Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT ILMU

MAKALAH INI DIBUAT DAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI


TUGAS PADA MATA KULIAH “ FILSAFAT ILMU ”

DOSEN PENGAMPU : PROF. DR. ADWANI, SH.,M.


HUM

OLEH

RIZKY AULIA FITRI


2003201010054

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu tepat pada waktunya. Shalawat

serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang

manajer sejati Islam yang selalu becahaya dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya

makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat

bagi kita semua.

Banda Aceh, 18 November 2020


Penulis,

RIZKY AULIA FITRI


2003201010054

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................4
C. TUJUAN MASALAH...............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. PENGERTIAN NILAI (AKSIOLOGIS)..................................................5
B. OBJEK AKSIOLOGIS..............................................................................8
C. BEBERAPA ALIRAN DALAM ETIKA.................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
A. KESIMPULAN.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
A.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir

pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita

manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita

dengan makhluk lainnya.

Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka memberikan definisi tentang ilmu

Filsafat namun masing-masing definisi mereka berbeda akan tetapi tidak

bertentangan, bahkan saling mengisi dan saling melengkapi dan terdapat

kesamaan yang saling mempertalikan semua definisi itu. Hal tersebut baik untuk

menambah wawasan kita karena dengan mengetahui pengertian dari para ilmuan-

ilmuan sebalum kita, kita banyak belajar dari sana.

Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang

seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran

yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa

manusia kepada tindakan yang lebih layak.

Untuk mengetahui dan membuka wawasan rekan-rekan mahasiswa

khususnya, penulis makalah akan membahas sejarah singkat tentang filsafat

umum, pengertian, manfaat mempelajari filsafat dan ruang lingkup filsafat.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah


ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana manfaat mempelajari filsafat?
3. Bagaimana ruang lingkup filsafat?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan daari makalah ini
sebagai berikut.
1. Untuk mengetauhi pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui manfaat mempelajari filsafat.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan,


antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama
banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Filsafat ilmu berasal dari zaman
Yunani Kuno, di mana filsafat ilmu lahir karena munculnya sebuah pengetahuan
dari Barat. Akan tetapi, pada perkembangannya ternyata ilmu pengetahuan di
abad ke-17 mengalami perpecahan, di mana ilmu dan filsafat berdiri sendiri
Koento Wibisono menyatakan bahwa filsafat itu sendiri telah mengantarkan
adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Pengertian filsafat
dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi.

1. Filsafat secara Etimologi


Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah
dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal
dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf
adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum
begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak
dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para
filsuf lainnya.1
1
Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat, Yogyakarta: Liberty, 1985, hlm. 1

5
2. Filsafat secara terminology
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat.
Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu
diperkenalkan beberapa Batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.

b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

c. Alfarabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.

d. Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.2
e. Notonegoro

2
Abbas Hamami M, Filsafat, Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengetahuan,
Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM, 1976, hlm. 2

6
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap
dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.

Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat


sangat beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap
secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan
selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandang.
b. Fisafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan
teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia
secara mendalam dan jelas.
c. Filsafat sebagai analis
Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna
istilah, kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan
arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan
bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan
tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf
analitis seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein, G. Ryle, J. L.
Austin, dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah
menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah
atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan
laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan
ide-ide.

7
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti
yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan
ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah segala
sesuatunya diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari
segala kekaburan dan kebingungan, yang mmenjadi dasar bagi pengertian kita
sehari-hari.3

B. Manfaat Mempelajari Filsafat


Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami
alam semesta, maknanya dan nilainya. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu
memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang
tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History
of Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan
semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi
filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah
dan menuntun pada jalan baru.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat
tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku), maupun Metafisika (hakikat keaslian).Manfaat mempelajari

3
Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk Umum, Jakarta: Kencana,
2003), hlm 1.

8
filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada empat macam
faedah, yaitu :
1. Agar terlatih berpikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu


dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius
diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang
posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara
seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk
memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar
persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.4
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala secara
mendalam, sedangkan pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan
gejala-gejala. Membicarakan gejala untuk masuk kepada hakikat itulah yang
menjadi fokus filsafat.Untuk sampai kepada hakikat harus melalui suatu metode
yang khas dari filsafat. Jadi, dalam filsafat itu harus reflektif, radikal, dan
integral. Reflektif di sini berarti manusia menangkap objek secara intensional,
dan sebagai hasil dari proses tersebut adalah keseluruhan nilai dan makna yang
diungkapkan manusia dari objek yang di hadapinya.Filsafat juga bersifat integral
yang berarti mempunyao kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang
utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, Filsafat ingin memandang objeknya secara
utuh. Filsafat membahas lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas yang
paling mendasar.5

4
Ahmad Syadali Dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004, hlm. 28.
5
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 4.

9
C. Ruang Lingkup Filsafat
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian
atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai
objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat dikatagorikan
kepada dua:
1. Objek material filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup
apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.

2. Objek formal filsafat


Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya. Objek
formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Objek formal ini dapat
dipahami melalui dua kegiatan:
a. Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal
manusia dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti
secara mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau
penyelidikan dalam wujud ilmu atau ideologi.

Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan


metafisika, yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi
dan substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari

10
bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik
atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran
yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra
seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato (+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-
sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara
bagi Aritoteles (+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berupaya mempelajari “peri ada selaku ada” (being as being) atau “peri ada
sebagaimana adanya” (being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah
diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat
berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya
sendirinya, maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan,
yang mungkin ada atau seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika
filsafat itu bersifat holistik atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan
lainnya bersifat Fragmental atau bagian-bagian.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:
1. Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari
bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan usaha
untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang mencoba
menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.

2. Manfaat adanya Filsafat adalah untuk membantu seseorang untuk terlatih


berpikir serius dan mampu menjadi warga negara yang baik.

3. Ruang lingkup filsafat yaitu filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam
semesta, dan sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan
pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material
dan objek formal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali Dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia,


2004.

Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat, Yogyakarta: Liberty, 1985.

Abbas Hamami M, Filsafat, Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat


Pengetahuan, Yogyakarta: Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM, 1976.

Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk Umum,


Jakarta: Kencana, 2003.

Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai