KEKUASAAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik
Dosen Pengampu : Dr. Setia Gumilar, M.Si.
Agung Purnama, M.Hum
Disusun oleh:
Sulthon Sholehuddin 1205010183
Sumi Fitria 1205010184
Teddiansyah Nata Negara 1205010190
Wafa Nur Afifah Az Zahra 1205010194
Zidan Sultan F 1205010203
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak
Dr. Setia Gumilar, M.Si. dan Bapak Agung Purnama, M.Hum. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Politik. Selain itu, makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas wawasan ilmu tentang “Demokrasi” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik
dan rapi. Kami memahami bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam teknik penulisan maupun materi, mengingat terbatasnya kemampuan yang
kami miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberi kebermanfaatan bagi para pembaca demi kemajuan bersama dan
demi majunya ilmu pengetahuan. Bandung, 15 November 2021 Tim Penyusun
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan...........................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. Pengertian Kekuasaan.............................................................................................................2
2. Perbedaan Kepemimpinan dan Kekuasaan...........................................................................2
3. Landasan Kekuasaan..............................................................................................................4
4. Pengertian Konflik...................................................................................................................5
5. Faktor Penyebab Konflik........................................................................................................5
6. Tipe Konflik.............................................................................................................................7
7. Struktur Konflik......................................................................................................................8
8. Intensitas Konflik....................................................................................................................8
9. Pengaturan Konflik.................................................................................................................9
10. Penyelesaian Konflik Politik...............................................................................................9
11. Contoh Konflik Politik di Indonesia.................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
4. Bagaimana Faktor Penyebab, Struktur Konflik?
5. Apa Contoh Konflik Politik di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kekuasaan
3
3. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
1. Kekuasaan Koersif
2. Kekuasaan Imbalan
3. Kekuasaan Legitmasi
b. Kekuasaan Pribadi
1. Kekuasaan karena Keahlian
2. Kekuasaan Rujukan
4
menyenangkan. Hal ini berkembang dari kekaguman terhadap orang laindan
hasrat untuk menjadi seperti orang lain. Karisma merupakan pengaruhyang cukup
besar, walaupun tidak menduduki posisi kepeminpinan formal,mampu
memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain lantarandinamisme kariskatik,
rasa digemari, dan efek emosional mereka atas kita.
Dari semua landasan kekuasaan formal dan pribadi, yang paling menarik
adalah penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber
kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena
keahlian maupun rujukansecara positif berkaitan dengan kepuasan karyawan
terhadap pengawasan, komitmenkeorganisasian mereka, dan kinerja, sedangkan
kekuatan imbalan dan legitimasitampak tidak terkait secara langsung hasil-hasil
semacam ini.
c. Taktik Kekuasaan
5
5. Tukar pendapat, memberi imbalan kepada target atau sasaran berupa uang
atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
6. Seruan pribadi, meminta kepatuhan berdasarkan persahatan atau kesetiaan.
7. Menyenangkan orang lain, menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku
bersahabat sebelum membuat permintaan.
8. Tekanan, menggunakan peringatan, tuntunan tegas, dan ancaman
9. Koalisi, meminta bantuna orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju
4. Pengertian Konflik
Konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak, ketika
keduanya menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya hambatan
dari kedua pihak. Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan
kekerasan seperti kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Konflik
mengandung pengertian “benturan” seperti perbedaan pendapat, persaingan dan
pertentangan antar individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu dan
kelompok atau pemerintah. Jadi konflik politik dirumuskan secara luas sebagai
perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah indidvidu,
kelompok ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan
sumber-sumber dari keputusan yang dibuat yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Yang dimaksud dengan pemerintah meliputi lembaga eksekutif legislatif dan
yudikatif. Sebaliknya secara sempit konflik politik dapat dirumuskan sebagai
kegiatan kolektif warga masyarakat yang diarahkan untuk menentang kebijakan
umum dan pelaksanaannya juga perilaku penguasa beserta segenap aturan,
struktur, danprosedur yang mengatur hubungan-hubungan diantara partisipan
politik.
Salah satu sumber konflik politik adalah adanya stuktur yang terdiri dari
penguasa politik dan sejumlah orang yang dikuasai. Stuktur ini menyebabkan
bahwa konflik politik yang utama adalah antara penguasa politik dan sejumlah
orang yang menjadi obyek kekuasaan politik. Konflik yang hebat antara penguasa
politik dengan rakyatnya sendiri karena ketidakmauan dan ketidakmampuan
6
penguasa politik memahami dan membela kepentingan rakyatnya. Rakyat tidaklah
patut disalahkan sebagai penyebab terjadinya konflik politik. Hal yang perlu
diperhatikan bahwa konflik politik timbulkan oleh adanya keterbatasan sumber-
sumber daya yang dibutukan untuk hidup semakin besar kemungkinan terjadinya
konflik politik. Dengan kata lain, semakin besar penderitaan dan kekecewaan
rakyat semakin besar dorongan di dalam masyarakat untuk terlibat konflik dengan
penguasa politik.
Konflik politik dapat muncul kepermukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu
konflik politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal.
1. Kemajemukan Horizantal
Kemajemukan Horizontal merupakan struktur masyarakat yang majemuk
secara kultural dan sosial. Majemuk secara kultural, seperti: suku bangsa, daerah,
agama, dan ras. Majemuk secara sosial, seperti: perbedaan pekerjaan dan profesi,
serta karakteristik tempat tinggal.
2. Kemajemukan Vertikal
Kemajemukan Vertikal merupakan struktur masyarakat yang terbagi
berdasarkan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Kemajemukan terjadi
karena adanya distribusi kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan yang pincang.
6. Tipe Konflik
Terdapat dua tipe konflik, yaitu konflik positif dan konflik negatif. Untuk
menentukan sifat suatu konflik, dapat dilihat dengan tingkat legitimasi masyarakat
terhadap sistem politik yang ada.
1. Konflik Positif
Konflik positif yaitu konflik yang tak mengancam eksistensi sistem
politik, biasanya disalurkan melalui mekanisme penyelesaian konflik yang
disepakati bersama dalam konstitusi. Mekanisme tersebut ialah lembaga
demokrasi, seperti partai politik, badan perwakilan rakyat, pers, pengadilan,
pemerintah, dan sebagainya.
2. Konflik Negatif
7
Konflik negatif yaitu konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem
politik yang biasanya disalurkan melalui cara nonkonstitusional, seperti
kudeta, separatisme, terorisme, dan revolusi.
7. Struktur Konflik
1. Konflik Menang-Kalah
Konflik menang-kalah Adalah konflik yang bersifat antagonistik,
sehingga tidak memungkinkan tercapainya kompromi antara pihak-pihak yang
berkonflik.Cirinya:
a. Tidak mungkin mengadakan kerja sama
b. Hasil kompetisi akan dinikmati oleh pemenang saja
c. Yang dipertaruhkan adalah hal-hal yang prinsipil, seperti harga diri, iman
kepercayaan, jabatan, dll.
2. Konflik Menang-Menang
Konflik menang-menang adalah konflik dimana pihak-pihak yang
terlibat masih mungkin untuk berkompromi dan bekerja sama. Cara yang
dilakukan yaitu dengan melakukan dialog, kompromi, dan kerja sama yang
menguntungkan dua pihak. Cirinya:
8
3) Pihak yang berkonflik menilai tidak mungkin terjadi peningkatan status bagi
dirinya.
4) Besar kecilnya sumber-sumber yang diperebutkan dan tingkat resiko yang
timbul dari konflik tersebut. Semakin besar sumber-sumber yang diperebutkan
maka konflik akan semakin intens. Demikian pula dengann resiko, semakin
besar tingkat resiko yang akan ditimbulkan maka konflik akan semakin
intens.1
9. Pengaturan Konflik
Pengaturan konflik adalah berupa bentuk-bentuk pengendalian yang lebih
diarahkan pada manifestasi konflik daripada sebab-sebab konflik. Dengan asumsi
konflik tidak akan dapat diselesaikan dan dibasmi, maka konflik hanya dapat
diatur saja sehingga konflik tidak mengakibatkan perpecahan dalam masyarakat.
Pengaturan konflik yang efektif sangat bergantung pada tiga factor, yaitu:
1) Kedua pihak harus mengakui kenyataan dan situasi konflik yang terjadi di
antara mereka.
2) Kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisasikan secara
rapi, tidak tercerai berai sehingga masing-masing pihak memahmi dengan
jelas lingkup tuntutan pihak lain.
3) Kedua pihak menyepakati aturan main yang menjadi landasan dari pegangan
dalam hubungan interkasi diantara mereka.
Sedangkan untuk bentuknya, pengaturan konflik memiliki 3 bentuk
pengaturan konflik, yaitu:
1) Bentuk konsilisasi seperti parlemen atau kursi perlemen, dimana semua pihak
berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam untuk mencapai
kesepakatantanpa ada pihakpihak yang memonopoli pembicaraan atau
memaksakn kehendak.
2) Bentuk mediasi dimana kedua pihak sepakat mencari penasehat dari pihak
ketiga tetapi nasehat yang diberikan oleh mediator tidak mengikat mereka.
3) Bentuk arbitrasi, kedua belah pihak sepakat untuk mendapatkan keputusann
akhir sebagai jalan keluar konflik pada pihak ketiga sebagai arbitrator.
1
9
10. Penyelesaian Konflik Politik
Konsensus politik merupakan penyelesaian konflik politik secara damai.
Dengan demikian penyelesaian konflik politik berhasil dicapai. Penyelesaian
konflik politik dapat dilakukan dengan pemilu sebagai cara mencapai konsensus
politik, musyawarah sebagai cara mencapai konsensus politik, dan pemungutan
suara.
- Pemilu
- Musyawarah
10
suara terbanyak yang akan dijadikan keputusan bersama. Memang sebaiknya
pertama-tama diusahakan dengan mufakat. Pemungutan suara merupakan pilihan
berikutnya ketika musyawarah untuk mufakat mengalami jalan buntu.
Pemungutan suara adalah cara yang lazim digunakan dalam lembaga perwakilan
untuk menyelesaikan konflik antara partai-partai politik.
Ppegangan kepada pihak internasional dan berdasar atas kasih sayang dan
kemurahan pihak lain. Selain itu Kartosuwiryo juga memandang bahwa dalam
kenyataannya negara Pancasila tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah
2
11
dengan baik, bahkan tak jarang membuangnya jauh-jauh. Oleh karena itu
Kartosuwiryo menegaskan bahwa tidak mungkin hukum-hukum Allah akan
berjalan baik dalam negara yang bukan Islam, baik itu negara Komunis, Sosialis
maupun negara Pancasila. Hukum-hukum Allah hanya akan berjalan baik dalm
sebuah Negara Islam, dengan demikian Kartosuwiryo menolak Pancasila.Hasil
dari pemikiran Kartosuwiryo, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pandangan
Kartosuwiryo Islam merupakan agama yang sempurna, yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar,
lahir maupun batin, tidak hanya dalam kehidupan dunia tetapi lebih dari itu juga
kehidupan akhirat, sehingga hubungan Islam dan negara adalah sentral, tidak bisa
dilepaskan satu sama lain, karena dalam Islam tidak mengenal pemisahan antara
agama dan negara.
12
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengajak pasukannya yang masih
berkeliaran itu maka Mohammad Darda mengeluarkan suatu pengumuman yang
ditujukan kepada seluruh anggota TII pada tanggal 6 Juni 1962.15 Seruan tersebut
ditandatangani oleh Mohammad Darda. Ditentukan pula bahwa setiap anggota
pasukan TII harus mendatangi pos-pos TNI terdekat. Sesudah dikeluarkannya
seruan itu, sebagian besar anggota TII menyatakan kembali ke pangkuan RI.
Akhirnya Agus Abdullah dan pengawalnya itu pun mematuhi seruan Mohammad
Darda dan mereka berdua kemudian dijemput dengan sebuah helikopter di
Gunung Ceremai (Majalengka) pada tanggal 1 Agustus 1962.16Panglima Kodam
VI Siliwangi, Kolonel Ibrahim Adji selaku komandan langsung yang memimpin
Operasi Brata Yudha, menyerukan kepada setiap anggota TII yang masih berada
di hutan, agar mereka menghentikan setiap kegiatannya dan segera turun serta
melaporkan diri dengan membawa semua senjata dan alat perlengkapan lainnya
demi keselamatan mereka dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Selain itu ia
juga telah memerintahkan agar pos-pos TNI menerima anggota pasukan TII yang
turun dari hutan-hutan. Diantara anggota-anggota TII yang turut menyerahkan diri
ini terdapat sejumlah remaja berusia 10 sampai 12 tahun dengan seragam lengkap
TII dengan membawa senjata mereka.
13
BAB III
KESIMPULAN
Hal yang perlu diperhatikan bahwa konflik politik timbulkan oleh adanya
keterbatasan sumber-sumber daya yang dibutukan untuk hidup semakin besar
kemungkinan terjadinya konflik politik. Dengan kata lain, semakin besar
penderitaan dan kekecewaan rakyat semakin besar dorongan di dalam masyarakat
untuk terlibat konflik dengan penguasa politik.
14
Konflik politik dapat muncul kepermukaan disebabkan oleh dua hal, yaitu
konflik politik kemajemukan horizontal dan konflik politik kemajemukan vertikal.
Konsensus politik merupakan penyelesaian konflik politik secara damai. Dengan
demikian penyelesaian konflik politik berhasil dicapai. Penyelesaian konflik
politik dapat dilakukan dengan pemilu sebagai cara mencapai konsensus politik,
musyawarah sebagai cara mencapai konsensus politik, dan pemungutan suara.
15
DAFTAR PUSTAKA
16