Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Kehidupan Akhirat Dalam Perspektif Al-Qur’an


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur‟an Integratif
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Makrum Kholil, M.Ag

Disusun Oleh:
1. Aldi Hasani HF (50223006)
2. Fachirotu Mina (50223005)

KELAS A
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
TAHUN 2023
BAB I
A. PENDAHULUAN

Kitab suci Al-Qur’an, yang merupakan pedoman utama umat Islam, telah banyak
menjelaskan tentang berbagai hal dalam proses kehidupan manusia, khususnya kehidupan di
dunia yang harus dilewati oleh setiap manusia dengan sebaik-baiknya sebelum berpindah ke
kehidupan akhirat kelak. kehidupan manusia memiliki masa dan level tersendiri. Setelah
manusia meninggal, kemudian mereka akan dibangkitkan kembali pada hari akhir dan akan
menjumpai alam akhirat. Ini bukan dongeng, melainkan kenyataan yang telah Allah Swt jamin
keberadaannya di Al-Qur‟an. Alam akhirat adalah alam hasil atau alam pertanggungjawaban.
Artinya, semua perbuatan yang telah dilakukan manusia semasa di dunia akan mendapat
balasan yang sesuai dengannya kelak di akhirat. Sebagai tempat kembali yang kekal, maka
tempat itu memilikidua sisi yaitu berupa surga dan neraka.
Setiap ulama juga telah sepakat bahwa kehidupan setelah mati yang akan bermuara di
akhirat adalah bersifat kekal atau selamanya. Secara singkatnya, surga adalah tempat yang
dipenuhi oleh kenikmatan Allah Swt yang sudah disiapkan untuk orang-orang mukmin yang
bertakwa kepada-Nya. Al-Ghazali dengan mengutip frman Allah meyakini bahwa Surga itu
sesuatu yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan, dan bagi orang yang takut kepada Allah
akan mendapatkan dua Surga.1 Begitupula sebaliknya, neraka atau an-naar adalah balasan bagi
orang-orang yang kufur terhadap karunia dan kenikmatan-Nya. Neraka dikenal sebagai tempat
yang penuh akan kesengsaraaan dengan bermacam siksaannya.2
Kehidupan akhirat sudah sangat jelas digambarkan Allah Swt dalam Al-Qur‟an. Bagi
orang yang beriman, mereka akan meyakini dan mengimani hari akhir dan kehidupan akhirat.
Hal tersebut berlainan dengan orang yang kufur. Sesuatu yang abstrak bukanlah sesuatu yang
tidak bisa dibuktikan secara empiris dan sulit untuk dimengerti. Artinya, sebagai seorang
mukmin harus mampu mengimani segela sesuatu yang sifatnya ghaib dan metafisika.

1
Al-Ghazali, Dibalik Tabir Kematian, terj. Abdul Rosyad Shidiq, (Jakarta: Khatulisiwa Press,
2009),hlm. 341.
2
Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 194.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhirat?
2. Bagaimana peristiwa peristiwa kehidupan di akhirat?
3. Bagaimana sikap kita setelah mengetahui gambaran kehidupan akhirat?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Memahami pengertian akhirat.
2. Memahami peristiwa peristiwa kehidupan di akhirat.
3. Memahami sikap kita setelah mengetahui gambaran kehidupan akhirat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhirat

Negeri akhirat atau yang biasa dikenal dengan istilah "alam akhirat" merupakan salah satu
alam yang pasti dilalui oleh manusia dalam perjalanan hidupnya. Tentunya, negeri ini tidak
berada di alam yang kita tinggali saat ini, di dunia. Akan tetapi, negeri akhirat itu berada di
alam lain, yakni alam terakhir setelah manusia meninggalkan dunia. Dengan demikian, negeri
akhirat adalah tempat tujuan manusia selanjutnya setelah meninggalkan dunia. 3
Dari sudut pandang epistemologi, kata akhirat berasal dari bahasa Arab al-akhirah yang
artinya "ujung dari sesuatu". Kata ini merupakan antonim bagi al-awwal yang artinya "yang
terdahulu". Selain bermakna ujung dari sesuatu, al-akhirah juga dapat bermakna sesuatu yang
merujuk pada jangka waktu. Adapun di dalam Al-Qur'an, kata ini telah disebutkan 115 kali.
Kata tersebut menunjukkan pengertian alam yang akan terjadi setelah berakhirnya dunia.
Jadi, bisa kita pahami bahwa akhirat merupakan lawan dari dunia. Salah satu firman Allah
Swt. yang memberitakan tentang alam akhirat adalah sebagai berikut:
َ َ َ ََ‫ك‬ۡ َ َ َٰ َ َ ‫َ خ َ ۡ َ خ‬ ‫ۡ َ َ خۡ خ‬
‫اس َل َي ۡعل خمون‬
‫َث ٱنلَ ه‬ ‫َوع َد ٱّللهِۖ َل ُيلهف ٱّلل وعدهۥ و لكهن أ‬

Artinya: "(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui."

َ ‫َ خ‬ َ ‫َ ۡ َ خ َ َ ۡ َ خ َ َ َٰ ٗ َ ۡ َ َ َٰ ه ُّ ۡ خ‬
‫ٱدلن َيا َوه ۡم ع هن ٱٓأۡلخ َهرة ه غَٰفهلون‬ ‫يعلمون يعلمون ظ ههرا مهن ٱۡليوة‬

Artinya: "Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan
terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 6-7)
Di samping lawan dari dunia, akhirat juga merupakan bagian penting dari eskatologi"
Islam. Dalam eskatologi Islam, salah satu ajaran Islam yang paling esensial adalah keimanan
pada hari akhir. Pada saat itu, setiap orang akan melihat semua perbuatannya dan akan
menerima balasannya? Selanjutnya, mereka akan hidup kekal di dalamnya. Allah Swt.
menjadikannya sebagai rumah tetap bagi manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam
firman Allah SWT berikut:
‫س‬
َ ‫أََلمْ تَ َر إِلَ ى َّالذِينَ قِيلَ لَ ُهمْ كُفُّوا أَْيدِيَ ُكمْ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُِتبَ عََليْ ِهمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْ ُهمْ يَخْشَوْنَ النَّا‬

3
Aizid, Rizem, Kekalkah Kita di Dalam Akhirat, (Yogyakarta: Safirah, 2016).

3
ُ‫كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَ ْشيَةًۚ وَقَالُوا رَبَّنَا ِلمَ كَتَْبتَ عَلَيْنَا الْقِتَا َل لَوْلَا أَخَّرْتَنَا إِلَىٰ أَجَ ٍل قَرِيبٍۚ ُقلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآ ِخ َرة‬

‫خَيْرٌ ِّلمَنِ اتَّقَىٰ وَلَا تُظَْلمُونَ فَتِيلًا‬

Artinya: "Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka,


Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah sholat, dan tunaikanlah zakat! Ketika
mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada
manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka
berkata, Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak
Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi? Katakanlah,
Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun." (An-
Nisa' 4: Ayat 77)4
Ada dua ketetapan Allah Swt. yang akan diperoleh manusia pada tahap akhir kehidupan
di negeri akhirat, yakni surga dan neraka. Di negeri akhirat nanti, Allah Swt akan
memutuskan tempat terbaik (apakah di neraka atau di surga) bagi setiap hamba-Nya. Dalam
ajaran Islam, hal tersebut dikenal dengan istilah "hari penghakiman" hari diberikannya
ganjaran atas semua perbuatan manusia di dunia. Ditinjau dari dimensinya, akhirat sejatinya
sama dengan dunia, yakni sama-sama merupakan dimensi fisik hukum-hukum kehidupannya
nyata. Karena itu, Islam memerintahkan kepada seluruh umatnya agar meyakini bahwa
kehidupan di negeri akhirat benar adanya. Dengan demikian, mereka dapat mempersiapkan
bekal untuk hidup di negeri barunya setelah mati.5

4
QS An-Nisa’, 4:77.
5
Al-Ghazali, Dibalik Tabir Kematian, terj. Abdul Rosyad Shidiq, (Jakarta: Khatulisiwa Press, 2009), hlm. 341
4
B. Peristiwa-peristiwa kehidupan akhirat
1. Yaumul ba’ats
Yaumul ba’ats adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia.
Menurut ibnu Taimiyyah Yaumul ba’ats adalah hari dihidupkannya orang-orang yang telah
mati dan keluarnya mereka dari kubur mereka untuk mendapatkan keputusan di hari kiamat.
Dinamakan demikian karena adanya kehidupan kembali dari Allah SWT.6
Keadaan manusia ketika dibangkitkan tersebut :
1) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tanpa tangan dan berkaki. Mereka adalah orang
yang ketika didunia suka mengganggu tetangganya.
2) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa babi hutan. Mereka adalah orang yang
ketika hidupnya menyepelekan, malas, dan lalai dam sholat.
3) Dibangkitkan dari kubur berupa keledai, sedangkan perutnya membesar seperti gunung
dan didalamnya penuh dengan ular dan kalajengking. Mereka ini adalah orang-orang yang
enggan membayar zakat.
4) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan darah mengucur keluar dari mulut mereka.
Mereka ini adalah orang yang berdusta dalam jual beli.
5) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan berbau busuk lebih dari pada bangkai. Mereka
ini adalah orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi karena takut dilihat orang
tetapi tidak takut kepada Allah SWT.
6) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan leher mereka terputus. Mereka adalah orang yang
menjadi saksi palsu.
7) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan tanpa mempunyai lidah dan dari mulut mereka
mengalir nanah dan darah. Mereka adalah orang yang enggan memberi kesaksian diatas
kebenaran.
8) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan terbalik yaitu dari kepala kebawah dan kaki
keatas, serta farajnya mengeluarkan nanah yang mengalir seperti air. Mereka adalah orang
yang berbuat zina dan mati belum sampai bertaubat.
9) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah hitam gelap dan bermata biru serta
perutnya dipenuhi api. Mereka ini adalah orang yang memakan harta anak yatim dengan
cara dholim.

6
https://saripedia.wordpress.com/tag/kehidupan-akhirat-adalah-kehidupan-yang-sebenarnya-dan-
kekal/

5
10) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan tubuh mereka penuh dengan sopak dan kusta.
Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya.
11) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan buta, gigi mereka memanjang seperti tanduk
lembu jantan bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang
sampai keperut, perutnya pula menggelebeh hingga ke paha dan keluar beraneka kotoran.
Mereka adalah orang yang minum arak.
12) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan wajah bersinar-sinar bercahaya laksana bulan
purnama. Mereka adalah orang yang beramal sholeh dan banyak berbuat baik, selalu
menjauhi berbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal
dunia keadaan mereka bertaubat dan mendapat ampunan, kasih sayang dan ridho Allah.
2. Yaumul hasyr
Makna Hasyr secara bahasa adalah berkumpul. Yaumul Hasyr adalah hari yang
ditentukan oleh Allah agar semua manusia yang telah dibangkitkan menempati suatu tempat
untuk dilakukan hisab atau peradilan Tuhan yang sejati. Tempat berkumpulnya manusia
tersebut namanya Mahsyar.
Pada saat yaumul hasyr tidak ada satupun makhluk yang ketinggalan, semua akan
dikumpulkan, tidak ada yang terlupakan, tertinggal atau terlewati dimanapun mereka
meninggal baik di kedalaman lautan, di angkasa, maupun tidak diketahui matinya. Allah
benar-benar telah memperhitungkan semuanya.
Pada saat yaumul hasyr para Malaikat juga hadir di hadapan Allah. Mereka hadir bukan
untuk mendapatkan keputusan tetapi untuk menjadi saksi bagi para makhluk yang amal
perbuatannya telah dicatat dan dilaporkan kepada Allah. Proses ini tidak ubahnya dengan
proses verifikasi dan validasi data yang telah dicatat oleh Malaikat. 7 Dalam beberapa ayat,
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫قَالَ مَوْ ِعدُ ُكمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى‬

Artinya: "Dia (Musa) berkata, (Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu)
ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (duha)."
(QS. Ta-Ha: Ayat 59)

َ‫وَأَنذِرْ بِهِ َّالذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّ ِهمْ لَيْسَ لَهُم مِّن دُ ونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّ ُهمْ يَتَّقُون‬

Artinya: "Peringatkanlah dengannya (Al-Qur'an) itu orang yang takut akan dikumpulkan
menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat), tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi
syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa." (QS. Al-An'am 6: Ayat 51)

7
http://syahrulyusuf52.blogspot.co.id/2015/03/peristiwa-pada-hari-kiamat.html

6
3. Mauqif
Mahsyar adalah masa transisi kebangkitan dari alam kubur ke masa penentuan nasib
(hisab) umat manusia, sehingga diputuskan masuk surga atau neraka. Masa penantian di
Mahsyar ini diistilahkan dengan mauqif.
Dalam masa penantian, seluruh manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki,
tidak berpakaian, dan juga tidak dikhitan.
Keadaan matahari di mahsyar nanti adalah didekatkan terhadap kepala makhluk, sehingga
semakin memberatkan dan menakutkan mereka. Maka keluarlah keringat mereka yang akan
menyiksa pemiliknya sesuai dosa-dosa mereka ketika hidup di dunia.
Situasi dahsyat di mahsyar itu menyebabkan manusia tidak sempat lagi melihat aurat orang
lain atau terlintas rasa malu karena aurat kita terlihat. Bahka orang tua tidak ingat aaknya,
suami tidak ingat istrinya, dan sebaliknya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing,
memikirkan keputusan Allah SWT yang akan diterimanya. 8
Dalam masa penantian nasib itu, Allah dengan rahmat dan keutamaan-Nya aka
memberikan naungan kepada sebagian hamba-Nya, pada hari yang sangat panas. Tidak ada
naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya, yaitu di padang mahsyar tatkala mereka
menghadap Allah. Beberapa golongan yang aka mendapatkan naungan-Nya, yaitu naungan
Arsy-Nya, adalah sebagaimana yang Rasulullah SAW. sebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah Beliau bersabda:
“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka dibawah naungan Arsy-
Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Arsy-Nya. Mereka adalah (1)
imam (pemimpin) yang adil, (2) pemuda yang tumbuh dalam peribadahan kepada Rabbnya,
(3) orang yang hatinya terkait di masjid, (4) orang yang saling mencintai karena Allah,
berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak
(berzina) oleh seorang wanita yang berkadudukan lagi cantik, namun dia berkata;
`sesungguhnya aku takut kepada Allah`, (6) orang yang bersedekah namun
merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya, (7) orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga
berlinang air matanya”. (Muttafaqun ‘Alaih)
Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda : Tiga golongan,
barang siapa yang ada didalamnya, Allah akan melindunginya dibawah ‘Arsy-Nya pada
hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindundan Allah. (1) orang yang

8
Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 194.

7
menyempurnakan (air) wudlunya ketempat yang ia tidak menyukainya, (2) orang yang
berjalan ke masjid di mala yang gelap gulita, (3) orang yang memberikan maka kepada
orang yang lapar. (HR. Ashbahanim dari Jabir).
Di mahsyar dengan suhu yang ssngat panas di hari hisab, tentulah para manusia
menjadi bingung dan panik ingin mencari tempat perlindungan. Dan pada hari itulah
manusia aka berkata: “kemana tempat lari?”.
Di mahsyar dengan suhu yang sangat panas seluruh makhluk berdiri selama 50.000
tahun dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan kehausan tidak makan dan tidak minum
tetapi tidak mati hingga mereka merasakan lehernya tercekik karena kehausan, perutya
terkoyak karena kelaparan, tetapi kata Nabi SAW keadaan seperti itu bagi orang muslim di
lalui dengan mudah tidak ubahnya seperti sholat dua rokaat.
4. Yaumul hisab
Perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan di akhirat dinamakan hisab.
Hisab adalah peristiwa dimana Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di
dunia dan menetapkannya atau Allah mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia
tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian
hisab merupakan perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan secara sungguh-
sungguh oleh Allah untuk dipublikasikan terhadap pelakunya baik mukmin maupun kafir.
Saat dilakukan hisab ini dikenal dengan istilah yaumul hisab.9

Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua cara:


1) Al ‘Aradh (penampakkan dosa dan pengakuan)
Al ‘Aradh mempunyai dua pengertian :
a. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan
menampakkan lembaran amalan mereka.
b. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin, mengenai penetapannya, merahasiakan
(tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian
dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
2) Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh)
Munaqasyah adalah hisab antara kebaikan dan keburukan. Besarnya pemandangan
hisab terlihat dari siapa yang menghisab, dia adalah Allah, tidak ada sesuatupun yang
samar bagi-Nya, dan bisa jadi cahaya terang yang menyinari bumi Mahsyar itu terjadi
pada saat hadirnya Allah untuk menetapkan keputusan-Nya.
Para Rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah bebankan atas

9
Al-Ghazali, Dibalik Tabir Kematian, terj. Abdul Rosyad Shidiq, (Jakarta: Khatulisiwa Press, 2009).
8
mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu kepada umat mereka, para Rasul
tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada
hari itu berdiri tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka
lakukan dulu, para saksi tersebut adalah para Malaikat yang mencatat amal-amal
perbuatan manusia.
Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka
kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Amal manusia di
dunia telah dicatat oleh Malaikat, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Hisab ini dilakukan
dalam satu waktu, dan Allah sendiri yang akan melakukannya, kemudian diberikan
kitab yang tela ditulis Malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang. Allah
memang menulis semua amalan hamba-Nya, yang baik maupun yang buruk, tanpa
dikurangi dan ditambah sedikitpun, bahkan Allah memperhitungkan amalan hamba-
Nya dengan sangat teliti dan cermat sampai hal yang sekecil apapun. Sehingga seluruh
pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi
menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara
tentang perbuatan yang telah ia lakukan.
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir
tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang
hamba adalah sholatnya. Mulut terkunci , nanti yang aka menjadi saksi adalah tangan,
kaki, mata, telinga, kulit, bahkan bumi.
Adapun orang-orang kafir, mereka aka dipanggil di hadapan semua makhluk. Kepada
mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan
kejelekan mereka disana.
Dalam melakukan penghisaban Allah menggunakan sejumlah kaidah sebagai asas dan
prinsipnya. Diantara kaidah itu adalah:
c. Prinsip keadilan yang sempurna tanpa sedikitpun kedzaliman, sehingga tidak ada
kebaikan atau keburukan walau hanya sebesar atom hidrogin yang terlepas dari proses
penghisaban.
d. Tidak ada pelimpahan atau pewarisan dosa, sehingga seseorang tidak akan disiksa
karena dosa yang dilakukan orang lain.
e. Pengungkapan amal perbuatan kepada pelakunya, sehingga mereka dapat melihat dan
menilai sendiri diri mereka dan tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk menolaknya.
f. Penghadiran saksi-saksi atas orang kafir dan munafik.
Adapun cara penghisaban terdapat 3 jenis manusia, yakni terhadap orang mukmin,
terhadap orang kafir, dan terhadap orang munafik.
9
1. Terhadap Orang Mukmin
Terhadap orang beriman Allah tidak menghisab kaum mukminin dengan
munaqasyah, namun dengan mencukupkan dengn al-aradh. Dia hanya memaparkan dan
menjelaskan semua amalan tersebut dihadapan mereka, dan dia merahasiakannya, tidak
ada orang lain yang melihatnya, lalu Allah berseru : “Telah Aku rahasiakan hal itu di
dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.
2. Terhadap Orang Kafir dan Munafik
Terhadap orang kafir , mereka akan dipanggil dihadapan semua makhluk. Kepada
mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan
kejelekan mereka disana.
B. Catatan Amal Perbuatan
Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarah Al Aqidah Al Waasithiyyah catatan
amal yang dikerjakan oleh Malaikat di akhirat dibagikan dikenal dengan
istilah Tunsyaru Ad Dawawin. Tunsyaru bermakna dibagikan dan dibuka untuk
pembacanya. Ad Dawawin adalah lembaran yang dituliskan amalan-amalan disana.
Dalam menerima buku catatan amal manusia terbagi menjadi dua golongan, ada
yang menerima buku catatannya dengan tangan kanannya, mereka adalah orang
Mukmin, ini adalah isyarat bahwa tangan kanan adalah untuk sesuatu yang mulia. Oleh
karena itu orang yang beriman menerima bukunya dengan tangan kanannya sementara
orang kafir menerima buku catatannya dengan tangan kirinya atau dari balik
punggungnya. 10 Allah SWT. Berfirman:
َ‫) وَأَمَّا مَنْ أُوتِي‬٩( ‫) وَيَنقَِلبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا‬٨( ‫) فَسَوْفَ ُيحَاسَبُ حِسَابًا َيسِريًا‬٧( ِ‫فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بَِيمِينِه‬

)١٢( ‫) وَيَصْلَىٰ سَعِريًا‬١١( ‫) فَسَوْفَ َيدْعُو ثُبُورًا‬١٠( ِ‫كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْ ِره‬

Artinya: "Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya.
Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali
kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Dan adapun orang
yang catatannya diberikan dari sebelah belakang. Maka dia akan berteriak, Celakalah
aku! Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sungguh, dia
dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya (yang sama-sama kafir)."
(Al-Insyiqaq 84: Ayat 7-12).

10
http://aslamiyah.abatasa.com/post/detail/17484

10
5. Yaumul mizan

Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan
ringan. Adapun mizan di akhirat adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk
menimbang amalan manusia. Salah satu perkara yang terjadi pada hari kiamat adalah mizan
atau timbangan, dengannya amal manusia ditimbang. Al Mizan adalah haq (benar adanya),
menurut Al Qurthubi dalam kitab at-Tadzkirah bahwa mizan untuk mengetahui kadar amal
agar balasannya setimpal. Mizan ini sangat akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak
kurang sedikitpun. Allah SWT. Berfirman:
)٤٧( َ‫ضعُ اْل َموَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظَْلمُ نَفْسٌ شَيْئًاۚ وَإِ ن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَْينَا بِهَاۚ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِني‬
َ َ‫وَن‬

Artinya: "Kami akan memasang timbangan tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun
dirugikan walau sedikit. Sekalipun (amalan itu) hanya seberat biji sawi, Kami pasti
mendatangkan (pahala)nya. Dan, cukuplah Kami yang membuat perhitungan.
(QS. al-Anbiyaa' : 47).
6. Qishash (hari pembalasan)
Pada hari kiamat nanti, hukum yang adil akan menuntut qishash atas yang dzalim bagi
yang didzaliminya, sehingga tidak ada lagi perbuatan dzalim. Qishash ini juga berlaku bagi
binatang. Dengan demikian berbagai ketidak adilan yang dilakukan atau dirasakan oleh
manusia didunia akan mendapatkan keadilan itu di akhirat kelak.
Semua kedzaliman yang tidak terselesaikan di dunia akan diselesaikan nanti pada hari
kiamat. Ini berlaku untuk semua hak, hanya saja hak darah atau nyawa menempati rangking
tertinggi dalam perkara ini, hal ini dibuktikan dengan dimulainya keputusan diantara
manusia dengan perkara darah.11
Dalam shahih al-Bukhari dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah SAW bersada: “jika
orang-orang mukmin selamat dari neraka, mereka tertahan di jembatan di antara surga dan
neraka, maka mereka menyelesaikan perkara kedzaliman di antara mereka di dunia,
sehingga ketika mereka telah bersih, dan suci maka mereka diizinkan masuk surga, demi
dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya, salah seorang dari kalian lebih mengetahui
tempat tinggalnya di surga daripada rumahnya di dunia”.
Jembatan yang ada di antara surga dan neraka ini untuk tujuan pembersihan apa yang ada
dalam hati, sehingga manusia akan masuk surga dalam keadaan tidak ada kedengkian,
dendam dalam hatinya, sebagai mana Firman Allah SWT. dalam QS. Al-Hijr: 47.

11
http://aslamiyah.abatasa.com/post/detail/17484

11
)٤٧( َ‫صدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَابِلِني‬
ُ ‫وََنزَعْنَا مَا فِي‬

Artinya: “dan kami lenyapkan segal rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang
mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”.
Jika telah dihilangkan dari hati-hati mereka berupa permusuhan, kebencian dan
dibersihkan darinya, maka merekapun diizinkan masuk ke surga. Maka ketika mereka
diizinkan masuk surga, mereka tidak mendapati pintu surga dalam keadaan terbuka. Akan
tetapi Nabi meminta syafa’at keepada Allah agar dibukakan pintu surga bagi mereka, karena
Nabi SAW. adalah orang pertama yang masuk surga allah SWT.
7. Shirath
Shirath menurut bahasa adalah jala yang terang, adapun secara istilah merupakan jembatan
yang melintang antara jalan neraka dan surga yang akan dilintasi oleh orang-orang yang
berbuat kebaikan dan orang-orang yang berbuat keburukan. Diantara manusia yang pertama
menyeberangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW. dan beliau berdo’a kepada Allah untuk
umatnya agar bisa melintasi shirath dengan selamat.
Kondisi manusia saat melintasi Shirath:
1. Ketika manusia melewati shirath, amanah dan ar-rahim menyaksikan mereka.
2. Kecepatan manusia saat melewati shirath yang begitu halus dan tajam tersebut sesuai
dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan melaksanakan perintah-perintah
Allah di dunia ini.
3. Di antara manusia ada yang melewati shirath secepat kedipan mata, secepat angin, secepat
burung terbang, secepat kuda berlari.
4. Di antara manusia ada yang melewati dengan meramgkak, berjala dengan menggeser
pantatnya, bergelantungan, ada pula yang dilemparkan kedalamnya.
5. Besi-besi pengait baik yang bergantungan maupun yang berasal dari neraka akan
menyambar sesuai dengan keimana dan ibadah masing-masing manusia.
6. Yang pertama melewati shirath adala Nabi Muhammad dan umatnya.
7. Setiap Rasul menyaksikan umatnya ketika melewati shirath dan mendo’akan mereka.
8. Ketika melewati shirath setiap Mukmin diberi cahaya sesuai dengan amalnya masing-
masing.12

12
Al-Ghazali, Dibalik Tabir Kematian, terj. Abdul Rosyad Shidiq, (Jakarta: Khatulisiwa Press, 2009).
12
8. Syafa’at (permohonan kebaikan)

Syafa’at menurut bahasa adalah wasilah atau perantara. Secara istilah adalah perantara
dalam menaikkan kebutuhan antara orang yang memiliki hajat dan orang yang hajat tersebut
ada padanya. Hakekat syafa’at adalah bentuk pemuliaan Allah kepada orang yang diberi hak
untuk memberi syafaat dan rahmat bagi orang yang berhak untuk diberikan kepadanya
syafa’at. Mengenai syafaat ini, Rasulullah SAW. bersabda, "Semua nabi mempunyai satu doa
khusus yang dikabulkan. Aku menyimpan doaku di akhirat untuk memberi syafaat kepada
umatku." (HR. Bukhari). Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah Saw. juga mengabarkan, "Di
hari pembalasan, aku akan menjadi manusia pertama yang memberi syafaat dan yang
syafaatnya diterima." (HR. Ibnu Majah).
9. Kehidupan surga
Surga dalam bahasa arab adalah al-Jannah.13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Surga adalah alam akhirat yang membahagiakan roh setiap manusia yang hendak tinggal di
dalamnya (dalam keabadian). Sedangkan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan
bahwa Surga adalah suatu negeri yang mencakup seluruh jenis kenikmatan, kebahagiaan,
kesenangan dan hal-hal yang menyejukkan mata.14 Surga merupakan tempat terakhir setelah
jembatan atau shirath. Jannah adalah tempat kekal bagi orang-orang beriman. Di sana,
mereka masuk dan memperoleh keindahan abadi atas rahmat-Nya. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:

)٨٢( َ‫َالذِينَ آمَنُوا وَ َعمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِۚ ُهمْ فِيهَا خَاِلدُون‬
َّ ‫و‬

Artinya: "Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni
surga. Mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 82).
Dalam al-Quran, kata al-jannah dan ragam perubahan bentuknya terulang sebanyak
144 kali baik dalam bentuk mufrad maupun jamak. Dalam al-Quran, kata al-jannah dipakai
untuk menunjuk tempat kediaman orang-orang mukmin di alam akhirat. Disebutkan dalam
al-Quran beberapa ciri yang dimiliki oleh surga. Bahwa surga terdapat beberapa buah yang
sangat melimpah dan juga sungai yang mengalir dibawahnya.

13
Deddy Ilyas, Antara Surga Dan Neraka : Menanti Kehidupan Nan Kekal Bermula, JIA, 14, 2,
2013,hlm. 168.

14
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Hadil Arwah Ila Biladil Afrah, terj. Zainul Maarif, Surga Yang dijanjikan
(Jakarta: Qishi Press, 2012), cet 1, hlm. 123

13
Diantara nama-nama surga menurut Al Qur’an :
a) Jannatu-Adnin yang bermakna Surga Adnin/Eden : QS An-Nahl, ayat:31
)٣١( َ‫حتِهَا الْأَنْهَارُۚ لَ ُهمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَۚ َكذَٰلِكَ يَجْزِي اللَّهُ اْلمُتَّقِني‬
ْ َ‫جرِي مِن ت‬
ْ َ‫جَنَّاتُ َعدْنٍ َيدْخُلُونَهَا ت‬

Artinya: (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka
kehendaki. Demikianlah Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang bertakwa.15
Surga adnin disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, Orang yang benar-benar
beriman dan beramal sholeh,Orang yang banyak berbuat baik, Orang yang sabar,
menginfakkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan.
b) Jannatu-Naim yang bermakna Surga penuh Nikmat: QS Al-Hajj, ayat :56
)٥٦( ِ‫ت النَّعِيم‬
ِ ‫َالذِينَ آمَنُوا وَ َعمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي جَنَّا‬
َّ ‫اْلمُلْكُ يَوْمَِئذٍ لِّلَّهِ يَحْ ُكمُ بَيْنَ ُهمْۚ ف‬

Artinya: Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara
mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam syurga
yang penuh kenikmatan. 16
c) Jannatul-Khuldi yang bermakna Surga Hidup Kekal: QS Al-Furqan, ayat:15

)١٥( ‫قُلْ أَ َٰذلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُ ْلدِ الَّتِي وُ ِعدَ اْلمُتَّقُونَۚ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءً وَمَصِريًا‬
Artinya: Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal
yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?" Dia menjadi Balasan dan tempat
kembali bagi mereka?".17
d) Jannatul Ma‟wa yang bermakna Surga Penuh Tenteram: QS Al-Najm, ayat:15
)١٥( ٰ‫عِن َدهَا جَنَّةُ اْلمَأْوَى‬

Artinya: Di dekatnya ada syurga tempat tinggal.18


Surga al ma’wa disediakan bagi orang yang benar-benar beramal sholeh, orang yang
takut pada kebesaran Allah swt. Dan menahan diri dari hawa nafsu yang buruk.
e) Jannatul Firdaus yang bermakna Surga Firdaus: QS. Al-Mu‟minun, ayat:11
)١١( َ‫َّالذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ ُهمْ فِيهَا خَاِلدُون‬

Artinya: (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. 19

15
QS An-Nahl, 16:31
16
QS Al-Hajj, 22:56
17
QS Al-Furqan, 25:15
18
QS Al-Najm, 53:15
19
QS. Al-Mu‟minun, 23:11.
14
f) Jannatul darussalam
Surga Darussalam disediakan bagi orang yang kuat iman dan islamnya, mengamalkan ayat-
ayat Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, mengerjakan amal sholeh.
g) Jannatul dar al muqamah
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah dari permata putih. Calon penghuninya adalah
orang yang melakukan banyak kebaikan.
h) Maqam Al Amin
Surga Maqaamul Al Amin disediakan bagi orang yang sangat beriman yaitu benar-benar
bertaqwa kepada Allah.
10. Kehidupan Neraka
Neraka Dalam bahasa al-Qur‟an disebut al-naar, yang berarti api yang menyala. Secara
istilah, neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan
kesalahan. Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk hukumannya yang paling sangat
menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama neraka yang digunakan di dalam al-Qur‟an:
al-naar (api), jahannam (“gehenna”), al-jahiim (yang membakar), al-sa‟ir (jilatan api), al-
saqar (api yang menghanguskan), alhawiyah (jurang), al-huthamah (api yang
meremukkan).20 Allah subhanahu wata’ala berfirman:

)٣٩( َ‫َالذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِۚ ُهمْ فِيهَا خَاِلدُون‬
َّ ‫و‬

Artinya: "Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 39).
Bagi manusia yang tidak mengikuti perintah Allah swt, maka neraka lah menjadi
tempatnya. Dalam hadis Nabi Muhammad saw juga dapat diperoleh informasi tentang
neraka, yaitu dalam hadits Anas bin Malik r.a Artinya: Dari Anas bin Malik r.aia berkata,
"Rasulullah saw. pernah berkhutbah, dan saya belum pernah mendengarnya. Beliau
bersabda: "Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit
tertawa dan pasti akan banyak menangis." Anas berkata: "Mendengar yang demikian para
sahabat Rasulullah saw menutupi muka mereka sambil menangis terisak-isak."21
Dalam Qs. An-Nisaa‟, ayat:145 Allah berfirman:

)١٤٥( ‫جدَ لَ ُهمْ نَصِريًا‬


ِ َ‫إِنَّ اْلمُنَافِقِنيَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن ت‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi

20
Amir Hamzah, Konsep Neraka Dalam Al-Qur‟an, Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 6, 2,
2014, hlm. 17.
21
Amir Hamzah, Konsep Neraka Dalam Al-Qur‟an, hlm. 21
15
mereka. 22

11. Telaga al kautsar


Termasuk beriman kepada hari akhir adalah iman akan adanya Al Kautsar, yakni telaga
yang diberikan Allah kepada Nabi kita Muhammad Saw. mengenai sifatnya disebutkan
bahwa telaga itu lebih putih dari pada es dan lebih manis dari pada madu, aromanya lebih
wangi dari pada kasturi, sementara mangkuk-mangkuknya seperti jumlah bintang-bintang
di langit.
Telaga kautsar merupakan sebuah sumber mata air yang sangat jernih dan luas yang
terdapat di dalam surga. Di sinilah para ahli surga setelah berhasil melewati tahapan-tahapan
sulit dalam lintasan mahsyar dan hari kiamat, saat memasuki surga akan langsung ke telaga
ini untuk menghilangkan rasa dahaganya dan menikmati kelezatan air telaganya. Dari telaga
Al Kautsar inilah akan mengalir dua sungai ke arah surga dimana sumbernya tidak lain
berasal dari “Arsy Ilahi”, singgasana Tuhan.23

C. Cara Menyikapi Kehidupan Akhirat

Dari penjelasan di atas tentang berbagai hakikat kehidupan dunia dan akhirat bukan
berarti kita harus mengabaikan kehidupan dunia demi mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Akan tetapi karena kehidupan di dunia ini merupakan wasilah untuk mencapai kebahagiaan
dikahirat maka kita dianjurkan untuk mencari maisyah ataupun karunia selama menjalani
kehidupan di dunia dengan niat untuk berribadah kepada Allah SWT.

Agama Islam juga menghendaki agar manusia dapat sejahera dan bahagia di dunia serta
sejahtera dan bahagia di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam
salah satu hadisnya berikut ini :

Artinya : Kerjakan urusan-urusan duniamu seakan akan engkau hidup selamanya


dan kerjakanlah urusan-urusan akheratmu seakan-akan engkau akan mati esok”.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Azakir) 24.

Bahagia merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh segenap manusia, baik
kebahagiaan selama masih di dunia maupun kebahagiaan di akhirat kelak. Bahagia sendiri
merupakan kondisi batin yang mudah diucapkan namun sulit dirasakan dan diakui

22
Q.S. al-Nazi‟at, 79: 34-39
23
Deddy Ilyas, Antara Surga Dan Neraka : Menanti Kehidupan Nan Kekal Bermula, .... hlm. 171
24
M.Ma’ruf, “Konsep Mewujudkan Keseimbangan Hidup Manusia Dalam Sistem Pendidikan Islam”,
Jurnal Al-Makrifat Vol.4 No.2 Oktober 2019
16
keberadaannya. Melihat fakta tersebut memang sulit mendefinisikan kebahagian. Namun,
kesulitan ini setidaknya ada garis-garis yang diajarkan dalam Alquran atau standar
kebahagiaan yang ditawarkan Alquran. Ada beberapa ayat yang berkaitan dengan
kebahagiaan di dunia sampai di akhirat kelak, sebagai berikut: 25

1. Q.S An-Nahl ayat 97

)٩٧( َ‫مَنْ َعمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْ ِزيَنَّ ُهمْ أَ ْجرَهُم بَِأحْ َسنِ مَا كَانُوا يَ ْعمَلُون‬

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Ayat di atas menjelaskan esensi kebahagiaan yang akan diberikan oleh Allah
kepada hamba-Nya yang beramal saleh di dunia sampai di akhirat yaitu berupa kehidupan
yang baik dan pahala di akhirat.

Siapa pun manusia yang melakukan kebaikan dan berbuat amal saleh maka
Alquran menjamin keberlangsungan hidupnya selama di dunia dan jaminan di akhirat.
Kehidupan yang baik di dunia itu bermacam-macam ada mungkin yang diberikan harta
melimpah, jabatan yang tinggi, derajat yang mulia atau keturunan yang saleh juga.

Dari berbagai pemberian materi yang akan Allah kasih sebenarnya lebih penting
lagi yaitu diberi rasa ketenangan jiwa dengan segala bentuk kejadian yang akan menimpa
orang beriman

Kehidupan yang baik ini, dalam Tafsir Al-Misbah sebagaimana yang dikutip oleh
Muskinul Fuad bahwa kehidupan yang tidak diukur dengan kemewahan melainkan
kehidupan yang di dalam hatinya terbalut rasa lega, kerelaan, sabar ketika diuji, dan
bersyukur atas nikmat Allah

Kerelaan hati, kesabaran atau timbulnya rasa syukur tidaklah mudah perlu
penguat-penguat atau tahapan awal dalam meraihnya sehingga mudah melakukannya
yang pada akhirnya akan mengkarakter.

25
Sholehudin Sofyan, Perspektif Alquran tentang Kesenangan Dunia: Sebuah Kajian Tafsir Tematik,
Skripsi. Hal. 51

17
Penguat-penguat dan tahapan awal bagi orang yang mau konsisten beramal saleh
yaitu selalu berusaha untuk mengingat Allah, mengingat Allah ini setidaknya ada dua
macam. Yang pertama ingat, patuh dan ihlas kepada Allah dalam beramal, yang kedua
mengingat nama Allah dengan memuji, mensucikan, mengagungkan serta merenungi
kebesarannya.

Setelah seseorang kebiasaan mengagungkan nama Allah maka dengan sendirinya


orang tersebut mengetahui kelemahan dirinya, serta timbullah rasa cinta yang semakin
dalam dalam hati orang tersebut. Selain itu Allah akan selalu mengingatnya pula,
terpelihara dari melakukan perbuatan keji, selalu dilindungi dari godaan dan gangguan
setan, dan memperoleh Rahmat-Nya.

Dengan itu semua, maka keimanan akan kuat dan amal saleh akan senantiasa
istiqamah. Ketika demikian, maka pantas jika orang yang melakukan tersebut akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.26

26
Sholehudin Sofyan, Perspektif Alquran tentang Kesenangan Dunia: Sebuah Kajian Tafsir Tematik,
Skripsi. Hal. 51
18
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan dia atas adalah,


1. Akhirat adalah tempat tujuan atau tempat abadi bagi kita untuk menghabiskan waktu dalam
mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita di dunia, kehidupan di akhirat sangat lah lama
berbeda dengan kehidupan di dunia fana saat ini.
2. Banyak Peristiwa ketika di akhirat yaitu:
a. Yaumul Barzah, adalah hari penantian seluruh umat manusia yang telah meninggal. Yaitu nanti
masa dibangkitkan manusia dari alam kubur untuk menghadap kepada Allah guna
mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan ketika di dunia.
b. Yaumul Ba'as, adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur.
c. Yaumul Mahsyar, adalah hari dikumpulkannya manusia setelah dibangkitkan dari alam kubur,
untuk menunggu pengadilan dari Allah SWT.
d. Yaumul Hisab, adalah hari perhitungan amal perbuatan manusia selama selama hidup di dunia.
e. Yaumul Mizan, adalah penimbangan amal perbuatan manusia setelah diperhitungkan baik
buruknya selama hidup di dunia.
f. Shirat, adalah jalur atau jalan penentu dari masing-masing manusia stelah dihisab dan ditimbang
amal baik buruknya. Pada tahap ini manuisa akan ditentukan masuk neraka atau masuk surga .
Hal ini tergantung amal baik dan amal buruk.
g. Syafaat, adalah pertolongan yang diperoleh umat manusia yang beriman, Islam dan
ihsan. Pertolongan tersebut berasal dari amal perbuatan yang baik ketika di dunia. Bagi orang
beriman dan beramal saleh kelak pada hari Kiamat akan mendapat syafaat berupa kemudahan dan
keringanan dari berbagai kesulitan yang dihadapi.
h. Surga dan Neraka, adalah tempat terakhir pembalasan manusia. Bagi yang beramal baik akan
masuk surga dan sebaliknya orang yang beramal buruk akan masuk neraka.
3. Jika pada saat di dunia kita beriman kepada allah swt dan melaksanakan semua perintahnya serta
menjauhi segala larangannya maka di akhirat nanti kita akan mendapat kesenangan atas semua
perbuatan baik kita di dunia dengan masuk ke surga. lain hal nya lagi jika kita melakukan
perbuatan dosa dan melanggar larangan allah swt maka di akhirat kelak kita akan mendapat
siksaan api neraka yang sangat panas sekali.
B. Saran
Kita sebagai manusia hanya berusaha menjadi yang terbaik, agar apabila datang waktunya
hari akhir, kita sebagai umat muslim telah memiliki bekal untuk menolong diri kita sendiri pada
hari akhir, tanda tanda hari akhir sudah sudah terlihat jelas, marilah kita dekatkan diri kita kepada
Allah swt, dan perbaiki semua sikap kita menjadi lebih baik dan berakhlak.
19
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2016. Kekalkah Kita di Dalam Akhirat. Yogyakarta: Safirah.


Al-Ghazali, Dibalik Tabir Kematian, terj. Abdul Rosyad Shidiq, (Jakarta: Khatulisiwa Press,
2009),
Amir Hamzah, Konsep Neraka Dalam Al-Qur‟an, Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan,
. 2014.

Deddy Ilyas, Antara Surga Dan Neraka : Menanti Kehidupan Nan Kekal Bermula, JIA, 14, 2,
2013.

Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012),
http://aslamiyah.abatasa.com/post/detail/17484

http://syahrulyusuf52.blogspot.co.id/2015/03/peristiwa-pada-hari-kiamat.html

https://saripedia.wordpress.com/tag/kehidupan-akhirat-adalah-kehidupan-yang-sebenarnya-dan-
kekal/

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Hadil Arwah Ila Biladil Afrah, terj. Zainul Maarif, Surga Yang
dijanjikan.Jakarta: Qishi Press. 2012.
Ilham Muhammad, Gambaran Kehidupan Dunia Dalam Al-Qur’an:Sebuah Kajian Tematik,
Skripsi.
M.Ma’ruf, “Konsep Mewujudkan Keseimbangan Hidup Manusia Dalam Sistem Pendidikan
Islam”, Jurnal Al-Makrifat Vol.4 No.2 Oktober 2019

Sholehudin Sofyan, Perspektif Alquran tentang Kesenangan Dunia: Sebuah Kajian Tafsir
Tematik, Skripsi.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai