Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 7

PELAKSANAAN TATACARA PENYELENGGARAAN


JENAZAH
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Noor Alwiyah, M.Pd.

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah materi PAI tingkat menengah

Disusun oleh:

1. Muh Rosid Rouf 153111231


2. Ismar Giyanti 183111101
3. Bagus Sunanto 183111107
4. Aisyiah Riska R. 183111128

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020
KELOMPOK : 7

MATERI : FIQIH

KELAS : XI

KOMPETENSI DASAR : 3.9. Memahami pelaksanaan tata cara

penyelenggaraan jenazah

INDIKATOR

3.9.1 Siswa dapat menjelaskan tata cara perawatan jenazah

3.9.2 Siswa dapat menyebutkan syarat-syarat wajib memandikan jenazah

3.9.3 Siswa dapat menjelaskan tata cara memandikan jenazah

3.9.4 Siswa dapat menjelaskan tata cara mengafani jenzah

3.9.5 Siswa dapat menjelaskan tata cara menyalati jenazah

3.9.6 Siswa dapat menjelaskan tata cara menguburkan jenazah

3.9.7 Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hikmah takziyah

3.9.8 Siswa dapat menyebutkan etika dalam ber-takziyah

3.9.9 Siswa dapat menjelaskan pengertian dan hikmah ziarah kubur

RUMUSAN MATERI

A. Tata cara perawatan jenazah


B. Syarat-syarat wajib memandikan jenazah
C. Tata cara memandikan jenazah
D. Tata cara mengafani jenazah
E. Tata cara menyalati jenazah
F. Tataca menguburkan jenazah
G. Pengertian dan hikmah takziyah
H. Etika dalam ber-takziyah
I. Pengertian dan hikmah ziarah kubur

Materi:
A. Tata cara perawatan jenazah
Ada beberapa hal yang harus disegarakan dalam pengurusan jenazah oleh
keluarganya yaitu, memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburkannya.
Namun, sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan terhadap kondisi jenazah, yaitu sebagai berikut:
1. Men-talqin-kan orang yang akan meninggal dunia, para ulama sepakat
bahwa talqin dilakukan sebelum orang meninggal dunia. Rasulullah
Saw telah bersabda:

ِ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ع ْن ُه َما قَ َاَل‬


‫سو ُل ه‬ ‫ َوأَ ِبي هُ َري َْرةَ َر ِض َي ه‬، ‫س ِعي ٍد‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َوع َْن أَ ِبي‬
‫س ِل ٌم‬ ‫ { لَ ِقنُوا َم ْوتَا ُك ْم ََل إلَهَ هإَل ه‬: ‫سله َم‬
ْ ‫َّللاُ } َر َواهُ ُم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
ُ‫َو ْاْلَ ْربَعَة‬

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda:“Ajarilah orang-orang yang hendak meninggal dunia
di antara kalian ucapan laa ilah illallah.” (Ibnu Hajar dalam
Bulughul Maram no 501 mengatakan, “Hadits tersebut diriwayatkan
oleh Muslim dan kitab hadits yang empat.” (Nasai, Abu Daud, Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
2. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt.
atas segala dosanya. Dalam riwayat Muslim dijelaskan tentang Nabi
Saw. mengunjugi Abu Salamah yang sakit ketika dijenguk Nabi Saw,
Abu Salamah meninggal dunia dalam keadaan matanya terbuka.
Kemudian Nabi Saw. menutup mata Abu Salamah, sambil berkata:
Sesungguhnya ruh jika dicabut, akan diikuti oleh pandangan.
Hadisnya sebagai berikut :

‫َّللا صلى هللا عليه‬ ُ ‫ ( َد َخ َل َر‬: ْ‫ع ْن َها قَالَت‬


ِ ‫سو ُل َ ه‬ ‫سلَ َمةَ َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َوع َْن أ ُ ِم‬
َ ‫سلَ َمةَ رضي هللا عنه َوقَ ْد شُقه بَص َُرهُ فَأ َ ْغ َم‬
‫ ث ُ هم‬,ُ‫ضه‬ َ ‫علَى أَبِي‬ َ ‫وسلم‬
:َ‫ فَقَال‬,‫اس ِم ْن أَ ْه ِل ِه‬ َ َ‫ص ُر” ف‬
ٌ َ‫ض هج ن‬ َ َ‫ اتهبَعَهُ ا ْلب‬,‫ض‬ َ ‫ح إِذَا قُ ِب‬ ُّ َ ‫ “إِ هن ا‬:َ‫قَال‬
َ ‫لرو‬
‫علَى َما‬ َ ُ‫ فَ ِإ هن اَ ْل َم ََلئِكَةَ تُؤ َِمن‬.‫س ُك ْم إِ هَل ِب َخي ٍْر‬
ِ ُ‫علَى أَ ْنف‬
َ ‫“ ََل تَ ْدعُوا‬
‫ارفَ ْع َد َر َجتَهُ فِي‬ ْ ‫ َو‬,َ‫سلَ َمة‬
َ ‫ “اَلله ُه هم ا ْغ ِف ْر ِْلَ ِبي‬:َ‫ ث ُ هم قَال‬.”‫ون‬ َ ُ‫تَقُول‬
ْ ‫ َو‬,‫ َونَ ِو ْر َلهُ ِفي ِه‬,ِ‫ َو ْافسِحْ لَهُ فِي قَب ِْره‬,‫ين‬
َ ‫اخلُ ْفهُ فِي‬
‫ع ِق ِب ِه ) َر َوا ُه‬ َ ‫اَ ْل َم ْهد ِِي‬
‫س ِل ٌم‬
ْ ‫ُم‬

Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anha ia berkata: (Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa sallam masuk ke rumah Abu Salamah sewaktu
matanya masih terbuka, lalu beliau memejamkan matanya. Kemudian
berkata: "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut maka pandangannya
mengikutinya." Maka menjeritlah orang-orang dari keluarganya, lalu
beliau bersabda: "Janganlah kamu berdoa untuk dirimu sendiri
kecuali demi kebaikan, karena sesungguhnya Malaikat itu mengamini
apa yang kamu ucapkan." Kemudian beliau berdoa: "Ya Allah berilah
ampunan kepada Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya ke tingkat
orang-orang yang mendapat petunjuk, lapangkanlah baginya dalam
kuburnya, terangilah dia di dalamnya, dan berilah penggantinya
dalam turunannya.") Riwayat Muslim.
3. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan
agar tidak kelihatan auratnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh
sahabat Nabi Saw. terhadap pada jasad Nabi saw. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadis berikut :

‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ ( أَ هن َر‬:‫ع ْن َها‬


ِ ‫سو َل َ ه‬ ِ ‫َوع َْن عَائِشَةَ َر‬
‫ض َي َ ه‬
َ ُ‫َّللا‬
‫علَ ْي ِه‬ ٌ َ‫س ِج َي ِببُ ْر ٍد ِحبَ َر ٍة ) ُمتهف‬
َ ‫ق‬ ُ ‫ين ت ُ ُوفِ َي‬
َ ‫ِح‬

Dari Aisyah Radliyallaahu 'anha bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam ketika wafat ditutup dengan kain bermotif dari Yaman.
Muttafaq Alaihi.
4. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
B. Syarat-syarat memandikan jenazah
1. Syarat-syarat wajib dalam memandikan jenazah :
a. Jenazah itu orang Islam
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit
c. Bukan mati syahid
2. Syarat- Syarat orang yang memandikan jenazah :
a. Islam
b. Berakal dan Baligh
c. Bisa dipercaya (merahasiakan aib dan cacat tubuh jenazah)
d. Mengetahui tata cara memandikan jenazah
3. Yang berhak memandikan jenazah :
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki
pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri
dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan
pula, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada
semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada
semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
C. Tata cara memandikan jenazah
Hukum memandikan jenazah orang yang beragama Islam adalah
wajib dan pelaksanaannya adalah fardhu kifayah, dalam artian jika
sebagian orang telah melakukannya maka kewajiban tersebut gugur dari
orang Islam yang lain. Tata caranya sebagai berikut :
1. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan
dan yang mengurusnya saja.
2. Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan.
3. Pakaiannya diganti dengan kain, seperti kain sarung agar auratnya tidak
mudah terlihat.
4. Sesudah diletakkan di atas ranjang atau dipan, kemudian punggungnya
disandarkan pada sesuatu lalu perutnya disapu dengan tangan dan ditekankan
sedikit demi sedikit agar keluar kotorannya. Hal ini hendaknya dilakukan
dengan wangi-wangian agar menghilangkan bau kotoran yang keluar.
5. Kemudian siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat
memandikan jenazah sampai kotoran yang keluar dari perut tidak ada
yang menempel pada tubuh.
Niat memandikan jenazah laki-laki :

‫ت ِهللِ تَ َعالَى‬ ْ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ا َ َدا ًء َع ْن هذ‬


ِ ‫اال َم ِِّي‬
“saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(perempuan) ini karena Allah Ta’ala.”
Niat memandikan jenazah perempuan :

‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَا ًء َع ْن ه ِذ ِه ْال َميِِّتَ ِة ِهللِ تَعَالَى‬


“saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(perempuan) ini karena Allah Ta’ala.”
6. Sesudah itu jenazah ditelentangkan, lalu anak jari kiri dimasukkan ke
mulut jenazah, digosok giginya, dibersihkan mulutnya.
7. Setelah itu sarung tangan hendaklah diganti dengan yang bersih, lalu
dibersihkan qubul dan duburnya dan diwudhukan
8. Lalu disiram kembali tubuhnya.
9. Sesudah itu dibaringkan ke sebelah kirinya dan badannya yang
sebelah kanan dibasuh, dan sebaliknya
10. Semua itu dilakukan satu kali, tetapi disunahkan tiga kali atau lima
kali.
D. Tata Cara Mengafani Jenazah
1. Persiapan mengafani jenazah
a. Siapkan kain kafan yang Panjang dan lebarnya bisa menutup tubuh
jenazah namun untuk panjangnya perlu di tambah kira-kira 30cm
diatas kepalanya, 30cm di bawah kakinya.
b. Untuk jenazah laki-laki kain kafan yang di perlukan 3 lapis (2 lapis
pembungkus seluruh tubuh, dan 1 lapis untuk kain sarung ukuran
menyesuaikan ukuran Panjang dari pingang sampai kaki jenazah).
c. Untuk jenazah perempuan 6 lapis kain kafan ( 2 lapis pembungkus
seluruh tubuh, 1 baju kurung tidak berjahit yang panjangnya 2 kali
lipat Panjang jenazah, 1 kain untuk sarung panjangnya seukuran dari
pinggang sampai kaki jenazah), 1 kain celana dalam, 1 kain untuk
kerudung.
d. Sebaiknya kain-kain yang di gunakan untuk mengafani jenazah
berwarna putih.

2. Cara mengafani zenajah


a. Jenazah laki-laki
1) Gelar sehelai tikar
2) Letakkan 5 utas tali (3 utas tali Panjang untuk daerah sikut,
pinggang, dan lutut. Dan 2 utas tali pendek untuk mengikat ujung
kepala dan ujung kaki).
3) Gelar kain ke 1 (kain pembungkus seluruh tubuh), kain tersebuh
terletah di bagian kanan badan jenazah. Di gelar di atas 5 utas tali
tadi.
4) Gelar ke 2 (kain pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke 1,
kain tersebut terletak di bagian kiri badan jenazah, di tumpangkan
di atas tepi kain ke 1.
5) Gelar kain ke 3 di atas ke 2 lembar kain yang sebelumnya, dan di
letakan pada bagian pinggang sampai kaki jenazah.
Keterangan:
No. 1 dan No. 2 = Kain [embukus Seluruh tubuh, dan No. 3 =
Kain untuk sarung.
6) Taruhlah hamparan kapas, dan wewangian yanglain di atas
susunan kain tersebut.
7) Lalu angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah di
siapkan tadi.
8) Tutuplah dahi, hidung, 2 telapak tanggan, lutut, jari-jari kaki dan
tanggan, dan demikian pula lubang dubur, lubang hidung dan juga
kedua telinga.
9) Mulailah membungkus jenazah di mulai dari kain yang ke 3
selanjutnya kain ke 2 di susul kain ke 1.
10) Ikat bagian sikut, pinggang, lutut, kaki dan atas kepalanya dengan
tali yang sudah di siapkan.

b. Jenazah perempuan
1) Gelar sehelai tikar.
2) Letakkan 5 utas tali (3 utas tali panjang untuk daerah sikut,
pinggng, dan lutut. Dan 2 utas untuk mengikat ujung kepala dan
ujung kaki.
3) Gelar kain ke 1 (kain pembungkus seluruh tubuh)
4) Gelar kain ke 2 (kain pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain
ke 1
5) Buatlah baju kurung (kain ke 3) tidak berjahit seukuran dengan
panjang badan jenazah dari punggung hingga kaki, lalu ambil kain
kafan 2 kali lipatnya. Tekuk kain hingga jadi 2 lapisan. Buat
lubang pas di tenggah-tenggah tekukan kain, selebar kepala
jenazah. Lalu lipatan itu di buka, taruh di atas kain ke 1 dan ke 2
sebelumnya.
6) Gelar kain ke 4 (untuk sarung) dan di letakan pada bagian
pinggang sampai kaki jenazah.
7) Buatlah celana dalam tak berjahit dan taruh di atas kain ke 4 searah
alat kelaminya.
8) Taruhlah sedikit kain yang cukup untuk membuat kerudung diatas
kain ke 3 (baju kurung) searah kepalanya.

Keterangan:
No. 1 dan No. 2 = Kain pembungkus seluruh tubuh.
No. 3 = Baju kurung tak berjahit.
No. 4 = Sarung.
No. 5 = Celana dalam.
9) Taruhlah hamparan kapas dan wewangian lainya di atas kain
tersebut.
10) Lalu angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah di
siapkan.
11) Tutuplah dahi, hidung, 2 telapak tanggan, lutut, jari-jari
kaki,lubang dubur, lubang hidung, dan juga ke dua telingga dengan
kapas.
12) Mulailah membungkus jenazah di awali dari mengenakan celana
dalamnya, mengenakan kerudungnya, memasang baju kurungnya
dengan memasukan kepala jenazah pada lubang baju kurung dan
menutupkan kembali baju kurung yang telah di buka bagian
depanya. Lalau bungkus dengan kain ke 2 dan di susul kain ke 1.
13) Ikat bagian sikut, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan
tali yang sudah di siapkan tadi.

E. Tata Cara Pelaksanaan Sholat Jenazah


a. Persyaratan:
1. Suci, baik suci badan, tempat, dan pakaian.
2. Sudah dimandikan dan di kafani.
3. Jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau
sebelah kiblat.
b. Pelaksanaan shalat jenazah
1. Jenazah di letakkan paling muka. Apabila mayat laki-laki ,
hendaknya iman berdiri dekat kepala mayat. Jika mayat wanita,
imam menghadap didekat perut.
2. Letak imam paling muka diikuti oleh makmum. Jika yang
menyalati sedikit, di usahakn di buat 3 baris/saf.
3. Semua jamaah berdiri dengan niat melakukan shalat jenazah
dengan empat takbir.
Lafal niat:
Artinya: saya niat shola tatas mayit iniempat kali takbir fardhu
kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala.

Artinya: saya niat shola tatas mayit iniempat kali takbir fardhu
kifayah, sebagai makmum karena Allah Taala.

4. Yang pertama takbiratul ihram, dan setelah takbir pertama


membaca surat al- Fatihah.
Lafal al-Fatihah:
Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari
pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
5. Takbir yang ke 2, membaca salawat nabi Muhammad saw.
Lafal Sholawat:
Artinya: Ya Allah, anugerahkan shalawat kepada Nabi
Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberikan shalawat kepada Nabi Ibrahim.
Berikanlah keberkahan kpada Nabi Muhammad dan
keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah
memberkahi kepada keluarga Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Di dalam alam inilah Engaku Tuhan yang
Maha Terpuji dan Maha Mulya.
6. Takbir ke3, membaca doa untuk jenazah.
Lafal Setelah Takbir ke 3:
Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia.
Bebaskanlah dan maafkanlah dia. Luaskanlah kuburnya dan
mandikanlah ia dengan air, salju dan embun. Sucikan ia
dari seluruh kesalahan seperti dibersihkannya kain putih
dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari
rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari
keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya.
Lalu masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari
cobaan kubur dan azab neraka.
7. Lalu di lanjut takbir yang ke4.
Lafal takbir ke 4:

Artinya: Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya


dan jangan cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami
dan ampunilah dia.
8. Membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
F. Tata Cara Menguburkan Jenazah

Menguburkan jenazah adalah proses terakhir dalam perawatan jenazah.


Hukum menguburkan jenazah adalah fardhu kifayah bagi yang hidup. Tata cara
menguburkan jenazah sebagai berikut :
1. Disunakan mendalamkan kubur
Tujuan menguburkan jenazah adalah untuk menutupinya dalam
sebuah lubang agar tidak menyebabkan bau dan untuk menjaganya dari
binatang-binatang buas dan burung-burung.
2. Arah masuk jenazah sebaiknya dari arah kaki kemudian terus maju ke arah
kepalanya.
3. Jenazah diletakkan miring ke kanan menghadap kiblat dan menyandarkan
jenazah sebelah kiri ke dinding kubur. Bacaan ketika meletakkan mayat :

ُ ‫علَى ِمله ِة َر‬


ِ‫س ْو ِل هللا‬ َ ‫س ِم هللاِ َو‬
ْ ‫ِب‬
“Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”
4. Melepas tali pengikat kain kafan.
5. Tutup liang lahad.
6. Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya.
7. Sesudah mayat dikuburkan, orang yang mengantarkannya disunahkan
untuk mendoakannya (memintakan ampun dan minta supaya ia
mempunyai keteguhan dalam menjawab pertanyaan malaikat).

G. Ta’ziyah (Melayat)
Ta’ziyyah atau melayat adalah mengunjungi orang yang sedang
tertimpa musibah kematian salah seorang keluarganya dalam rangka
menghibur atau memberi semangat. Para mu’azziyin (orang laki- laki yang
berta’ziyyah) atau mu’azziyat (orang perempuan yang berta’ziyah)
hendaknya memberikan dorongan kekuatan mental atau menasehati agar
orang yang tertimpa musibah tetap sabar dan tabah menghadapi musibah
ini.

Adab (etika) orang berta’ziyyah antara lain yaitu :

1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yng


meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa
musibah.
3. Hindarilah canda tawa apalagi sampai terbahak- bahak.
4. Membuatlkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.
5. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman
sampai selesai penguburan. Sebagaimana hadis Rasulullah :
‫ قِي َل َو َما‬. ‫ان‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ِيرا‬ َ ‫ َو َم ْن‬، ٌ‫ِيراط‬
َ ‫ش ِهد َ َحتَّى تُدْفَنَ َكانَ لَهُ ق‬ َ ‫ِى َعلَ ْي َها فَلَهُ ق‬ َ ُ‫ش ِهد َ ْال َجنَازَ ة َ َحتَّى ي‬
َ ِّ‫صل‬ َ ‫َم ْن‬
‫ان قَا َل مِثْ ُل ْال َج َبلَي ِْن ْالعَظِ ي َمي ِْن‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ْالق‬
َ ‫ِيرا‬

Artinya: “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia


menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang
menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada
yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung
yang besar.” (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)

Hikmah berta’ziyah antara lain yaitu:

a. Kehadiran tetangga, saudara, tenab, dan orang laian akan sangat


membantu dalam mengurangi beban mental yang harus mereka pikul
akibat dari musibah itu.
b. Mempertebal keyakinan terhadap kekuasaan Allah, bahwa seriap jiwa
akan mati.
c. Mendorong untuk memperbanyak ibadah serta meningkatkan ketaatan.
d. Mempertebal hubungan persaudaraan sesama mukmin, sehingga terbuka
kemungkinan untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

H. Ziarah Kubur

Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan. Ziarah kubur


artinya berkunjung ke kuburan. Awalnya Rasulullah SAW, melarang umat
Islam untuk berziarah kubur karena dikhawatirkan akan melakukan sesuatu
hal yang tidak baik, misalnya menangis di atas kuburan, meratapi, bhakan
yang lebih bahaya adalah mengultuskan mayat yang ada di kuburan. Akan
tetapi, karena mengingat mati itu penting, dan di antara mengingat mati
adalah ziarah kubur, Rasulullah SAW menganjurkan berziarah dengan
tujuan untuk mengingat mati. Rasulullah SAW bersabda:

‫زوروا القبور فإنها تذكركم الموت‬

Artinya : Berziarahlah kalian ke kuburan, karena ziarah kubur


mengingatkan kalian akan kematian” (HR. An Nasai )

Apabila kita mau berziarah kubur, sebaiknya perhatikan adab atau


etika berziarah kubur, yaitu sebagai berikut:

1. Ketika mau berziarah, niatkan dengan ikhlas karena Allah SWT, tunduk hati
dan merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Sesampai di pintu kuburan, ucapkan salam sebagaimana yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW :
‫ نسأل هللا لنا ولكم‬،‫السالم عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين وإنا إن شاء هللا بكم الحقون‬
‫العافية‬

Artinya: “Semoga keselamatan tercurahkan atas kalian wahai para


penghuni kubur orang-orang yang beriman. Kami insyaaallah akan
menyusul kalian Kami meminta keselamatan kepada Allah untuk kami dan
juga untuk kalian.” (HR. Tirmidzi)

Diantara hikmah dari ziarah kubur ini antara lain seperti berikut:
1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir.
4. Mendoakan si mayat yang muslim agar diampuni dosanya dan diberi
kesejahteraan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

Mustahdi dan Mustakim. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Pusat Kurikulum Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan

https://salafy.or.id/blog/2013/03/07/syarh-kitabul-janaaiz-min-buluughil-
maram-bag-ke-2/ | Salafy.or.id

Handoko, M. Dini dan Firmansyah. 2017. Fiqih Janaiz Berdasarkan Al-Qur’an


dan Sunah. Lampung: CV. IQRO

Agus Riyadi. 2013. Upaya Pemberdayaan dan Peningkatan Keterampilan


Pemulasaraan Jenazah. Jurnal Dimas. Vol. 13. No. 2.

Rasjid, Sulaiman. 2018. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sulfiana Mufidah. Hikmah Ziarah dan Ta’ziyah. Diakse dari


http://sulfiana22.blogspot.com/2014/04/hikmah-taziyah-dan-ziarah-kubur.html
pada 2 Februari 2020

Sutomo, Abu Nashr. 2018. Pengantar Fiqih Jenazah. Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing

Anda mungkin juga menyukai