Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU POLITIK

KEKUASAAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik
Dosen Pengampu : Dr. Setia Gumilar, M.Si.
Agung Purnama, M.Hum

Disusun oleh:
Sulthon Sholehuddin 1205010183
Sumi Fitria 1205010184
Teddiansyah Nata Negara 1205010190
Wafa Nur Afifah Az Zahra 1205010194
Zidan Sultan F 1205010203

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
Jalan A. H. Nasution No. 105 Cibiru-Bandung 40614, Telepon: (022) 780
2844
Website : www.uinsgd.ac.id Email : info@uinsgd.ac.id
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi” ini tepat pada
waktunya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak
Dr. Setia Gumilar, M.Si. dan Bapak Agung Purnama, M.Hum. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Politik. Selain itu, makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas wawasan ilmu tentang “Demokrasi” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Setia Gumilar, M.Si.


dan Bapak Agung Purnama, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Ilmu Politik yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik
dan rapi. Kami memahami bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam teknik penulisan maupun materi, mengingat terbatasnya kemampuan yang
kami miliki.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberi kebermanfaatan bagi para pembaca demi kemajuan bersama dan
demi majunya ilmu pengetahuan. Bandung, 15 November 2021 Tim Penyusun

Bekasi, 20 November 2021

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan...........................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. Pengertian Kekuasaan.............................................................................................................2
2. Perbedaan Kepemimpinan dan Kekuasaan...........................................................................2
3. Landasan Kekuasaan..............................................................................................................4
4. Pengertian Konflik...................................................................................................................5
5. Faktor Penyebab Konflik........................................................................................................5
6. Tipe Konflik.............................................................................................................................7
7. Struktur Konflik......................................................................................................................8
8. Intensitas Konflik....................................................................................................................8
9. Pengaturan Konflik.................................................................................................................9
10. Penyelesaian Konflik Politik...............................................................................................9
11. Contoh Konflik Politik di Indonesia.................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada


kedua elemennya, yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang
berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat memimpin kota (polis)).
Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan
untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan
terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia
lakukan tanpa perintah kita (untuk saat itu) maka kita memiliki kekuasaan
atas adik kita. Kekuasaan politik dengan demikian adalah kemampuan
untuk membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa
kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.

Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa


mengorganisasi sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya
membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara
maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan


(authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal
dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa.
Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti dia
memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya
dari UU Lalu Lintas, sehingga bila seorang pemegang kewenangan
melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang
ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu
dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi.

Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus


dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap
menjad penggunaan kekuasaan yang konstitusional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Kekuasaan?
2. Bagaimana Landasan Kekuasaan?
3. Bagaimana Pengertian dari Konflik?

1
4. Bagaimana Faktor Penyebab, Struktur Konflik?
5. Apa Contoh Konflik Politik di Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Arti Dari Kekuasaan
2. Untuk Mengetahui Apa Landasan Kekuasaan
3. Untuk Mengetahui Apa Definisi dari Konflik
4. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab dan Struktur Politik
5. Untuk Mengetahui Contoh dari Konflik Politik di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk


mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisiini mengimplikasikan sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan
agar efektif dansebuah hubungan ketergantungan. Kekuasaan merupakan suatu
potensi ataukemampuan sehingga bisa saja seseorang mempunyai kekuasaan tapi
tidakmenjalanakannya. Aspek terpenting dari kekuasaan adalah fungsi
ketergantungan(Dependency) artinya semakin besar ketergantungan B terhadap A
maka besar pulakekuasaan A. Selain itu seseorang dapat memiliki kekuasaan atas
diri Anda hanya jikaia mengendalikan sesuatu yang Anda inginkan.

2. Perbedaan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Kedua konsep tersebut saling bertautan, para pimpinan


menggunakankekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok.
Sehingga kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka mancapai
tujuan. Beberapa perbedaannya antara lain

 Kesesuaian tujuan, kekuasaan tidak mengisyaratkan kesesuaian tujuan


tetapihanya ketergantungan. Sebaliknya kepemimpinan mengisyaratkan
keserasianantara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin.
 Arah pengaruh, kekuasaan berfokus pada pengaruh ke bawah kepara para
pengikutnya, sedang kepemimpinan meminimalkan pola-pola
pengaruhkesamping dank ke atas.
 Penekanan Penelitian, penelitian akan kepemimpinan terletak pada
gaya,sedangkan penelitian kekuasaan terletak pada sesuatu yang lebih luas
dan berfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak
buah.

3
3. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
1. Kekuasaan Koersif

Landasan Kekuasaan koersif (Coersive power) adalah rasa takut.


Kekuasaankoersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sangsi
fisikyangmenimbulkan rasa sakit, menimbulkan frustasi melalui pembatasan
gerakatau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologi atau keamanan.

2. Kekuasaan Imbalan

Kekuasaan imbalan (reward power), orang memenuhi keinginan atau


arahanorang lain karena, dengan berbuat demikian, ia akan mendapatkan manfaat
positif; serta mendapatkan imbalan atau penghargaan yang dipandang oranglain
bernilai akan memiliki kekuasaan atas orang lain. Imbalan bisa bersifatfinancial
atau non-finansial.

3. Kekuasaan Legitmasi

Kekuasaan lagitimasi (Legitimate power) adalah kekuasaan


yangmelambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan danmemamfaatkan
sumber-sumber daya organisasi misalnya posisi structural.Secara spesifik
kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-
anggota dalam suatu organisasi.

b. Kekuasaan Pribadi
1. Kekuasaan karena Keahlian

Kekuasaan karena Keahlian (Expert power) adalah pengaruh yang


diperolehdari keahlian, ketrampilan khusus, pengetahuan. Keahlian telah
menjadisalah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia sudah semakin
berorientasi pada teknologi.

2. Kekuasaan Rujukan

Kekuasaan Rujukan (referent power) didasarkan pada identifikasi


terhadapseseorang memiliki sumber daya atau sifat-sifat personal yang

4
menyenangkan. Hal ini berkembang dari kekaguman terhadap orang laindan
hasrat untuk menjadi seperti orang lain. Karisma merupakan pengaruhyang cukup
besar, walaupun tidak menduduki posisi kepeminpinan formal,mampu
memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain lantarandinamisme kariskatik,
rasa digemari, dan efek emosional mereka atas kita.

Dari semua landasan kekuasaan formal dan pribadi, yang paling menarik
adalah penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber
kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena
keahlian maupun rujukansecara positif berkaitan dengan kepuasan karyawan
terhadap pengawasan, komitmenkeorganisasian mereka, dan kinerja, sedangkan
kekuatan imbalan dan legitimasitampak tidak terkait secara langsung hasil-hasil
semacam ini.

c. Taktik Kekuasaan

Dengan kata lain, pilihan-pilihan apa daya yang dimiliki seseorang


untukmemengaruhi atasan, rekan kerja, atau karyawan mereka. Serta apalah
pilihan-pilihantersebut yang lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Ada 9
mengidentidifikasimacam taktik pengaruh :

1. Legitimasi, mengandalkan posisi kewenagan seseorang atau menekankan


bahwa sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan
dalamorganisasi.
2. Persuasi rasional, menyajikan arguman-argumen yang logis dan berbagai
buktifactual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk
akal.
3. Seruan Inspirasional, mengembangkan komitmen emosional dengan
caramenyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi subuah
sasaran.
4. Konsultasi, meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang
menjadisasaran dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana
rencara atau perubahan akan dijalankan.

5
5. Tukar pendapat, memberi imbalan kepada target atau sasaran berupa uang
atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
6. Seruan pribadi, meminta kepatuhan berdasarkan persahatan atau kesetiaan.
7. Menyenangkan orang lain, menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku
bersahabat sebelum membuat permintaan.
8. Tekanan, menggunakan peringatan, tuntunan tegas, dan ancaman
9. Koalisi, meminta bantuna orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju
4. Pengertian Konflik

Konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak, ketika
keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya hambatan
dari kedua pihak. Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan
kekerasan seperti kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Konflik
mengandung pengertian “benturan” seperti perbedaan pendapat, persaingan dan
pertentangan antar individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan
kelompok atau pemerintah. Jadi konflik politik dirumuskan secara luas sebagai
perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah indidvidu,
kelompok ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan
sumber-sumber dari keputusan yang dibuat yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Yang dimaksud dengan pemerintah meliputi lembaga eksekutif legislatif dan
yudikatif. Sebaliknya secara sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai
kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk menentang kebijakan
umum dan pelaksanaannya juga perilaku penguasa beserta segenap aturan,
struktur, danprosedur yang mengatur hubungan-hubungan diantara partisipan
politik.

5. Faktor Penyebab Konflik

Salah satu sumber konflik politik adalah adanya stuktur yang terdiri dari
penguasa politik dan sejumlah orang yang dikuasai. Stuktur ini menyebabkan
bahwa konflik politik yang utama adalah antara penguasa politik dan sejumlah
orang yang menjadi obyek kekuasaan politik. Konflik yang hebat antara penguasa
politik dengan rakyatnya sendiri karena ketidakmauan dan ketidakmampuan

6
penguasa politik memahami dan membela kepentingan rakyatnya. Rakyat tidaklah
patut disalahkan sebagai penyebab terjadinya konflik politik. Hal yang perlu
diperhatikan bahwa konflik politik timbulkan oleh adanya keterbatasan sumber-
sumber daya yang dibutukan untuk hidup semakin besar kemungkinan terjadinya
konflik politik. Dengan kata lain, semakin besar penderitaan dan kekecewaan
rakyat semakin besar dorongan di dalam masyarakat untuk terlibat konflik dengan
penguasa politik.

Konflik politik dapat muncul kepermukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu
konflik politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal.

1. Kemajemukan Horizantal
Kemajemukan Horizontal merupakan struktur masyarakat yang majemuk
secara kultural dan sosial. Majemuk secara kultural, seperti: suku bangsa, daerah,
agama, dan ras. Majemuk secara sosial, seperti: perbedaan pekerjaan dan profesi,
serta karakteristik tempat tinggal.
2. Kemajemukan Vertikal
Kemajemukan Vertikal merupakan struktur masyarakat yang terbagi
berdasarkan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Kemajemukan terjadi
karena adanya distribusi kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan yang pincang.
6. Tipe Konflik

Terdapat dua tipe konflik, yaitu konflik positif dan konflik negatif. Untuk
menentukan sifat suatu konflik, dapat dilihat dengan tingkat legitimasi masyarakat
terhadap sistem politik yang ada.

1. Konflik Positif
Konflik positif yaitu konflik yang tak mengancam eksistensi sistem
politik, biasanya disalurkan melalui mekanisme penyelesaian konflik yang
disepakati bersama dalam konstitusi. Mekanisme tersebut ialah lembaga
demokrasi, seperti partai politik, badan perwakilan rakyat, pers, pengadilan,
pemerintah, dan sebagainya.
2. Konflik Negatif

7
Konflik negatif yaitu konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem
politik yang biasanya disalurkan melalui cara nonkonstitusional, seperti
kudeta, separatisme, terorisme, dan revolusi.
7. Struktur Konflik

Struktur konflik dibedakan menjadi konflik menang-kalah (zero-sum conflict)


dan konflik menang-menang (non zero-sum conflict).

1. Konflik Menang-Kalah
Konflik menang-kalah Adalah konflik yang bersifat antagonistik,
sehingga tidak memungkinkan tercapainya kompromi antara pihak-pihak yang
berkonflik.Cirinya:
a. Tidak mungkin mengadakan kerja sama
b. Hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang saja
c. Yang dipertaruhkan adalah hal-hal yang prinsipil, seperti harga diri, iman
kepercayaan, jabatan, dll.
2. Konflik Menang-Menang
Konflik menang-menang adalah konflik dimana pihak-pihak yang
terlibat masih mungkin untuk berkompromi dan bekerja sama. Cara yang
dilakukan yaitu dengan melakukan dialog, kompromi, dan kerja sama yang
menguntungkan dua pihak. Cirinya:

a. Adanya kompromi dan kerja sama


b. Hasil kompetisi dinikmati oleh kedua pihak, namun tidak secara maksimal
8. Intensitas Konflik
Intensitas konflik lebih merujuk kepada besarnya energi yang dikeluarkan dan
tingkat keterlibatan partisipan dalam konflik. intensitas konflik ditentukan
oleh berbagai factor, yaitu:

1) Pertentangan antara pihak-pihak yang berkonflik yang mencakup berbagai


jenis.
2) Terdapat kelas yang dominan dalam industri

8
3) Pihak yang berkonflik menilai tidak mungkin terjadi peningkatan status bagi
dirinya.
4) Besar kecilnya sumber-sumber yang diperebutkan dan tingkat resiko yang
timbul dari konflik tersebut. Semakin besar sumber-sumber yang diperebutkan
maka konflik akan semakin intens. Demikian pula dengann resiko, semakin
besar tingkat resiko yang akan ditimbulkan maka konflik akan semakin
intens.1
9. Pengaturan Konflik
Pengaturan konflik adalah berupa bentuk-bentuk pengendalian yang lebih
diarahkan pada manifestasi konflik daripada sebab-sebab konflik. Dengan asumsi
konflik tidak akan dapat diselesaikan dan dibasmi, maka konflik hanya dapat
diatur saja sehingga konflik tidak mengakibatkan perpecahan dalam masyarakat.
Pengaturan konflik yang efektif sangat bergantung pada tiga factor, yaitu:

1) Kedua pihak harus mengakui kenyataan dan situasi konflik yang terjadi di
antara mereka.
2) Kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisasikan secara
rapi, tidak tercerai berai sehingga masing-masing pihak memahmi dengan
jelas lingkup tuntutan pihak lain.
3) Kedua pihak menyepakati aturan main yang menjadi landasan dari pegangan
dalam hubungan interkasi diantara mereka.
Sedangkan untuk bentuknya, pengaturan konflik memiliki 3 bentuk
pengaturan konflik, yaitu:
1) Bentuk konsilisasi seperti parlemen atau kursi perlemen, dimana semua pihak
berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam untuk mencapai
kesepakatantanpa ada pihakpihak yang memonopoli pembicaraan atau
memaksakn kehendak.
2) Bentuk mediasi dimana kedua pihak sepakat mencari penasehat dari pihak
ketiga tetapi nasehat yang diberikan oleh mediator tidak mengikat mereka.
3) Bentuk arbitrasi, kedua belah pihak sepakat untuk mendapatkan keputusann
akhir sebagai jalan keluar konflik pada pihak ketiga sebagai arbitrator.
1

9
10. Penyelesaian Konflik Politik
Konsensus politik merupakan penyelesaian konflik politik secara damai.
Dengan demikian penyelesaian konflik politik berhasil dicapai. Penyelesaian
konflik politik dapat dilakukan dengan pemilu sebagai cara mencapai konsensus
politik, musyawarah sebagai cara mencapai konsensus politik, dan pemungutan
suara.

- Pemilu

Pemilu sebagai cara mencapai konsensus politik, merupakan konsensus


politik yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat konflik politik yang biasanya
berjumlah banyak diselesaikan oleh rakyat melalui pemilu. Hasil pemilu
merupakan konsensus politik dicapai secara damai maka merupakan penyelesaian
konflik secara persuasif.

- Musyawarah

Musyawarah sebagai cara mencapai konsensus, musyawarah dilakukan


antara pihak-pihak yang terlibat konflik politik tanpa adanya perantara karena
penyelesaian konflik politik tidak bisa ditentukan pihak lain tanpa persetujuan
pihak-pihak yang terlibat konflik. Musyawarah bertujuan mencari titik temu atau
kompromi antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Pihak-pihak yang terlibat
konflik menyetujui itu berdasarkan kehendak dan kesadaran sendiri karena merasa
pendapat yang satu itulah yang terbaru untuk semua. Dalam kenyataan sangat
jarang kompromi atau mufakat, karena:

1) Besarnya perbedaan pendapat antara pihak yang terlibat konflik.


2) Kuatnya keyakinan pihak-pihak yang terlibat konflik akan kebenaran pendapat
mereka masing-masing sehingga sulit mengarapkan perubahan dari pendapat
yang dianut.
- Pemungutan Suara

Pemungutan suara adalah perhitungan suara diantara pihak-pihak yang


terlibat konflik untuk menentukan jumlah suara diantara yang mendukung oleh

10
suara terbanyak yang akan dijadikan keputusan bersama. Memang sebaiknya
pertama-tama diusahakan dengan mufakat. Pemungutan suara merupakan pilihan
berikutnya ketika musyawarah untuk mufakat mengalami jalan buntu.
Pemungutan suara adalah cara yang lazim digunakan dalam lembaga perwakilan
untuk menyelesaikan konflik antara partai-partai politik.

11. Contoh Konflik Politik di Indonesia


Terdapat beberapa konflik politik yang pernah terjadi di Indonesia, salah
satu diantaranya adalah konflik politik Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TII)

- Peristiwa Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah suatu gerakan yang


menginginkan berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia. Pemberontakan DI/TII
bermula di Jawa Barat, kemudian menyebar ke daerah-daerah lain, seperti Brebes,
Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah, Mahfudz Abdul Rachman (Kyai
Somalangu), Pemberontakan dapat dihancurkan pada tahun 1954, Aceh dipimpin
Daud Baureueh Pemberontakan dimulai pada tanggal 20 September 1953.
Pemberontakan dapat dipatahkan pada tanggal 21 Desember 1962.
Pemberontakan di Aceh dimotori karena perasaan kecewa diturunkannya
kedudukan Aceh dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah provinsi
Sumatera Utara2, Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar dimulai pada
bulan Agustus 1952 dan berakhir pada bulan Juli 1965, dan Kalimantan Selatan
dipimpin oleh Ibnu Hadjar pada bulan Oktober 1950. Pasukannya dinamakan
"Ke-satuan Rakyat Tertindas".

- Pemberontakan DI/TII Jawa Barat

Ppegangan kepada pihak internasional dan berdasar atas kasih sayang dan
kemurahan pihak lain. Selain itu Kartosuwiryo juga memandang bahwa dalam
kenyataannya negara Pancasila tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah
2

11
dengan baik, bahkan tak jarang membuangnya jauh-jauh. Oleh karena itu
Kartosuwiryo menegaskan bahwa tidak mungkin hukum-hukum Allah akan
berjalan baik dalam negara yang bukan Islam, baik itu negara Komunis, Sosialis
maupun negara Pancasila. Hukum-hukum Allah hanya akan berjalan baik dalm
sebuah Negara Islam, dengan demikian Kartosuwiryo menolak Pancasila.Hasil
dari pemikiran Kartosuwiryo, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pandangan
Kartosuwiryo Islam merupakan agama yang sempurna, yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar,
lahir maupun batin, tidak hanya dalam kehidupan dunia tetapi lebih dari itu juga
kehidupan akhirat, sehingga hubungan Islam dan negara adalah sentral, tidak bisa
dilepaskan satu sama lain, karena dalam Islam tidak mengenal pemisahan antara
agama dan negara.

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah RI untuk menumpas


pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo itu, pada tanggal 17 Agustus 1950 mulai
melancarkan operasi penumpasan akan tetapi belum mendapat hasil yang
memuaskan. Meskipun telah diadakan operasi penumpasan akan tetapi umumnya
operasi tersebut bersifat sporadis tanpa ada rencana penumpasan yang
menyeluruh. Tanggal 5 juli 1959 operasi-operasi terhadap DI/TII Kartosuwiryo
diintensifkan dengan mencetuskan doktrin perang wilayah. Dimana seluruh rakyat
diikut sertakan sepenuhnya dalam pelaksanaan operasi penumpasan. Sistemnya
antara lain dikenal dengan Operasi Pagar Betis yang kemudian dilancarkan
dengan operasi Baratayudha.

Pelaksanaan operasi Baratayudha dilakukan oleh satuan KODAM VI


Siliwangi, dibantu KODAM VII Diponegoro dan KODAM VIII Brawijaya.
Tertangkapnya Kartosuwiryo dan sebagian besar pasukannya di daerah Gunung
Geber tidak berarti keamanan di Jawa Barat telah pulih kembali. Beberapa
anggota TII masih berkeliaran di hutan-hutan. Diantara anggota TII yang masih
berada di hutan yaitu Agus Abdullah (Panglima KPWB 1/Jawa dan Madura), dan
juga komandan pengawalnya yang bernama H. Syarif alias Ghozin.

12
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengajak pasukannya yang masih
berkeliaran itu maka Mohammad Darda mengeluarkan suatu pengumuman yang
ditujukan kepada seluruh anggota TII pada tanggal 6 Juni 1962.15 Seruan tersebut
ditandatangani oleh Mohammad Darda. Ditentukan pula bahwa setiap anggota
pasukan TII harus mendatangi pos-pos TNI terdekat. Sesudah dikeluarkannya
seruan itu, sebagian besar anggota TII menyatakan kembali ke pangkuan RI.
Akhirnya Agus Abdullah dan pengawalnya itu pun mematuhi seruan Mohammad
Darda dan mereka berdua kemudian dijemput dengan sebuah helikopter di
Gunung Ceremai (Majalengka) pada tanggal 1 Agustus 1962.16Panglima Kodam
VI Siliwangi, Kolonel Ibrahim Adji selaku komandan langsung yang memimpin
Operasi Brata Yudha, menyerukan kepada setiap anggota TII yang masih berada
di hutan, agar mereka menghentikan setiap kegiatannya dan segera turun serta
melaporkan diri dengan membawa semua senjata dan alat perlengkapan lainnya
demi keselamatan mereka dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Selain itu ia
juga telah memerintahkan agar pos-pos TNI menerima anggota pasukan TII yang
turun dari hutan-hutan. Diantara anggota-anggota TII yang turut menyerahkan diri
ini terdapat sejumlah remaja berusia 10 sampai 12 tahun dengan seragam lengkap
TII dengan membawa senjata mereka.

13
BAB III

KESIMPULAN

Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk


mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisiini mengimplikasikan sebuah potensi yang tidak perlu diaktualisasikan
agar efektif dansebuah hubungan ketergantungan. Kekuasaan merupakan suatu
potensi ataukemampuan sehingga bisa saja seseorang mempunyai kekuasaan tapi
tidakmenjalanakannya. Landasan Kekuasaan ada kekuasaan formal dan kekuasaan
pribadi.

Konflik politik dirumuskan secara luas sebagai perbedaan pendapat,


persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah indidvidu, kelompok ataupun
organisasi dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan sumber-sumber dari
keputusan yang dibuat yang dilaksanakan oleh pemerintah. Yang dimaksud
dengan pemerintah meliputi lembaga eksekutif legislatif dan yudikatif. Sebaliknya
secara sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan kolektif warga
masyarakat yang diarahkan untuk menentang kebijakan umum dan
pelaksanaannya juga perilaku penguasa beserta segenap aturan, struktur,
danprosedur yang mengatur hubungan-hubungan diantara partisipan politik.

Hal yang perlu diperhatikan bahwa konflik politik timbulkan oleh adanya
keterbatasan sumber-sumber daya yang dibutukan untuk hidup semakin besar
kemungkinan terjadinya konflik politik. Dengan kata lain, semakin besar
penderitaan dan kekecewaan rakyat semakin besar dorongan di dalam masyarakat
untuk terlibat konflik dengan penguasa politik.

14
Konflik politik dapat muncul kepermukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu
konflik politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal.
Konsensus politik merupakan penyelesaian konflik politik secara damai. Dengan
demikian penyelesaian konflik politik berhasil dicapai. Penyelesaian konflik
politik dapat dilakukan dengan pemilu sebagai cara mencapai konsensus politik,
musyawarah sebagai cara mencapai konsensus politik, dan pemungutan suara.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.G, Nursalam. “Pemberontakan Laskar-Laskar Islam.” Journal of Chemical


Information and Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.

Cholisin, and Nasiwan. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ombak, 2012.

Muflihah. Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap. Edited by Koeh. Jakarta:


Puspa Swara, 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai