Anda di halaman 1dari 8

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Tafsir III

Dosen pengampu: Moh.Syaeful Ulum,S.Ag.MSi

Disusun oleh:

Lusi Nurjanah

KELAS 2 F (PAI)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM K.H RUHIYAT CIPASUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang maha kuasa, karena berkat Inayah
dan taufik-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya dan
seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang Efisiensi & Kejujuran, meliputi surat Al-Isra ayat 26-29
dan Al-Muthaffifiin ayat 1. Isi makalah ini terdiri atas tiga Bab. Bab I Pendahuluan, berisi
uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. Bab II berisi Pembahasan; Ayat dan terjemah, penafsiran, pendapat para mufassir
dan isi kandungan. Bab III berisi kesimpulan dan referensi.
Upaya yang dilakukan oleh kami dalam penulisan ini rasanya sudah optimal, dengan
demikian sudah pasti masih banyak kekurangan dan kelemahan. Dengan segala kerendahan
hati, kami ajukan makalah sederhana ini kepada Bapak Dosen untuk kiranya memperoleh
masukan penyempurnaan dan penilaian.

Cipasung, Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................................1
C. Sistematika Penulisan.................................................................................................................1
BAB II Pembahasan............................................................................................................................2
A. Teks Ayat Surat Al-Muthaffifiin ayat 1....................................................................................2
B. Terjemah Ayat............................................................................................................................2
C. Penafsiran Surat Al-Muthaffifiin ayat 1...................................................................................2
D. Pendapat para Mufassir.............................................................................................................2
1. Tafsir Kementrian Agama RI.................................................................................................2
2. Tafsir Al-Mishbah...................................................................................................................3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................4
Kesimpulan......................................................................................................................................4
Referensi...........................................................................................................................................5

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Sistematika Penulisan

1
BAB II Pembahasan

A. Teks Ayat Surat Al-Muthaffifiin ayat 1


َ‫َو ْي ٌل لِّ ْل ُمطَفِّفِ ْين‬

B. Terjemah Ayat
"celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)"

C. Penafsiran Surat Al-Muthaffifiin ayat 1

) َ‫اب اَوْ َوا ٍد فِ ْي َجهَنَّ ْم ( لِّ ْل ُمطَفِّفِ ْين‬


َ ‫(و ْيلٌ) َكلِ َمةٌ َع َذ‬
َ
(celakalah) lafal wailun merupakan kalimat yang mengandung makna azab; atau merupakan
nama sebuah lembah didalam neraka jahanan (bagi orang-orang yang curang)
D. Pendapat para Mufassir
1. Tafsir Kementrian Agama RI
Azab dan kehinaan yang besar pada hari Kiamat disediakan bagi orang-orang yang curang
dalam menakar dan menimbang. Allah telah menyampaikan ancaman yang pedas kepada
orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang yang terjadi di tempat-tempat jual
beli di Mekah dan Madinah pada waktu itu.

Diriwayatkan bahwa di Madinah ada seorang laki-laki bernama Abu Juhainah. Ia


mempunyai dua macam takaran yang besar dan yang kecil. Bila ia membeli gandum atau
kurma dari para petani, ia mempergunakan takaran yang besar, akan tetapi jika ia menjual
kepada orang lain ia mempergunakan takaran yang kecil.

Perbuatan seperti itu menunjukkan adanya sifat tamak, ingin mencari keuntungan bagi
dirinya sendiri walaupun dengan jalan merugikan orang lain. Terhadap orang seperti itu, Nabi
Muhammad telah memberi ancaman yang pedas sekali seperti tersebut dalam hadis ini:

،ُ‫ض قَوْ ٌم ْال َع ْه َد ِإالَّ َسلَّطَ هللاُ َعلَ ْي ِه ْم َع ُد َّوهُ ْم َو َما َح َك ُموْ ا بِ َغي ِْر َما َأ ْنزَ َل هللاُ ِإالَّ فَ َشا فِ ْي ِه ُم ْالفَ ْقر‬
َ َ‫س َما نَق‬
ٍ ‫َخ ْمسٌ بِخَ ْم‬
َ‫ َوال‬، َ‫ال ِإالَّ ُمنِعُوا النَّبَاتَ و ُأ ِخ ُذوْ ا بِال ِّسنِ ْين‬
َ َ‫ َوالَ طَفَّفُوا ْال ِم ْكي‬،‫ت‬
ُ ْ‫اح َشةُ ِإالّ فَ َشا فِ ْي ِه ُم ْال َمو‬
ِ َ‫م ْالف‬zُ ‫ت فِ ْي ِه‬
ْ ‫َو َما ظَهَ َر‬

ْ َ‫س َع ْنهُ ُم ْالق‬


)‫ عن ابن عباس‬z‫ (رواه الطبراني‬.ُ‫طر‬ َ ِ‫َمنَعُوا ال َّز َكاةَ ِإالَّ ُحب‬
Ada lima perkara yang dibalas dengan lima perkara:

1) Tidak pernah suatu kaum yang melanggar janji, melainkan Allah akan membiarkan
kaum itu dikuasai musuhnya.
2) Tidak pernah mereka yang memutuskan suatu perkara dengan hukuman yang tidak
diturunkan oleh Allah, melainkan akan tersebar luaslah kefakiran di kalangan mereka.

2
3) Perzinaan tidak pernah meluas di kalangan mereka secara luas, melainkan akan
tersebar luaslah bahaya kematian.
4) Tidak pernah mereka yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang,
melainkan mereka akan kehilangan kesuburan tumbuh-tumbuhan dan ditimpa musim
kemarau.
5) Dan tidak pernah mereka yang menahan zakat, melainkan akan diazab dengan
tertahannya hujan (kemarau yang panjang).
(Riwayat ath-thabrani dari Ibnu ‘Abbas)

2. Tafsir Al-Mishbah
Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang.
Yaitu orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran
yang pas atau cenderung minta dilebihkan.

Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat
merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.

E. Isi kandungan Surat Al-Muthaffifiin ayat 1

Pada ayat pertama terdapat kalimat al muthaffifin yang berasal dari


kata thaffafa artinya mengurangi atau menambah sedikit. Menurut Ibnu Katsir kalimat ath-
thathfif artinya pengambilan sedikit dari timbangan atau penambahan. Maksud dari semua itu
adalah kecurangan dalam timbangan. Jadi al-muthaffifiin para pelaku kecurangan tersebut.
Karena itulah surat ini diberi nama Al-Muthaffifin. Rahasia dipilihnya kalimat ini padahal arti
sebenarnya sedikit adalah karena yang diambil mereka sebenarnya sedikit sekali, tetapi
dosanya besar. Isi pokok surat ini adalah ancaman bagi mereka yang suka menipu dan
mengambil hak orang lain.
Allah memulai surat dengan suatu ancaman bagi orang–orang yang curang dalam timbangan
(al-muthaffifin) dengan kalimat “wail” artinya celakalah, suatu indikasi bahwa mereka akan
mendapatkan azab yang pedih . Siapakah al-muthaffifin dan mengapa diancam demikian?
Mereka adalah orang-orang yang jika menerima takaran mereka minta ditambah dan jika
mereka menimbang atau menakar mereka mengurangi. Merekalah orang-orang yang curang
dalam jual beli, mereka tidak beriman dengan adanya hari kiamat, hari kebangkitan, hari yang
sangat besar, hari pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat.

``````````

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Dari ayat Al-Quran di atas dapat disimpulkan :

3
Kita harus berusaha menafkahkan harta kita dengan efisien (tepat guna), jangan terlalu
boros dan kikir, sehingga harta kita menjadi mubazzir. Selanjutnya marilah kita lebih
berusaha untuk jujur dalam bermuamalah.

Referensi

Jalaludin Ahmad dan Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi, Tafsir Jalalain


Depag RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya juz 15 & 30, terj, Jakarta. 2007

4
M.Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah pesan kesan dan keserasian Al-Qur'an
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir

Anda mungkin juga menyukai