Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT UMUM

MAKALAH TENTANG FILSAFAT ABAD KONTEMPORER

Dosen Pembimbing : Gesit Yudha Puji Arsono,S Fil I, MIP

Disusun oleh :
1. Fuad Salim ( 2031030069 )
2. Gefita Rahmawati ( 2031030108 )
3. Galih Anggi Vadia ( 2031030085 )
4. Ikhsanul Kamil ( 2031030112 )
5. Resky Putri Yanuari ( 2031030104 )
6. Khoirun Nikmah ( 2031030136 )

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

i
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang. puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kehendak-Nya makalah
sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya dengan Judul “ Filsafat Abad
Kontemporer”.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Umum, materi dalam makalah ini diambil dari berbagai literatur buku filsafat, sesuai
dengan silabus yang diberikan oleh dosen Filsafat Umum.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen kami yakni Gesit
Yudha Puji Arsono,S Fil I, MIP yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir dalam makalah ini, kami
sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik untuk membentuk
yang lebih baik dan membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa
depan dan juga dapat berguna bagi pembaca pada umumya.

Bandar Lampung, 08 Oktober 2002

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

2.1 Pengertian Filsafat ........................................................................................ 3


2.2 Sejarah Filsafat Kontemporer........................................................................ 4
2.3 Aliran dan Tokoh Filsafat Kontemporer....................................................... 6

BAB III PENUTUP............................................................................................. 12

3.1 Simpulan........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1
Perubahan pola hidup masyarakat dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring
dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Perkembangan dan kemajuan
peradaban manusiatidak bisa lepas dari peran ilmu. Periode perkembangan ilmu ada
sejak zaman klasik.
Sedangkan sejarah filsafat barat dibagi menjadi 3 periode: 1) filsafat zaman yunani
dan romawi, 2) filsafat abad pertengahan, 3) filsafat modern. Filsafat klasik didominasi
oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama
Kristen, selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme yang biasanya
dianggap berakhir dengan pembahasan pemikiran filsuf Jerman Friederich Nietzsche
(1844-1900). Namun ada pengembangan sejarah periodisasi filsafat barat, periode
dimana kita hidup saat atau biasa disebut dengan 4) periode filsafat kontemporer. Filsafat
kontemporer muncul dan berkembang pesat di berbagai belahan dunia pada abad 20.
Istilah kontemporer memiliki makna sekarang, saat ini, atau zaman yang kita saat
penutur/pembicara/pendengar alami. Filsafat kontemporer merupakan cara pandang dan
berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa kini. Ciri filsafat barat
kontemporer yaitu memiliki sifat sangat heterogen, karena profesionalisme yang semakin
besar akibatnya munculbanyak filsuf yang ahli dibidang matematika, Fisika, Psikologi,
sosiologi maupun ekonomi sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali.
Aliran- aliran yang muncul pada abad ini adalah pragtisme, vitalisme, fenomenologi,
eksistensialisme, filsafat analistis (filsafat bahasa), strukturalisme dan post modernisme. 2
Dimasa ini Prancis, Inggris dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling
depan dalam filsafat, sehingga pada umumnya orang membagi periodisasi filsafat barat
kontemporer menjadi dua, pertama filsafat continental meliputi Prancis dan Jerman,
kedua Filsafat Anglosakson meliputi Inggris.
Perkembangan filsafat barat kontemporer tentu saja tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan filsafat sebelumnya, yaitu filsafat barat modern. Masalah yang dihadapi
manusia modern sangat berbeda dengan manusia abad ke-20.

1
Prof. Suadi Fachrudin,Pengantar filsafat ilmu. (Jakarta:Kanisius,1999) , h.6
2
Prof. Suadi Fachrudin, Op. Cit. h 7

1
Kehidupan manusia abad ke-20 adalah kehidupan yang rumit dan penuh dengan
berbagai persoalan. Oleh karena itu para filsuf sepakat bahwa munculnya permasalahan
adalah dari cara berfikirnya. Sehingga filsuf-filsuf di berbagai belahan dunia termasuk
mencetuskan pemikiran-pemikiran baru yang khas yaitu filsafat kontemporer.3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan filsafat ?
2. Bagaimana kemajuan ilmu filsafat di zaman kontemporer?
3. Apasaja aliran filsafat beserta tokoh filsafat kontemporer?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Filsafat
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat kontemporer
3. Untuk mengetahui kemajuan ilmu filsafat di zaman kontemporer

BAB II
PEMBAHASAN
3
Ibid, h.7

2
2.1 Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara suatu
ahli filsafat dan ahli filsafat yang lainnya selalu berbeda serta hamper sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni
secara etimologi dan terminologi.4
a. Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa
inggris dikenal istilah philosophia serta dalam bahasa Yunani dikenal philoshopia.
Kata philosophia terdiri atas kata philen yang berarti cinta(love) dan Sophia yang
berarti kebijaksaan(wisdom) sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta
kebijaksaan (love of wisdom) dalam arti sedalam-dalamnya. Kata filsafat pertama
kali digunakan oleh phytagoras (582-486).
b. Filsafat secara terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini
disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri. Beberapa batasan sebagai berikut
1. Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak
ditangan tuhan.
2. Aristoteles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,logika, etika, dan
estetika.
3. Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya
mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak
dipermasalahkan.
4. Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa mengatakan
filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencangkup
didalamnya empat persoalan. Dapatkah yang kita ketahui dijawab oleh metafisika,
yang dikerjakan dapat dijawab oleh etika, yang dinamakan manusia dijawab oleh
antropologi, dan harapan kita dijawab oleh agama.
5. Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.5

4
Prof. Dr.. Nur A. Fadhil Lubis, MA pengantar filsafat umum,(Bogor : Perdana Publising, 2015), h.17
5
Ibid, h 6

3
Filsafat adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai mencari menuju penemuan
kebijaksanaan atau kearifan. Mencintai kearifan dengan melakukan proses dalam arti
pencarian kearifan sekaligus produknya. Di dalam proses pencarian itu, yang dicari
adalah kebenaran-kebenaran prinsip yang bersifat general. Prinsip yang bersifat general
ini harus dapat dipakai untuk menjelaskan segala sesuatu kajian atas objek filsafat.
Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang mendalam untuk
mendapatkan kebijakan atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Namun,
ketika kita tilik dari segi praktisnya, berarti alam pikiran atau alam berfikir, berfilsafat
artinya berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.6

2.2. KEMAJUAN ILMU ZAMAN KONTEMPORER


Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran
ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan
seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. tahap-tahap perkembangan itu
kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak
dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern, dan zaman kontemporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak
terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur
penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya.
Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan
ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah mengamati pemantaatan dan pengembangan
lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian
mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan
manusia itu sendiri. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini
adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang
membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer
adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar
abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai
perkembangan terakhir yang teriadi hingga saat sekarang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan mata rantal sejarah
perkemoangan ilmu, berbagai halbaru yang ditemukan dan dapat kita amati di era
kontemporer, tidak terlepas dari berbagai penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada
6
Tafsir, Ahmad Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2000), h.9

4
dan diciptakan oleh para penemu, pakar, atau filosof di masa-masa sebelumnya.
Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus yang
membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan zaman pertengahan, maka ilmu
kontemporer pun demikian. Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret ilmu
modern yang telah melahirkan hal-hal radikal yang membedakannya dengan ilmu di
zaman pertengahan dan klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan
dekonstruksi terhadap teori-teori yang dianggap established mapan) pada masa
pertengahan atau zaman klasik. Setidaknya dua contoh yang sangat menonjol bisa
dikemukakan disini. Pertama, pendapat yang dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543)
tentang teori heliosentrisme, bahwa matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet
termasuk bumi berputar mengelilingi matahari.66 Teori ini jelas-jelas bertentangan
dengan pendapat yang diterima secara umum manusia. Saat itu, yaitu geosentrisme yang
menyatakan bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya. Kedua, metode induktif yang
diperkenalkan oleh Francis Bacon (1560-1626).07 la telah memberikan sumbangan yang
penting dalam menembus metode berpikir deduktif yang penggunaannya secara
berlebinan telah menyebabkan dunia. keilmuan mengalalmm kemacetan. Francis Bacon
menekankan untuk mendasarkan Semua pengetahuan dan ilmu atas dasar pengalaman. la
menganjurkan agar para sarjana, dalam menyusun ilmu, mengumpulkan sebanyak
mungkin fakta pengalaman (empirical brute tacts) untuk selanjutnya dianalisis.
Membuat deskripsi atau eksposisi tentang perkembangan ilmu di zaman kontemporer
berarti menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan
manusia Itulah salah satu karakteristik utama ilmu di zaman kontemporer yang dalam
kerangka umumnya sekaligus menjadi persamaan sifat perkembangan ilmu zaman
kontemporer. Hal ini tidak saja terjadi di lapangan ilmu eksakta, tapi juga ilmu-ilmu
sosial dan juga keagamaan. Para pencinta ilmu di bidang mereka masing-masing
berusaha untuk menjadikan ilmu dan pengetahuan yang menjadi bidang mereka dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi manusia dan kemanusiaan.
Satu hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan manusia
modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu dan teknologi. Sektor
ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial dan budaya, komunikasi dan
transportasi, pendidikan, seni, kesehatan, dan lain-lain, semuanya membutuhkan dan
mendapat sentuhan teknologi. Di zaman purba, manusia prasejarah tercatat mempurnya
benih ilmu di bidang astronomi, kemudian mulai mengenal lukisan dan hitungan yang
mengawali zaman sejarah, lalu zaman modern didentikkan dengan masa Renaissance

5
sebagal masa bangkitnya kembal Eropa dari kegelapan, maka zaman kontemporer sangat
kental dengan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.
Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan dalam konteks ini
ciri tersebut akan lebih dapat kita temukan secara relatir lebih mudah pada bidang-bidang
sosial, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi dan
peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan
pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun.
Dalam hal inilah, penyebutan wacana postmodernisme dalam bidang ilmu dan filsatat
menjadi diskursus yang akan cukup banyak ditemukan. Begitulah perkembangan ilmu di
zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial
seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum dan politik, serta ilmu-ilmu
eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi, serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi
rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.7
2.3 Aliran dan Tokoh Filsafat Kontemporer
Adapun aliran-aliran dalam filsafat kontemporer yang berpengaruh bagi filsafat ini
adalah sebagai berikut:
1. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata “pragma” yang merupakan bahasa Yunaniyang
berarti tindakan atau perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang lahir di
Amerika Serikat sekitar tahun 1900,yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran
sesuatu dilihat dari apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.8
Pemikiran filsafat lahir karena sepanjang hidupnya mengalami konflik antara
pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama. Ia beranggapan, bahwa
masalah kebenaran tentang asal atau tujuan dan hakikat bagi orang-orang
amerikaterlalu teoritis. Ia menginginkan hasil-hasil yang konkret.
Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah
diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.9
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa
yang membuktikan dirinya benar dengan berpengangan pada logika pengamatan.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asalkan membawa akibat yang praktis
dan kebenaran tersebut bermanfaat.

7
Prof.Dr. Amsal Bakhtiar, M.Ag,Filsafat ilmu (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 72
8
Ibid , h.162
9
Asmoro Achmadi Filsafat Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.125

6
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut sehingga dapat diketahui bahwa pragtisme
berpandangan suatu kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat
bagi kehidupan. Contohnya menjadi seorang pendidik adalah kebenaran, jika
seseorang memperoleh kenikmatan intelektual, mendapatkan gaji ataupun yang
memiliki nilai kualitatif dan kuantitatif. Sebaliknya jika memberikan kemudharatan
maka tindakan tersebut bukan sesuatu kebenaran.10
Tokoh utama pragmatisme yaitu William James (1842-1910) yang dilahirkan di
New York setelah belajar ilmu kedokteran di Universitas Havard ia belajar Psikologi
di Jerman dan juga di Perancis. Karyanya ada banyak diantaranya yang paling
penting ialah : the principle of psikolog, the wiil to belive, the varieties of religious
experience dan pragmatist.
Menurut James pesikologi adalah ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala yang
sejajar dengan ilmu pengetahuan alam hanya saja psikologi memiliki hukum-hukum
dan metodenya sendiri. Orang berpendapat bahwa kesadaran adalah sesuatu semacam
bahan asli atau kausalitas yang ada yang keadaannya berbeda sekali dengan bahan
objek bendanya dibuat.
Tentang akal atau fikiran james berpendapat bahwa akal dengan segala
perbuatannya ditaklukan oleh perbuatan. Akal dan segala perbuatannya itu hanya
berfungsi sebagai pemberi informasi bagi praktek hidup dan sebagai pembuka jalan
baru bagi perbuatan- perbuatan kita. Setelah akal memberi informasi dan telah
memberi jalan baru bagi perbuatan kita kemudian mendapat keyakinan sementara
yang disebut kepercayaan yang merupakan persiapan langsung yang kita perlukan
bagi perbuatan.11
2. Eksistensialisme
Eksistensi berasal dari kata eks yang berarti keluar dan sistensi, yang diturunkan
dari kata kerja sisto yang berarti berdiri atau menempatkan. Oleh karenaitu eksistensi
berarti manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Mansia sadar
bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya.karena
manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk
menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang yang
berdasarkan pada pengalaman konkret .12

10
Hadiwijono, Harun Sari Sejarah Filsafat Barat II, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h.130
11
Ahmad Tafsir Filsafat Umum,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2000) h.188
12
Ibid, h.148

7
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal
kepada ekstensi. Umumnya kata ekstensi berarti keberadaan, tetapi didalam filsafat
eksistensialisme ungkapan eksistensi mempunyai arti yang khusus yakni cara manusia
beradadi dalam dunia.13
Eksistensialisme merupakan istilah pertama yang dirumuskan oleh ahli filsafat
Jerman yaitu Martin Heidegger (1889-1976). Setelah selesai perang dunia kedua,
penulis-penulis Amerika (terutama wartawan) berbondong-berbondong pergi
menemui filosof eksistensialisme, misalnya mengunjungi filosof Jerman Martin
Heidegger (1839) di gubuknya yang terpencil di Pegunungan Alpe. Tatkala seorang
filosof eksistensialisme, Jean Paul Sarte (lahir 1905), mengadakan perjalanan keliling
Amerika, dia disebut oleh surat- surat kabar Amerika sebagai the king of
existentialisme.14
Bisa diartiakan estensialisme sendiri merupakan filsafat yang melukiskan
kebebasan total yang merupakan inti manusia. Dalam hal ini ekstensianisme juga
merupakan penekanan kembali terhadap fikiran masa lampau . Beberapa pengikut
ekstensialisme mengatakan bahwa gerakan tersebut bukan hanya lama akan tapi
bersifat abadi. Eksistensialisme sebagai suatu unsur yang universal dalam segala
pemikiran adalah usaha mausia untuk melukiskan eksistensinya.
Jika eksistensi hanya dapat menekan situasi manusia dalam prospek (harapan)
manusia didunia maka ia juga terdapat dalam keagamaan Yahudi, Kristen dan juga
terdapat di dalam cara yang dilakukan oleh filosof seperti Socrates dalam menganalisa
dan memahami diri sendiri
Tempat bertanya yang paling penting bagi seorang manusia adalah kesadarannya
yang langsung dan kesadaran tersebut tak dapat dimuat dalam system atau abstraksi.
Karena seluruh manusia adalah rohani dan jasmani disebut dengan kesatuan rohani dan
jasmani.
Pemikiran yang abstrak lebih condong untuk menjadi impersonal dan menjauhkan
seseorang dari rasa manusia yang kongkret dan dari rasa berada dalam situasi manusia.
Eksistensi memberikan tekanan pada inti kehidupan manusia dan pengalamannnya
yakni terhadap kesadarnnya yang langsung inti kehidupan manusia dengan keadaan hati
kehawatiran dan keputusannnya menjadi pusat perhatian.

13
Surajiyo Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), h. 148
14
Tafsir, Ahmad Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2000), h.217-218

8
Timbulnya eksistensialisme ada dua faktor yaitu reaksi materialisme dan reaksi
idealism.
a. Reaksi Materialisme
Pendapat kaum eksistensialisme bahwa manusia itu berada di dunia tentu saja tidak
ada seorang pun yang menyangkal pertanyaan itu. Pada dasarnya eksistensialisme
merupakan reaksi terhadap materialism tentang manusia. Manusia merupakan badan,
badan ialah totalitas dan relasi-relasi pada alam maka tidak jelas diluar badan
misalnyaemosi-emosi bukan tanda jasmaniyah dari sesuatu “batin” yang terlepas
dari badan.
b. Reaksi Idealisme
Istilah idealism asal kata dari kata eidos, idea, idee yang berarti buah pikiran atau
juga pikiran. Dalam hal ini reaksi eksistensialisme terhadap idealism khusus nya
Descartes dialah yang dengan prinsip-prinsipnya dan cara berfikir membuka jalan
untuk aliran idealism. Dalam pandangan Descartes manusia itu disamakan saja
dengan kesadaran dan kesadaran itu tidak berhubungan sama sekali dengan
persentuhan alam jasmani. Kesadaran itu seolah-olah tergantung dilangit, daam
kesadaran itu tidak terdapat idea-idea.
Alam pikiran hanyalah alam idea-idea manusia tidak mengerti alam diluar
kesadaran sedangkan yang dimengerti itu adalah idea-idea. Menurut aliran idealism
tiap pikiran tentang dunia luar hanya nonsen belaka, jadi hanya dimungkinkandalam
konsekuensinya atau lanjutannya yang logis pandangan idealism akan memungkiri
adanya manusia yang lain, dan manusia itu sebagai subjek artinya dia memandang,
dia mengerti, dia menempatkan diri sendiri terhadap segala sesuatu yang dihadapi.15
3. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang
tidak nyata dan semua. Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai
ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya
batuk, pilek. Dalam filsafat fenomenologi, arti arti diatas berbeda dengan yang
dimaksud, yaitu bahwa segala sesuatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra,
karena gejala juga dapat dilihat secara batiniyah, dan tidak harus berupa kejadian-
kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam diri sendiri seperti apa adanya.
Dan lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir yang kritis.
Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun
15
Ahmad Tafsir Filsafat Umum,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2000) h.194

9
1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif.tokohnya : Edmund
Husserl (1839-1939) dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928)16
Emund Husserl (1839-1939) lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, falak, matematika,
kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Halle, Gottingen, Freiburg.
Pemikirannya bahwa objek atau benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu
dengan cara eskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya
adalah untuk melihat hakikat gejala-gejla dalam berbagai macam yang berbeda.
Sehingga akan terlihat invariable dalam situasii yang berbeda-beda. Sehingga muncul
unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicari dalam metode variasi
eidetis.17
4. Neo- Thomisme
Pada saat abad ke-20 di tengah- tengah gereja khatolik banyak penganut paham
thomisme yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Awal mulanya
dikalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk memepelajari ajaran tersebut.
Kemudian akhirnya menjadi satu paham, yaitu paham Thomisme yaitu yang
pertama menganggap bahwa ajaran Thomas sudah sempurna. Tugas kita adalah
memberikan tafsir sesuai dengan perkembangan zaman. Kedua paham yang
menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna tetapi masih terdapat
hal-hal pada suatu saat yang belum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diadakan
penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, paham
yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akam tetapi tidak boleh
beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.18
5. Strukturalisme
Tokoh strukturalisme adalah J.Lacan yang lahir di Paris pada tahun 1901.
Menurut pemikirannya, bahasa terdiri dari sejumlah termin yangditentukan oleh
posisi-posisinya satu terhadap yang lain. Termin tersebut digabungkan dengan aturan
gramatika dan sintaksis. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi yang
disistematisikan dengan aturan-aturan. Menurut pendapatnya, kita baru menjadi
pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.19
6. Filsafat Analitis

16
Asmoro Achmadi Filsafat Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.126
17
Ibid,h.126
18
Ibid,h.128
19
Asmoro Achmadi Filsafat Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.130

10
Tokoh aliran ini adalah Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1889-1951), yang lahir
di Wina, Australia. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu pnerbangan yang memerlukan
studi dasar matematika yang mendalam. Ia belajar kepada Schopenhauer dan
Gottelieb Froge. Setelah menjadi ahli matematikaia mendalami filsafat matematika
dan logika. Karyanya yang ditulis dipenjara, ketika ia menjadi tentara dalam perang
dunia ke-II dan ditahan. Setelah ia keluar dari penjara ia menjadi seorang guru sekolah
dasar, kemudian menjadi tukang kebun disebuah biara.
Sumbangan yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya
bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, dan memberikan
kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan. Filsafat analitis ini
berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas tentang
analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

20
Ibid, h.129

11
Filsafat kontemporer dapat diartikan dengan cara seperti itu, yaitu cara pandang
dan berfikir mendalam menyangkut kehidupan masa kini. Filsafat kontemporer yang
diawali pada abad ke-20, ditandai oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam
dan kaya. Mulai dari analisis bahasa, kebudayaan (antara lain, post modernism),
filsafat ilmu, sampai filsafat tentang perempuan (feminisme). Oleh sebab itu salah
satu ciri yang terdapat dalam filsafat ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini
narasi, dan lebih cenderungberagam dalam pemikiran.
Sedangkan sejarah filsafat barat dibagi menjadi 3 periode: 1) filsafat zaman yunani
dan romawi, 2) filsafat abad pertengahan, 3) filsafat modern. Filsafat klasik
didominasi oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-
doktrin agama Kristen, selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme yang
biasanya dianggap berakhir dengan pembahasan pemikiran filsuf Jerman Friederich
Nietzsche (1844-1900). Namun ada pengembangan sejarah periodisasi filsafat barat,
periode dimana kita hidup saat atau biasa disebut dengan 4) periode filsafat
kontemporer. Filsafat kontemporer muncul dan berkembang pesat di berbagai belahan
dunia pada abad 20. Istilah kontemporer memiliki makna sekarang, saat ini, atau
zaman yang kita saat penutur/pembicara/pendengar alami. Filsafat kontemporer
merupakan cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa
kini. Ciri filsafat barat kontemporer yaitu memiliki sifat sangat heterogen, karena
profesionalisme yang semakin besar akibatnya munculbanyak filsuf yang ahli
dibidang matematika, Fisika, Psikologi, sosiologi maupun ekonomi sehingga banyak
pemikiran lama dihidupkan kembali. Aliran- aliran yang muncul pada abad ini adalah
pragtisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analistis (filsafat
bahasa), strukturalisme dan post modernisme.

Daftar Pustaka

Prof.Dr.K.Berten, Sejarah filsafat kontemporer. (Jakarta:Kanisius,1999)

12
Tafsir, Ahmad Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,2000)
Salam, Burhanudin Pengantar Filsafat (Jakarta : Bumi Aksara, 2008)
Surajiyo Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013)
Hadiwijono, Harun Sari Sejarah Filsafat Barat II, (Yogyakarta : Kanisius, 1990)
Asmoro Achmadi Filsafat Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai