Filsafat Klasik
DISUSUN OLEH:
Hisyam (4319015)
DOSEN PENGAMPU:
2019/2020
KATA PENGANTAR
Bukittingi,2April 2020
Kelompok III
1
Daftar Isi
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa
terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatassannya. Dalam situsi itu banyak
yang berpaling kepada agama atau kepercayaannya.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak
menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses mencari tahu
itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki
ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita
sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu
memifikrkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat.
Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban
filsafati.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Munculnya filsafat klasik?
2. Bagaimana Sejarah Munculnya Filsafat Klasik?
3. Apa itu filsafat pada masa Pra Socrates?
3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana munculnya filsafat klasik
2. Dan juga dapat mengetahui Sejarah dari filsafat klasik
3. Dan bisa mengetahui pokok pemikiran dari filsafat klasik
D. Manfaat Penulisan
1. Agar Pembaca mengetahui tentang bagaimana munculnya filsafat klasik.
2. Dan juga dapat menambah ilmu sejarah dari filsafat klasik ini.
3. Dan juga mengetahui apa saja pokok pemikiran dari filsafat klasik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://ahsansoleh.wordpress.com/2016/12/24/periodesasi-filsafat-klasik/ diakses tanggal 07 april
2020, jam 11.54 WIB
5
B. Sejarah Munculnya Filsafat Klasik
Filsafat, terutama filsafat barat muncul di yunani semenjak kira-kira abad ke
ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawabab atau pertanyaannya. Fenomena ini
menimbulkan suatu perubahan dalam proses berfikir dari mempercayai mitos-
mitos yang berkembang ditengah masyarakat menjadi pemikiran yang masuk akal.
Orang Yunani pertama yang biasa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.
Para filsuf miletus mempermasalahkan alam, bukan manusia yang
dipermarsalahkan. Menurut Thales azas pemula ini ialah air, yang dalam sifatnya
yang bergerak-gerak merupakan azas kehidupan segala sesuatu. inilah pemikiran
filsuf pada masa itu dan dilanjutkan dengan filsuf-filsuf yang lain seperti
phytagoras, anaximander demokritus, parnimedes, dan hraklitus. Mereka itu
biasanya disebut dengan filsuf zaman pra Socrates.
Kemudian zaman Socrates ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang
berarti cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka
mengajar dengan mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada
zaman itu.2
2
https://catatanpenaku.wordpress.com/2016/10/07/makalah-sejarah-filsafat-barat-klasik-abad-
pertengahan-dan-modern/ dikutip tanggal 07 April 2020, jam 20.00 WIB.
6
baru yang lebih mendalam. Tujuan Sokrates, melalui pertanyaan-
pertanyaan tersebut, adalah untuk mengajar orang mencari kebenaran.
Cara yang dilakukan Sokrates adalah untuk membantah ajaran kaum Sofis
yang mengatakan bahwa kebenaran yang sebenarnya tidak akan tercapai.
Oleh karena itu, tiap-tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan retorika.
Apabila orang banyak sudah setuju, maka dianggap sudah benar. Dengan
cara begitu pengetahuan menjadi dangkal. Cara inilah yang ditentang
Sokrates. Tanya jawab adalah jalan untuk memperoleh pengatahuan.
Dalam mencari kebenaran selalu dilakukan dengan berdialog, dengan cara
tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan yang merupakan
lawan bicaranya. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong seseeorang
mengeluarkan apa yang tersimpan dalam hatinya. Sebab itu, metodenya
disebut maieutik, menguraikan.
Karena Sokrates mencari kebenaran dengan cara Tanya jawab, yang
kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya
adalah metode induktif dan definisi. Induksi yang dimaksudkan Sokrates
adalah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai yang
umumnya dari jumlah satu-satunya; ia mencari persamaan dan diuji pula
dengan saksi dan lawan saksi. Begitulah Sokrates mencapai pengertian.
Dengan melalui induksi sampai pada definisi. Definisi yaitu pembentukan
pengertian yang bersifat dan berlaku umum. Induksi dan definisi menuju
pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Model mencari kebenaran
dengan cara berdialog atau Tanya jawab tersebut, tercapai pula tujuan
yang lain, yaitu membentuk karakter. Oleh karena itu Sokrates
mengatakan bahwa budi adalah tahu, maksudnya budi-baik timbul dengan
pengetahuan. Budi ialah tahu, adalah inti sari dari ajaran etika Sokrates.
Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbuat baik.
Paham etikanya ini merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi
dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Dari mengetahui beserta keinsafan moril tidak boleh tidak mesti timbul
budi. Siapa yang mengetahui hukum, mestilah bertindak sesuai dengan
pengetahuannya. Tidak mungkin ada pertentangan antara keyakinan dan
perbuatan. Oleh karena budi berdasar atas pengetahuan, maka budi dapat
dipelajari. Penjelasan di atas memberikan penegasan bahwa ajaran etika
7
Sokrates bersifat intelektual dan rasional. Oleh karena budi adalah tahu,
maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya mesti dan harus
berbuat yang baik. Apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik untuk
siapa pun. Oleh karena itu, menuju kebaikan adalah yang sebaik-baiknya
untuk mencapai kesenangan hidup. Menurut Sokrates, manusia itu pada
dasarnya baik. Seperti dengan segala benda yang ada itu ada tujuannya,
begitu juga dengan hidup manusia. Keadaan dan tujuan manusia adalah
kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Sokrates percaya akan adanya
Tuhan.3
2. Plato
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM., dan meninggal pada
tahun 347 SM pada usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang
secara turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena.
Sejak usia 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pengaruhnya
demikian kuat, sehingga menjadi muridnya yang setia. Sampai akhir
hidupnya, Sokrates tetap menjadi pujaannya. Tidak lama setelah Sokrates
meninggal, Plato pergi dari Athena. Mula-mula ia pergi ke Megara, tempat
Euklides mengajarkan filsafatnya. Dari Megara pergi ke Kyrena, di sana ia
memperdalam pengetahuannya tentang matematika kepada Theodoros.
Kemudian, ia pergi ke Italia Selatan dan terus ke Sirakusa.
Intisari pemikiran filsafat Plato adalah pendapatnya tentang Idea.
Konsep pengertian yang dikemukakan Sokrates diperdalam oleh Plato
menjadi idea. Idea itu berbeda sekali dengan pendapat orang-orang.
Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat
orang banyak. Idea timbul semata-mata dari kecerdasan berpikir.
Pengertian yang dicari dengan pikiran adalah idea. Idea pada hakekatnya
sudah ada. Berpikir dan mengalami menurut Plato adalah dua macam jalan
yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicapai
dengan berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan yang diperoleh
dengan pengalaman. Untuk menggambarkan hubungan antara pikiran dan
pengalaman, Plato menjelaskannya dengan menyatakan adanya dua
macam dunia, yaitu dunia yang kelihatan dan bertubuh dan dunia yang
3
Muhammad Hatta,Alam Pikiran Yunani,(Jakarta:UI Press,2011).hlm.1-11.
8
tidak kelihatan dan tidak bertubuh. Dunia yang tidak kelihatan dan tidak
bertubuh adalah dunia idea, dunia imateril, tetap dan tidak berubah-ubah.
Idea dalam paham Plato tidak saja pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari
keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu
realita. Hubungan antara dunia yang nyata dan dunia yang tidak bertubuh
menurut Plato serupa dengan hubungan konsep menjadi dalam pemikiran
Herakleitos dengan konsep ada dalam pemikiran Parmenides. Idea menjadi
dasar bagi yang ada dunia atas idea menguasai kenyataan-kenyataan dalam
dunia yang lahir, yang timbul, dan yang lenyap.
Semua pengetahuan adalah tiruan dari yang sebenarnya, yang timbul
dalam jiwasebagai ingatan kepada dunia yang asal. Di sini jiwa sebagai
penghubung antara dunia idea dan dunia yang bertubuh. Segala
pengetahuan adalah bentuk daripada ingatan, demikian kata Plato. Dalam
pekerjaan untuk memperoleh pengetahuan dengan pengertian, jiwa
bergerak selangkah demi selangkah ke atas, ke dunia idea, dunia asalnya.
Kerinduan jiwa untuk naik ke atas, ke tempat asalnya, adalah suatu gerak
filosofis, gerak Eros, gerak cinta. Cinta pada
pengetahuan,filosophia,menimbulkan tujuan untuk mengetahui. Idea
merupakan suatu kesatuan yang di dalamnya terdapat peringkatan derajat.
Idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, disusul kemudian dengan idea
keindahan. Pemikiran etika Plato, sama dengan Sokrates, juga bersifat
intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi
adalah tahu, oleh karena itu, orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Sebab itu, sempurnakanlah pengetahuan dengan
pengertian. Tujuan hidup adalah untuk mencapai kesenangan, tetapi
kesenangan hidup di sini bukanlah memuaskan hawa nafsu. Kesenangan
hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-
barang yang dituju. Di bawah cahaya idea kebaikan dan keindahan orang
harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup.Antara
kepentingan orang-orang dan kepentingan masyarakat tidak boleh ada
pertentangan. Manusia yang disinari oleh idea kebaikan, tidak dapat tidak
akan mencintai kebaikan. Siapa yang hidup dalam dunia idea, tidak dapat
berbuat jahat. Maka, untuk mencapai budi baik berarti menanam keinsafan
untuk memiliki idea dengan pikiran.
9
Manusia memperoleh budi yang benar hanya dari pengetahuan, oleh
karena itu ilmu harus berkuasa di dalam negara. Plato mengatakan bahwa
kesengsaraan dunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja atau
raja-raja yang filosof. Negara yang ideal harus berdasar pada keadilan.
Keadilan adalah hubungan antara orang-orang yang bergantung pada suatu
organisasi sosial. Sebab itu masalah keadilan dapat dipelajari dari struktur
masyarakat. Oleh karena struktur masyarakat bergantung kepada kelakuan
manusia, maka kelakuan manusia itulah yang harus dibangun dan dibentuk
melalui pendidikan. Plato, membagi warga negara ke dalam tiga golongan:
a. Golongan rakyat jelata.
Meliputi petani, pekerja, tukang, dan saudagar. Mereka
merupakan dasar ekonomi bagi masyarakat dan memiliki hak milik
dan berumah tangga.
b. Golongan penjaga atau pembantu dalam urusan negara.
Golongan ini bertugas untuk mempertahankan negara dari
serangan musuh, dan menjamin peraturan dapat berlaku dalam
kehidupan masyarakat. Mereka tidak boleh memiliki harta
perorangan dan keluarga. Mereka tinggal dalam asrama, hidup
dalam sistem komunisme yang seluas-luasnya, meliputi perempuan
dan anak-anak. ‘Milik’ bersama atas perempuan tidak berarti
bahwa mereka dapat memuaskan hawa nafsunya. Hubungan
mereka dengan perempuan diatur oleh negara.
c. Golongan pemerintah atau filosof.
Mereka terpilih dari yang paling cakap an terbaik dari kelas
penjaga, setelah menempuh pendidikan dan latihan special untuk
tugas tertentu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan
mengawasi pelaksanaannya. Merek harus menyempurnakan budi
yang tepat sesuai dengan golongannnya, yaitu budi kebijaksanaan.
10
Dasar yang utama bagi anak-anak adalah olah raga dan musik. Dari
usia 16 smpai 18 tahun diberi pelajaran matematik untuk mendidik
jalan pikirannya. Pada usia 18-20 diberi pendidikan kemiliteran.
Setelah mereka bekerja selama 15 tahun dan memasuki usia 50,
mereka diterima dalam lingkungan pemerintahan dan filosof
3. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageria di Semenanjung Kalkidike, Trasia
(Balkan) pada tahun 384 SM., dan meninggal di Kalkis pada tahun 322
SM., di usianya ke-63. Bapaknya adalah seorang dokter dari raja
Macedonia, Amyntas II. Sampai usia 18 tahun ia mendapatkan pendidikan
langsung dari ayahnya tersebut. Aristoteles pergi ke Athena dan berguru
kepada Plato di Akademia. 20 tahun lamanya ia menjadi murid Plato. Ia
rajin membaca dan mengumpulkan buku sehingga Plato memberinya
penghargaan dan menamai rumahnya dengan rumah pembaca. Aristoteles
sependapat dengan Plato, bahwa tujuan yang terakhir dari filsafat adalah
pengatahuan tentang adanya (realitas) dan yang umum. Ia memiliki
keyakinan bahwa kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan
jalan pengertian. Ada tiga hal yang perlu dipenuhi untuk mencapai
kebahagiaan hidup. Pertama, manusia harus memiliki harta secukupnya,
supaya hidupnya terpelihara. Kedua, alat yang terbaik untuk mencapai
kebahagiaan adalah persahabatan. Ketiga, keadilan. Keadilan dalam arti
pembagian barang yang seimbang sesuai dengan tanggung jawab dan
keadilan dalam arti memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.
Kebahagiaan akan menimbulkan kesenangan jiwa. Kesenangan jiwa ini
akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat.
Aristoteles menentang adanya penumpukkan kapital pada seseorang.
Oleh karena itu ia mencela profesi pedagang. Ia sangat menentang tukar-
menukar dengan cara riba. Ia bahkan menganjurkan supaya negara
mengambil tindakan yang tepat untuk mepengaruhi penghidupan sosial,
dan ukurannya adalah kepentingan yang sama tengah. Bagi Aristoteles,
tiang masyarakat adalah kaum menengah yang berbudi baik. Aristoteles
mengemukakan tiga bentuk negara. Pertama, monarkiatau basilea. Kedua,
aristokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang sedikit jumlahnya.
11
Ketiga, Politea atau timokrasi, yaitu pemerintahan berdasarkan kekuasaan
keseluruhan rakyat. Dalam istilah sekarang disebut demokrasi. Dari tiga
bentuk negara tersebut, yang terbaik menurutnya adalah kombinasi antara
aristokrasi dan demokrasi. Kombinasi antara aristokrasi dan demokrasi
adalah yang sebaik-baiknya. Dalam pandangan ini ternyata Aristoteles pun
mengambil jalan tengah.
12
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani,
beliau adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad
ke-6 SM. Thales mendapat gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang
yang mula-mula berfilsafat. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai
dengan cara berfikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran
Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba
menjelaskan dunia dan segala gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta
ini?” dan ia sendiri menjawab air. Karena pertanyaannya itulah yang
mengangkat Thales menjadi filosof pertama di dunia. Selain sebagai filsuf ,
Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik.Tentang
kehidupan pribadi Thales, orang tua Thales adalah Examyes dan Cleobuline.
Keluarganya memiliki hubungan keluarga kerajaan Phoenicia. Keluarga
Thales memiliki hubungan dengan Cadmus pangeran Fenisia. Tentang
pernikahannya Diogenes mengatakan Thales menikah dan memiliki seorang
putra bernama Cybisthus atau Cybisthon cerita kedua Thales mengadopsi
keponakannya dengan nama yang sama tersebut.
Pemikiran-Pemikiran Thales
13
a. Air Sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
c.Theorema Thales
14
(1).Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut
dengan diameter.
(4).Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu
dan sepasang sudut yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka
kedua segitiga itu dikatakan sama sebangun.
(5). Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan
untuk mengukur jarak kapal.
d. Pandangan Politik
15
“Masa lalu yang pasti, masa depan mengaburkan.”
“Tidak ada yang lebih aktif dari pada pikiran, untuk itu perjalanan melalui
alam semesta, dan tidak ada yang lebih kuat dari keharusan untuk semua
harus tunduk kepada itu.”
Filsuf yang namanya disebut juga Anaximandros ini kira - kira hidup
antara tahun 610 sampai dengan tahun 547 SM. Anaximander mengarang
sebuah risalah dalam prosa (yang pertama dalam kesusasteraan Yunani), yang
sekarang tinggal satu fragmen. Ia berjasa dalam bidang astronomi dan
geografi, karena dialah orang pertama yang membuat suatu peta bumi.
Usahanya dalam geografi dilanjutkan oleh Hekataois, sewarga polis dengan
dia. Ia memimpin ekspedisi dari Miletus yang mendirikan kota perantauan
baru di Apollonia di pantai Laut Hitam. Konon kota Miletus menghormatinya
dengan suatu patung. Berkaitan dengan bidang ilmu astronomi dan ilmu bumi.
Anaximander berbeda dengan Thales, Ia berpendapat bahwa permulaan yang
pertama tidaklah bisa ditentukan karena tidak memili sifat-sifat zat yang ada
sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu subtansi azali,
namun subtansi itu bukan air seperti yang diyakini Thales, melainkan subtansi
tersebut adalah sesuatu yang “tidak terbatas”, abadi, tidak mengenal usia, dan
ada dengan sendirinya, serta melingkupi seluruh dunia. Selain itu,
Anaximander telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari
sederhana yang di namakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi
kapan terjadi gempa bumi. Kemudian ia juga menyelidiki fenomena-fenomena
alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk
asal-mula manusia. Berbeda dengan Thales, ia tidak mencari asas pertama
segala sesuatu pada gejala-gejala alam. Menurut dia, tidak mungkin bahwa
asas pertama segala sesuatu itu adalah salah satu dari anasir-anasir yang
menyusun alam itu (air). Sebab seandainya benar bahwa air adalah asas
pertama segala sesuatu, maka air harus didapatkan juga di mana-mana harus
meresapi segala sesuatu, juga api, juga hal yang kering, dan lain sebagainya.
Padahal tidaklah demikian halnya. Air adalah hal yang terbatas, ada anasir lain
yang menjadi lawan nya, yaitu anasir api. Oleh karena asas pertama adalah
asas yang menimbulkan segala sesuatu, maka asas haruslah hal yang lebih
dalam daripada anasir yang menyusun alam. Menurut Anaximander, segala
sesuatu itu berasal dari Aperion, yaitu yang tak terbatas. Asas pertama ini
disebut demikian karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal
manusia. Menurut dia, “to apeiron” itu tidak dapat dirupakan, tidak ada
persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini, sebab
16
segala yang kelihatan itu yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera
kita. Oleh sebab itu, Apeiron adalah barang yang asal, yang tidak berhingga
dan tiada berkeputusan itu mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.
Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Panas dibatasi oleh
yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disana berakhir yang panas. Yang
cair dibatasi oleh yang beku. Yang terang dibatasi oleh yang gelap. Dan
sebagaimana yang terbatas itu dapat memberikan sifat kepada yang tidak
berkeputusan.
17
a.Bidang Astronomi
18
inilah yang akhirnya menginsprasi adanya konsep gravitasi dan bidang
astronomi lainnya.
b.Bidang Geografi
20
sempurna. Tentu saja bagi kita pemikiran ini terasa amat ganjil, namun
yang patut kita apresiasi adalah bagaimana ia bisa memikirkan hal
demikian. Filsuf alam menitikberatakan pada apa yang ia amati
disekitar lingkungannya. Anaximander pun sama, dengan berbagai
penjelajahan yang ia lakukan, ia pun menyadari bahwa lautan di bumi
ini luas sehingga pastilah dulunya bumi berupa lautan. Dan
pengamatannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
membuatnya menarik kesimpulan bahwa bukan manusia yang menjadi
makhluk pertama atau asal dari kehidupan ini, karena ketergantungan
manusia terhadap manusia lainnya.
e.Bidang Meteorologi
f. Penemuan Lainnya
21
Disini juga terlihat jelas perhatian Anaximander terhadap
matematika maupun geomatri yang sangat besar. Penelitiannya selalu
didasarkan pada konsep perhitungan geometri. Bahkan ada beberapa
sumber yang menyatakan jika Anaximander mampu memprediksi
gempa maupun gerhana dengan perhitungan geometri tersebut. Karena
konsep Anaximander juga, trigonometri berkembang. Dan mengenai
perhitungannya terhadap kedudukan bumi, matahari, bulan, planet dan
benda angkasa lainnya Anaximander juga menggunakan perhitungan
geometri. Dengan demikian sesungguhnya banyak sekali penemuan
dan penelitian dari Anaximander yang patut dikaji dan menjadi titik
awal perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak
terdapat udara di dalam nya. Oleh karena itu, udara itu tidak habis-
habisnya, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.
22
Tidak ada suatupun yang hidup tanpa udara. Oleh karena itu, ia
dapat menerima ajaran gurunya, bahwa ”jiwa itu serupa dengan udara”.
Sebagai kesimpulan atas ajarannya, ia mengatakan, “sebagaimana jiwa
kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian juga
udara mengikat alam ini menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang
menyusun tubuh manusia menjadi satu, dan menjaga agar tubuh tidak
bercerai-berai. Kalau jiwa keluar dari badan, badan menjadi mati, hancur
dan bercerai berai bagian-bagiannya. Juga alam besar ini ada karena udara,
udaralah yang menjadi dasar hidupnya, jika tidak ada udara, hancurlah
alam ini. Dengan demikian, alam (makro kosmos) dan manusia (mikro
kosmos) itu pada dasarnya satu rupa.4
4
Waris,2014,”Pengantar Filsafat”,(Bandung:STAIN Po PRESS,2014).
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional
dogmatis.Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang
menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.
filsafat barat muncul di yunani semenjak kira-kira abad ke ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan
alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri
kepada agama lagi untuk mencari jawabab atau pertanyaannya.Orang Yunani
pertama yang biasa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta.Kemudian
zaman Socrates ditandai dengan kemunculan kaum sofis yang berarti
cendikiawan, atau diartikan dengan orang bayaran. Karena mereka mengajar
dengan mengambil upah dan ini merupakan pekerjaan yang hina pada zaman
itu.
Tokoh-tokoh yang terkenal pada zaman lahirnya pemikir atau filsuf pada
zaman tersebut adalah sebagai berikut.
1. Socrates
2. Plato
3. Aristoteles
Pemikiran pada masa Socrates dapat dikatakan berbeda ditiap filsuf yang
mengemukakannya.Menurut Aristoteles, Thales berpendapat bahwa arkhe
(asas atau prinsip, dasar pertama) dari alam semesta ialah air. Air merupakan
asal dan tujuan dari segala sesuatu.Thales juga berpendapat bahwa segala
sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Menurut Anaximander berpendapat bahwa
permulaan yang pertama tidaklah bisa ditentukan karena tidak memili sifat-
sifat zat yang ada sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu
subtansi azali. Sedangkan menurut murid Anaximander yaitu Anaximenes
mengatakan udara. Udara yang membalut dunia ini, menjadi sebab segala
yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup.
24
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Semoga karya ilmiah kami bias menjadi bahan pembelajaran dan juga sebagai
bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang membaca
karya ilmiah kami.
2. Bagi Penulis
Dengan karya ilmiah ini semoga bisa mengasah cara penulisan dalam
membuat karya ilmiah yang lebih baik kedepannya dan juga sebagai bahan
pembelajaran bagi kami kedepannya.
25
Daftar Pustaka
https://catatanpenaku.wordpress.com/2016/10/07/makalah-sejarah-filsafat-barat-
26