Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT YUNANI KLASIK

FILSAFAT YUNANI PRA-SOCRATES

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Bapak Raha Bistara, M.Ag.

Oleh Kelompok 3 :

1. Ana Durrul Fuadati (221111089)


2. Nur Kurnia Septyana (221111111)
3. Rahmat Hidayah (221111115)

KELAS 1C
PROGRAM STUDI FILSAFAT UMUM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepadapl kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Filsafat Yunani Klasik ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Umum, selain itu juga untuk menambah wawasan tentang Filsafat Yunani Klasik bagi
para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Raha Bistara, M.Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surakarta, 27 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

A. Filsafat Yunani Pra-Socrates.......................................................................................................3

B. Gagasan Para Tokoh...................................................................................................................4

C. Relasi Dengan Pemahaman Ilmiah.............................................................................................5

BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

A. Kesimpulan...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan
masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.Filsafat Yunani klasik
juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara sistematis dan
lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.

Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok
filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah filsafat juga
menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu
waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.

Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya,
karena itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan
menerima (take and give), dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup
manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana filsafat yunani pada masa pra-socrates?
2. Bagaimana gagasan para tokoh pada masa pra-socrates?
3. Apa relasi filsafat dengan pemahaman ilmiah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui filsafat yunani pada masa pra-socrates.
2. Untuk mengetahui gagasan para tokoh pada masa pra-socrates.
3. Untuk mengetahui relasi filsafat dengan pemahaman ilmiah.

3
Pengertian Penalaran
Ilmiah
.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Yunani Pra-Socrates


Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng
yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu baik di dunia
maupun manusia, para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari
jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.

Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun
manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng tersebut, dengan
dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang
menakjubkan itu.

Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli
pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli
filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah alam semesta. Tujuan filosofi mereka dalam
memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi
mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan
radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa
yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak
orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang
mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah
kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat
diamati.

Kaum Sofis Dan Relativisme Kebenaran


a. Kaum sofis
Sofisme berasal dari kata "softs" yang berarti cerdik, pandai,. Namun, kemudian berkembang
artinya menjadi bersilat lidah. Sebab, kaum sofis menyampaikan filsafatnya dengan berkeliling ke
kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemuda dilatih kemahiran berdebat dan berpidato. Kepandaian
itu untuk mempertahankan apa yang dianggap benar.
Dengan ajaran demikian, sofisme tergolong aliran relativisme. Ajaran sofisme juga memiliki
pengaruh positif waktu itu, yaitu melahirkan banyak orang terampil berpidato. Disamping itu, akal
manusia dihargai. Akan tetapi, segi negatifnya, ajaran ini menjadikan orang tidak bertanggung
jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini untuk sesuatu, bisa saja untuk hari
besoknya berlainan dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku sementara. Para filosof
sofisme diantaranya adalah pythagoras lahir kira-kira tahun 500 SM di Abdrea.
Menurut pemikiran filsafatnya, orang adalah ukuran segala sesuatu tentang tidak adanya yang tidak
ada.

5
Hippias adalah seorang tokoh lain dari filosof sofisme. Ia adalah seorang sofis yang terkemuka
dan luas pengalamannya, sering mengadakan perjalanan dan senang memberikan pidato-pidato di
Olimpia. Dia adalah seorang sofis murni yang beranggapan bahwa pengetahuannya harus
dikembangkan kepada orang lain.
b.  Relativisme kebenaran
Relativisme berasal dari kata latin, relativus, yang berarti relatif. Sejalan dengan artinya,
relativisme adalah doktrin pemahaman yang memandang bahwa perbedaan budaya, etika, moral,
bahkan agama, bukanlah perbedaan dalam hakikat, melainkan perbedaan karena faktor-faktor di
luarnya. Atas dasar ini nilai-nilai seperti kebaikkan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan
tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya, bukan karena sesuatu itu
memang baik atau buruk, atau benar atau salah pada hakikat dirinya.
Atas dasar ini kaum relativis berkeyaknian bahwa "agama" adalah seperangkat doktrin, norma
dan ajaran tuhan yang bersifat universal dan mutlak kebenarannya. Sementara "keberagamaan"
adalah penyikapan atau pemahaman para penganut agama terhadap doktrin atau ajaran-ajaran tuhan
itu, yang tentu saja bersifat relatif dan sudah pasti kebenarannya relatif. Paham inilah yang
sebenarnya merupakan akar pemikiran pluralisme agama yang mengakui kebenaran relatif semua
agama.

Paham ini tentu saja sangat destruktif terhadap akidah dan ajaran-ajaran islam yang prinsipil.
Berdasarkan paham ini, tidak ada lagi kebenaran yang bisa diterima semua pihak. Ajaran-ajaran
yang telah ma`lum minaddin bidhdharrah, seperti ajaran tauhid, keyakinan bahwa Nabi
Muhammad saw adalah nabi terakhir, shalat lima waktu, zakat, haji, puasa semuanya wajib; zina,
riba, judi, babi hukumnya haram, dsb, akan dipandang sebagai sekedar pemahaman keberagamaan
yang kebenarannya relatif.
Yang perlu kita garis bawahi di sini ialah bahwa "kebenaran" itu merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri, dalam arti tidak terpengaruh oleh faktor luar, tidak menjadi benar lantaran manusia
menganggapnya benar, atau menjasi salah karena orang lain menganggapnya salah. Matahari terbit
di timur dan tenggelam di barat adalah fakta dan kebenaran yang tidak terbantahkan. Fakta ini tidak
akan pernah salah meski ada orang orang yang mengingkarinya. Ketika ada orang yang meyakini
fakta tersebut, maka keyakinannya memang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan fakta. Dan
inilah yang dimaksud dengan keyakinan yang benar. Artinya, "kebenaran" bersifat mandiri, tidak
menjadi relatif berdasarkan pemahaman orang. Kebenaran absolut itu memang ada, meski
sebagaian memahaminya benar dan sebagian yang lain memahami sebaliknya.

6
B. Gagasan Para Tokoh Filsafat Pra-Socrates
1. Thales
Filsuf alam pertama adalah Thales, yang hidup pada abad ke-6 SM. Dikalangan orang-orang
Yunani pada waktu itu, ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta soplioi, yaitu tujuh orang yang
bijaksana, atau The Seven Men atau al-Hukania' as-Sab'ah. Aristoteles memberikan gelar kepada
Thales sebagai filsuf yang pertama.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke negeri Mesir. Ia menemukan ilmu ukur
dari Mesir dan membawanya ke Yunani. Diceritakan pula dia memiliki ilmu tentang cara
mengukur tinggi piramid-piramid dari bayangannya, cara mengukur kapal di laut dari sebuah
pantai, ia juga mempunyai teori tentang banjir tahunan sungai Nil di Mesir. Bahkan, ia juga
berhasil meramal terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 mei tahun 585 SM. Oleh karena itu,
ia dikenal sebagai ahli astronomi dan metafisika. Berbagai penemuan Thales mengiring cara
berfikir manusia dari mitos-mitos kepada alam nyata yang empirik.
Sumber pertama ajaran Thales diungkapkan oleh Aristoteles, sebagaimana dalam traktatnya
mengenai metafisika Aristoteles menyatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang memikirkan
tentang asal muasal terjadinya alam semesta ini. Menurut Thales, asal muasal alam ini adalah air.
Air adalah pusat dan sumber dari yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal
dari air dan kembali menjadi air. Menurut Thales, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang lahir di
tempat yang lembap, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembap, bakteri makan
sesuatu yang lembap dan kelembapan bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan
dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air.
Argumen Thales merupakan argumen yang bkan hanya rasional, tetapi observatif, meskipun
zamannya belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatu baru dinyatakan benar jika telah
terbukti secara empirik dan observatif. Pandangan Thales menurut Juhaya S. Pradja, (2000 : 51)
merupakan pandangan yang rasional, karena dikemukakan melalui salah satu sumber pengetahuan
yang konkriet.

2. Anaximandros
Anaximandros ( 610 - 547 SM ) adalah salah satu murid Thales. Usianya lima belas tahun lebih
muda daripada Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dahulu. Sebagai filsuf, ia lebih besar
daripada gurunya . Ia juga ahli astronomi, disamping itu, ia juga ahli ilmu bumi.
Sama halnya dengan gurunya, anaximandros juga ingin mencari asal dari segalanya. Ia tidak
menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterimaa akalnya ialah bahwa yang
asal itu satu, tidak banyak. Akan tetapi, yang satu iru bukan air, dan bukan suatu anasir yang dapat
7
diamati oleh pancaindra. Menurut anaximandros, segala sesuatu itu berasal dari to apeiron, yaitu
yang tak terbatas, sesuatu yang tak terhingga.
Menurut Anaximandros, Apeiron itu dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah
satu barang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindra kita adalah barang
yang mempunyai akhir yang berhingga. Oleh sebab itu, apeiron adalah barang asal, yang tidak
berhingga dan tidak ada berkeputusan itu mustahil bagi salah satu dari barang yang berakhir itu.
Segala yang tampak dan terasa itu dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi dengan dingin.
dimana bermula yang dingin, disana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi dengan yang beku,
yamg terang dibatasi dengan yang gelap.yang tampak dan terasa itu, segala yang dapat ditentukan
rupanya dengan pancaindra kita, semuanya mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup, dan lenyap.
Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang
satu dengan yang lain. Yang cair menjadi beku, dan sebaliknya. Yang panas menjadi dingin dan
sebaliknya. Semua itu terjadi dari apeiron, dan kembali pula kepada apeiron. Oleh karena itu,
apeiron itu bersifat illahi, abadi tak terubahkan dan meliputi segala-galanya.

3. Anaximenes
Anaximenes (585-524 SM) adalah murid Anaximandros, yang secara substansial,
pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunya. Anaximenes mengajarkan bahwa asal
dari alam ini satu dan tidak terhingga. Hanya saja, ia tidak dapat menerima ajaran Anaximens
bahwa yang asal itu tidak ada persamaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dirupakan.
Baginya, yang asal itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah
udara. Udara itulah yang satu dan tidak berharga.
Pandangan Anaximenes tersebut didasarkan atas alasan-alasan sebagai berikut:
a. Suatu kenyataan bahwa udara itu terdapat dimana-mana. Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ad
satu ruangan pun yang tidak terdapat udara didalamnya. Oleh karena itu, udara itu tidak habis-
habisnya, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.
b. Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena itu, udara memegang
peranan yang penting dalam berbagai rencana kejadian dan perubahan dalam alam ini.
c. Udara adalah unsur kehidupan. Udara adalah dasar hidup. Tidak ada sesuatu pun yang hidup
tanpa udara. Oleh karena itu, ia dapat menerima ajaran gurunya, bahwa "jiwa itu serupa dengan
udara"

4. Empedocles
Ia lahir di acragas, di pesisir selatan sisilia. ia di kenal sebagai polisi demokrat sekaligus sosok
yg mengaku sebagai dewa. Sebab ia konon adalah sosok paduan antara filsuf, nabi, ilmuan, dan
dukun yang ada pada sosok pytagoras. Hasil karyanya di tuangkan dalam bentuk syair : mengenai
alam, penyucian, pemikiran-pemikiran yang besifat mistis keagamaan.

8
Teori pengenalan dan pengetahuan Empedocles juga didasarkan atas hukum penggabungan
tersebut : yang sama mengenal yag sama. Karena anasir tanah yang ada pada manusia itulah maka
manusia mengenal tanah, dan karena anasir ia mengenal air. Sedangkan dalam bukunya yang
kedua, tentang penyucian, empedocles mengajarkan tentang perpindahan jiwa, dan caranya
membebaskan diri dari penjara ragawi/bendawi, yaitu dengan menyucikan diri.

5. Parmenides
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan
kebesaran Heracleitos. Dialah yang pertama kali memikirkan hakikat tentang ada (being).
Parmenides adalah seorang tokoh relativisme yang penting. Parmenides dikatakan sebagai
logikawan pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada
dedukasi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya yang menggunakan metode instuisi. Plato amat
menghargai metode parmenides itu, dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmenides
dibandingkan dengan filosof lain pendahulunya.

Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan.
Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
Jadi benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah masalah muncul. Bentuk
ekstrem penyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.

6. Pythagoras
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak
diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui
tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.di dalam kota kelahirannya. Pythagoras
mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka menghormati dewa Apollo.
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya Tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan
yang jatuh ke dunia karena berdosa dan dia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan
bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup di dunia ini adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras juga disebut sebagai ahli pikir, terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung.
Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia
kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat
kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada
segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
7. Democritos

Pemikiran democritos di banding pemikir lain lebih sulit di lacak, sebab banyak orang
sudah melupakan pemikirannya sehingga agak sulit menemukan karya - karyanya. Namun
demikian, masih ada beberapa informasi mengenai tokoh ini, antara lain ia konon pernah
mengadakan perjalanan ke mesir, Babilonia, Persia hingga ke Athena.
Democritos mengajarkan bahwa kenyataan bukan hanya satu saja,melainkan terdiri dari
banyak unsur. Unsur unsur itu disebut sebagai atomos 'tak terbagi'. Atomos (atom) ini tidak dapat

9
di beda-bedakan karena sifatnya, semua atom adalah sama. Jumlah atom tidaklah terbilang. Setiap
atom tidak dijadikan, tidak termusnahkan, dan tidak berubah.
Democritos juga membedakan adanya dua pengetahuan, yaitu pengetahuan indra yang keliru,
dan pengetahuan budi yang benar. Ada dua jenis pengetahuan, katanya pengetahuan yang
sebenarnya dan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenarnya ialah penglihatan,
penciuman, dan rasa.

BAB III
KESIMPULAN
Filsafat Pra sokratik adalah filsafat kuno dari yunani sebelum sokrates. Filsafat Pra socrates
bangsa yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan alat untuk berfiir dan
filsafat pascrates adalah filsafata yang dilahirkan kemenangan akal atas dongeng atau mitos-mitos
yang di terima dari agama yang memberi tahukan tentang  asal muasal segala sesuatu yang
mencakup terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. 
Ada beberapa filosof pada masa ini yaitu :
1. Thales
2. Anaximandros
3. Anaximenes
4. Empedocles
5. Parmenides
6. Pythagoras
7. Democritos
Dan para filsuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu  baik dunia maupun
manusia. Terutama terjadinya alam semesta dan tujuan filsuf adalah memikirkan soal alam besar
dari mana terjadinya alam  itu.

10
DAFTAR PUSATAKA

Tafsir, Ahmad, 2016. 'Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra' , Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.

Hakim, Atang Abdul, dan, Saebani, Beni Ahmad, 2008. 'Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi', Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.

Maksum, Ali, 2011. 'Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme', Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA. 

https://alikhlaskaliaji.wordpress.com/2012/10/10/relativisme-kebenaran

pendidikan-aliefachrilla.blogspot.com/2015/10/kedudukan-filsafat-sebagai-sifat.html

11
[7/10 18.34] ¥: A. Pengertian Haji dan Umrah
Kata "haji" berasal dari bahasa Arab: berarti ziarah berkunjung.
Sedangkan menurut istilah syara', haji adalah berziarah/berkunjung
ke Baitullah (Ka'bah) Makkah al-Mukaramah untuk beribadah
kepada Allah SWT. dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Ihram
2. Tawaf
3. Sa'i
4. Wukuf di Arafah
5. Wukuf/mabit di Muzdalifah dan Mina
6. Tahallul
Adapun umrah, menurut bahasa berarti (ziarah yang bertujuan
untuk menyuburkan rasa cinta). Sedangkan menurut istilah syara'
berarti berziarah atau berkunjung ke baitullah (Ka'bah) Makkah al-
Mukarramah untuk beribadah kepada Allah SWT. dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Ihram
2. Tawaf
3. Sa'i
4. Tahallul
[7/10 18.46] ¥: Dasar Hukum Pensyariatan
• Firman Allah QS. Al-Imran: 97
Artinya: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan peprjalanan
ke Baitullah."
• Firman Allah QS. Al-Baqoroh, Ayat 196
Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah."
[7/10 18.55] ¥: ‫الحج‬

12
‫القصر إلى الشيء المعظم‬
‫الزيارة التي فيها عمارة الود‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْياًل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَا ِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ‪[7/10 19.50] ¥:‬‬ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي ِ‬ ‫َو ِ َعلَى النَّ ِ‬
‫هّٰلِل‬
‫ْال ٰعلَ ِم ْينَ‬
‫َواَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هّٰلِل ِ ‪[7/10 19.52] ¥:‬‬
‫ق ‪[7/10 19.57] ¥:‬‬ ‫ضا ِم ۢ ٍر يَْأتِينَ ِمن ُكلِّ فَ ٍّج َع ِمي ۢ ٍ‬
‫ك ِر َجااًۭل َو َعلَ ٰى ُكلِّ َ‬ ‫اس بِ ْٱل َح ِّج يَْأتُو َ‬
‫َوَأ ِّذن فِى ٱلنَّ ِ‬
‫وا م ٰنَفِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكر ۟‬
‫ُوا ٱ ْس َم ٱهَّلل ِ ِف ٓى َأي ۢ ٍَّام َّم ْعلُو ٰ َم ٍ‬ ‫۟‬
‫ت َعلَ ٰى َما َرزَ قَهُم ِّم ۢن بَ ِهي َم ِة ‪[7/10 19.59] ¥:‬‬ ‫لِّيَ ْشهَ ُد َ‬
‫س ْٱلفَقِي َر‬ ‫ط ِع ُم ۟‬
‫وا ْٱلبَٓاِئ َ‬ ‫ٱَأْل ْن ٰ َع ِم ۖ فَ ُكلُ ۟‬
‫وا ِم ْنهَا َوَأ ْ‬

‫‪13‬‬
14
15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai