Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Tafsir Ayat -Ayat tentang Musibah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir


Dosen pengampu : Gufron Fatoni M.Ag.

Disusun oleh :

Gefita Rahmawati ( 2031030108 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS USHULUDIN DAN ILMU AGAMA

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

TAHUN AJARAN 2021/2022


PEMBAHASAN
1. Pengertian Musibah
Kata musibah berasal dari bahasa Arab, yakni musibah (‫) مصيبة‬. Kata ini berasal dari kata
dasar yang terdiri dari huruf sad, waw dan ba’ (‫ ) صوب‬yang mempunyai makna ‫ الرمية‬atau
lemparan. Salah satu derivasi bentuk dan makna dari yang berarti sesuatu yang kcdat
angannya ‫ أصاب – يصيب‬kata tersebut adalah kata tidak disukai oleh manusia.
Dari segi leksikal, kata musibah berarti ibtalahu bi al-masaib liyusibahu alaiha wa huwa
al-amr al-makruh yanzilu bi al-insan (ujian yang menimpa manusia atau yang serupa
atasnya, yakni segala hal yang negatif yang datang menimpa manusia). Jadi, musibah
adalah bentuk ujian dari Allah swt. Dapat berupa hal yang baik ataupun buruk. Musibah
sebenarnya mencakup segala sesuatu yang terjadi baik itu positif maupun negatif, baik
anugerah maupun bencana. Tetapi, kata tersebut populer digunakan untuk makna
bencana. Musibah juga pada dasarnya dijatuhkan Allah akibat ulah atau kesalahan
manusia.
2. Pendapat Ulama tentang Musibah
Al-Qurtubi menyatakan bahwa musibah adalah segala sesuatu yang mengganggu orang
mukmin dan menjadi bencana baginya. Musibah ini biasanya diucapkan jika seseorang
mengalami malapetaka, walaupun malapetaka yang dirasakan itu ringan atau berat
baginya. Kata musibah ini juga sering dipakai untuk kejadian-kejadian yang buruk dan
tidak dikehendaki. Demikian juga Hamka menyatakan bahwa musibah adalah bencana,
baik bencana besar yang terjadi pada alam, seperti gunung meletus, banjir, gempa bumi
dan lain-lain, maupun bencana kecil yang terjadi pada manusia seperti sakit dan
tenggelam." Menurut Ahmad
Mustafa al-Maragi menyatakan bahwa musibah adalah semua peristiwa yang
menyedihkan, seperti meninggalkan seseorang yang dikasihani, kehilangan harta benda
atau penyakit yang menimpa, baik ringan atau berat."? Menurut Quraish Shihab kata
musibah tidak selalu berarti bencana, tetapi mencakup segala sesuatu yang terjadi, baik
positif maupun negatif, baik anugerah maupun bencana”.
Menurut Imam al-Baidawi, musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan
menimpa umat manusia. Menurut Imam Nawawi musibah adalah segala sesuatu yang
menimpa manusia, berupa kesedihan, kepayahan, kesusahan dan lain-lain. Allah sedang
mengangkatnya dan menghapus kesalahannya. Di dalamnya terdapat pesan tentang
turunnya kebahagiaan agung bagi umat Islam yang ditimpa musibah. Tidak ada kabar
terindah yang mampu membahagiakan seorang muslim, kecuali terhapusnya dosa dan
kekeliruan.”

3. Tafsir Ayat ayat tentang Musibah


A. Tafsir surat At-taubah ayat 50
َ‫ص ْيبَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا قَ ْد اَخ َْذنَٓا اَ ْم َرنَا ِم ْن قَ ْب ُل َويَت ََولَّوْ ا َّوهُ ْم فَ ِرحُوْ ن‬ ِ ُ‫ك َح َسنَةٌ تَس ُْؤهُ ۚ ْم َواِ ْن ت‬
َ ‫ص ْب‬
ِ ‫ك ُم‬ ِ ُ‫اِ ْن ت‬
َ ‫ص ْب‬
Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang; tetapi jika engkau
ditimpa bencana, mereka berkata, “Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (tidak
pergi berperang),” dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.
Tafsir Al Misbah
Wahai Rasul, orang-orang munafik itu hanya menginginkan kesulitan bagimu dan
sahabat-sahabatmu. Mereka akan merasa sakit hati apabila kalian mendapatkan
keuntungan berupa kemenangan atau harta rampasan perang. Dan mereka akan merasa
gembira apabila kalian tertimpa musibah berupa luka-luka atau kematian. Ketika itu,
mereka berkata dengan mencela, “Keputusan kami untuk tidak ikut serta berjihad adalah
suatu tindakan penyelamatan bagi diri kami. “ Kemudian mereka pun berlalu dengan
perasaan senang.

Jika dilihat dari asbabun Nuzul nya, diriwayatkan, bahwa orang-orang munafik yang tetap
tinggal di Madinah dan tidak pergi berperang selalu menyiarkan berita-berita bohong
yang menyangkut diri Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
Mereka berkata,“Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dalam
perjalanan dan mereka dalam keadaan bahaya. Tetapi tidak lama kemudian ternyata
bahwa apa yang disiarkan orang-orang munafik itu bohong belaka. Nabi Muhammad dan
sahabat-sahabatnya tetap dalam keadaan baik, tidak kurang suatu apa pun. Berdasarkan
kenyataan yang tidak dapat disangkal itu, timbullah kebencian orang-orang munafik itu
dan turunlah ayat ini. (Fath al-Qadir 2/370).

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kebohongan orang munafik itu apabila Rasulullah
dan sahabat-sahabatnya memperoleh hal-hal yang menyenangkan seperti ganimah,
kemenangan, dan lainnya, sebagaimana yang telah diperolehnya dalam Perang Badar,
mereka menggerutu merasa kecewa dan gelisah, karena kebencian dan iri hati. Sebaliknya
jika Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dan kekalahan,
sebagaimana yang dialami dalam Perang Uhud, mereka senang dan memuji diri sendiri
karena telah mengambil keputusan untuk menghindar dari perang.
Mereka berkata,“Memang setiap menghadapi sesuatu, kami sangat hati-hati dan
mempertimbangkan masak-masak jauh sebelumnya.” Masing-masing membanggakan
pikiran dan pertimbangan yang telah dikemukakannya. Memuji-muji perbuatannya,
merasa beruntung tidak ikut pergi berperang dan tidak mengalami kesulitan dan
kebinasaan. Akhirnya mereka bubar dalam keadaan senang dan merasa gembira atas
bencana yang telah menimpa Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.

B. Tafsir surat As-Syura ayat 30


‫ت اَ ْي ِد ْي ُك ْم َويَ ْعفُوْ ا ع َْن َكثِي ۗ ٍْر‬
ْ َ‫ص ْيبَ ٍة فَبِ َما َك َسب‬
ِ ‫صابَ ُك ْم ِّم ْن ُّم‬
َ َ‫َو َمٓا ا‬
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

Tafsir Al Misbah
(Dan apa saja yang telah menimpa kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang
mukmin (berupa musibah) berupa malapetaka dan kesengsaraan (maka adalah karena
perbuatan tangan kalian sendiri) artinya, sebab dosa-dosa yang telah kalian lakukan
sendiri.
Diungkapkan bahwa dosa-dosa tersebut dikerjakan oleh tangan mereka, hal ini
mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangan
(dan Allah memaafkan sebagian besar) dari dosa-dosa tersebut, karena itu Dia tidak
membalasnya. Dia Maha Mulia dari menduakalikan pembalasan-Nya di akhirat. Adapun
mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia,
dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang menimpa manusia di dunia berupa
bencana penyakit dan lain-lainnya adalah akibat perbuatan mereka sendiri, perbuatan
maksiat yang telah dilakukannya dan dosa yang telah dikerjakannya sebagaimana sabda
Nabi. Ali berkata,
“Maukah kalian aku beritahukan mengenai ayat yang sangat utama dalam Alquran
sebagaimana Nabi ‫ ﷺ‬sampaikan kepada kami.(Nabi ‫ﷺ‬
membacakan firman Allah)”Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak(dari
kesalahan-kesalahannya).
“Wahai ‘Ali , aku akan menjelaskan ayat ini kepadamu,
“Musibah apa pun yang menimpa kamu”
Yaitu dari penyakit dan siksaan atau bencana di dunia,
“disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”
(Riwayat Ahmad)

Tidaklah suatu keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, kezaliman, kesempitan, bahkan


sepotong duri pun yang menusuk seorang muslim, melainkan dengan hal itu Allah
menghapus dosa-dosanya. (Riwayat Bukhari)
Datangnya penyakit atau musibah adalah disebabkan ulah manusia itu sendiri. Tetapi di
sisi lain penyakit atau musibah itu dapat menghapus dosa seperti hadis di atas. Hal itu
tergantung kepada cara manusia menyikapi, apakah dengan bersabar atau berputus asa.

C. Tafsir Surat at Taghabun ayat 11


‫صيبَ ٍة إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ۗ َو َم ْن ي ُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ ۚ َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما أ‬
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan
barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Tafsir Al Misbah
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah membahasakan terjemah tasfiriyah ayat ini
seperti berikut, ‘Tidak menimpa seseorang satu musibah pun berkaitan urusan dunia atau
agama kecuali atas izin Allah melalui sistem yang telah ditetapkan dan selalu di bawah
kontrol pengawasanNya. Siapa yang kufur kepada Allah, maka Dia akan membiarkan
hatinya dalam kesesatan, dan siapa yang beriman kepada Allah, dan percaya bahwa tidak
ada yang terjadi kecuali atas izinNya niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya,
sehingga dari saat ke saat ia akan semakin percaya, serta tavah dan rela atas musibah yang
menimpanya sambil mencari sebab-sebabnya dan semakin meningkat pula amal baiknya.
Allah menyangkut segala sesuatu Maha Kuasa dan Allah menyangkut segala sesuatu
Maha Mengetahui.’
Berdasar tafsir tersebut, ada beberapa hal yang dapat kita ambil poinnya. Pertama, segal
hal yang terjadi pada diri manusia, yang baik maupun yang buruk semuanya berasal dari
Allah, atau lebih tepatnya atas izin Allah. Kita harus sabar dan ridha, menerima dengan
setulus hati atas ketetapan itu. Namun bukan berarti diam saja. Sabar dan ridha atas
ketetapan Allah itu berbeda dengan pasrah dan tidak melakukan apa-apa.
Kedua, yaitu beriman kepada Allah. Ini yang harus kita lakukan. Jika kita percaya
musibah itu dari Allah, maka kita juga harus percaya bahwa ada pesan kasih sayang dan
pelajaran yang berharga yang coba disampaikan oleh Allah di balik peristiwa itu. Untuk
itu, renungkanlah! Hanya orang yang beriman yang Allah akan membukakan mata
sekaligus memantapkan hatinya.
Dalam ayat di atas, ada redaksi idzn Allah yang berarti musibah itu terjadi atas izin Allah.
Nah, tentang ‘izin’ di sini, Quraish shihab memberi penjelasan lebih lanjut bahwa
maksudnya adalah penciptaan sebab dan faktor-faktor bagi terjadinya sesuatu. Ini adalah
sistem dan hukum-hukum alam yang diciptakan Allah bagi terjadinya segala sesuatu. Dia
yang menciptakan sistem dan hukum-hukum alam itu. Sementara manusia dapat
memanfaatkan untuk kepentingan dirinya, dan jika ia tidak mengindahkannya maka itu
dapat merugikan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai