Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Filsafat Ilmu" dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Filsafat Ilmu bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ajid Hakim, M.Ag selaku dosen
Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian Filsafat........................................................................................................2
B. Pengertian dan Hakekat Ilmu......................................................................................3
C. Pengertian Filsafat Ilmu dan Tujuan Mempelajari Filsafat Ilmu............................6
D. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-ilmu lain........................................................8
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
Kesimpulan.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan filsafat membawa perubahan besar bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan pemikiran. Hal ini secara jelas terlihat pada masa sekarang
ini. Setiap saat ada penemuan-penemuan baru yang telah ditemukan oleh manusia,
menjadikan manusia sebagai makhluk yang pantas disebut sebagai makhluk
yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah Swt. Karena diantara
beberapa yang diciptakan oleh Allah Swt, hanya manusia yang dilengkapi oleh
pikiran. Dan, berpikir adalah kegiatan untuk menemukan suatu yang dianggap benar.
Dalam filsafat ilmu, terdapat tiga tahapan yang harus ditempuh dalam mencari
kebenaran yaitu ontologi epistemologi, dan aksiologi. Secara garis besar, ontologi
menjadi sebuah dasar atau pondasi atau awal mula dari dasar pemikiran, epistemologi
menjadi instrumen dari hipotesa-hipotesa yang dilontarkan pada awal pemikiran yang
harus ditemukan kebenarannya, sedangkan aksiologi menjadi proses dari proses
aktualisasi dan implementasi hasil dari pemikiran yang dilontarkan dari epistemologi
yang dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Filsafat?
2. Apa Pengertian dan Hakekat Ilmu?
3. Apa Pengertian Filsafat Ilmu dan Tujuan Mempelajari Filsafat Ilmu?
4. Apa Manfaat Filsafat Ilmu?
5. Bagaimana hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-Ilmu lain?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian dan Hakekat Ilmu
3. Untuk mengetahui Filsafat Ilmu dan Tujuan mempelajari Filsafat Ilmu
4. Untuk mengetahui Manfaat Filsafat Ilmu
5. Untuk mengetahui hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-ilmu lain
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah
philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari
zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian
sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti
kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yangg dalam bhs
Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal dengan istilah
philoshophy adalah dari Bahasa Yunani philoshophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara
etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaan.
v
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama
memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni
seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri
yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos”
(pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-
mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui
sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf
yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani.
Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The
Liang Gie, 1999).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak
semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh
menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir
tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus
persoalan filsafat.
Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-
pendapat ilmiah, dewasa ini, melalui perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat tertentu, tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan
suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
vi
Cornelius Benjamin
Michael V. Berry
Peter Caws
Caws mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah salah satu bagian filsafat
yang mencoba berupaya dan melakukan pencarian terhadap ilmu.
Psillos dan Curd berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang
berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat di
dalam ilmu.
Rudner (1966)
Sementara itu Rudner berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah salah satu
bagian dari epistemologi yang merupakan filsafat yang berfokus pada kajian tentang
karakteristik pengetahuan ilmiah.
Hanurawan (2012)
vii
of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu
“episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah
episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk “menempatkan sesuatu tepat pada
kedudukannya”.
The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) memberikan pengertian ilmu
adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk
memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai
seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala
yang ingin dimengerti manusia.
Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan analitis tentang dasar-
dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology atau teori
pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal dari bahasa
yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti ilmu.
Secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk “menempatkan
sesuatu tepat pada kedudukannya”.
Berdasarkan cara kerja atau metode yang digunakan, maka epistemologi dibagi
menjadi beberapa macam. Berdasarkan titik tolak pendekatannya secara umum,
epistemologi dibagi menjadi 3, yaitu:
viii
1) Epistemologi metafisis
2) Epistemologi skeptis
3) Epistemologi kritis
ix
spesifik, sementara semakin mengarah ke teori maka semakin abstrak karena
lebih bersifat umum.
b. A mode of inquiry, yaitu cara pengkajian atau penelitian yang mengandung
pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh jawaban atas
permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.
Ilmu adalah pengetahuan. Jika dilihat dari asal katanya, “pengetahuan” di ambil dari
bahasa inggris yaitu knowledge, sedangakan “ilmu” dari kata science dan peralihan
dari kata arab ilm atau ‘alima (ia telah mengetahui) sehingga kata jadian ilmu berarti
juga pengetahuan. Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ditinjau dari
segi bahasa, antara pengetahuan dan ilmu mempunyai sinonim arti, namun jika dilihat
dari segi arti materialnya (kata pembentuknya) maka keduanya mempunyai
perbedaan.
a) Bersifat akumulatif, artinya ilmu adalah milik bersama. Hasil dari pada ilmu
yang telah lalu dapat digunakan untuk penyelidikan atau dasar teori bagi
penemuan ilmu yang baru.
b) Kebenarannya bersifat tidak mutlak, artinya masih ada kemungkinan
terjadinya kekeliruan dan memungkinkan adanya perbaikan. Namun perlu
diketahui, seandainya terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka itu bukanlah
kesalahan pada metodenya, melainkan dari segi manusianya dalam
menggunakan metode itu.
c) Bersifat obyektif, artinya hasil dari ilmu tidak boleh tercampur pemahaman
secara pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan harus sesuai
dengan fakta keadaan asli benda tersebut.
x
C. Pengertian Filsafat Ilmu dan Tujuan Mempelajari Filsafat Ilmu
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam
berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999),
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan
timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu menurut Surajiyo (2010 : 45), merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai
ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat
ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara
memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu
sendiri.
xi
idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang
implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara,
paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak
dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang
akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.
Adapun tujuan mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar (2008:20) adalah:
xii
D. Manfaat Filsafat ilmu
Beberapa manfaat filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:
xiii
perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan
filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah
bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami
fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu
bersikap kritis, berfikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, disamping
perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik
tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan
deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan
klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum
atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam
berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan
kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh
dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam
mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang
lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim
agama, moral serta seni.
Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai
batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang
sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya,
bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat
(Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam
menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik
tekan pendekatan yang berbeda.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-
ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam
dengan menunjukan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan
juga menunjukkan sebab-sebab tetapi yang tak begitu mendalam.
xiv
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat
ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan
ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat
dan kritis.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat mempunyai
objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya
terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat hendak memberikan pengetahuan,
insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan
ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi yang tak begitu mendalam.
xv
DAFTAR PUSTAKA
https://serupa.id/filsafat-ilmu/
xvi