Anda di halaman 1dari 26

KAJIAN FIKIH PENYELENGGARAAN JENAZAH

I. MEMANDIKAN

II. MENGKAFANI

III. MENYALATKAN

IV. MEMAKAMKAN

Ringkasan Kitab Al-Wijaazah karya : Syaikh Abdurrahman bin


Abdulllah Al-Ghaits 

Hubdam II Sriwijaya

Prio Handoko S.Sy. M.Ag


1|Page

KATA PENGANTAR

ِ ‫ت أَ ْع َما ِلنَا َم ْن َي ْه ِد ِه ﷲُ فَﻼَ ُم‬


‫ض ّل‬ ِ ‫سيّئ َا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
ُ ‫ِإ ّن ْال َح ْمدَ ِ ﱠ ِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُه ُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ ِبا ِ ِم ْن‬
‫على‬ َ ‫سلّ ْم‬ َ ‫س ْولُه اَلل ُه ّم‬
َ ‫ص ّل َو‬ ُ ‫ِي لَهُ أَ ْش َهدُ أَ ْن ﻻَ ِإلهَ ِإﻻّ ﷲُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫ض ِل ْل فَﻼَ هَاد‬ ْ ُ‫لَهُ َو َم ْن ي‬
.‫ان إِلَى يَ ْو ِم الدّيْن‬ ٍ ‫ص َحابِ ِه َو َم ْن تَبِعَ ُه ْم بِإِحْ َس‬ ْ َ‫على آ ِل ِه ِوأ‬ َ ‫سيّدنا ُم َح ّم ٍد َو‬

َ‫يَاأَيّ َها الّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا ﷲَ َح ّق تُقَاتِ ِه َوﻻَ ت َ ُم ْوت ُ ّن إِﻻّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬

Semoga Allah Azza Wajalla merahmatimu, sesungguhnya kematian


adalah sesuatu yang telah jelas dan nyata, dan itu sebuah kepastian pada di
setiap makhluk yang bernyawa, maka perbanyaklah mengingat kematian
saudaraku yang dengannya engkau semakin dekat dengan Allah Azza Wajalla,
sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi kita Shallallahualaihiwasallam :

‫كره في‬ ‫يش ﱠإﻻ و ﱠ‬


َ َ‫ و ﻻ ذ‬، ‫س َعه علَي ِه‬ ٍ ‫ت ؛ فإنﱠه لَم ي ْذ ُك ْره أحدٌ في ضي‬
ِ ‫ق ِمن ال َع‬ ِ ‫هاذم اللﱠذا‬
ِ ‫ المو‬: ‫ت‬ ِ ‫ذكر‬ َ ‫أكثروا‬
‫َسع ٍة ﱠإﻻ ضيﱠقَها علي ِه‬

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda:“Perbanyaklah mengingat pemutuskan kelezatan,
yaitu kematian, karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya ketika
dalam keadaan kesempitan hidup, melainkan dia akan melapangkannya, dan
tidaklah seseorang mengingatnya ketika dalam keadaan lapang, melainkan dia
akan menyempitkannya.” HR. Ibnu HIbban dan dishahihkan di dalam kitab
Shahih Al Jami’.

Berkata Ad Daqqaq rahimahullah:

‫ ومن نسى الموت عوجل‬،‫ ونشاط العبادة‬،‫ وقناعة القلب‬،‫ تعجيل التوبة‬:‫"من أكثر ذكر الموت أكرم بثﻼثة‬
٩ ‫ ص‬: ‫ والتكاسل في العبادة" تذكرة القرطبي‬،‫ وترك الرضا بالكفاف‬،‫ تسويف التوبة‬:‫بثﻼثة‬

Artinya: “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan


dengan tiga hal: “Bersegera taubat, puas hati dan semangat ibadah, dan
barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal;
mengundur taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.” Lihat kitab
At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al Qurthuby
halaman 8.
2|Page

Dan Beliau Nabi Shallallahualaihiwasallam menjelaskan dalam


sabdanya yang lain :
‫ى‬ّ ِ ِ‫علَى النﱠب‬َ ‫ار فَ َسلﱠ َم‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ فَ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِمنَ اﻷ َ ْن‬-‫ﷺ‬- ِ ‫سو ِل ﱠ‬ ُ ‫ ُك ْنتُ َم َع َر‬:‫ع َم َر رضي ﷲ عنهما أَنﱠهُ قَا َل‬ ُ ‫َع ِن اب ِْن‬
‫ »أ َ ْكثَ ُر ُه ْم‬:‫س قَا َل‬ ُ َ‫ى ْال ُمؤْ ِمنِينَ أ َ ْكي‬
‫ »أَحْ َسنُ ُه ْم ُخلُقًا« قَا َل فَأ َ ﱡ‬:‫ض ُل قَا َل‬َ ‫ى ْال ُمؤْ ِمنِينَ أ َ ْف‬ ‫سو َل ﱠ ِ أ َ ﱡ‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ ث ُ ﱠم قَا َل‬-‫ﷺ‬-
«‫اس‬ُ ‫سنُ ُه ْم ِل َما َب ْعدَهُ ا ْستِ ْعدَاد ًا أُولَئِكَ اﻷ َ ْك َي‬
َ ْ‫ت ِذ ْك ًرا َوأَح‬ ِ ‫ِل ْل َم ْو‬

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita: “Aku pernah


bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari
kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang
paling terbaik?”, beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya”, orang ini
bertanya lagi: “Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?”,
beliau menjawab: “Yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik
persiapannya setelah kematian, merekalah yang berakal”. HR. Ibnu Majah dan
dishahihkan di dalam kitab Shahih Ibnu Majah.
Maka dari sinilah pentingya kita mengingat kematian, salah satunya
adalah tatkala dalam penyeleggaraan jenazah saudara ataupun saudari kita,
sehingga dalam pembahasan fikih jenazah dapat diklasifikasikan menjadi 4
pembahasan, yaitu :
1. Memandikan Jenazah
2. Mengkafani Jenazah
3. Menyalatkan Jenazah
4. Memakamkan Jenazah
Kaedah Umum Tatkala Memperlakukan Jenazah
Tatkala ada seseorang yang telah meninggalkan dunianya maka ada
beberapa hal yang wajib kita ketahui sebelum menunaikan hak-haknya secara
hukum fiqih, adalah :
1. Memperlakukan Mayyit sebagaimana kita memperlakukannya disaat ia
hidup.
2. Hak yang terbesar dari si Mayyit adalah mendoakannya.
3. Berusaha memaafkan kesalahan-kesalahan Mayyit yang ia pernah
lakukan kepada kita dan membantunya.
4. Menjaga keluarga Mayyit yang ia tinggalkan.
5. Tidak melakukan apa-apa saat prosesi penyelenggaraan Mayyit kecuali
sesuatu yang dibutuhkan atau yang disunnahkan.
3|Page

Adab Tatkala Sakaratul Maut


Mayyit
1. Memberikan wasiat.
2. Husnudzhon (berbaik sangka) kepada Allah Azza Wajalla.
3. Menggabungkan antara ketakutan dengan istighfar (agar
diselamatkan/dijauhkan dari adzab kubur dan neraka jahannam) dan
pengharapan doa (agar dimasukkan ke dalam penghuni surga) kepada
Allah Azza Wajalla.
Pendamping Mayyit
1. Mengingatkannya untuk berbaik sangka kepada Allah Azza Wajalla.
2. Mentalqinkannya dengaan kalimat tauhid ‫ﻻ إله إﻻ ﷲ‬

I. MEMANDIKAN JENAZAH
Hukum memandikan Jenazah adalah Fardhu Kifaayah. Dalam
memandikan jenazah ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu :
Pertama : Sebelum
Ketika kita mengetahui ada seseorang yang meninggal dunia maka
pertama kali yang harus kita lakukan adalah :
1. Yang paling berhak memandikan Mayyit adalah orang yang mengerti
tentang fikih jenazah dari yang diwasiati kemudian keluarga Mayyit yang
terdekat.
2. Yang memandikan Mayyit adalah sejenis dengannya, kecuali hubungan
suami istri dan Mayyit dari anak-anak yang umurnya kurang dari 7 tahun.
3. Tempat memandikan Mayyit harus tertutup semua 6 arah.
4. Yang memandikan Mayyit untuk memperbaiki niatnya.
5. Yang memandikan Mayyit adalah orang yang Amanah (untuk menjaga
aib si Mayyit) dan Sholeh (agar ia bisa mengambil pelajaran).
6. Dimakruhkan yang memandikan Mayyit lebih dari 3 orang.
4|Page

7. Memperhatikan kondisi badan si Mayyit dari Al-Ghuslu, Ash-Shobbu,


dan At-Tayammum.
8. Mempersiapkan alat-alat : masker, celemek anti air, sarung tangan, sepatu
boot anti air, gunting biasa, gunting kuku, pencukur bulu, kapas besar,
handuk 3 lembar, bidara/sabun, sampo, kapur barus bubuk, hanuth,
minyak wangi, dan meja.

Kedua : Tata Cara Memandikan


1. Mencampurkan air dengan bidara atau sabun dan kapur barus bubuk
dalam masing-masing bejana.
2. Menutup dengan handuk lebar(1) (menutupi dari betis sampai atas pusar
jika laki-laki, dari betis sampai dada untuk perempuan) untuk
menanggalkan pakaiannya.
3. Melenturkan badannya.
4. Memotong kuku, bulu ketiak, kumis, dan rambut apabila panjang.
5. Membersihkan mulut dan hidungnya dan menutupnya dengan kapas.
6. Mengeluarkan isi perut Mayyit.
7. Disunnahkan mewudhukkan Mayyit seperti wudhu hendak sholat.
8. Memandikannya dengan air bidara ditutup dengan air kapur barus,
dengan jumlah sesuai kebutuhan, dan dengan hitungan ganjil.
9. Mengeringkannya dengan handuk(2), dan ditutupi dengan handuk(3)
kemudian diammbil handuk(1) yang basah.

Catatan :

1. Memandikan Mayyit yang cacat, dengan Ash-Shobbu, dan At-


Tayammum.
2. Wanita yang meninggal ditengah-tengah laki-laki maka ditayamumkan
atas kesepakat para ulama begitupun sebaliknya.
3. Disunnahkan mengepang rambut Mayyit perempuan tidak untuk laki-laki.
5|Page

4. Tidak dimandikan bagi bayi yang meninggal kurang dari 4 bulan


5. Wajib wudhu bagi yang memandikan Mayyit dan disunnahkan untuk
mandi.
6. Sesuaikan kondisi alam dengan air yang digunakan untuk memandikan
Mayyit.
7. Menanggalkan sesuatu yang bukan bagian anggota badannya yang
melekat dengan tubuh Mayyit jika tidak melukai atau memyakitinya.

II. MENGKAFANI JENAZAH


Hukum memandikan Jenazah adalah Fardhu Kifaayah.
Pertama : Sebelum
Ada beberapa hal yang harus kita ketahui dalam mengkafani Mayyit :
1. Yang wajib dari kafan adalah yang menutup seluruh tubuhnya dan tidak
terlalu tipis atau transparan. Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda
di dalam hadits Jabir Radhiyallahuanhu :
ّ ‫إِذَا َكفﱠنَ أ َ َحدُ ُك ْم أَخَاهُ فَ ْليُ َح‬
ُ‫س ِْن َكفَنَه‬
Artinya : Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya,
maka hendaklah memperbagus kafannya. [HR Muslim].
Apabila kainnya tidak bisa menutupi seluruh tubuh maka menggunakan
Idkhir batang serai atau semisalnya, sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallhualaihiwasallam kepada jenazah Musab bin Umair dari
sahabat Khobbab Al-Arotti Radhiyallahuanhu [HR Bukhari dan Muslim]
2. Biaya kain kafan diambilkan dari harta mayit, lebih didahulukan daripada
untuk membayar hutangnya. Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda
tentang seorang yang mati dalam keadaan ihram:
… ‫… َو َك ِفّنُ ْوهُ فِي ثَ ْو َب ْي ِه‬.
Artinya : Kafanilah dia dengan dua bajunya. [Muttafaqun Alaih]
6|Page

3. Disunnahkan untuk dikafani dengan tiga helai kain putih. Karena Rasulullah
Shallallahualaihiwasallam dikafani dengan tiga lembar kain putih
suhuliyyah, berasal dari negeri di dekat Yaman. Di beri wewangian dari
bukhur (wewangian dari kayu yang dibakar). Rasulullah
Shallallahualaihiwasallam bersabda:
َ ّ‫ِإذَا َج ﱠم ْرت ُ ُم ْال َم ِي‬
‫ت فَ َج ِ ّم ُر ْوهُ ثَﻼَثًا‬
Artinya : Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka
berikanlah tiga kali. [HR Ahmad].
ُ ‫اج ِدكُ ُم ْال َب َي‬
‫اض‬ َ ‫ِإ ﱠن أَ ْح‬
ِ ‫سنَ َما ُز ْرت ُ ُم ﱠ َ ِب ِه فِي قُب‬
ِ ‫ُور ُك ْم َو َم َس‬
Dari Abu Darda' Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda :
Sesungguhnya sebaik-baik kain yang kalian pakai menghadap Allah Azza
Wajalla di kubur-kubur dan masjid-masjid kalian. [HR Ibnu Maajah dan Ibnu
Hajar Dalam Takhriju Misykat]
4. Apabila ada beberapa mayit, sedangkan kain kafannya kurang, maka
beberapa orang boleh untuk dikafani dengan satu kafan dan didahulukan
orang yang paling banyak hafalan Al Qur’annya, sebagaimana kisah para
syuhada Uhud.
6. Kafan seorang wanita sama seperti kafan seorang lelaki, dengan 5 helai
terdiri dari, 2 helai kain panjang, kerudung, sarung, dan gamis.
7. Anak kecil laki-laki 2 helai kain dan boleh 3, adapun anak perempuan 1
gamis dan 2 helai kain.
8. 7 atau 5 tali untuk mengikat Mayyit di sisi kirinya.
9. Mempersiapkan : kapas, minyak wangi, tubban, dan hanuth.
10. Tangan boleh sedekap atau dibiarkan.
Kedua : Tata Cara Mengkafani
Jenazah Laki-Laki
1. Meletakkan 7 tali kemudian 3 helai kain dan kapas-kapas, dengan
ditaburi hanuth dan minyak wangi, diperbolehkan menutup hidung,
7|Page

mulut, dan duburnya dengan kapas bahkan disunnahkan apabila


dibutuhkan: seperti mengeluarkan sesuatu darinya.
2. Menggunakan tubban jika diperlukan.
3. Menutupnya dengan berurutan dari kanan ke kiri, sampai kain yang
ketiga kemudian menanggalkan handuk(3) dan mengikatnya dengan 7 tali
di sisi kiri.
Jenazah Wanita
1. Meletakkan 7 tali kemudian 5 helai kain (terdiri dari 2 helai kain panjang,
kerudung, sarung, dan gamis) dan kapas-kapas, dengan ditaburi hanuth
dan minyak wangi, diperbolehkan menutup hidung, mulut, dan duburnya
dengan kapas bahkan disunnahkan apabila dibutuhkan: seperti
mengeluarkan sesuatu darinya.
2. Menggunakan tubban jika diperlukan.
3. Menutupnya dengan berurutan dari kanan ke kiri, sampai kain yang
kelima kemudian menanggalkan handuk(3) dan mengikatnya dengan 7
tali di sisi kiri.
4. Menutup kain tebal hitam atau semisalnya yang menutupi seluruh
tubuhnya jika tidak menggunakan keranda.

III. MENYALATKAN JENAZAH


Hukum menyalatkan Jenazah adalah Fardhu Kifaayah. berdasarkan
keumuman perintah Rasulullah Shallallahualaihiwasallam untuk menyalati
jenazah seorang muslim. Tentang orang yang bunuh diri dengan anak panah:
‫اح ِب ُك ْم‬
ِ ‫ص‬َ ‫صلﱡ ْوا َعلَى‬
َ
Artinya : Shalatkanlah saudara kalian. [HR Muslim].
Dan Sabdanya Shallallahualaihiwasallam tentang kematian Raja Najasy :
‫إن أخا لكم قد مات فقوموا فصلوا عليه‬
8|Page

Artinya : Sesungguhnya saudara kalian telah meninggal dunia maka berdirilah


dan sholatilah dia. [HR Muslim].
Dan pahala menyalatkan jenazah sangatlah besar sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasullah Shallallahualaihiwasallam :

‫ قال رسول ﷲ ﷺ من شهد الجنازة حتى يصلي عليها‬: ‫عن أبي هريرة رضي ﷲ عنه قال‬
‫ مثل الجبلين‬: ‫ وما القيراطان ؟ قال‬: ‫ قيل‬. ‫ ومن شهدها حتى تدفن فله قيراطان‬. ‫فله قيراط‬
‫العظيمين‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Shallallahualaihiwasallam
bersabda: Barangsiapa yang menyaksikan jenazah (melayat) sampai ikut
menyalatkannya, maka baginya mendapat pahala satu qirath. Barangsiapa
yang melayat jenazah dan ikut mengantarkan sampai dikurburkan, maka
baginya mendapat pahala dua qirath. Rasulullah ditanya: Apa itu dua qirath?
Rasululullah menjawab: Seperti dua gunung yang besar-besar. [Muttafaqun
Alaih]

Tata Cara Menyalatkan Jenazah

Posisi Jenazah :
1. Posisi imam mengarah ke kepala jenazah laki-laki dewasa dan anak-anak.
2. Posisi imam mengarah ke bagian tengah tubuh wanita dewasa atau anak-
anak.
3. Jika dikumpulkan kesemua jenazah diatas maka : Posisi imam mengarah
ke kepala jenazah laki-laki dewasa dan setelahnya posisi kepala jenazah
anak kecil laki-laki mengarah ke kepala jenazah laki-laki dewasa, dan
setelahnya posisi tengah jenazah wanita dewasa maupun anak kecil
mengarah ke kepala jenazah laki-laki.
Syarat Sah Sholat Jenazah :
1. Niat di dalam hati.
2. Mukallaf.
9|Page

3. Menghadap kiblat.
4. Menutup aurat.
5. Menjahui dari segalah najis.
6. Hadirnya Mayyit di hadapan antara orang-orang yang sholat.
7. Islamnya jenazah dan yang menyalatkannya.
8. Sucinya antara jenazah dan orang-orang yang sholat.
Rukun Sholat Jenazah :
1. Berdiri jika mampu.
2. 4, 5, 6, 7, takbir sesuai kesepakatan masyarakat setempat.
3. Takbir pertama membaca Al-Fatehah, kedua membaca Sholawat kepada
Nabi, ketiga doa untuk si mayyit, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh.
4. Salam satu atau dua kali.
Sunnah-Sunnahnya :
1. Mengangkat kedua tangan setiap takbir.
2. Tawaudz sebelum Al-Fatehah.
3. Mendoakan untuk dirinya dan kaum muslimin secara umum.
4. Membacanya dengan sir.
5. Membaca ayat pendek setelah Al-Fatehah (khilaf).
Doa-Doa Sholat Jenazah :
Doa-doa Sholat Jenazah pada takbir ke 3, 4, 5, 6, 7.
Setelah takbir ke3 membaca doa : dibagi menjadi 2 =
1. Doa Umum kepada seluruh Kaum Muslimin yg hidup atau yg meninggal :
Dari Sahabat Abu Hurairah Nabi Shallallhualaihiwasallam Berdoa ketika sholat
Jenazah :
‫ اللﱠ ُه ﱠم َم ْن‬،‫ َوذَ َك ِرنَا َوأ ُ ْنثَانَا‬،‫يرنَا‬
ِ ‫يرنَا َو َك ِب‬ َ ‫ َو‬،‫ َوشَا ِه ِدنَا َوغَائِ ِبنَا‬،‫"اللﱠ ُه ﱠم ا ْغ ِف ْر ِل َح ِيّنَا َو َم ِيّ ِتنَا‬
ِ ‫ص ِغ‬
‫ َو َﻻ‬،ُ‫ اللﱠ ُه ﱠم َﻻ تَ ْح ِر ْمنَا أَ ْج َره‬،‫ان‬
ِ ‫اﻹي َم‬ ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫أَ ْحيَ ْيتَهُ ِمنﱠا فَأ َ ْح ِي ِه‬
ِ ْ ‫علَى‬
َ ُ‫ َو َم ْن تَ َوفﱠ ْيتَهُ ِمنﱠا فَتَ َوفﱠه‬،‫اﻹس َْﻼ ِم‬
".ُ‫ضلﱠنَا َب ْعدَه‬
ِ ُ‫ت‬
10 | P a g e

Artinya : (Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan yang mati di antara kami,
orang yang hadir dan yang tidak hadir, yang masih kecil dan yang sudah
dewasa, laki-laki maupun perempuan. Ya Allah, orang yang Engkau hidupkan
di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang
Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan.
Ya Allah, jangan halangi kami untuk memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya.)
Hadits Riwayat Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, Imam At-Tirmidzi 1024, dan
Ini lafadz terlengkap dari riwayat Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 1/251.
2. Doa Khusus untuk Si mayyit
a. Doa yg pendek dari Sahabat Abu Hurairah ‫رضي ﷲ تعالى عنه‬

‫ت أ َ ْعلَ ُم بِس ِ ِّرهَا‬


َ ‫ َوأ َ ْن‬،‫ْت ُرو َح َها‬ َ ‫ َوأ َ ْن‬،‫ﻺس َْﻼ ِم‬
َ ‫ت َقبَض‬ َ ‫ َوأَ ْن‬،‫ت َخ َل ْقتَ َها‬
ِ ْ ‫ت َهدَ ْيتَ َها ِل‬ َ ‫ َوأَ ْن‬،‫ت َربﱡ َها‬
َ ‫اللﱠ ُه ﱠم أَ ْن‬
ُ‫ش َف َعا َء فَا ْغ ِف ْر لَه‬ َ ‫ ِجئْن‬،‫ع َﻼ ِن َي ِت َها‬
ُ ‫َاك‬ َ ‫َو‬
Artinya : (menceritakan kepadaku [Ali bin Syammakh], ia berkata; aku
menyaksikan Marwan bertanya kepada [Abu Hurairah]; bagaimana engkau
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menshalati jenazah? ia
berkata; apakah bersamaan dengan adanya ini engkau bertanya kepadaku? Ia
berkata; Iya. Ali bin Syammakh berkata; yaitu perkataan yang terjadi diantara
mereka berdua sebelum itu. Abu Hurairah berkata; Ya Allah, engkau adalah
Tuhan jenazah tersebut, Engkau telah menciptakannya, dan Engkau telah
memberinya petunjuk untuk memeluk agama Islam, dan Engkau telah mencabut
nyawanya, Engkau lebih mengetahui terhadap rahasianya dan perkaranya yang
nampak. Kami datang kepadaMu sebagai perantara, maka ampunilah baginya!
Abu Daud berkata; Syu'bah salah mengenal nama Ali bin Syammakh. Dalam
hal tersebut Utsman bin Syammas berkata; dan aku mendengar Ahmad bin
Ibrahim Al Mushili menceritakan kepada Ahmad bin Hanbal, ia berkata; aku
tidak mengetahui bahwa aku duduk di sebuah majelis Hammad bin Zaid
11 | P a g e

melainkan ia melarang meriwayatkan dari Abdul Warits dan Ja'far bin


Sulaiman.) Hadits Riwayat : Abu Daud 3200 dan Imam Ahmad 8545, Hadist
Hasan dan Syaikh Bin Baz mengatakan doa ini tak mengapa diamalkan, dan
disampaikan oleh pengarang kitab Al-Wijaazah, walaupun sebagian para Ulama
Melemahkan sanadnya ‫رحمهم ﷲ الجميع‬.

b. Doa yang panjang yg sering kita dengar, dari Sahabat Auf bin Malik
beliau berkata Aku mendengar Doa Nabi ‫ عليه الصﻼة والسﻼم‬untuk Si Mayyit dan
Aku langsung menghafalnya :
ِ ‫ َوا ْغس ِْلهُ ِب ْال َم‬،ُ‫س ْع ُم ْد َخلَه‬
‫اء‬ ّ ِ ‫ َو َو‬، ُ‫ َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَه‬،ُ‫ْف َع ْنه‬ُ ‫عا ِف ِه َواع‬ ْ ‫" اللﱠ ُه ﱠم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬
َ ‫ َو‬،ُ‫ار َح ْمه‬
‫ارا َخي ًْرا ِم ْن‬ ً َ‫ َوأَ ْبد ِْلهُ د‬،‫ض ِمنَ الدﱠن َِس‬ َ ‫ب ْاﻷ َ ْب َي‬ َ ‫ْت الثﱠ ْو‬ َ ‫ َونَ ِقّ ِه ِمنَ ْال َخ‬، ‫َوالث ﱠ ْلجِ َو ْال َب َر ِد‬
َ ‫طا َيا َك َما نَقﱠي‬
،‫ب ْالقَب ِْر‬
ِ ‫ َوأ َ ِع ْذهُ ِم ْن َعذَا‬،َ‫ َوأَد ِْخ ْلهُ ْال َجنﱠة‬،‫ َوزَ ْو ًجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج ِه‬،‫ َوأَ ْه ًﻼ َخي ًْرا ِم ْن أ َ ْه ِل ِه‬،ِ‫دَ ِاره‬
ِ ‫أَ ْو ِم ْن َعذَا‬
ِ ‫ب النﱠ‬
"‫ار‬
Artinya : (Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya,
selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan
tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih
baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih
baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik
daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia
dari siksa kubur dan Neraka.) Hadits Riwayat : Imam Muslim 963, Imam An-
Nasai 62, dan Imam Ahmad 23975, dan Lafadz ini lengkap dari Imam Muslim
Kemudian Takbir Ke4
Diam sejenak boleh langsung salam atau Membaca doa untuk si mayyit
walaupun pendek, pengarang Al-Wijazah hlm 91 menambahkan potongan doa
diatas
‫ واغفر لنا وله‬,ُ‫ضلﱠنَا بَ ْعدَه‬
ِ ُ ‫ َو َﻻ ت‬،ُ‫اللﱠ ُه ﱠم َﻻ تَ ْح ِر ْمنَا أَ ْج َره‬
12 | P a g e

(Ya Allah, jangan halangi kami untuk memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya)
Tambahan :
1. Doa Khusus Anak2 yg belum Baligh
A. Riwayat yang pertama
‫ب ْالقَبْر‬
ِ ‫اَللﱠ ُه ﱠم أَ ِعذْهُ ِم ْن َعذَا‬

Artinya : (“Ya Allah, lindungilah dia dari siksa kubur.) Hadits Riwayat: Imam
Malik dalam al-Muwaththa’ I/288, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf ,
3/217, dan Al-Baihaqi 4/9. Syu’aib Al-Arnauth menyatakan, isnad hadits di atas
shahih dalam tahqiqnya terhadap Syarhus Sunnah, karya Al-Baghawi 5/357
B. Riwayat yang kedua
،‫ْظ ْم ِب ِه أ ُ ُج ْو َر ُه َما‬ ً ‫اج َع ْلهُ فَ َر‬
ِ ‫ اَللﱠ ُه ﱠم ثَ ِقّ ْل ِب ِه َم َو ِاز ْينَ ُه َما َوأَع‬.‫ َو َش ِف ْي ًعا ُم َجابًا‬،‫طا َوذُ ْخ ًرا ِل َوا ِلدَ ْي ِه‬ ْ ‫اَللﱠ ُه ﱠم‬
ً َ‫ َوأَ ْبد ِْلهُ د‬،‫اب ْال َج ِحي ِْم‬
‫ارا‬ َ َ‫ َو ِق ِه ِب َر ْح َم ِت َك َعذ‬،‫اج َع ْلهُ ِف ْي َكفَالَ ِة ِإب َْرا ِهي َْم‬
ْ ‫ َو‬، َ‫صا ِلﺢِ ْال ُمؤْ ِم ِنيْن‬
َ ‫َوأ َ ْل ِح ْقهُ ِب‬
ِ ‫س َبقَنَا ِباْ ِﻹ ْي َم‬
.‫ان‬ ِ ‫ َوأَ ْف َر‬،‫ اَللﱠ ُه ﱠم ا ْغ ِف ْر ﻷ َ ْسﻼَفِنَا‬،‫ َوأَ ْهﻼً َخي ًْرا ِم ْن أَ ْه ِل ِه‬،ِ‫َخي ًْرا ِم ْن دَ ِاره‬
َ ‫اطنَا َو َم ْن‬

Artinya : (“Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu
dan simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan
doa-nya. Ya Allah! Dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan
mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-
orang yang shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim.
Peliharalah dia dengan rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim. Berilah rumah
yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di Surga) yang
lebih baik daripada keluarganya (di dunia). Ya Allah, am-punilah pendahulu-
pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang yang men-dahului kami
dalam keimanan”) Lihat al-Mughni, karya Ibnu Qudamah 3/416, dan Ad-
Durusul Muhimmah li ‘Aammatil Ummah, oleh Syaikh Abdul Aziz bin
Abdillah bin Baz, halaman 15
13 | P a g e

C. Riwayat yang ketiga


‫سلَفًا َوأَ ْج ًرا‬ ً ‫اج َع ْلهُ لَنَا فَ َر‬
َ ‫طا َو‬ ْ ‫اَللﱠ ُه ﱠم‬
Artinya : (“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan
amal baik serta pahala buat kami.”) Hadits Riwayat : Imam Al-Baghawi
dalam Syarhus Sunnah 5/357, Dikeluarkan Oleh Abdurrazaq didalam
Mushonnafnya 3/029 no. 6589, dan Al-Bukhari meriwayatkan hadits tersebut
secara mu’allaq dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas
Jenazah 2/113
Catatan :
1. Tidak diperbolehkan shalat jenazah pada tiga waktu yang dilarang untuk
mengerjakan shalat.Yaitu ketika matahari terbit hingga naik setinggi
tombak, ketika matahari sepenggalah hingga tergelincir dan ketika
matahari condong ke barat hingga terbenam. Ini disebutkan sebagaimana
di dalam hadits ‘Uqbah bin ‘Amir.
2. Bagi kaum wanita, diperbolehkan untuk menyalatkan jenazah dengan
berjama’ah. Dan tidak mengapa apabila shalat sendirian, karena dahulu
Aisyah Radhiyallahu anhuma menyalatkan jenazah Sa’ad bin Abi
Waqqash.
3. Apabila terkumpul lebih dari satu jenazah dan terdapat mayat lelaki dan
wanita, maka boleh dishalatkan dengan bersama-sama. Jenazah lelaki
meskipun anak kecil, diletakkan paling dekat dengan imam. Dan jenazah
wanita diletakkan ke arah kiblatnya imam. Yang paling afdhal di antara
mereka, diletakkan di dekat adalah yang paling dekat dengan imam.
4. Dalam menyalatkan mayit, disunnahkan dengan jumlah yang banyak dari
kaum muslimin. Semakin banyak jumlahnya, maka semakin baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ٌ‫علَ ْي ِه أ ُ ﱠمة‬
َ ‫ص ِلّي‬
َ ُ‫ت ت‬
ٍ ّ‫َما ِم ْن َم ِي‬
ُ ‫ ِم ْن ْال ُم ْس ِل ِمينَ يَ ْبلُغُونَ ِمائ َةً ُكلﱡ ُه ْم يَ ْشفَعُونَ لَهُ إِ ﱠﻻ‬Tidaklah seorang yang mati,
‫ش ِفّعُوا ِفي ِه‬
kemudian dishalatkan oleh kaum muslimin, jumlahnya mencapai seratus
orang, semuanya mendo’akan untuknya, niscaya mereka bisa
14 | P a g e

memberikan syafa’at untuknya. [HR Muslim]. ‫علَى‬


َ ‫َما ِم ْن َر ُج ٍل ُم ْس ِل ٍم يَ ُموتُ فَيَقُو ُم‬
َ ِ ‫ َجنَازَ تِ ِه أَ ْربَعُونَ َر ُج ًﻼ َﻻ يُ ْش ِر ُكونَ بِا ﱠ‬Tidaklah seorang muslim
َ ‫ش ْيئًا إِ ﱠﻻ‬
‫شفﱠعَ ُه ْم ﱠ ُ فِي ِه‬
meninggal dunia, kemudian dishalatkan oleh empatpuluh orang yang
tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan memberikan syafa’at
kepada mereka untuknya. [HR Muslim].
5. Apabila seseorang masbuq setelah imam salam, maka dia meneruskan
shalatnya sesuai dengan sifatnya. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:
“Apabila dia salam dan tidak mengqadha’, tidaklah mengapa. Karena
Ibnu Umar berkata,’Tidak mengqadha’. Dan dikarenakan shalat jenazah
merupakan takbir-takbir yang beruntun ketika berdiri’.” [Lihat Al
Mughni (2/511)].
6. Apabila tertinggal dari shalat jenazah secara berjama’ah, maka dia shalat
sendirian selama belum dikubur. Apabila sudah dikubur, maka dia shalat
jenazah di kuburnya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat jenazah di kuburan setelah
mayat dikuburkan semalam. Suatu ketika setelah jarak tiga hari dan
pernah jarak satu bulan. Beliau tidak memberikan batas waktu tertentu.
[Lihat Zaadul Ma’ad (1/512)]. Jadi diperbolehkan shalat jenazah di
kuburan mayat tersebut dan tidak ada batas waktu tertentu, dengan syarat
bahwa ketika mayat tersebut mati, orang yang menyalatkan sudah
menjadi orang yang sah shalatnya.
7. Diperbolehkan shalat ghaib bagi mayat yang belum di shalatkan di
tempatnya semula. Karena Nabi menyalatkan Raja Najasyi yang
meninggal dunia ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui
berita kematiannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata: “Pendapat yang benar, mayat ghaib yang mati di tempat (di
negara) yang belum dishalatkan disana, maka dishalatkan shalat ghaib.
Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyalatkan Najasyi,
karena dia mati di lingkungan orang kafir dan belum dishalatkan di
15 | P a g e

tempatnya tersebut. Apabila sudah dishalatkan, maka tidak dishalatkan


shalat ghaib, karena kewajiban sudah gugur. Suatu saat, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menyalatkan mayat yang ghaib, dan juga suatu ketika
tidak menyalatkannya. Beliau mengerjakan dan Beliau meninggalkannya.
Demikian ini merupakan sunnah. Yang satu dalam keadaan tertentu, dan
yang lainnya dalam keadaan yang berbeda. Wallahu a’lam. Dan ini, juga
merupakan pendapat yang dipilih Ibnul Qayyim rahimahullah.” [Lihat
Zaadul Ma’ad (1/520)].
8. Seorang pemimpin kaum muslimin/ahli ilmu dan tokoh agama tidak
menyalatkan orang yang mencuri harta rampasan perang,atau orang yang
mati bunuh diri. Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau
menyalatkan seorang yang mencuri harta rampasan perang, akan tetapi
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk
menyalatkannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫صلﱡ ْوا َعلَى‬
َ
‫اح ِبكُ ْم‬
ِ ‫ص‬َ Shalatkanlah saudara kalian. [HR Abu Dawud]. Dan Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau menyalatkan orang yang mati
karena bunuh diri. Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu ‘anhu , berkata:
‫ص ِّل َعلَ ْي ِه‬
َ ُ‫ص فَلَ ْم ي‬ َ ‫سلﱠ َم ِب َر ُج ٍل قَتَ َل نَ ْف‬
َ ِ‫سهُ ِب َمشَاق‬ َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫ي النﱠبِ ﱡ‬
َ ‫ي‬ ُ
َ ِ‫ أت‬Seseorang yang
membunuh dirinya dengan anak panah didatangkan kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Beliau tidak mau
menyalatkannya. [HR Muslim]. Hal ini karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai imam (pemimpin), maka Beliau tidak mau
menyalatkan supaya menjadi pelajaran bagi orang yang semisalnya. Akan
tetapi, bagi kaum muslimin wajib untuk menyalatkannya.
9. Diperbolehkan untuk menyalatkan mayat yang dibunuh karena
ditegakkan hukum Islam atas diri si mayit. Sebagaimana di dalam hadits
Muslim tentang kisah wanita Juhainah yang berzina, kemudian bertaubat.
Usai dirajam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyalatkannya.
16 | P a g e

10. Demikian pula bagi orang yang mati sedangkan dia meninggalkan
hutang, maka dia juga dishalatkan.
11. Shalat jenazah boleh dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah
Radhiyallahu ‘anha , beliau berkata: ‫صلﱠى ﱠ ُ َعلَ ْي ِه َو َسلﱠ َم‬ ُ ‫صلﱠى َر‬
َ ِ ‫سو ُل ﱠ‬ َ ‫َوﷲِ َما‬
‫ضا َء َوأ َ ِخ ْي ِه إِ ﱠﻻ فِي ْال َمس ِْج ِد‬ ُ ‫علَى‬
َ ‫س َه ْي ِل ب ِْن بَ ْي‬ َ Demi, Allah! Tidaklah Nabi n
menyalatkan jenazah Suhail bin Baidha’ dan saudaranya (Sahl), kecuali
di masjid. [HR Muslim]. Akan tetapi, yang afdhal, dikerjakan di luar
masjid, di tempat khusus yang disediakan untuk shalat jenazah,
sebagaimana pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . [Lihat
Ahkamul Janaiz (106), Asy Syarhul Mumti’ (5/444)].

IV. MEMAKAMKAN JENAZAH


Hukum memakamkan Jenazah adalah Fardhu Kifaayah. Dapat dibagi
menjadi 2 :
A. Mengiringi Jenazah
1. Hukum mengiringi jenazah adalah fardhu kifayah, karena termasuk hak
seorang muslim. Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda:
ُ ‫س َﻼ ِم َو ِعيَادَة‬ ٌ ‫ب ِل ْل ُم ْس ِل ِم َعلَى أ َ ِخ ْي ِه( خ َْم‬
‫س َردﱡ ال ﱠ‬ ُ ‫ َي ِج‬:‫علَى ْال ُم ْس ِل ِم ) َوفِي ِر َوايَ ٍة‬
َ ‫َح ﱡق ْال ُم ْس ِل ِم‬
(‫اط ِس )رواه البخاري ومسلم‬ ِ َ‫يض َوا ِتّبَاعُ ْال َجنَائِ ِز َوإِ َجابَةُ الدﱠع َْوةِ َوت َ ْش ِميتُ ْالع‬ ِ ‫ْال َم ِر‬
Artinya : Kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lain ada lima,
(yaitu): menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah,
menghadiri undangannya dan mendo’akan orang yang bersin. [HR Bukhari
dan Muslim].
2. Keutamaan mengiringi jenazah. Rasulullah Shallallahualaihiwasallam
bersabda : Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dishalatkan, maka
dia memperoleh satu qirath. Dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga
dikuburkan, maka dia memperoleh dua qirath,”.kemudian Beliau ditanya:
17 | P a g e

“Apa yang dimaksud dengan dua qirath?” Beliau menjawab,”Seperti dua


gunung yang besar. [HR Muslim].
3. Disunnahkan untuk bersegera ketika berjalan mengangkat jenazah. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahuanhu beliau berkata : Saya mendengar Nabi
Shallallahualaihiwasallam bersabda :
ْ ‫صا ِل َحةً قَ ﱠر ْبت ُ ُموهَا إِلَى ْال َخي ِْر َو ِإ ْن َكان‬
‫َت َغي َْر ذَ ِل َك َكانَ شَرا‬ َ ‫َت‬ْ ‫أَس ِْرعُوا بِ ْال َجنَازَ ِة فَإ ِ ْن َكان‬
(‫ض ُعونَه ُ َع ْن ِرقَا ِب ُك ْم )رواه مسلم‬َ َ‫ت‬
Artinya : Bersegaralah kalian ketika membawa jenazah. Apabila dia orang
shalih, maka kalian akan segera mendekatkannya kepada kebaikan. Dan
apabila bukan orang shalih, maka kalian segera meletakkan kejelekan dari
punggung-punggung kalian. [HR Muslim].
4. Dianjurkan untuk mengangkat jenazah dari seluruh sudut keranda dengan
sifat tarbi’, yakni mengangkat dari empat sudut keranda, berdasarkan
perkataan Ibnu Mas’ud Radhiyallahuanhu,
‫ع َو ِإ ْن شَا َء‬ َ َ ‫سنﱠ ِة ث ُ ﱠم ِإ ْن شَا َء فَ ْل َيت‬
ْ ‫ط ﱠو‬ ‫ير كُ ِ ّل َها فَإِنﱠهُ ِم ْن ال ﱡ‬
ِ ‫س ِر‬ ِ ‫َم ْن ات ﱠ َب َع ِجنَازَ ة ً فَ ْل َي ْح ِم ْل ِب َج َوا ِن‬
‫ب ال ﱠ‬
( ‫ع )رواه ابن ماجه‬ ْ َ‫َف ْل َيد‬
Artinya : Barangsiapa yang mengikuti jenazah, maka hendaklah dia
mengangkat dari seluruh sudut keranda, karena hal itu merupakan Sunnah.
Apabila dia mau, maka hendaknya mengangkat hingga selesai. Dan kalau
dia tidak mau, hendaknya dia tinggalkan. [HR Ibnu Majah].
5. Mengiringi dan mengangkat jenazah adalah khusus bagi kaum lelaki. Tidak
boleh bagi wanita untuk mengiringi jenazah, karena hadits Ummu Athiyah
menyatakan :
َ ‫نُ ِهينَا َع ْن ا ِتّ َباعِ ْال َجنَا ِئ ِز َولَ ْم ُي ْعزَ ْم‬
( ‫ع َل ْينَا )رواه البخاري‬
Artinya : Kami dilarang untuk mengiringi jenazah, akan tetapi tidak
ditekankan kepada kami. [HR Bukhari].
6. Diperbolehkan berjalan di belakang jenazah atau di depannya. Keduanya
diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, yang
18 | P a g e

afdhal berjalan di belakangnya, sebagaimana mafhum dari sabda Nabi


Shallallahualaihiwasallam :
َ‫ض َوات ﱠ ِبعُ ْوا ْال َجنَائِز‬
َ ‫عُ ْود ُْوا ْال َم ِر ْي‬
Artinya : Jenguklah orang yang sakit dan ikutilah jenazah. [Dikeluarkan oleh
Al Haitsami]. Dan hal ini dikuatkan oleh perkataan Ali Radhiyallahuanhu :
َ ‫علَى‬
‫صﻼَتِ ِه فَذ‬ ‫صﻼَةِ ﱠ‬
َ ‫الر ُج ِل فِي َج َما َع ٍة‬ ْ َ‫ض ُل ِم ْن ْال َم ْشي ِ أ َ َما َم َها َكف‬
َ ‫ض ِل‬ َ ‫ي خ َْلفَ َها أ َ ْف‬
ُ ‫ْال َم ْش‬
Artinya : Berjalan di belakang jenazah lebih afdhal daripada berjalan di
belakangnya seperti keutamaan seorang lelaki shalat berjamaah
dibandingkan dengan shalat sendirian. [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah].
7. Mengucapkan salam dari luar atau dalam kuburan, dengan apa yang
diajarkan oleh Nabi Shallallahualaihiwasallam :
َ‫ َو ِإنﱠا ِإ ْن شَا َء ﱠ ُ ِب ُك ْم َﻻ ِحقُون‬، َ‫ار قَ ْو ٍم ُمؤْ ِمنِين‬
َ َ‫علَ ْي ُك ْم د‬
َ ‫س َﻼ ُم‬
‫ال ﱠ‬
Artinya : Keselamatan bagi kalian kampungnya orang-orang yang beriman,
dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. [HR Muslim].
8. Disunnahkan untuk tidak duduk hingga jenazah diletakkan di tanah. Rasullah
Shallallahualaihiwasallam bersabda :
َ ‫سوا َحتﱠى تُو‬
‫ض َع‬ ُ ‫ِإذَا ات ﱠ َب ْعت ُ ْم َجنَازَ ة ً فَ َﻼ ت َ ْج ِل‬
Artinya : Apabila kalian mengikuti jenazah, maka janganlah duduk hingga
diletakkan. [HR Bukhari dan Muslim].
9. Disunnahkan bagi orang yang telah selesai mengangkat jenazah untuk
wudhu’. Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda :
ْ ‫غ ﱠس َل َم ِّيتًا فَ ْل َي ْغتَس ِْل َو َم ْن َح َملَهُ فَ ْل َيتَ َوضﱠأ‬
َ ‫َم ْن‬
Artinya : Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi.
Dan barangsiapa yang mengangkatnya, maka hendaklah dia berwudhu’. [HR
Abu Dawud, At Tirmidzi].
10. Disunnahkan melepas sandal, sebagaimana yang dikatakan sahabat Basyir
bin Al-Khoshoshiyyah :
19 | P a g e

‫ فقال ياصحبي‬،‫بينما أنا أماشي النبي ﷺ نظر فإذا رجل يمشي بين القبورعليه نعﻼن‬
‫السبتيتين ويحك ألقيهما‬
Artinya : Ketika saya berjalan bersama Rasulullah
Shallallahualaihiwasallam tiba-tiba Rasul Shallallahualaihiwasallam
melihat seorang laki-laki yang berjalan di atas kuburan dengan memakai
sandal. Kemudian Rasul Shallallahualaihiwasallam memanggilnya. “Wahai
orang yang memakai sandal, celakalah kamu, copotlah kedua sandalmu.
[HR An-Nasai].

11. Hendaknya diam atau melirihkan suara ketika ada kebutuhan.

B. Memasukkan ke Dalam Kubur


1. Disunnahkan untuk memperluas dan mendalamkan kuburan. Karena
diriwayatkan dari Hisyam bin ‘Amir Radhiyallahuanhu.
… ‫احْ ِف ُروا َوأ َ ْو ِسعُوا َوأَحْ ِسنُوا‬
Artinya : Galilah dan luaskanlah, dan baguskanlah kuburan mereka. [HR At
Tirmidzi]. Karena yang demikian lebih tertutup bagi mayit dan lebih terjaga
dari binatang buas, dan baunya tidak akan mengganggu orang yang hidup.
2. Perbedaan Lahad dan Syaqq
3. Disunnahkan para pelayat untuk medekat ke kuburan sin Mayyit, tidak
menjauh.
4. Memasukkannya dari arah kaki kuburan, dengan mengucapkan doa :
 ‫ أو على ملة رسول ﷲ‬,  ‫بسم ﷲ وعلى سنة رسول ﷲ‬
Dengan nama Allah dan di atas agama Muhammad. [HR Al Hakim].
5. Bagi Mayyit wanita dewasa ditutup, hanya yang memasukkan saja
yang melihat tubuh Mayyit wanita.
6. Hendaknya (disunnahkan) yang masukkan Mayyit wanita dewasa
adalah orang yang tidak bersenggama dengan istrinya di malam itu.
20 | P a g e

7. Dimasukkan bagian kanan kuburan dengan memiringkan Mayyit ke


arah kanannya.
8. Diberikan segumpalan tanah sebagai bantalnya.
9. Diperbolehkan dibuka atau tidaknya wajah si Mayyit (khilaf).
10. Dilepas semua 7 tali pocongnya.
11. Ditutup dengan papan atau sejenisnya.
12. Ditutup cela-cela yang terbuka dengan tanah basah agar tidak
masuk tanah tatkala dilemparkan.
13. Disunnahkan semua orang memasukkan tanah walapun 3
hatsayaat.
‫ع َل ْي ِه ِم ْن ِق َب ِل‬ ِ ّ‫علَى ِجنَازَ ةٍ ث ُ ﱠم أَتَى قَب َْر ْال َم ِي‬
َ ‫ت فَ َحثَى‬ َ ‫صلﱠى‬
َ ‫علَ ْي ِه َو َسلﱠ َم‬
َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬
َ ِ ‫سو َل ﱠ‬ ُ ‫أَ ﱠن َر‬
‫َرأْ ِس ِه ثَ َﻼثًا‬
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu menyalatkan
jenazah, kemudian Beliau melemparkan tanah dari arah kepalanya tiga kali.
[HR Ibnu Majah].
14. Ditinggikan kuburannya paling tinggi sejengkal.
15. Diberikan tanda dibagian kepala dan kaki.
16. Diberikan batu-batu kecil.
17. Disiram dengan air agar setiap tanah bersatu dan kuat, sehingga
tidak mengeluarkan aroma dari dalam kubur.
18. Perbanyak istighfar dan doa untuk si Mayyit.

V. TA'ZIYAH SETELAH KEMATIAN MAYYIT

1. Makna ta'ziyah adalah ‫ تسلية المصاب‬menghibur keluarga Mayyit agar


bersabar dari musibah yang mereka rasakan.
21 | P a g e

2. Lokasi ta'ziyah tidak harus kerumah Mayyit jika tidak memungkinkan,


dengan via telfon, pesan, dan sejenisnya selama tidak berlebihan.
Ta'ziyah dengan kalimat-kalimat yang dianjurkan oleh Nabi
Shallallhualaihiwasallam, atau yang semakna.
Contoh dari Nabi Shallallhualaihiwasallam adalah kepada putrinya Zainab,
ketika Zainab mengirim utusan kepada Nabi Shallallhualaihiwasallam
memberitahukan bahwa bayinya meninggal dunia. Beliau bersabda:

ْ‫ص ِب ْر َو ْلتَ ْحتَسِب‬


ْ َ ‫سمى فَ ْلت‬
َ ‫َيءٍ ِع ْندَهُ ِبأ َ َج ٍل ُم‬ َ ‫ِإ ﱠن ِ ﱠ ِ َما أ َ َخذَ َولَهُ َما أ َ ْع‬
ْ ‫طى َو ُك ﱡل ش‬

Sesungguhnya milik Allah untuk mengambilnya dan milikNya untuk


diberikan, dan segala sesuatu disisiNya dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan waktunya. Maka, hendaknya engkau sabar dan ihtisab. [HR
Bukhari].

3. Pahala bertaziyah, Nabi Shallallhualaihiwasallam bersabda :

‫س ْب َحانَه ُ ِم ْن ُحلَ ِل ْال َك َرا َم ِة َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬ ِ ‫َما ِم ْن ُمؤْ ِم ٍن ُي َع ِ ّزي أَخَاهُ ِب ُم‬
ُ ُ ‫صي َب ٍة ِإ ﱠﻻ َك َساهُ ﱠ‬

Tidak ada seorang mukmin yang memberikan takziyah kepada saudaranya


dalam suatu musibah, kecuali Allah akan memberikan kepadanya dari
pakaian kehormatan pada hari kiamat. [HR Ibnu Majah].

4. Disunnahkan untuk membuat makanan bagi keluarga mayit, karena mereka


sibuk dengan musibah yang menimpanya. Nabi Shallallahualaihiwasallam
telah memerintahkan hal itu, ketika Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘anhu mati syahid. Beliau bersabda :

َ ‫ط َعا ًما فَإِنﱠهُ قَ ْد أَتَاهُ ْم أ َ ْم ٌر‬


‫شغَلَ ُه ْم‬ َ ‫صنَعُوا ِﻵ ِل َج ْعفَ ٍر‬
ْ ‫ا‬

Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang perkara


yang menyibukkan mereka. [HR Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh Al
22 | P a g e

Albani]. Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam. Dari Jarir bin Abdullah Al


Bajali, beliau berkata:
‫ص ْن َعةَ ال ﱠ‬
‫ط َع ِام ِم ْن ال ِّن َيا َح ِة‬ ِ ّ‫ع إِلَى أ َ ْه ِل ْال َم ِي‬
َ ‫ت َو‬ َ ‫ُكنﱠا ن ََرى ِاﻻ ْجتِ َما‬
Kami dahulu menganggap berkumpul di tempat keluarga mayit, dan mereka
membuatkan makanan kepada orang yang datang termasuk niyahah. [HR
Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani].
4. Bagi orang yang sedih, tidak boleh merobek bajunya atau menampar pipinya
atau berteriak dengan ucapan jahiliyah. Rasulullah
Shallallahualaihiwasallam bersabda:
‫ُوب أ َ ْو دَ َعا ِبدَع َْوى ْال َجا ِه ِليﱠ ِة‬
َ ‫ب ْال ُخدُودَ أ َ ْو ش ﱠَق ْال ُجي‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ْس ِمنﱠا َم ْن‬
َ ‫ض َر‬
Tidak termasuk dari golongan kami orang yang memukul pipinya atau
merobek bajunya atau menyeru dengan seruan jahiliyah. (HR Muslim).
Dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata:

‫علَ ْي ِه َو َسلﱠ َم‬


َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬ ُ ‫سلﱠ َم إِ ﱠن َر‬
َ ِ ‫سو َل ﱠ‬ َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل ﱠ‬ ُ ‫ئ ِم ْنهُ َر‬ َ ‫أَنَا بَ ِري ٌء ِم ﱠم ْن بَ ِر‬
‫صا ِلقَ ِة َو ْال َحا ِلقَ ِة َوال ﱠ‬
‫شاقﱠ ِة‬ ‫ئ ِم ْن ال ﱠ‬
َ ‫بَ ِر‬

Saya berlepas diri dari orang yang Rasulullah Shallallahualaihiwasallam


berlepas diri dari mereka. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berlepas diri dari orang yang mengangkat suaranya ketika tertimpa
musibah dan orang yang mencukur rambutnya dan orang yang merobek
bajunya. [HR Bukhari].

5. Diperbolehkan menangisi mayit. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam menangis ketika Ibrahim, putra Beliau meninggal dunia. Beliau
bersabda:

َ ‫ِإ ﱠن ْال َعيْنَ ت َ ْد َم ُع َو ْالقَ ْل‬


َ ‫ب َي ْحزَ ُن َولَ ِك ْن َﻻ نَقُو ُل ِإ ﱠﻻ َما َي ْر‬
‫ضى َربﱡنَا َو ِإنﱠا ِب ِف َرا ِق َك َيا ِإب َْرا ِهي ُم‬
َ‫لَ َم ْح ُزونُون‬
23 | P a g e

Air mata mengalir dan hati menjadi sedih, akan tetapi kita tidak
mengucapkan kecuali apa yang diridhai oleh Allah. Dan kami sungguh
sedih berpisah denganmu, wahai Ibrahim. [HR Bukhari dan Muslim].
Selama tidak adanya nadab (yakni menyebut-nyebut kebaikan mayit dengan
huruf nadab, yaitu “ya”) dan niyahah (yakni meratapi mayit dengan
mengeraskan suara dengan satu alunan). [Lihat Asy Syarhul Mumti’
(489/493)].

6. Para ulama telah sepakat haramnya niyahah, yaitu dengan menyebut-nyebut


kebaikan mayit dengan mengeraskan suaranya. Karena dalam hal ini terdapat
perbuatan jahiliyah, serta tidak menerima terhadap taqdir dan ketentuan
Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٍ ‫النﱠائِ َحةُ إِذَا لَ ْم تَتُبْ قَ ْب َل َم ْوتِ َها تُقَا ُم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َو َعلَ ْي َها ِس ْربَا ٌل ِم ْن قَ ِط َر‬
ٍ ‫ان َود ِْرعٌ ِم ْن َج َر‬
‫ب‬

Orang yang meratap apabila dia tidak bertaubat sebelum meninggal dunia,
maka dia akan dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan pada tubuhnya
pakaian dari ter dan baju besi dari kudis. [HR Muslim].
Dan dari Umar Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Beliau bersabda:

ُ ‫ْال َم ِيّتُ يُعَذﱠ‬


‫ب ِفي قَب ِْر ِه بِ َما نِي َﺢ َعلَ ْي ِه‬

Seorang mayit akan disiksa di kuburnya dengan sebab niyahah yang


ditujukan kepadanya. [HR Muslim].
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahuanhu,

‫سلﱠ َم قَا َل‬ َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ال َم ْه ًﻼ يَا بُ َنيﱠةُ أَلَ ْم ت َ ْعلَ ِمي أَ ﱠن َر‬
َ ِ ‫سو َل ﱠ‬ َ َ‫ع َم َر فَق‬ ُ ‫ت َعلَى‬ ْ ‫صةَ بَ َك‬َ ‫أ َ ﱠن َح ْف‬
‫اء أَ ْه ِل ِه َعلَ ْي ِه‬
ِ ‫ب بِبُ َك‬ َ ِ‫إِ ﱠن ْال َمي‬
ُ ‫ّت يُعَذ ﱠ‬

Sesungguhnya Hafshah menangisi kematian Umar.” Beliau


berkata,”Sabarlah, wahai saudariku. Tidakkah engkau mengetahui bahwa
24 | P a g e

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Sesungguhnya seorang


mayit akan disiksa karena tangisan keluarganya’.” [HR Muslim]. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Menurut pendapat yang benar, bahwa mayit
akan tersiksa karena tangisan yang ditujukan kepadanya sebagaimana
disebutkan oleh hadits-hadits yang shahih.” [Lihat Majmu’ Fatawa
(24/369,370)].
7. Tidak diperbolehkan mencela orang yang sudah meninggal dunia. Dari
‘Aisyah, beliau berkata: Telah bersabda Rasulullah
Shallallahualaihiwasallam:
َ ‫ات فَإِنﱠ ُه ْم قَدْ أ َ ْف‬
‫ض ْوا ِإلَى َما قَدﱠ ُموا‬ َ ‫سبﱡوا ْاﻷ َ ْم َو‬
ُ َ ‫َﻻ ت‬
Janganlah kalian mencela orang yang sudah mati, karena mereka
mendapatkan dari apa yang telah mereka kerjakan. [HR Bukhari].

Semoga bermanfaat kepada semua pembaca,


dan Saya berharap kepada Allah  At-Taufiq
untuk semua.

‫ﷲ يبارك فيكم ويوفقكم‬

 ‫تم البحث بحمد‬


25 | P a g e

REFERENSI

 Al-Quran Al-Karim
 Kutubul Ahaadiits Ash-Shohihah
 Al-Wjazah Fii Tajhiizi Al-Janaazah, Syaikh Abdurrahman bin Abdullah
Al-Ghoits.
 Ad-Durusul Muhimmah li ‘Aammatil Ummah, oleh Syaikh Abdul Aziz
bin Abdillah bin Baz.
 Al-Fiqhul Al-Muyassa, Jamul Ulamaa'.
 At-Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya Al
Qurthuby.
 Fathul Mu'iin, Syaikh Zainuddin Al-Malibary.
 Ahkaamul Janaaiz, Syaikh Al-Albani.
 Al-Mughni, Al-Imam Ibnul Qudamah.
 Majmu' Fatawa, Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah.
 Syarhul Mumti', Syaikh Muhammad Sholih Al-Utsaimin.
 Zaadul Maad, Al-Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah.

Anda mungkin juga menyukai