Disusun oleh :
Jika dilihat dari asbabun Nuzul nya, diriwayatkan, bahwa orang-orang munafik yang tetap
tinggal di Madinah dan tidak pergi berperang selalu menyiarkan berita-berita bohong
yang menyangkut diri Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
Mereka berkata,“Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dalam
perjalanan dan mereka dalam keadaan bahaya. Tetapi tidak lama kemudian ternyata
bahwa apa yang disiarkan orang-orang munafik itu bohong belaka. Nabi Muhammad dan
sahabat-sahabatnya tetap dalam keadaan baik, tidak kurang suatu apa pun. Berdasarkan
kenyataan yang tidak dapat disangkal itu, timbullah kebencian orang-orang munafik itu
dan turunlah ayat ini. (Fath al-Qadir 2/370).
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kebohongan orang munafik itu apabila Rasulullah
dan sahabat-sahabatnya memperoleh hal-hal yang menyenangkan seperti ganimah,
kemenangan, dan lainnya, sebagaimana yang telah diperolehnya dalam Perang Badar,
mereka menggerutu merasa kecewa dan gelisah, karena kebencian dan iri hati. Sebaliknya
jika Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya mendapat kesulitan dan kekalahan,
sebagaimana yang dialami dalam Perang Uhud, mereka senang dan memuji diri sendiri
karena telah mengambil keputusan untuk menghindar dari perang.
Mereka berkata,“Memang setiap menghadapi sesuatu, kami sangat hati-hati dan
mempertimbangkan masak-masak jauh sebelumnya.” Masing-masing membanggakan
pikiran dan pertimbangan yang telah dikemukakannya. Memuji-muji perbuatannya,
merasa beruntung tidak ikut pergi berperang dan tidak mengalami kesulitan dan
kebinasaan. Akhirnya mereka bubar dalam keadaan senang dan merasa gembira atas
bencana yang telah menimpa Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
Tafsir Al Misbah
(Dan apa saja yang telah menimpa kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang
mukmin (berupa musibah) berupa malapetaka dan kesengsaraan (maka adalah karena
perbuatan tangan kalian sendiri) artinya, sebab dosa-dosa yang telah kalian lakukan
sendiri.
Diungkapkan bahwa dosa-dosa tersebut dikerjakan oleh tangan mereka, hal ini
mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangan
(dan Allah memaafkan sebagian besar) dari dosa-dosa tersebut, karena itu Dia tidak
membalasnya. Dia Maha Mulia dari menduakalikan pembalasan-Nya di akhirat. Adapun
mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia,
dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang menimpa manusia di dunia berupa
bencana penyakit dan lain-lainnya adalah akibat perbuatan mereka sendiri, perbuatan
maksiat yang telah dilakukannya dan dosa yang telah dikerjakannya sebagaimana sabda
Nabi. Ali berkata,
“Maukah kalian aku beritahukan mengenai ayat yang sangat utama dalam Alquran
sebagaimana Nabi ﷺsampaikan kepada kami.(Nabi ﷺ
membacakan firman Allah)”Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak(dari
kesalahan-kesalahannya).
“Wahai ‘Ali , aku akan menjelaskan ayat ini kepadamu,
“Musibah apa pun yang menimpa kamu”
Yaitu dari penyakit dan siksaan atau bencana di dunia,
“disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”
(Riwayat Ahmad)