penglaman indrawi
menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu saja
lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia.

1
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Yunani adalah tonggak kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala
ilmu. Yang paling penting dalam filsafat ilmu baru adalah penekannanya pada
penelitian yang berkesinambungan dan bukannya hasil – hasil yang diterima
sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap berpikir yang dilandasi
teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema filsafat ilmu.

Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra


Yunani Kuno, Zaman Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad
pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, Zaman Kontemporer.

Ilmu pengetahuan terbentuk dengan beberapa tahap dan periode – periode


perkembangan sebagai berikut :

1. Abad 4 SM Perintisan "Ilmu Pengetahuan" dianggap dimulai pada abad 4 SM,


karena peninggalan- peninggalan yang menggambarkan Ilmu Pengtahuan terjadi
pada abad tersebut. Dan terjadi pergeseran dari persepsi mitos ke logos.

2. Periode abad 17 SM, Pada periode yang ke-2 ini, terjadi revolusi ilmu
pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir.

Induk pertumbuhan filsafat ilmu jelas bersal dari ilmuwan besar yaitu
Plato, filsuf pertama yang mengemukakan epistemologi dalam filsafat ilmu. Filsuf
Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles.

3.2. Saran

Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan


kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi
kemajuan bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun
untuk lebih sempurnanya dalam pembuatan makalah ini.

1
Daftar Pustaka

Anwar, K. (2013, Mei ). Sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu. Jurnal Ilmu
Hukum, 7 No. 2.
Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan. Valia Pustaka Jogjakarta.
Semiawan, C. R. (1991). Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu . Bandung: Remadja
Karya.
Simanjuntak, J. M. (2021). Filsafat Ilmu dan Penalaran Teologis. PMR Andi.
Suaedi. (2016). Pengantar Ilmu Filsafat. IPB Press.
Sumarna, C. (2020). Filsafat Ilmu. (E. Kuswandi, Ed.) PT Remaja Rosdakarya.
Watloly. (2020). Filsafat Sebagai Ibu Ilmu. Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai