Anda di halaman 1dari 11

TATA CARA

PENGURUSAN JENAZAH
Oleh :
Reza Azhari Muslim, Lc
■ Tidak mengapa bagi seorang muslim untuk mendatangi seorang kafir yang dalam
keadaan sakaratul maut untuk menawarkan kepadanya agama Islam.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Dahulu ada seorang budak Yahudi yang
melayani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika dia sakit, maka Rasulullah
menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya. Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َفَأسْ َل َم َف َخ َر َج‬ َ ‫اس ِم‬ ِ ‫َأسْ لِ ْم َف َن َظ َر ِإ َلى َأ ِبي ِه َوه َُو ِع ْندَ هُ َف َقا َل َل ُه َأ ِطعْ َأ َبا ْال َق‬
‫ار‬ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ْ‫ن‬ &
‫م‬
ِ ُ ‫ه‬ ‫ذ‬َ َ
‫ق‬ ْ
‫ن‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َوه َُو َيقُو ُل ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َأ‬
َ ُّ‫ال َّن ِبي‬
ِ
Masuklah ke dalam agama Islam, maka dia melihat ke arah bapaknya yang berada di
sampingnya. Bapaknya berkata: “Taatilah Abul Qasim (ya’ni Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam).” Maka dia masuk Islam, kemudian Rasulullah keluar, dan Beliau
berkata: “Segala puji bagi Allah Yang telah menyelamatkan dia dari neraka.” [HR Al
Bukhari].
Sunnah – sunnah Menghadapi Jenazah
■ Dianjurkan memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia
Dalil hadits dari Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayyah radhiallahu’anha, ia mengatakan:

‫ ثم قال‬. ‫فأغمضه‬
َ َّ ‫هللا صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم على أبي سلم َة وقد‬
. ‫شق بصرُه‬ ِ ‫دخل رسو ُل‬
‫الروح إذا قُ ِبض ِتبعه البص ُر‬
َ َّ‫إن‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang telah meninggal, ketika
itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pun memejamkan kedua mata Abu
Salamah dan bersabda: “Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya mengikutinya”
(HR. Muslim no. 920).
■ Mengikat dagunya agar tidak terbuka
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah mengatakan:
‫]و شد لحييه] و ذلك مخافة أن يبقى فمه مفتوحا حالة غسله و حالة تجهيزه فيشد حتى ينطبق فمه مع أسنانه‬
“Ketika mayit meninggal [ditutup mulutnya] yaitu karena dikhawatirkan mulutnya terbuka ketika
dimandikan dan ketika dipersiapkan. Sehingga hendaknya ditutup sampai bersatu antara gigi dan mulutnya”
■ Menutupnya dengan kain
Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, beliau mengatakan:
َ ‫هللا صلَّى هللاُ عليه وسلَّم ِح‬
‫ين ُتوُ ِّف َي سُجِّ َي ببُرْ ٍد ِح َب َر ٍة‬ ِ ‫أنَّ رسو َل‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau wafat, beliau ditutup dengan kain hibrah
(sejenis kain Yaman yang bercorak)” (HR. Bukhari no. 5814, Muslim no. 942).
■ Dianjurkan bersegera mempersiapkan mayit untuk dikubur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫ ف َشرٌّ تضعو َن ُه عن رقابكم‬، ‫ك‬
َ ‫ك ِس َوى ذل‬ ً
ُ ‫ وإن َي‬، ‫صالحة فخي ٌر ُت َق ِّدمُو َن َها‬ ُ ‫ فإن َت‬، ‫أَسْ ِرعُو ْا بالجناز ِة‬
‫ك‬
“Percepatlah pengurusan jenazah. Jika ia orang yang shalih di antara kalian, maka akan jadi
kebaikan baginya jika kalian percepat. Jika ia orang yang bukan demikian, maka keburukan lebih
cepat hilang dari pundak-pundak kalian” (HR. Bukhari no. 1315, Muslim no. 944).
■ Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Kehormatan seorang muslim adalah untuk disegerakan
jenazahnya.” Dan tidak mengapa untuk menunggu diantara kerabatnya yang dekat apabila tidak
dikhawatirkan akan terjadi perubahan dari tubuh mayit.
■ apabila seseorang mati mendadak, maka diharuskan menunggu terlebih dahulu, karena ada
kemungkinan dia hanya pingsan (mati suri).
Memandikan Jenazah

■ Memandikan mayit hukumnya fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin


Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:
َ ‫ أو قال فَأ ْق َع‬، ‫ص ْت ُه‬
‫ فقا َل‬، ‫ص ْت ُه‬ َ ‫ ْإذ َو َق َع عن راحل ِت ِه َف َو َق‬، ‫بع َر َف َة‬ َ ‫واقف مع النبيِّ صلَّى هللا ُ علي ِه وسلَّ َم‬ ٌ ‫بي َنا رج ٌل‬
‫ وال‬، ُ‫طوه‬ ُ ‫ وال ُت َح ِّن‬، ‫ َث ْو َب ْي ِه‬: ‫ أو قا َل‬، ‫ْن‬ ِ ‫ و َك ِّف ُنوهُ في َث ْو َبي‬، ‫وس ْد ٍر‬
ِ ‫اغ ِسلوهُ بما ٍء‬ ْ : ‫النبيُّ صلَّى هللا ُ علي ِه وسلَّ َم‬
‫هللا يب َْع ُث ُه يو َم القيام ِة ُي َلبِّي‬ َ ‫ُت َخمِّروا‬
َ َّ‫ فإن‬، ‫رأس ُه‬
“Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-
tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain,
jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di
hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206)
Siapa Yang Memandikan Jenazah?
■ Yang memandikan jenazah hendaknya orang yang paham fikih pemandian mayit. Lebih
diutamakan jika dari kalangan kerabat mayit.
■ Dan wajib bagi jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki. Demikian juga jenazah wanita
dimandikan oleh wanita. Karena Kecuali suami terhadap istrinya atau sebaliknya.
Alat-alat Memandikan Jenazah
■ Sarung tangan atau kain untuk dipakai orang yang memandikan agar terjaga dari najis, kotoran
dan penyakit
■ Masker penutup hidung
■ Spon penggosok
■ Kapur barus yang sudah digerus untuk dilarutkan dengan air
■ Daun sidr (bidara) jika ada, yang busanya digunakan untuk mencuci rambut dan kepala mayit.
Jika tidak ada, maka bisa diganti dengan sampo
■ Kain untuk menutupi aurat mayit
■ Handuk
■ Plester bila dibutuhkan untuk menutupi luka yang ada pada mayat
■ Gunting kuku untuk menggunting kuku mayit jika panjang
Cara Memandikan Jenazah
■ Melemaskan persendian mayit
■ Lembut dalam membersihkan badan mayit

ِ ‫َكسْ ُر َع ْظ ِم ْال َم ِّي‬


‫ت َك َكسْ ِر ِه َح ًّيا‬
“Memecah tulang orang yang telah meninggal dunia adalah seperti memecahnya dalam keadaan
hidup”
■ Melepas pakaian yang melekat di badannya, Disunnahkan untuk dilepaskan ketika ia baru wafat.
Kemudian ditutup dengan rida (kain) atau semisalnya.
■ Orang yang meninggal dunia ketika ihram tidaklah boleh ditutup wajah dan kepalanya atau
diberi wewangian.
■ Menutup tempat mandi dari pandangan orang banyak
Tahapan Memandikan Jenazah
■ Niat dan basmalah.
■ Mengangkat kepala sampai mendekati duduk. (jika bukan wanita hamil)
■ Tekan perut secara perlahan.
■ Istinja menggunakan kain/sarung tangan.
■ Mencuci mulutnya dengan jari.
■ Mencuci lubang hidung nya dengan tanpa memasukan air.
■ Melakukan wudhu kepada mayit.
■ Cucilah kepalanya dan jenggotnya dengan sabun atau shampo
■ Disunnahkan diulang hingga tiga kali dan disunnahkan juga memulai dari sebelah kanan.
■ Makruhkan menggunakan air panas.
■ Kemudian sisirlah rambutnya dan disunnahkan air kapur barus dan bidara pada siraman terakhir.
■ Disunnahkan menyemir rambutnya dan memotong kumisnya serta memotong kukunya jika panjang.
Catatan

■ Bagi jenazah wanita, dilepaskan ikatan rambutnya dan dibersihkan. Kemudian dikepang
menjadi tiga kepangan dan diletakkan di bagian belakangnya.
■ Jika tidak memungkinkan mandi, maka diganti tayammum. Misalnya bagi orang yang
mati terbakar dan jika dimandikan akan rusak dagingnya
Disunnahkan untuk mandi bagi orang yang telah selesai memandikan mayit.
■ “Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa
yang memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu“.
■ Janin yang mati karena keguguran dan telah berumur lebih dari empat bulan, maka
dimandikan dan dishalatkan. Jika 4 bulan atau kurang maka tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai