Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FILSAFAT UMUM

Filsafat Klasik

DISUSUN OLEH:

Hisyam (4319015)

Rahma Dini (4319030)

Sri mutia ningsih (4319035)

DOSEN PENGAMPU:

Silmi Novita Nurman, S.Th.I,M.Ag,.

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULLUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepadaAllah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Filsafat Klasik”. Makalah ini penulis ajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah "FilsafatUmum”. Penulis mengucapkan
terimakasih terutama kepada Dosen pembimbing ibuk Silmi Novita Nurman,
S.Th.I,M.Ag, Serta Kedua orang tua yang selalu suport kami semua. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik materi
maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun,sehingga makalah ini bisa mencapai
kesempurnaan sebagaimana mestinya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran
yang diberikan penulis ucapkanterimakasih.

Bukittingi,2April 2020

Kelompok III

1
Daftar Isi

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Filsafat Klasik


B. Sejarah Filsafat Klasik
C. Filsafat Pada Masa Pra Socrates

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa
terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi itu banyak
yang berpaling kepada agama atau kepercayaannya.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak
menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu
itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki
ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita
sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu
memifikrkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat.
Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban
filsafati.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang


merupakan pengetahuan benar meneganai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama,
yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala
kebenaran.

Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang


filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu
filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran masih sulit untuk mendefinisikan secara
konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa
memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana
definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk
dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji demi
mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Munculnya filsafat klasik?
2. Bagaimana Sejarah Munculnya Filsafat Klasik?
3. Apa itu filsafat pada masa Pra Socrates?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana munculnya filsafat klasik
2. Dan juga dapat mengetahui Sejarah dari filsafat klasik
3. Dan bisa mengetahui pokok pemikiran dari filsafat klasik

D. Manfaat Penulisan
1. Agar Pembaca mengetahui tentang bagaimana munculnya filsafat klasik.
2. Dan juga dapat menambah ilmu sejarah dari filsafat klasik ini.
3. Dan juga mengetahui apa saja pokok pemikiran dari filsafat klasik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya filsafat klasik


Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional
dogmatis. Filsafat Yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan
pembahasan masalah filsafat secara sistematis dan lengkap dan juga berlaku
samapai sekarang.
Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi
masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari
sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu
diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak
memberikan dan berlaku sampai sekarang.
Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan
ada kebaikannya, karena itu menuntut adanya kerja sama antara sesama
pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka
kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia
Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti
menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih
ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred
Whitehead mengatakan tentang Plato: “All Western phylosophy is but a series of
footnotes to Plato”. Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem
filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani
seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah
dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya
Beberapa tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada kelahirannya tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada
masa peradaban kuno (masa Yunani).1

1
https://ahsansoleh.wordpress.com/2016/12/24/periodesasi-filsafat-klasik/ diakses tanggal 07 april
2020, jam 11.54 WIB

5
B. Sejarah Munculnya Filsafat Klasik
Filsafat, terutama filsafat barat muncul di yunani semenjak kira-kira abad ke
ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawabab atau pertanyaannya. Fenomena ini
menimbulkan suatu perubahan dalam proses berfikir dari mempercayai mitos-
mitos yang berkembang ditengah masyarakat menjadi pemikiran yang masuk akal.
Orang Yunani pertama yang biasa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.
Para filsuf miletus mempermasalahkan alam, bukan manusia yang
dipermarsalahkan. Menurut Thales azas pemula ini ialah air, yang dalam sifatnya
yang bergerak-gerak merupakan azas kehidupan segala sesuatu. inilah pemikiran
filsuf pada masa itu dan dilanjutkan dengan filsuf-filsuf yang lain seperti
phytagoras, anaximander demokritus, parnimedes, dan hraklitus. Mereka itu
biasanya disebut dengan filsuf zaman pra Socrates.
Kemudian zaman Socrates ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang
berarti cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka
mengajar dengan mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada
zaman itu.2

Tokoh-tokoh filsuf yang terkenal pada zaman klasik adalah


1. Socrates
Sokrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun
399 SM. Ajaran filosofisnya tidak pernah dituliskannya, melainkan
dilakukannya dengan perbuatan, praktik dalam kehidupan. Dikatakan
bahwa Sokrates demikian adilnya, sehingga ia tidak pernah berbuat zalim.
Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga ia tidak pernah memuaskan
hawa nafsu dengan merugikan kepentingan orang lain. Ia demikian
cerdiknya, sehingga tak pernah khilaf dalam menimbang baik dan buruk.
Kebiasaan sehari-harinya berjalan keliling kota untuk mempelajari tingkah
laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Ia berbicara dengan semua
orang dan menanyakan apa yang diperbuatnya. Pertanyaan itu pada
mulanya mudah dan sederhana. Setiap jawaban disusul dengan pertanyaan

2
https://catatanpenaku.wordpress.com/2016/10/07/makalah-sejarah-filsafat-barat-klasik-abad-
pertengahan-dan-modern/ dikutip tanggal 07 April 2020, jam 20.00 WIB.

6
baru yang lebih mendalam. Tujuan Sokrates, melalui pertanyaan-
pertanyaan tersebut, adalah untuk mengajar orang mencari kebenaran.
Cara yang dilakukan Sokrates adalah untuk membantah ajaran kaum Sofis
yang mengatakan bahwa kebenaran yang sebenarnya tidak akan tercapai.
Oleh karena itu, tiap-tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan retorika.
Apabila orang banyak sudah setuju, maka dianggap sudah benar. Dengan
cara begitu pengetahuan menjadi dangkal. Cara inilah yang ditentang
Sokrates. Tanya jawab adalah jalan untuk memperoleh pengatahuan.
Dalam mencari kebenaran selalu dilakukan dengan berdialog, dengan cara
tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan yang merupakan
lawan bicaranya. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong seseeorang
mengeluarkan apa yang tersimpan dalam hatinya. Sebab itu, metodenya
disebut maieutik, menguraikan.
Karena Sokrates mencari kebenaran dengan cara Tanya jawab, yang
kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya
adalah metode induktif dan definisi. Induksi yang dimaksudkan Sokrates
adalah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai yang
umumnya dari jumlah satu-satunya; ia mencari persamaan dan diuji pula
dengan saksi dan lawan saksi. Begitulah Sokrates mencapai pengertian.
Dengan melalui induksi sampai pada definisi. Definisi yaitu pembentukan
pengertian yang bersifat dan berlaku umum. Induksi dan definisi menuju
pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Model mencari kebenaran
dengan cara berdialog atau Tanya jawab tersebut, tercapai pula tujuan
yang lain, yaitu membentuk karakter. Oleh karena itu Sokrates
mengatakan bahwa budi adalah tahu, maksudnya budi-baik timbul dengan
pengetahuan. Budi ialah tahu, adalah inti sari dari ajaran etika Sokrates.
Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbuat baik.
Paham etikanya ini merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi
dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Dari mengetahui beserta keinsafan moril tidak boleh tidak mesti timbul
budi. Siapa yang mengetahui hukum, mestilah bertindak sesuai dengan
pengetahuannya. Tidak mungkin ada pertentangan antara keyakinan dan
perbuatan. Oleh karena budi berdasar atas pengetahuan, maka budi dapat
dipelajari. Penjelasan di atas memberikan penegasan bahwa ajaran etika
7
Sokrates bersifat intelektual dan rasional. Oleh karena budi adalah tahu,
maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya mesti dan harus
berbuat yang baik. Apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik untuk
siapa pun. Oleh karena itu, menuju kebaikan adalah yang sebaik-baiknya
untuk mencapai kesenangan hidup. Menurut Sokrates, manusia itu pada
dasarnya baik. Seperti dengan segala benda yang ada itu ada tujuannya,
begitu juga dengan hidup manusia. Keadaan dan tujuan manusia adalah
kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Sokrates percaya akan adanya
Tuhan.3
2. Plato
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM., dan meninggal pada
tahun 347 SM pada usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang
secara turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena.
Sejak usia 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pengaruhnya
demikian kuat, sehingga menjadi muridnya yang setia. Sampai akhir
hidupnya, Sokrates tetap menjadi pujaannya. Tidak lama setelah Sokrates
meninggal, Plato pergi dari Athena. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat
Euklides mengajarkan filsafatnya. Dari Megara pergi ke Kyrena, di sana ia
memperdalam pengetahuannya tentang matematika kepada Theodoros.
Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa.
Intisari pemikiran filsafat Plato adalah pendapatnya tentang Idea.
Konsep pengertian yang dikemukakan Sokrates diperdalam oleh Plato
menjadi idea. Idea itu berbeda sekali dengan pendapat orang-orang.
Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat
orang banyak. Idea timbul semata-mata dari kecerdasan berpikir.
Pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea. Idea pada hakekatnya
sudah ada. Berpikir dan mengalami menurut Plato adalah dua macam jalan
yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicapai
dengan berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan yang diperoleh
dengan pengalaman. Untuk menggambarkan hubungan antara pikiran dan
pengalaman, Plato menjelaskannya dengan menyatakan adanya dua
macam dunia, yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia yang

3
Muhammad Hatta,Alam Pikiran Yunani,(Jakarta:UI Press,2011).hlm.1-11.

8
tidak kelihatan dan tidak bertubuh. Dunia yang tidak kelihatan dan tidak
bertubuh adalah dunia idea, dunia imateril, tetap dan tidak berubah-ubah.
Idea dalam paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari
keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu
realita. Hubungan antara dunia yang nyata dan dunia yang tidak bertubuh
menurut Plato serupa dengan hubungan konsep menjadi dalam pemikiran
Herakleitos dengan konsep ada dalam pemikiran Parmenides. Idea menjadi
dasar bagi yang ada dunia atas idea menguasai kenyataan-kenyataan dalam
dunia yang lahir, yang timbul, dan yang lenyap.
Semua pengetahuan adalah tiruan dari yang sebenarnya, yang timbul
dalam jiwasebagai ingatan kepada dunia yang asal. Di sini jiwa sebagai
penghubung antara dunia idea dan dunia yang bertubuh. Segala
pengetahuan adalah bentuk daripada ingatan, demikian kata Plato. Dalam
pekerjaan untuk memperoleh pengetahuan dengan pengertian, jiwa
bergerak selangkah demi selangkah ke atas, ke dunia idea, dunia asalnya.
Kerinduan jiwa untuk naik ke atas, ke tempat asalnya, adalah suatu gerak
filosofis, gerak Eros, gerak cinta. Cinta pada
pengetahuan,filosophia,menimbulkan tujuan untuk mengetahui. Idea
merupakan suatu kesatuan yang di dalamnya terdapat peringkatan derajat.
Idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, disusul kemudian dengan idea
keindahan. Pemikiran etika Plato, sama dengan Sokrates, juga bersifat
intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi
adalah tahu, oleh karena itu, orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Sebab itu, sempurnakanlah pengetahuan dengan
pengertian. Tujuan hidup adalah untuk mencapai kesenangan, tetapi
kesenangan hidup di sini bukanlah memuaskan hawa nafsu. Kesenangan
hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-
barang yang dituju. Di bawah cahaya idea kebaikan dan keindahan orang
harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup.Antara
kepentingan orang-orang dan kepentingan masyarakat tidak boleh ada
pertentangan. Manusia yang disinari oleh idea kebaikan, tidak dapat tidak
akan mencintai kebaikan. Siapa yang hidup dalam dunia idea, tidak dapat
berbuat jahat. Maka, untuk mencapai budi baik berarti menanam keinsafan
untuk memiliki idea dengan pikiran.
9
Manusia memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan, oleh
karena itu ilmu harus berkuasa di dalam negara. Plato mengatakan bahwa
kesengsaraan dunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau
raja-raja yang filosof. Negara yang ideal harus berdasar pada keadilan.
Keadilan adalah hubungan antara orang-orang yang bergantung pada suatu
organisasi sosial. Sebab itu masalah keadilan dapat dipelajari dari struktur
masyarakat. Oleh karena struktur masyarakat bergantung kepada kelakuan
manusia, maka kelakuan manusia itulah yang harus dibangun dan dibentuk
melalui pendidikan. Plato, membagi warga negara ke dalam tiga golongan:
a. Golongan rakyat jelata.
Meliputi petani, pekerja, tukang, dan saudagar. Mereka
merupakan dasar ekonomi bagi masyarakat dan memiliki hak milik
dan berumah tangga.
b. Golongan penjaga atau pembantu dalam urusan negara.
Golongan ini bertugas untuk mempertahankan negara dari
serangan musuh, dan menjamin peraturan dapat berlaku dalam
kehidupan masyarakat. Mereka tidak boleh memiliki harta
perorangan dan keluarga. Mereka tinggal dalam asrama, hidup
dalam sistem komunisme yang seluas-luasnya, meliputi perempuan
dan anak-anak. ‘Milik’ bersama atas perempuan tidak berarti
bahwa mereka dapat memuaskan hawa nafsunya. Hubungan
mereka dengan perempuan diatur oleh negara.
c. Golongan pemerintah atau filosof.
Mereka terpilih dari yang paling cakap an terbaik dari kelas
penjaga, setelah menempuh pendidikan dan latihan special untuk
tugas tertentu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan
mengawasi pelaksanaannya. Merek harus menyempurnakan budi
yang tepat sesuai dengan golongannnya, yaitu budi kebijaksanaan.

Semua golongan dari semua kelas adalah alat semata-mata


untuk kesejahteraan semuanya. Kesejahteraan semua orang itulah yang
menjadi tujuan sebenarnya. Pendidikan menjadi urusan yang terpenting
bagi negara. Pendidikan anak-anak dari umur 10 tahun ke atas menjadi
urusan negara, supaya mereka terlepas dari pengaruh orang tuanya.

10
Dasar yang utama bagi anak-anak adalah olah raga dan musik. Dari
usia 16 smpai 18 tahun diberi pelajaran matematik untuk mendidik
jalan pikirannya. Pada usia 18-20 diberi pendidikan kemiliteran.
Setelah mereka bekerja selama 15 tahun dan memasuki usia 50,
mereka diterima dalam lingkungan pemerintahan dan filosof

3. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageria di Semenanjung Kalkidike, Trasia
(Balkan) pada tahun 384 SM., dan meninggal di Kalkis pada tahun 322
SM., di usianya ke-63. Bapaknya adalah seorang dokter dari raja
Macedonia, Amyntas II. Sampai usia 18 tahun ia mendapatkan pendidikan
langsung dari ayahnya tersebut. Aristoteles pergi ke Athena dan berguru
kepada Plato di Akademia. 20 tahun lamanya ia menjadi murid Plato. Ia
rajin membaca dan mengumpulkan buku sehingga Plato memberinya
penghargaan dan menamai rumahnya dengan rumah pembaca. Aristoteles
sependapat dengan Plato, bahwa tujuan yang terakhir dari filsafat adalah
pengatahuan tentang adanya (realitas) dan yang umum. Ia memiliki
keyakinan bahwa kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan
jalan pengertian. Ada tiga hal yang perlu dipenuhi untuk mencapai
kebahagiaan hidup. Pertama, manusia harus memiliki harta secukupnya,
supaya hidupnya terpelihara. Kedua, alat yang terbaik untuk mencapai
kebahagiaan adalah persahabatan. Ketiga, keadilan. Keadilan dalam arti
pembagian barang yang seimbang sesuai dengan tanggung jawab dan
keadilan dalam arti memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.
Kebahagiaan akan menimbulkan kesenangan jiwa. Kesenangan jiwa ini
akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat.
Aristoteles menentang adanya penumpukkan kapital pada seseorang.
Oleh karena itu ia mencela profesi pedagang. Ia sangat menentang tukar-
menukar dengan cara riba. Ia bahkan menganjurkan supaya negara
mengambil tindakan yang tepat untuk mepengaruhi penghidupan sosial,
dan ukurannya adalah kepentingan yang sama tengah. Bagi Aristoteles,
tiang masyarakat adalah kaum menengah yang berbudi baik. Aristoteles
mengemukakan tiga bentuk negara. Pertama, monarkiatau basilea. Kedua,
aristokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang sedikit jumlahnya.

11
Ketiga, Politea atau timokrasi, yaitu pemerintahan berdasarkan kekuasaan
keseluruhan rakyat. Dalam istilah sekarang disebut demokrasi. Dari tiga
bentuk negara tersebut, yang terbaik menurutnya adalah kombinasi antara
aristokrasi dan demokrasi. Kombinasi antara aristokrasi dan demokrasi
adalah yang sebaik-baiknya. Dalam pandangan ini ternyata Aristoteles pun
mengambil jalan tengah.

C. Filsafat pada Masa Pra Socrates


Pemikir pada masa Pra Socrates disebut juga filsuf alam. Dikatakan
demikian karenafokus utamanya adalah mencari jawab atas asas terjadinya alam.
Mereka tidak mempercayai begitu saja tentang kejadian alam dari cerita nenek
moyang, legenda, atau yang sejenisnya tetapi mereka mencoba mencari jawab
dengan pemikirannya sendiri. Pemikir-pemikir tersebut diantaranya adalah:
1. Thales (625-545 SM).

Thales adalah seorang pedagang, ahli pemerintahan,ahli astronomi


yang bisa meramalkan gerhana matahari pada tanggal 28 Mei 585 SM. Dia
juga mempunyai ilmu tentang magnet, mengukur tinggi piramida-piramida
Mesir, dan menemukan dalil-dalil ilmu ukur. Bahkan bagi orang Yunani,
Thales termasuk salah satu dari The Seven Wise Men (tujuh orang
bijak).Tentang filsafatnya, hanya sedikit yang dapat diketahui karena ia tidak
meninggalkan tulisan-tulisan. Yang menjadi sumber berita ialah Aristoteles
(Abad 4 SM) yang mendapat bahan-bahan secara lisan. Menurut Aristoteles,
Thales berpendapat bahwa arkhe (asas atau prinsip, dasar pertama) dari alam
semesta ialah air. Air merupakan asal dan tujuan dari segala sesuatu.
Anggapan Thales ini berdasarkan pada kenyataan bahwa air terdapat pada
semua makhluk hidup. Kecuali itu, air mempunyai banyak bentuk. Jika air itu
kasar maka ia menjadi tanah, dan jika menipis maka ia menjadi asap atau api
atau udara. Tentang bumi Thales mengira bahwa bumi terapung di atas air dan
bahwa matahari keluar dari air serta kembali lagi kepadanya. Inilah filsafat
pokok Thales, bahwa segala sesuatu berasal dan kembali kepada air. Air asal
dan akhir.Walaupun Thales merupakan orang yang pertama menggunakan
akal secara serius, yang berarti akal sudah mulai dikedepankan, akan tetapi
cara berfilsafatnya masih terpengaruh oleh kepercayaan, Hal ini terbukti cara
pandang Thales masih animisme. Suatu kepercayaan bahwa bukan saja barang
yang hidup mempunyai jiwa tetapi juga benda mati. Benda mati tersebut
misalnya besi berani dan batu api. Benda mati ini jika digosok sampai panas
menarik barang yang dekat padanya. Ini menunjukkan benda mati tersebut
mempunyai jiwa.

12
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani,
beliau adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad
ke-6 SM. Thales mendapat gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang
yang mula-mula berfilsafat. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai
dengan cara berfikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran
Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba
menjelaskan dunia dan segala gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta
ini?” dan ia sendiri menjawab air. Karena pertanyaannya itulah yang
mengangkat Thales menjadi filosof pertama di dunia. Selain sebagai filsuf ,
Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik.Tentang
kehidupan pribadi Thales, orang tua Thales adalah Examyes dan Cleobuline.
Keluarganya memiliki hubungan keluarga kerajaan Phoenicia. Keluarga
Thales memiliki hubungan dengan Cadmus pangeran Fenisia. Tentang
pernikahannya Diogenes mengatakan Thales menikah dan memiliki seorang
putra bernama Cybisthus atau Cybisthon cerita kedua Thales mengadopsi
keponakannya dengan nama yang sama tersebut.

Thales adalah seorang saudagar, profesi inilah yang membuatnya


sering melakukan perjalanan. Dan dia sering berlayar ke Mesir. Di Mesir
inilah, dalam waktu senggangnya Thales mempelajari astronomi dan geometri.
Dia mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani kembali. Thales
dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat
mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi
terkenal setelah berhasil memprediksi terjadinya gerhana matahari pada
tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut
karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia,
sejak tahun 747 SM.

Penemuan Thales dalam matematika yang menggunakan geometri


untuk memecahkan masalah, seperti menghitung ketinggian piramida dan
jarak kapal dari pantai sehingga membuat dia sebagai matematikawan sejati
pertama. Thales juga orang pertama yang mempelajari listrik. Namun tulisan
Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal dari pada karyanya dalam bidang
geometri. Thales mendirikan sekolah filsafat Ionia di Miletus, dan memiliki
banyak murid. Anaximander, Anaximenes, Mamercus dan Mandryatus adalah
nama dari beberapa muridnya. Namun yang sangat terkenal adalah nama
Anaximander (611-546), sukses menggantikan posisi Thales di Miletus.
Dalam bidang politik, Thales pernah menjadi penasihat militer dan tehnik dari
Raja Krosus di Lidya. Selain itu dia juga pernah menjadi penasihat politik bagi
dua belas kota Iona. Penyebab kematian Thales belum diketahui secara pasti,
dia meninggal pada tahun 547 di Miletus.

Pemikiran-Pemikiran Thales

13
a. Air Sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu

Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran


filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tulisan
Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah
orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam
semesta. Karena itulah Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam
(natural philosophy) Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar
segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya
yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri dan
tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala
bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales
terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua
makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Karena air adalah sumber kehidupan, dan
tanpa air makhluk hidup pasti akan mati. Selain itu, air adalah zat yang
dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Thales juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak diatas air.
Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan
kemudian terapung-apung di atasnya. Menurut Thales bahan dasar dari
segala sesuatu adalah air, kabut memberi kehidupan bagi segala sesuatu
bahkan panas itu sendiri berasal dari kelembaban.

“segala macam benih memiliki kodrat kelembapan”

“Air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab”

“air merupakan objek komando di kalagan dewa-dewi”

Benda-benda mempunyai banyak bentuk yang memiliki unsur dasar dan


primer yang satu.

b.Pandangan Tentang Jiwa

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki


jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam hidup, tetapi juga benda mati.
Teori tentang materi berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales
didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu
menggerakkan besi.

c.Theorema Thales

Di dalam geometri, Thales dikenal dengan theoremanya, yang


disebut Theorema Thales.

Ada lima Theorema Thales, yaitu :

14
(1).Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut
dengan diameter.

(2).Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar.

(3).Sudut-sudut vertical yang terbentuk dari dua garis sejajar yang


dipotong oleh sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.

(4).Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu
dan sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka
kedua segitiga itu dikatakan sama sebangun.

(5). Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan
untuk mengukur jarak kapal.

d. Pandangan Politik

Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasehat


kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari
Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan
orang-orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi
bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di
dalam system tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti
distrik dari keseluruhan system pemerintahan Ionia. Dengan demikian,
Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.

Herodotus mencatat bahwa Thales memprediksi gerhana matahari


dari 585 SM, dan ini merupakan sebuah awal kemajuan penting bagi ilmu
pengetahuan Yunani. Aristoteles melaporkan bahwa Thales menggunakan
keterampilan dengan mengenali pola cuaca untuk memprediksi bahwa
tanaman zaitun musim depan akan berlimpah. Dia pun membeli semua
zaitun baik di kota maupun daerah, dan itu semua menjadi keberuntungan
ketika prediksi menjadi kenyataan. Plato menceritakan sebuah kisah
Thales menatap langit malam, tidak menonton di mana ia berjalan, dan
begitu jatuh ke selokan. Gadis pelayan yang datang untuk membantu dia
kemudian berkata kepadanya “Bagaimana Anda berharap untuk
memahami apa yang terjadi di langit jika anda bahkan tidak melihat apa
yang di kaki anda?” Menurut pendapat saya, janganlah kita berangan-
angan terlalu jauh, jika kita tidak bisa melihat, mensyukuri, dan
memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang ada di dalam diri kita
sendiri, maupun yang ada di lingkungan sekitar kita.

Kutipan-kutipan dikaitkan dengan Thales :

“Sejumlah kata-kata ada bukti dari pikiran yang bijaksana.”

“Harapan adalah roti orang miskin.”

15
“Masa lalu yang pasti, masa depan mengaburkan.”

“Tidak ada yang lebih aktif dari pada pikiran, untuk itu perjalanan melalui
alam semesta, dan tidak ada yang lebih kuat dari keharusan untuk semua
harus tunduk kepada itu.”

“Kenalilah dirimu sendiri”.

2. Anaximander (610-547 SM).

Filsuf yang namanya disebut juga Anaximandros ini kira - kira hidup
antara tahun 610 sampai dengan tahun 547 SM. Anaximander mengarang
sebuah risalah dalam prosa (yang pertama dalam kesusasteraan Yunani), yang
sekarang tinggal satu fragmen. Ia berjasa dalam bidang astronomi dan
geografi, karena dialah orang pertama yang membuat suatu peta bumi.
Usahanya dalam geografi dilanjutkan oleh Hekataois, sewarga polis dengan
dia. Ia memimpin ekspedisi dari Miletus yang mendirikan kota perantauan
baru di Apollonia di pantai Laut Hitam. Konon kota Miletus menghormatinya
dengan suatu patung. Berkaitan dengan bidang ilmu astronomi dan ilmu bumi.
Anaximander berbeda dengan Thales, Ia berpendapat bahwa permulaan yang
pertama tidaklah bisa ditentukan karena tidak memili sifat-sifat zat yang ada
sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali,
namun subtansi itu bukan air seperti yang diyakini Thales, melainkan subtansi
tersebut adalah sesuatu yang “tidak terbatas”, abadi, tidak mengenal usia, dan
ada dengan sendirinya, serta melingkupi seluruh dunia. Selain itu,
Anaximander telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari
sederhana yang di namakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi
kapan terjadi gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena
alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk
asal-mula manusia. Berbeda dengan Thales, ia tidak mencari asas pertama
segala sesuatu pada gejala-gejala alam. Menurut dia, tidak mungkin bahwa
asas pertama segala sesuatu itu adalah salah satu dari anasir-anasir yang
menyusun alam itu (air). Sebab seandainya benar bahwa air adalah asas
pertama segala sesuatu, maka air harus didapatkan juga di mana-mana harus
meresapi segala sesuatu, juga api, juga hal yang kering, dan lain sebagainya.
Padahal tidaklah demikian halnya. Air adalah hal yang terbatas, ada anasir lain
yang menjadi lawan nya, yaitu anasir api. Oleh karena asas pertama adalah
asas yang menimbulkan segala sesuatu, maka asas haruslah hal yang lebih
dalam daripada anasir yang menyusun alam. Menurut Anaximander, segala
sesuatu itu berasal dari Aperion, yaitu yang tak terbatas. Asas pertama ini
disebut demikian karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal
manusia. Menurut dia, “to apeiron” itu tidak dapat dirupakan, tidak ada
persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini, sebab

16
segala yang kelihatan itu yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera
kita. Oleh sebab itu, Apeiron adalah barang yang asal, yang tidak berhingga
dan tiada berkeputusan itu mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.
Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Panas dibatasi oleh
yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disana berakhir yang panas. Yang
cair dibatasi oleh yang beku. Yang terang dibatasi oleh yang gelap. Dan
sebagaimana yang terbatas itu dapat memberikan sifat kepada yang tidak
berkeputusan.

Kita dapat mengupas Anaximander melalui tulisan Aristoteles,


Apollodorus, dan juga Diogenes Laertius. Apa yang ditulis Apollodorus
mengenai Anaximander ternyata muncul 500 tahun kemudian setelah
kemunculan Anaximander sendiri. Sementara Aristoteles menuliskannya 500
tahun kemudian setelah Apollodorus. Ini menunjukkan bahwa Anaximander
membawa pengaruh yang kuat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
yang pada perkembangannya banyak dikembangkan oleh filsuf-filsuf lainnya.
Apollodorus, seorang penulis pada jaman Yunani kuno ini, menyebutkan
bahwa Anaximander lahir pada tahun 610 SM. Hal ini diperkirakan pada tahun
547 atau 546 SM diadakan olimpiade yang ke-58, dan pada saat itu
Anaximander telah berumur 63 tahun. Disebutkan pula bahwa Anaximander
meninggal tak lama setelah perayaan Olimpiade tersebut. Sehingga
diperkirakan bahwa Anaximander meninggal pada tahun 546 SM. Sebenarnya
ini juga menunjukkan walau Anaximander lebih muda 15 tahun dari gurunya,
Thales, namun meninggal lebih cepat, yaitu dua tahun sebelum paman
sekaligus gurunya tersebut.

Selain itu Diogenes juga pernah menyampaikan bahwa Anaximander mungkin


juga telah menggantikan Thales sebagai kepala sekolah filsafat di Miletus. Tak
banyak peninggalan-peninggalan yang menyebutkan tentang kisah hidup
Anaximander. Karena dari sekian banyak karya tertulisnya hanya satu fragmen
yang mampu bertahan. Terlepas bagaimana kehidupannya, pemikirannyalah
yang menjadi luar biasa karena membawa pengaruh yang besar pula terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan.

Anaximander merupakan filsuf alam, yang tentunya banyak dari


pemikirannya dipengaruhi oleh perhatian yang cukup besar terhadap alam,
lingkungan dan fenomena ataupun gejala yang berkaitan dengan alam.
Anaximander dianggap banyak berjasa pada bidang astronomi dan geografi.
Walaupun Anaximander merupakan murid Thales, ternyata banyak dari
pemikirannya yang berbeda jauh dengan pemikiran gurunya. Dengan
mengupas satu persatu tiap detail pemikiran Anaximander, kita akan
memahami upaya manusia dalam memandanag dan memahami alam semesta.

17
a.Bidang Astronomi

Sesungguhnya karya berupa tulisan dari Anaximander hanya sedikit


yang masih bertahan hingga sekarang. Lebih banyak yang
memperkenalkan pemikiran Anaximander adalah Aristoteles dan
Apollodorus yang mengupas detail pemikiran-pemikiran Anaximander.
Tulisan yang paling menakjubkan dari Anaximander adalah
pemikirannya mengenai alam, posisi bintang, penelitian geometri, peta
Yunani maupun peta dunia. Dan karyanya yang terpenting adalah
pengenalan prinsip matematika dan ilmiah dalam studi astronomi
maupun geografi.

Membahas pemikiran Anaximander tentang bidang


astronomi in kita mulai dari yang satu ini bahwa Anaximander percaya
bahwa bentuk bumi adalah silinder. Terdengar aneh memang, tapi coba
kita pahami mengapa Anaximander berpikir demikian. Seperti yang
kita ketahui bahwa Anaximander adalah seorang filsuf alam yang
pemikirannya menitikberatkan pada hal yang diamati disekitar mereka
(alam, lingkungan, fenomena dan gejala-gejala alam sendiri). Dan
mengapa Anaximander berpikir demikian, hal ini dikarenakan pada
apa yang dilihat oleh Anaximander dilingkungan sekitarnya, bahkan
hal yang terkadang luput dari mata kebanyakan orang biasa.
Sesungguhnya ini berkaitan dengan apa yang kita lihat, jika kita
mengelililingi seseorang maka kita akan melihat lingkaran, hal ini juga
sama ketika kita melihat disekeliling kita, kita pun akan melihat
lingkaran. Fenomena inilah yang akhirnya menuntun Anaximander
untuk memperkirakan bentuk bumi. Kemudian Anaximander
menggunakan argumen simetri untuk mempertegas pendapatnya, yaitu
yang menyebutkan bahwa ada lingkaran lain yang sama dengan
silinder diantarnya. Sehingga terpikirlah bahwa bentuk bumi yang kita
diami ini adalah silinder dengan dua lingkaran di ujungnya.

Walaupun aneh namun inilah titik awal pergolakan


pemikiran yang mulai mempertanyakan hakikat alam semesta, yang
sebelumnya hanyalah berdasarkan pada mitologi yang tidak rasional.
Selain bentuk bumi, Anaximander juga mengemukakan bahwa
matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang bergerak mengelilingi
bumi. Jadi matahari yang terlihat di pagi hari adalah matahari yang
sama yang tenggelam di sore hari dan terbit lagi di keesokan harinya.
Anaximander juga menambahkan jika bumi kita merupakan pusat tata
surya. Oleh karena itu bumi tidak jatuh. Beliau juga menyebutkan
adanya konsep keseimbangan dimana bumi berada di pusat
keseimbangan di alam semesta ini sehingga tidak akan jatuh. Konsep

18
inilah yang akhirnya menginsprasi adanya konsep gravitasi dan bidang
astronomi lainnya.

Padahal seperti yang kita ketahui bahwa kepercayaan bumi


ditopang oleh dewa Atlas, salah seorang dewa titan dalam mitologi
Yunani amatlah kental. Dengan dobrakan pemikiran dari Anaximander
yang mulai mempertanyakan kedudukan bumi di alam semesta ini
menjadi titik awal untuk meneliti secara mendalam mengenai alam
semesta.

b.Bidang Geografi

Anaximander juga berkeliling dan menemukan pemukiman yang


disebut Apollonia di pesisir Laut Hitam. Satu hal lagi yang luar biasa
dari Anaximander, beliau adalah orang pertama yang membuat peta.
Anaximander juga seorang penjelajah yang kritis. Ia menggambarkan
dengan cermat apa yang dilaluinya dan menuangkannya dalam sebuah
peta. Inilah pertama kalinya peta dibuat. Untuk itu seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa Anaximander merupakan orang pertama
yang membuat peta. Dan ia juga orang pertama yang meninggalkan
karyanya dalam bentuk prosa.

c. Asal Mula Alam Semesta

Sesungguhnya banyak pemikiran Anaximander yang bisa dibilang


tidak masuk akal dalam pemikiran modern. Namun bagaimanapun juga
pemikirannya patut dihargai dan justru menjadi cikal bakal pemikiran
yang lebih sempurna. Dalam hal ini Anaximander juga menjelaskan
mengenai asal mula alam semesta. Pemikirannya bahwa segala sesuatu
muncul dari apeiron atau yang tak terbatas. Aristoteles menuliskan
bahwa segalanya memiliki asal atau bahkan ialah asalnya. Tapi
ketidakterbatasan tidak memiliki asal. Untuk itu dia memiliki batas.
Dan alam semesta ini tercipta dari ketidakterbatasan.

Pemikiran Anaximander yang ditulis oleh Aristoteles


mengenai yang tak terbatas ini sebenarnya masih belum jelas apa
sesungguhnya yang tak terbatas yang dimaksud oleh Anaximander.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ini berkaitan dengan pemikiran
sebelumnya milik Thales, guru Anaximander sendiri yang
menyebutkan jika alam semesta tercipta dari air. Disinilah
Anaximander menyatakan ketidaksetujuaannya terhadap pemikiran
gurunya. Ia menganggap bahwa tidak mungkin alam semesta ini
tercipta dari satu unsur yang dominan. Terlalu sederhana jika
19
menganggap unsur air sebagai cikal bakal alam semesta yang luas ini.
Untuk itu Anaximander memilih apeiron sebagai awal alam semesta.

Seperti penjelasan berikut ini, melalui Achmadi (1995:34-35)


yang menyatakan bahwa pemikiran Anaximander tentang arche (asas
pertama alam semesta) tidak menunjuk pada salah satu unsur yang
dapat diamati oleh benda. Seperti yang telah disebutkan diatas
mengenai to apeiron. Hal ini dikarenakan apabila ia menunjuk salah
satu unsur maka tidak akan ada tempat untuk unsur yang berlawanan
karena ia akan bergerak sesuai dengan sifatnya. Penjelasan ini
dipertegas dengan pendapat dari Anaximander yang dituliskan dalam
artikel milik J.J O’Connor dan E.F Robertson (2008) yang memuat to
apeiron (yang tidak terbatas) sebagai prinsip dasar atas segala sesuatu.
Ia bersifat ilahi, abadi, tidak berubah-ubah, dan meliputi segala
sesuatu. Maka segala unsur di jagad raya ini berasal dari unsur yang
berlawanan. Ada panas dan dingin, kering dan basah, bahkan gelap dan
terang.

Berkaitan dengan apeiron, Anaximander juga menjelaskan


pendapatnya mengenai terciptanya bintang, bulan, planet maupun
matahari. Pada awalnya apeiron berasal dari unsur yang berlawanan
yang terus bertumbukan satu sama lain yang pada akhirnya unsur
panas membalut unsur dingin. Unsur dingin menjadi cair dan juga
beku. Bumi berasal dari yang beku ini, api atau panas yang mebalut
dingin berpencar dan teruai menjadi planet, bintang maupun matahari.
Dan bumi pada awalnya terselimuti lautan kemudian ada sebagian
yang mengering karena panas matahari berubah menjadi daratan.

d. Asal Mula Kehidupan

Mengenai asal mula kehidupan, Anaximander juga menjelaskan


evolusi makhluk hidup yang berasal dari lautan yaitu ikan. Pemikiran
ini didasarkan pada bahwa tidak mungkin seorang manusia adalah
makhluk pertama yang hidup karena manusia memerlukan pengasuhan
pada awal kelahirannya. Oleh karena itu Anaximander mempercayai
bahwa makhluk hidup pertama adalah ikan yang kemudian naik ke
daratan. Dan kemudian mengalami proses yang pada akhirnya
berevolusi menjadi manusia.

Disini Anaximander menjelaskan bahwa bumi awalnya


berupa lautan, oleh karena itu makhluk yang hidup disana adalah ikan.
Karena panas matahari, sebagain dari bumi mengering dan menjadi
daratan. Makhluk hidup ini kemudian berpindah ke daratan dan lambat
laun mengalami perubahan hingga menjadi sosok manusia yang

20
sempurna. Tentu saja bagi kita pemikiran ini terasa amat ganjil, namun
yang patut kita apresiasi adalah bagaimana ia bisa memikirkan hal
demikian. Filsuf alam menitikberatakan pada apa yang ia amati
disekitar lingkungannya. Anaximander pun sama, dengan berbagai
penjelajahan yang ia lakukan, ia pun menyadari bahwa lautan di bumi
ini luas sehingga pastilah dulunya bumi berupa lautan. Dan
pengamatannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
membuatnya menarik kesimpulan bahwa bukan manusia yang menjadi
makhluk pertama atau asal dari kehidupan ini, karena ketergantungan
manusia terhadap manusia lainnya.

e.Bidang Meteorologi

Anaximander juga termasuk orang yang kritis menanggapi hal-hal


yang berhubungan dengan mitos, pengetahuan kuno, surga bahkan
dewa-dewi Yunani. Seperti yang kita ketahui bahwa Yunani amat
kental dengan mitologi dewa-dewinya. Namun disini Anaximander
mempertanyakan semua hal-hal yang berkaitan dengan kisah-kisah
mitologi apalagi yang berkaitan dengan alam.

Seperti halnya pada bidang meteorology. Anaximander


menyatakan bahwa petir bukanlah disebabkan oleh Zeus sang raja para
dewa yang mengarahkan trisulanya atau tongkat petirnya, tapi karena
pneuma atau udara yang memadat. Selain itu Anaximander juga
menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap yang dibawa ke atas tepat
dibawah matahari. Bukan karena hal-hal yang berhubungan dengan
mitologi dan kekuatan dewa. Namun memang ada sebab dan
prosesnya, dan semua itu juga terjadi secara natural. Tulisan
Anaximander mengenai cuaca dan bidang meteorology ini merupakan
catatan pertama manusia yang menjelaskan fenomena cuaca
berdasarkan pemikiran rasinonal manusia bukan dari legenda taupun
mitos.

f. Penemuan Lainnya

Penemuan Anaximander yang lain adalah jam matahari. Jam ini


dapat menentukan teangah hari, atau titik bayangan terendah dan juga
sebagai arah mata angin. Semua karya Anaximander ditulis
berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional, bukan sekedar mitos. Sebagai
seorang yang rasionalis, Anaximander menuliskan penelitiannnya
berdasarkan penghitungan geometri dan matematika.

21
Disini juga terlihat jelas perhatian Anaximander terhadap
matematika maupun geomatri yang sangat besar. Penelitiannya selalu
didasarkan pada konsep perhitungan geometri. Bahkan ada beberapa
sumber yang menyatakan jika Anaximander mampu memprediksi
gempa maupun gerhana dengan perhitungan geometri tersebut. Karena
konsep Anaximander juga, trigonometri berkembang. Dan mengenai
perhitungannya terhadap kedudukan bumi, matahari, bulan, planet dan
benda angkasa lainnya Anaximander juga menggunakan perhitungan
geometri. Dengan demikian sesungguhnya banyak sekali penemuan
dan penelitian dari Anaximander yang patut dikaji dan menjadi titik
awal perkembangan ilmu pengetahuan modern.

3. Anaximenes (585-494 SM)

Anaximenes yang hidup dari tahun 585-494 SM merupakan salah


satu filsuf berasal dari daerah Miletos, disamping Thales dan Anaxi-mander.
Dia adalah murid Anaximander. Sebab itu, tak heran kalau pandangnya
tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pemandangan gurunya. Juga
ia mengajarnya, bahwa barang yang asal itu satu dan tidak terhingga. Cuma ia
tak dapat menerima ajaran Anaximander, bahwa barang yang asal itu tidak ada
persamaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dilupakan. Baginya
yang asal itu mestilah satu dari pada yang ada dan yang tampak. Barang yang
asal itu adalah udara. Udara itulah yang satu dan tidak terhingga. Dalam
pandangannya tentang asal segala sesuatu, Anaximenes hampir sama dengan
Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah salah satu dari yang
ada dan yang kelihatan. Thales mengatakan air asal segala sesuatu dan
kesudahan dari segala-galanya. Anaximenes mengatakan udara. Udara yang
membalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu,
tak ada yang hidup. Pemikirannya ke sana barang kali terpengaruhi oleh ajaran
Anaximander, bahwa ”jiwa itu serupa dengan udara”.
Secara garis besar Anaximenes berpendapat:

a. Suatu kenyataan bahwa udara itu terdapat dimana - mana.

Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak
terdapat udara di dalam nya. Oleh karena itu, udara itu tidak habis-
habisnya, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.

b. Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak.

Oleh karena itu, udara memegang peranan yang penting dalam


berbagai rencana kajadian dan perubahan dalam alam ini.

c. Udara adalah unsur kehidupan, Udara adalah dasar hidup.

22
Tidak ada suatupun yang hidup tanpa udara. Oleh karena itu, ia
dapat menerima ajaran gurunya, bahwa ”jiwa itu serupa dengan udara”.
Sebagai kesimpulan atas ajarannya, ia mengatakan, “sebagaimana jiwa
kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian juga
udara mengikat alam ini menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang
menyusun tubuh manusia menjadi satu, dan menjaga agar tubuh tidak
bercerai-berai. Kalau jiwa keluar dari badan, badan menjadi mati, hancur
dan bercerai berai bagian-bagiannya. Juga alam besar ini ada karena udara,
udaralah yang menjadi dasar hidupnya, jika tidak ada udara, hancurlah
alam ini. Dengan demikian, alam (makro kosmos) dan manusia (mikro
kosmos) itu pada dasarnya satu rupa.4

4
Waris,2014,”Pengantar Filsafat”,(Bandung:STAIN Po PRESS,2014).

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional
dogmatis.Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang
menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.
filsafat barat muncul di yunani semenjak kira-kira abad ke ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawabab atau pertanyaannya.Orang Yunani
pertama yang biasa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.Kemudian
zaman Socrates ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang berarti
cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka mengajar
dengan mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada zaman
itu.
Tokoh-tokoh yang terkenal pada zaman lahirnya pemikir atau filsuf pada
zaman tersebut adalah sebagai berikut.
1. Socrates
2. Plato
3. Aristoteles

Pemikiran pada masa Socrates dapat dikatakan berbeda ditiap filsuf yang
mengemukakannya.Menurut Aristoteles, Thales berpendapat bahwa arkhe
(asas atau prinsip, dasar pertama) dari alam semesta ialah air. Air merupakan
asal dan tujuan dari segala sesuatu.Thales juga berpendapat bahwa segala
sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Menurut Anaximander berpendapat bahwa
permulaan yang pertama tidaklah bisa ditentukan karena tidak memili sifat-
sifat zat yang ada sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu
subtansi azali. Sedangkan menurut murid Anaximander yaitu Anaximenes
mengatakan udara. Udara yang membalut dunia ini, menjadi sebab segala
yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup.

24
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Semoga karya ilmiah kami bias menjadi bahan pembelajaran dan juga sebagai
bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang membaca
karya ilmiah kami.
2. Bagi Penulis
Dengan karya ilmiah ini semoga bisa mengasah cara penulisan dalam
membuat karya ilmiah yang lebih baik kedepannya dan juga sebagai bahan
pembelajaran bagi kami kedepannya.

25
Daftar Pustaka

https://ahsansoleh.wordpress.com/2016/12/24/periodesasi-filsafat-klasik/. Diakses tanggal 07

April 2020. Jam 11.54 WIB.

https://catatanpenaku.wordpress.com/2016/10/07/makalah-sejarah-filsafat-barat-

klasik-abad-pertengahan-dan-modern/ Diakses tanggal 07 April 2020. Jam 20.00


WIB.

Hatta, Muhammad. 2011. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press


Waris, 2014. Pengantar Filsafat. Bandung: STAIN Po PRESS

26

Anda mungkin juga menyukai