Penyelenggaraan Jenazah
3
: https://islam.nu.or.id/jenazah/gambaran-beratnya-sakaratul-maut-PjdCo diakses pada 06
Januari 2022 Pukul 22.00
KKN UIN SUSKA 2022 | 3
FATHUL MUJIB
Artinya: Lakukanlah talqin untuk orang yag mau meninggal di tengah
kalian, agar mengucapkan “laa ilaaha illallaah.”
7. Berilah pengertian kepada keluarganya agar bisa memahami dengan ikhlas
bahwa kematian adalah kehendak dan pilihan Allah, dan pilihan Allah
adalah yang terbaik untuk semuanya.4
8. Hendaklah mendoakannya dann tidak mengucapkan di hadapannya kecuali
kata-kata yang baik.5
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
“Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang
sedang menghadapi sakaratul maut, hendaklah kalian mengucapkan
perkataan yang baik-baik karena para malaikat meng-aamiin-kan apa yang
kalian ucapkan.” (HR. Muslim dan Baihaqi).
4
Mochammad Nur Qomarudin, Tuntunan Perawatan Jenazah Muslim, Surabaya: Masjidillah
Press, h. 1
5
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Tata Cara Mengurus Jenazah:Praktis dan Lengkap
Sesuai Sunnah Nabi Muhammad, Terj. Ahmad Dzulfikar, Jakarta: Qisthi Press, 2015, h .14
KKN UIN SUSKA 2022 | 4
FATHUL MUJIB
C. Memandikan Jenazah
6
Op.Cit. Mochammad Nur Qomarudin, h. 1-2
KKN UIN SUSKA 2022 | 5
FATHUL MUJIB
Yang dimaksud memandikan ialah membersihkan dan mensucikan
dari kotoran dan najis yang melekat ditubuh jenazah selama masa hidupnya,
agar jenazah pergi menghadap tuhanNya dalam keadaan bersih dan suci.
Hukumnya adalah Fardlu kifayah.7 Adapun syarat jenazah yang wajid
dimandikan adalah:
1. Jenazah merupakan beragama Islam
2. Jenazah bayi yang memiliki tanda-tanda kehidupan
3. Terdapat bagian tubuh jenazah yang dapat dimandikan walaupun sedikit.
4. Bukan jenazah yang mati syahid di medan perang untuk menegakkan
kalimat Allah. Wafat sedang ihram haji maupun umrah juga termasuk mati
syahid, tetapi jenazahnya tetap harus dimandikan dan dikafani tanpa diberi
wewangian pada kafannya.8
7
Said Abdullah Alhamdani, Risalah Djanaiz, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1960), hlm. 47.
8
Athoillah dan Euis Khoeiriyah, Bimbingan Orang Sakit dan Pengurusan Jenazah. 2018,
Bandung: Yrama Widya, h. 30-31
9
Abdullah, Tata Cara Mengurus Jenazah, Terj. Abdullah haidar,
10
Op. Cit. Athoillh dan Euis Khoeriyah, h. 33
KKN UIN SUSKA 2022 | 6
FATHUL MUJIB
yang dikeluarkan dari tubuh jenazah tidak mengenai orang yang
memandikan.11
2. Mempersiapkan air perasan daun bidara dalam ember
Setiap empat liter air di dalam ember dicampur dengan satu gelas
ukuran besar air perasan daun bidara, jika daun bidara sulit ditemukan
maka dapat diganti dengan air perasan daun kelor.12
3. Menyediakan air dan kapur barus
Dalam penyediaan air kapur barus sama dengan cara
mempersiapkan air perasan daun bidara, yakni setiap empat liter air
dicampur dengan dua batang kapur barus, begitu seterusnya.13
D. Mengafani Jenazah
11
Abdur Rahman Bin Abdullah Al-Ghaits, Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah,(Solo
: At-Tibyan, 2015), hlm. 64.
12
Abdur Rahman Bin Abdullah Al-Ghaits, Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah,
(Solo : At-Tibyan, 2015), hlm. 66
13
Usamah Bin Gharam al-Ghamidy, Tuntunan Lengkap Perawatan Jenazah, (Yogyakarta:
Samodra Ilmu, 2007), hlm. 111-113.
14
Abdur Rahman Bin Abdullah Al-Ghaits, Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah, hlm.
66-68.
KKN UIN SUSKA 2022 | 7
FATHUL MUJIB
Mengkafankan jenazah adalah menutup badan dan auratnya sebagai
penghormatan bagi manusia. Hukumnya Fardlu kifayah dan boleh dikerjakan
dengan pakaian manapun juga yang biasa dipakai oleh kaum muslimin, dan
warna apapun juga. Begitu juga ketika dalam keadaan terpaksa dan tidak ada
kain untuk mengkafankan jenazah selain bahan pakaian, seperti goni, tikar,
kertas, daun kaju. Karena yang dimaksud ialah menutup tubuh dan aurat
jenazah. Hanya sunnah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat serta
kaum muslimin sampai saat ini ialah menggunakan kain putih mulus tidak
berwarna dan bermotif. Perintah memakai kain kafan berwarna putih itu
adalah sunnah bukan wajib.15
Perlengkapan yang perlu disiapkan dapam proses mengafani jenazah
adalah sebagai berikut:
1. Tiga lembar kain kafan untuk laki-laki
2. Lima lembar kain kafan untuk perempuan,
3. Gunting
4. Kapas
5. Kapur barus yang dihaluskan atau bubuk cendana
6. Tikar
15
Said Abdullah Alhamdani, Risalah Djanaiz, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1960), hlm. 61-62.
16
Abdul Karim, Petunjuk Perawatan Jenazah dan Shalat Jenazah, cet. IV (Jakarta:
Azmah, 2006), hlm. 76-77
2. Diawali dari yang paling bawah yakni tali sebanyak lima tali diletakkan
di bagian atas kepala satu leher satu tangan satu lutut satu dan bawah kaki
satu
8. Setelah itu dimulai dengan menutup semua lobang rongga tubuh dengan
kapas
10. Kemudian kain kafan yang digunakan untuk membungkus dari bagian
E. Menyholatkan Jenazah
Shalat jenazah ialah shalat yang khusus yang ditujukan untuk jenazah
orang Islam yang telah meninggal dunia, baik laki-laki, maupun perempuan.
Shalat ini dilakukan empat kali takbir tanpa rukuk dan sujud. Para imam
mujtahidin telah sepakat mengatakan bahwa, hukum melaksanakan shalat
jenazah ini adalah Fardlu kifayah.18 Dikecualikan dalam hal ini dua golongan,
maka tidak wajib dishalatkan, yakni, pertama, anak-anak yang belum baligh,
karena Nabi Muhammad tidak menshalatkan putranya, yaitu Ibrahim. Kedua,
Orang yang mati syahid dan ada juga yang diharamkan untuk dimandikan
yakni orang yang mati dalam keadaan kafir.19
Tata cara untuk menyolatkan jenazah adalah:
ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى ٍ ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا
َ ْت فَر ْ صلِّى َعلَى هَ َذ
ِ ِّاال َمي َ ُا
b. Jenazah Perempuan
ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمْأ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعا َل ٍ صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا
َ ْت فَر َ ُا
ُ َو َو ِّس ْع َمدْخَ لَه،) َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ (هَا،)اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ (لَهَا) َوارْ َح ْمهُ (هَا) َوعَافِ ِه (هَا) َواعْفُ َع ْنهُ (هَا
ُوال َخطَايَا َك َما يُنَقَّى الثَّوْ بُ اَأْل ْبيَضْ ب ِ َونَقِّ ِه (هَا) ِمنَ ال ُّذنُو،ج َو ْالبَ َر ِد
ِ َوا ْغ ِس ْلهُ (هَا) بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل،)(هَا
20
Abdur Rahman Bin Abdullah Al-Ghaits, Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah, hlm.
102.
اَ ٰللّهُ َّم اَل تَحْ ِر ْمنَا اَجْ َرهُ (هَا) َواَل تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ(هَا) َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ (هَا) َواَل ِ ْخ َوا نِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا
ٌ ك َر
ُؤف َّر ِح ْي ٌم َ َّبِااْل ِ ْي َما ِن َواَل تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُوْ بِنَا ِغاًّل لِّلَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َربَّنَااِن
F. Menguburkan Jenazah
Menguburkan jenazah adalah memasukkan jenazah orang Islam yang
sudah dimandikan, dikafani, dishalati, ke dalam tanah yang sudah digali
(kuburan) mengikuti kedalaman dan ukuran yang sesuai dengan syari‟at
dengan cara-cara tertentu. Maksudnya jenazah itu tidak boleh diletakkan
begitu saja di dalam kubur kemudian ditimbun dengan tanah galian.
Hukum menguburkan jenazah adalah Fardlu kifayah, apabila jenazah
itu memungkinkan untuk dikuburkan. Apabila tidak memungkinkan untuk
menguburkannya di darat, seperti ia meninggal dunia di atas kapal yang
sedang berlayar di lautan, sedangkan darat masih jauh, manakala jenazah itu
dikhawatirkan berubah atau membusuk sebelum sampai ke darat. Maka
hendaklah jenazah itu diikat dengan papan atau benda berat, kemudian
dijatuhkan ke laut tersebut.22
Adapun proses menguburkan jenazah adalah sebagai berikut;
1. Angkat jenazah dengan membaca سلَّ َم
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ س ِم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َر
َ ِس ْو ِل هللا ْ ِب23
2. Letakkan jenazah ke dalam kubur secara perlahan.
3. Bukalah tali yang mengikat kain kafan.
21
Muhammad Syafii Masykur, Tata Cata Mengurusi Jenazah dari A sampai Z,
(Yogyakarta: Sinar Ilmu, 2012), hlm. 79-106.
22
Akmal Haji Md Zaid, Bimbingan Pengurusan Mayat, hlm. 132-134.
23
Muhammad Hanif Muslih, Hukum Merawat Jenazah, (Semarang: Al-Ridho, tt), hlm. 176-
179.
KKN UIN SUSKA 2022 | 12
FATHUL MUJIB
4. Dekatkanlah jenazah kepada dinding lahat agar wajahnya menempel, lalu
diganjal dengan tanah, dari depan dan bagian punggungnya agar tidak
jatuh.
5. Tutup mayat dengan menggunakan papan
6. Timbun kuburan menggunakan tanah. Tinggikan kuburnya kira-kira
sejengkal.
7. Percikkan kubur dengan air secukupnya lalu letakkan krikil kecil di
atasnya.
8. Tandai makam itu dengan batu atau batu bata yang diletakkan dibagian
kepala.24
24
Usamah Bin Gharam al-Ghamidy, Tuntunan Lengkap Perawatan Jenazah, (Yogyakarta:
Samodra Ilmu, 2007), hlm. 248-254.
KKN UIN SUSKA 2022 | 13