Anda di halaman 1dari 31

MATERI 1

Adab Makan Dan Minum

Makan adalah suatu kegiatan keseharian yang tidak luput dari ajaran Islam yang kaamil
( sempurna ) juga mengajarkan kita tata cara makan. Sebagai suatu ajaran Islam, kita selaku
umat Islam harus mengamalkannya sebagai rasa cinta kita kepada Allah, juga dengan
mengikuti sunnah Rasulullah SAW ( QS 3 : 31-32 )
َ
‫ون َّالل َه َف َّات ِب ُعو ِني ُي ْح ِب ْب ُك ُم َّالل ُه َو َي ْغ ِف ْر ل ُك ْم ُذ ُن َوب ُك ْم َو َّالل ُه َغ ُف ٌور َر ِح ٌيم‬
َ ‫ُق ْل ِإ ْن ُك ْن ُت ْم ُت ِح ُّب‬
ْ ‫اَل‬ َّ
‫ق ْل َأ ِط ُيعوا َّالل َه َو َّالر ُس َول َفِإ ْن َت َول ْوا َفِإ َّن َّالل َه ُي ِح ُّب ال َك ِاف ِر َين‬ ُ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Banyak sekali suri tauladan dan ajaran Rasulullah yang dapat kita aplikasikan.Salah
satunya adalah teladan beliau dalam tata krama makan ( adaabuth-tha'aam ).

1. Tidak makan atau minum sambil berdiri


ُّ ‫ َز َج َر َعن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َأ َّن َّالنب َّى‬
‫الش ْر ِب َقاِئ ًما‬ ِ ِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh melarang dari minum sambil berdiri.”
(HR. Muslim)

2. Menyebut asma Allah ketika Makan dan Makan dengan Tangan Kanan

Dari Umar bin Abu Salamah berkata :" ketika saya masih kecil dan berada di
rumah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, saya pernah makan dengan tangan
kesana kemari mengambil makanan dari piring, lalu Rasulullah menegurku :
ْ َ َ ‫ َو ُك ْل ب َيم ِين َك َو ُك ْل ِم َّما َي ِل‬،‫َيا ُغ َال ُم َس ّم َّالل َه‬
‫ َف َما َزال ْت ِتل َك ِط ْع َم ِتى َب ْع ُد‬, ‫يك‬ ِ ِ ِ
" Wahai anak! Sebutlah asma Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah dari apa yang terdekat darimu," cara makanku berubah sejak saat itu”.

( H.R Bukhari )

Imam nawawi berpendapat bahwa bacaan basmalah yang paling pendek adalah
bismillah, sedangkan bacaan basmalah yang afdhal ( lebih utama ) adalah
bismillaahirrahmaanirraahiim.
Makan dengan tangan kanan termasuk sunnah Rasulullah, sedangkan makan
dengan tangan kiri termasuk dari kebiasaan makannya syaithon sebagaimana
Diriwayatkan bahwa syaitan membiasakan makan dengan tangan kiri. Akankah kita
seperti syaitan dalam hal makan. Bahkan Imam Syafi'i, dalam kitab Al-Um dan Ar-
Risalah, menyatakan bahwa membaca basmalah merupakan amalan yang wajib hal ini
bisa dilihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Salamah bin Al-
Akwa' tentang hadist yang senada dengan hadist di atas.
ْ َ ْ َ ْ ْ
‫ِإ َذا َأ َك َل َأ َح ُد ُك ْم َفل َيذ ُك ِر ْاس َم َّالل ِه َت َعالى َفِإ ْن َن ِس َى َأ ْن َي ذ ُك َر ْاس َم َّالل ِه َت َع الى ِفى َأ َّو ِل ِه َفل َي ُق ْل ِب ْس ِم‬
‫َ آ‬
‫َّالل ِه َأ َّول ُه َو ِخ َر ُه‬
"Dari a'isyah r.a berkata " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: " jika
seseorang diantara kamu hendak makan, maka sebutlah asma Allah, jika lupa untuk
menyebut asma Allah pada saat hendak makan, maka hendaklah mengucapkan "
Bismillaahi awwalahu wa aakhirahu."( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi )

3. Menjilat Jemari

َ ‫الص ْح َف ِة َو َق َال ِإ َّن ُك ْم اَل َت ْد ُر‬


‫ون ِفي َأ ِّي ِه‬ َّ ‫َع ْن َجا ِبر َأ َّن َّالن ِب َّي َص َّلى َّالل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َأ َم َر ِب َل ْع ِق اَأْل َصا ِبع َو‬
ِ ٍ ْ
‫ال َب َر َك ُة‬
Dari jabir r.a, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan
untuk menjilat jemari dan piring seraya bersabda:"sesungguhnya kalian tidak tahu
keberkahan ada pada makanan yang mana." (HR.Muslim)

Hadist diatas menerangkan bahwa makanan yang kita makan mengandung


keberkahan dari Allah Subhaanahuu Wa Ta'aala, tetapi kita tidak tahu makanan mana
yang mengandung keberkahan itu. Bisa jadi sebulir nasi yang tertinggal di piring itu
justru satu-satunya yang mengandung berkah dari Allah. Bisa jadi kuah yang menempel
dijemari kita justru malah yang mengandung berkah dari Allah. Wallahu a'lam.

4. Makan seperlunya

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi
anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika
ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan,
sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernafas” (HR At-Tirmidzi)

5. Tidak Bernafas ketika minum serta meniupnya


Dalam sebuah hadist secara jelas Rosulullah SAW melarang bernafas dan
meniupnya ketika kita minum air. Ternyata selain sunnah Rosululullah SAW, Ada
suatu penelitian yang menerangkan bahwa jika ada air panas yang menguap, maka uap
air (H2O) yang keluar akan bereaksi dengan udara pernafasan kita (CO2) sehingga
akan menimbulkan Asam karbonat (HCO3¯) yang bersifat korosif terhadap paru-paru
bila kita hidup.

6. Tidak Makan sambil Berbaring

Dari Abu Juhaifah, telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:"


sesungguhnya saya tidak pernah makan sambil muttaki ( berbaring )." (HR.Bukhari)

dalam hadist diatas mempunyai dua pengertian, bisa berarti berbaring atau duduk
yang lama untuk makan. Ulama ada yang beristimbath bahwa hadist ini menjelaskan
pada kita bahwa makan sambil berbaring itu makruh hukumnya, karena hal ini
merupakan sifat para pembesar terdahulu seperti raja-raja terdahulu loh…Ibrahim An-
Nakha'i berkata bahwa para ulama melarang gaya makan sambil tidur karena ada
kemungkinan menyebabkan perut menjadi besar.

7. Tidak Mencela Makanan

Dari Abu hurairah r.a, berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah
mencela makanan sekali pun , jika beliau menginginkannya beliau pun makan, jika
beliau tidak suka beliau pun meninggalkannya." (HR.Bukhari )

Dalam hadist diatas jelas bahwa Rasulullah tidak pernah mencela makanan, baik
yang hasil buatan siapa pun. Beliau tidak pernah berkata:" ah,gak enak, asin .Belum
mateng lagi." Atau ucapan-ucapan yang senada.
MATERI 2
Adab Sebelum & Bangun Tidur

ADAB SEBELUM TIDUR


1. Membersihkan Tempat Tidur
Ketika hendak tidur usahakan untuk membersihkan tempat tidur terlebih dahulu,
agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan saat kita tidur. Sebab, terkadang di atas
tempat tidur terdapat kotoran, semut, atau benda-benda yang berbahaya. Hal ini sesuai
apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Bersuci sebelum Tidur
Sebelum berangkat tidur dianjurkan untuk berwudhu seperti wudhu untuk shalat,
sehingga ketika berada dalam kondisi suci. Karena Allah menyukai orang-orang yang
senantiasa berada dalam kondisi suci. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:

‫اض َط ِج ْع َع َلى ِش ِّق َك اَأل ْي َم ِن‬


ْ ‫ ُث َّم‬، ‫لص َالة‬ ‫َ َّ ْأ‬ ْ َ ‫َ َأ‬
ِ َّ ‫ِإ ذا ت ْي َت َمض َج َع َك ف َت َوض ُو ُض َوء َك ِل‬
"Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu
berbaringlah pada sisi kanan badanmu". (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sebelum Tidur Harus Berdzikir dan Berdoa
Di antara dzikir dan doa yang diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
adalah:
a. Membaca surat al-Ikhlas, al Falaq, dan an-Nas lalu meniupkannya ke anggota
tubuhyang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan
sebanyak tiga kali.
b. Membaca ayat kursi sebelum tidur.
c. Membaca do'a sebelum tidur "Bismika allahumma amuutu wa ahyaa".
ُ ‫اسم َك َّالل ُه َّم َأ ُم‬
. » ‫وت َوَأ ْح َيا‬ ْ ‫َك َان َّالن ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإ َذا َأ َر َاد َأ ْن َي َن َام َق َال « ِب‬
َ ِ َّ ْ
‫ َوِإ ل ْي ِه ُّالن ُش ُور‬، ‫» َوِإ َذا ْاس َت ْي َق َظ ِم ْن َم َن ِام ِه َق َال « ال َح ْم ُد ِل َّل ِه ال ِذى َأ ْح َي َانا َب ْع َد َما َأ َم َات َنا‬
"Apabila Nabi shallallahu alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan:
'Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku
hidup).' Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii
ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).”
(HR. Bukhari)
4. Menghindari Banyak Makan dan Minum menjelang tidur
menghindari makan dan minum terlalu banyak, Karena apabila terlalu banyak
makan dan minum di malam hari akan menyebabkan tidur terlalu lelap, sehingga
seseorang akan kehilangan kesempatan untuk meraih pahala yang berlimpah (solat subuh
atau solat malam). Rasulullah telah menjelaskan ukuran makan dan minum yang ideal,
yaitusepertiga dari perutnya untuk makanan, sepertiga lainnya untuk minuman dan
sepertiga lainnya untuk nafasnya.
5. Tidak Berlebihan dalam menggunakan sarana alat tidur
Dilarang berlebihan menggunakan sarana alat tidur, misalnya terlalu nyaman, kasur
yang terlalu tebal misalnya, Islam lebih menganjurkan umatnya untuk bersikap
sederhana ketika menggunakan sarana tidur. Hal itu supaya dapat membantu kita untuk
lekas bangun di pagi hari.

Rasulullah sebagai suri tauladan kita telah mencontohkan adab tidur yang baik, beliau
selalu terbiasa tidur menggunakan tempat tidur yang sangat sederhana. Aisyah pernah
menceritakan, "Tikar Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang beliau gunakan untuk
tidur terbuat dari kulit yang berisi sejenis sabut." (HR. Muslim)
6. Dilarang Tidur dengan Tengkurup
Tidur dengan posisi tengkurup tidak baik bagi kesehatan dan dibenci oleh Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam. Beliau shalallahu alaihi wassalam mengingatkan bahwa cara
tidur seperti itu dibenci oleh Allah.
7. Menghindari Tidur di Atap Tanpa Pengaman
Islam sangat memperhatikan keselamatan jama’ahnya dari hal-hal yang
membahayakan. Saat tidur, seseorang tidak mengetahui dan menyadari apa yang terjadi
di sekitarnya. Oleh karenanya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
"Barangsiapa yang bermalam di atas atap rumah yang tidak memiliki pembatas
(pengaman) maka ia terlepas dari tanggungan Allah." (HR. Abu Dawud)
8. Menghindari Senda Gurau ketika Hendak Tidur

Senda gurau yang berlebihan dapat menyebabkan hati menjadi lalai. Sehingga tidak
ada semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan amal sholih. Senda gurau juga
dapat membuang-buang waktu. Sehingga, tak selayaknya seorang muslim membuang-
buang waktu yang telah dikaruniakan Allah. Sedangkan senda gurau menjelang tidur
akan menimbulkan rasa lelah. Hal itu bisa menyebabkan terlambatnya bangun pagi.

9. Tidur dengan Cara Miring ke Kanan

Diriwayatkan dari Bara' bin Azib ia berkata, "Rasulullah shalalllahu alaihi wassalam
bersabda kepadaku, 'Apabila kamu hendak tidur, maka berwudhulah seperti wudhu untuk
shalat, lalu berbaringlah dengan bertelekan pada bagian tubuh sebelah kanan." (HR.
Bukhari)
Islam memerintahkan tidur dengan miring ke kanan agar tidurnya tidak terlalu lelap,
sehingga diharapkan dapat bangun pagi-pagi untuk melaksanakan shalat tahajjud dan
shalat subuh tepat waktu. Sebaliknya Islam melarang tidur dengan miring ke kiri, karena
tidur dengan miring ke kiri hati berada dalam istirahat total sehingga tidurnya akan
menjadi pulas

10. Adab yang Terakhir "Bersegera untuk Tidur"


Ketika waktu sudah malam kita harus membiasakan diri untuk bergegas tidur lebih
awal jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat dan dihindari untuk bermain-main atau
bercerita bersama teman-teman, apalagi begadang malam.
َ ‫َأ َّن َر ُس َول َّالله – صلى هللا عليه وسلم – َك َان َي ْك َر ُه َّالن ْو َم َق ْب َل ْالع َش ِاء َو ْال َحد‬
‫يث َب ْع َد َها‬ ِ ِ ِ
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya dan
ngobrol-ngobrol setelahnya." (HR. Bukhari)
Nabi saw sangat membenci ngobrol sesudah shalat isya dan menasehati para sahabat
beliau agar menghindari hal itu. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membenci
ngobrol sesudah isya karena mengakibatkan rasa kantuk sebelum subuh atau
melaksanakan shalat shubuh tidak pada waktunya atau luput dari shalat tahajjud.
Adapun adab bangun tidur :
1. Mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya guna menghilangkan bekas-
bekas tidur (kantuk), sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw dan diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas dalam Sahih Bukhari dan Muslim.

2. Membaca :
َ َّ ْ
‫ َال َح ْم ُد ِل َّل ِه ال ِذ ْي َأ ْح َي َانا َب ْع َد َما َأ َم َات َنا َوِإ ل ْي ِه ُّالن ُش ْو ِر‬.
“Segala puji bagi Allah, yang mem-bangunkan kami setelah ditidurkanNya dan
kepadaNya kami dibangitkan.”

3. Bersiwak (Gosok Gigi)


Sayidah ‘Aisyah rha menceritakan bahwa setiap kali bangun tidur, baik siang maupun
malam, Rasulullah saw senantiasa bersiwak (gosok gigi), sebelum berwudhu.
(Diriwayatkan oleh Ahmad)

4. Cuci Tangan
Saat tidur, kita tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kita, oleh karena itu,
Rasulullah saw mengajarkan agar bangun tidur kita mencuci kedua tangan kita
terlebih dahulu dan tidak memasukkan kedua tangan tersebut ke dalam bak mandi,
serta tidak juga memegang makanan dengannya.
Rasulullah saw bersabda :“Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, hendaknya
ia mencuci tangannya sebelum memasukkannya ke air yang akan ia gunakan untuk
berwudhu. Sebab, salah seorang di antara kalian tidak mengetahui di mana tangannya
tidur (tidak mengetahui apa yang diperbuat tangannya saat tidur).” (HR. Bukhari dan
Muslim)

5. Jangan diabaikan doa keluar kamar kecil, dan jangan disepelekan kaki kanan dulu.
Nabi menuntunkan ini pasti ada manfaat dan hikmahnya.‫ك‬ َ َ‫ُغ ْف َران‬
“Aku minta ampun kepadaMu”.

6. Sebaiknya jangan melafalkan doa dibawah ini, karena haditsnya dla’if :


َ َّ ْ
‫َال َح ْم ُد ِل َّل ِه ال ِذ ْي َأ ْح َي َانا َب ْع َد َما َأ َم َات َنا َوِإ ل ْي ِه ُّالن ُش ْو ِر‬
7. Kemudian berwudlu
Biasakan shalat ba’dal wudlu yang dinamai shalat Thuhur atau shalat syukrul wudlu’,
caranya dua rakaat seperti shalat shubuh
َ
8. ‫َم ْن َت َو َّضَأ َن ْح َو ُو ُضوِئ ي َه َذا ُث َّم َص َّلى َر ْك َع َت ْي ِن َال ُي َح ِّد ُث ِف ِيه َما َن ْف َس ُه ُغ ِف َر ل ُه َما َت َق َّد َم ِم ْن َذ ْن ِب ِه‬
MATERI 3

ADAB BUANG HAJAT

1.Disunnahkan bagi orang yang hendak memasuki al-khalaa’ (kamar kecil/WC) agar
membaca:
ْ ْ
‫ َا ّلل ُه َّم ِإ ِّن ْي َأ ُع ْو ُذ ِب َك ِم َن ال ُخ ُب ِث َوال َخ َباِئ ِث‬،‫هللا‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki
dan syaitan perempuan.”

Do’a ini berdasarkan hadits ‘Ali Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
َ ‫ْ َ َأ‬ ‫آ َ َ َأ‬ ْ
ِ ‫ ِب ْس ِم‬:‫ات َب ِني َد َم ِإ ذا َد َخل َح ُد ُك ُم ال َخال َء ْن َي ُق ْول‬
‫هللا‬ ِ ‫ِس ْت ٌر َما َب ْي َن ال ِج ِّن َو َع ْو َر‬
“Penghalang antara jin dan aurat anak Adam jika salah seorang dari kalian memasuki al
khalaa’ adalah ia mengucapkan, “Bismillah”.”

Juga hadits Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata:


ْ ْ ْ
‫ َا ّلل ُه َّم ِإ ِّن ْي َأ ُع ْو ُذ ِب َك ِم َن ال ُخ ُب ِث َوال َخ َباِئ ِث‬:‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم ِإ َذا َد َخ َل ال َخ َال َء َق َال‬
ُ ‫هللا َص َّلى‬ ُ
ِ ‫َك َان َر ُس ْول‬
“Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak masuk ke kamar kecil, beliau
mengucapkan, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan
perempuan”.[2]

2. Disunnahkan jika keluar darinya mengucapkan:

‫ ُغ ْف َر َان َك‬.
“(Ya Allah, aku mengharap) ampunan-Mu.”

Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata:


ْ
‫ ُغ ْف َر َان َك‬:‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم ِإ َذا َخ َر َج ِم َن ال َخ َال ِء َق َال‬
ُ ‫ َك َان َّالنب ُّي َص َّلى‬.
ِ
“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kamar kecil, beliau mengucapkan, ‘(Ya
Allah, aku mengharap) ampunan-Mu’.”

3. Disunnahkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk, dan kaki kanan ketika keluar
Karena adanya sunnah yang memerintah agar mendahulukan yang kanan untuk hal mulia,
dan mendahulukan yang kiri untuk hal yang tidak mulia. Banyak riwayat yang menunjukkan
hal tersebut secara global.
4. Jika di tempat terbuka, maka disunnahkan menjauh hingga tidak terlihat
Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata:

‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َال َيْأ ِتي‬


ُ ‫هللا َص َّلى‬ ُ َّ َ ُ ‫َخ َر ْج َنا َم َع َر ُس ْول هللا َص َّلى‬
ِ ‫ َو َك َان َر ُس ْول‬،‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم ِف ْي َس َف ٍر‬ ِ ِ
َ ْ
‫ال َب َر َاز َح َّتى َي َت َغ َّي َب َفال ي َرى‬.
َ
“Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak buang hajat di lapangan terbuka melainkan
bersembunyi hingga tidak terlihat.”

5. Disunnahkan tidak mengangkat pakaian kecuali setelah dekat dengan tanah


Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma :

ْ ‫َأ َّ َّ َ َّ ُ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َأ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ َأل‬
ِ ‫ ن الن ِب َّي صلى هللا علي ِه و َسل َم كان ِإ ذا َراد الحاجة ال يرفع ثوبه حتى يدنو ِمن ا ر‬.
‫ض‬
“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak buang hajat, beliau tidak mengangkat
pakaiannya kecuali setelah dekat dengan tanah.”

Tidak boleh menghadap dan membelakangi kiblat, baik di lapangan terbuka maupun dalam
bangunan.

Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
َ ْ ْ
‫ َول ِك ْن َش ِّر ُقوا َأ ْو َغ ِّر ُب ْوا‬،‫ِإ َذا َأ َت ْي ُت ُم ال َغاِئ َط َف َال َت ْس َت ْق ِب ُلوا ال ِق ْب َل َة َو َال َت ْس َت ْد ِب ُر ْو َها‬
“Jika kalian hendak buang hajat, janganlah menghadap dan membelakangi kiblat. Tapi,
menghadaplah ke timur atau ke barat.”

Abu Ayyub berkata, “Kami datang ke Syam, kami dapati banyak WC yang dibangun
menghadap Kiblat. Kami pun miring darinya dan beristighfar kepada Allah Ta’ala.”

6. Dilarang buang hajat di jalan yang dilalui manusia dan tempat berteduh mereka.
Dari Abu Hurairah Raddhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اس َأ ْو ِفي ِظ ِّل ِه ْم‬ َّ ‫ َّال ِذي َي َت َخ َّلى ِفي َطر ْيق‬:‫هللا؟ َق َال‬
‫الن‬ ِ ‫ل‬ ِ
َّ ‫ َو َما‬:‫ َق ُال ْوا‬.‫الالع َن ْين‬
َ ‫الالع َنان َيا َر ُس ْو‬
ِ
َّ ‫َّت ُقوا‬
ِ‫ا‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Jauhilah dua perkara yang mengundang laknat. Mereka bertanya, ‘Apakah dua perkara
yang mengundang laknat itu, ya Rasulullah?.’” Beliau berkata, “Orang yang buang hajat di
jalan orang-orang atau di tempat berteduh mereka.”

7. Dimakruhkan jika seseorang kencing di tempat mandinya.


Dari Humaid al-Himyari, dia berkata, “Aku menjumpai seorang yang telah menyertai
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Abu Hurairah menyertai beliau. Dia
berkata:
‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َأ ْن َي ْم َت ِش َط َأ َح ُد َنا ُك َّل َي ْو ٍم َأ ْو َي ُب ْو َل ِف ْي ُم ْغ َت َس ِل ِه‬
ُ ‫هللا َص َّلى‬ ُ
ِ ‫ن َهى َر ُس ْول‬.َ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang salah seorang dari kami bersisir setiap
hari dan kencing di tempat mandinya.”

8. Dilarang kencing di air yang tidak mengalir


Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ْ
‫َأ َّن ُه َن َهى َأ ْن ُي َب َال ِفي ال َم ِاء َّالرا ِك ِد‬.
“Beliau melarang kencing di air yang menggenang.”

9. Diperbolehkan kencing sambil berdiri, tapi duduk (jongkok) lebih utama


Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu :
َ
‫ َف َد َن ْو ُت َح َّتى‬،‫ ْاد ُن ُه‬:‫ َف َت َن َّح ْي ُت َف َق َال‬،‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم اِ ْن َت َهى ِإ لى ُس َب َاط ِة َق ْو ٍم َف َب َال َقاِئ ًما‬
ُ ‫َأ َّن َّالنب َّي َص َّلى‬
ِ
ْ‫ َف َت َو َّضَأ َو َم َس َح َع َلى ُخ َّفي ِه‬،‫ق ْم ُت ِع ْن َد َع ِق َب ْي ِه‬.ُ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di tempat pembuangan sampah sebuah kaum lalu
kencing sambil berdiri, dan aku pun menjauh. Beliau lantas berkata, ‘Mendekatlah.’ Lalu
aku mendekat hingga aku berdiri dekat kaki beliau. Beliau kemudian berwudhu dan
membasuh bagian atas kedua khuf (sepatu panjang) beliau.”

Kita katakan bahwa duduk lebih utama karena begitulah kebanyakan perbuatan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata:

‫ َما َك َان َي ُب ْو ُل ِإ َّال َجا ِل ًسا‬،‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َب َال َقاِئ ًما َف َال ُت َص ِّد ُق ْو ُه‬
ُ ‫هللا َص َّلى‬ َ ‫َ َأ‬
ِ ‫َم ْن َح َّدث ُك ْم َّن َر ُس ْول‬
“Barangsiapa mengatakan kepada kalian bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kencing sambil berdiri, maka janganlah kalian mempercayainya. Beliau tidak pernah
kencing melainkan dengan duduk.”

Perkataan ‘Aisyah tidak menafikan apa yang dibawakan oleh Khudzaifah. Karena ‘Aisyah
hanya mengabarkan apa yang dia lihat. Dan Khudzaifah juga mengabarkan apa yang dia
lihat. Sebagaimana diketahui (dalam kaidah) bahwa yang menetapkan lebih diutamakan
daripada yang menafikan. Karena pada yang menetapkan itu terdapat ilmu yang lebih.

10. Diwajibkan bersuci dari kencing


Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melalui
dua kubur, lalu bersabda:
‫ْآل‬ ْ َ
‫ َوَأ َّما ا َخ ُر َف َك َان َي ْم ِشي‬،‫ َأ َّما َأ َح ُد ُه َما َف َك َان َال َي ْس َت ْن ِز ُه ِم َن ال َب ْو ِل‬،‫ِإ َّن ُه َما ل ُي َع َّذ َب ِان َو َما ُي َع َّذ َب ِان ِف ْي َك ِب ْي ٍر‬
‫اس ِب َّالن ِم ْي َم ِة‬ َّ َ ْ َ
ِ ‫بين الن‬.
“Sesungguhnya mereka berdua diadzab. Mereka tidak diadzab karena dosa besar. Salah
seorang di antara mereka diadzab karena tidak bersuci dari kencingnya. Sedang yang lain
karena suka menggunjing di antara manusia.”

11. Tidak boleh menyentuh kemaluan dengan tangan kanan ketika kencing. Dan tidak
menggunakannya saat bercebok dengan air
Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫ِإ َذا َب َال َأ َح ُد ُك ْم َف َال َي ُم ُّس َذ َك َر ُه ِب َي ِم ْي ِن ِه َو َال َي ْس َت ْن ِج ِب َي ِم ْي ِن ِه‬.


“Jika salah seorang di antara kalian kencing, janganlah ia menyentuh kemaluannya dengan
tangan kanannya. Dan jangan pula ia cebok dengan tangan kanannya.”

12. Diperbolehkan bersuci dengan air, dan batu, atau yang serupa dengan batu, namun air
lebih utama.
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata:
ْ
،‫ فََأ ْح ِم ُل َأ َنا َو ُغ َال ٌم َن ْح ِوي ِإ َد َاو ًة ِم ْن َم ٍاء َو َع َن َز ًة‬،‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َي ْد ُخ ُل ال َخ َال َء‬
ُ ‫هللا َص َّلى‬ ُ
ِ ‫َك َان َر ُس ْول‬
ْ
‫ َف َي ْس َت ْن ِجي ِبال َم ِاء‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki WC. Lalu aku dan anak lain
yang seusia denganku membawakan beliau setimba air dan sebuah tombak kecil. Beliau
lantas bersuci dengan air.”

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ْ ْ ْ ْ َ
‫ِإ َذا َذ َه َب َأ َح ُد ُك ْم ِإ لى ال َغاِئ ِط َفل َيذ َه ْب َم َع ُه ِب َث َال َث ِة َأ ْح َج ٍار َفل َي ْس َت ِط ْب ِب َها َفِإ َّن َها ُت ْج ِزُئ َع ْن ُه‬.
“Jika salah seorang di antara kalian hendak buang hajat, maka hendaklah membawa tiga
buah batu. Dan hendaklah ia bersuci dengannya, karena itu mencukupinya.”

13. Tidak boleh menggunakan kurang dari tiga batu


Dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu, dikatakan kepadanya, “Nabi kalian telah mengajari
kalian segala hal hingga masalah buang air besar?” Dia menjawab:
ْ ْ َ
‫ َأ ْو َن ْس َت ْن ِج ْي ِبَأ َق ِّل ِم ْن َث َال َث ِة‬،‫ َأ ْو َن ْس َت ْن ِج ْي ِبال َي ِم ْي ِن‬،‫ ل َق ْد َن َه َانا َأ ْن َن ْس َت ْق ِب َل ال ِق ْب َل َة ِل َغاِئ ٍط َأ ْو َب ْو ٍل‬،‫َأ َج ْل‬
‫ َأ ْو ِب ِع َظ ٍم‬،‫ َأ ْو َن ْس َت ْن ِج ْي ِب َر ِج ْي ٍع‬،‫َأ ْح َج ٍار‬.
“Benar. Beliau melarang kami menghadap kiblat ketika kencing atau buang hajat, bersuci
dengan tangan kanan, bersuci dengan kurang dari tiga buah batu, dan bersuci dengan
kotoran atau tulang.”

14. Tidak boleh bersuci dengan tulang atau kotoran


Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata:
‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َأ ْن َي َت َم َّس َح ِب ِع َظ ٍم َأ ْو ِب َب ْع ٍر‬
ُ ‫ َن َهى َّالنب ُّي َص َّلى‬.
ِ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bersuci dengan tulang atau kotoran.”
MATERI 4

ADAB SAFAR & NAIK KENDARAAN

Safar adalah keluar dari tempat tinggal untuk melakukan perjalanan yang jauh. Dalam
Islam, ada adab-adab yang hendaknya diperhatikan oleh orang yang safar. Diantaranya
1. Hendaknya Tidak Safar Sendirian
Seorang Muslim dimakruhkan bersafar sendirian terutama wanita muslimah,
hendaknya bersafar bersama beberapa orang. Sehingga lebih aman dan bisa saling
mengingatkan kebaikan dan melarang kemungkaran di perjalanan

‫بليل َو ْح َده‬ ٌ ‫ ما سار‬،‫الناس ما في َالو ْح َد ِة ما أ َعل ُم‬


‫راكب‬ ُ ‫يعلم‬ُ ‫لو‬
ٍ
“Andaikan orang-orang mengetahui akibat dari bersafar sendirian sebagaimana yang
aku ketahui, maka mereka tidak akan bersafar di malam hari sendirian.“
(HR. Bukhari)
2. Mencari Teman Safar yang Baik
Hendaknya seorang yang bersafar mencari teman safar yang saleh. Agar perjalanan
safarnya penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, jauh dari kesia-siaan dan maksiat.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫الرجل على دين خليله فلينظر أ حدكم من يخالل‬


“Keadaan agama seseorang dilihat dari keadaan agama teman dekatnya. Maka
hendaklah kalian lihat siapa teman dekatnya.” (HR. Tirmidzi)
3. Boleh Menjamak Salat, Namun Lebih Utama Tidak Dijamak
Boleh menjamak (menggabungkan) salat ketika safar. Zuhur dijamak dengan Asar,
Magrib dengan Isya. Salat Subuh dikerjakan pada waktunya dan tidak dijamak dengan
salat sebelumnya atau sesudahnya. Menjamak shalat dengan shalat sebelumnya
dinamakan jamak taqdim. Misalnya yang dilakukan Rasulullah SAW pada hari Arafah
ketika haji Wada, beliau menggabungkan salat Asar dengan Zuhur. Menjamak shalat
dengan shalat sesudahnya dinamakan jamak ta’khir.
Rasulullah Shallallahu’alaihiasallam pernahmenjamakshalatketikabeiauberadadi
Muzdalifah pada malam hari, beliau menggabungkan salat Magrib dan Isya. Menjamak
shalat dibolehkan secara umum ketika ada masyaqqah (kesulitan).
4. Dianjurkan Mengqasar Salat
Mengqasar (meringkas) shalat ketika safar lebih dianjurkan.
َّ ‫َص ِح ْب ُت َر ُس َول َّالل ِه َص َّلى َّالل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َف َك َان اَل َي ِز ُيد ِفي‬
‫ َوَأ َبا َب ْك ٍر َو ُع َم َر‬، ‫الس َف ِر َع َلى َر ْك َع َت ْي ِن‬
‫ َر ِض َي َّالل ُه َع ْن ُه ْم‬، ‫َو ُع ْث َم َان َك َذ ِل َك‬
“Aku biasa menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan beliau tidak pernah
menambah salat lebih dari dua rakaat dalam safar. Demikian juga Abu Bakar, Umar
dan Utsman, radhiallahu’anhum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengqasar shalat ketika safar hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan).
Namun jika menyempurnakan raka’at, shalatnya tetap sah. Seorang musafir jika shalat
menjadi makmum dari imam yang berstatus mukim, maka musafir tersebut tidak boleh
mengqasar.
5. Kelima, Wajib Salat di Darat Selama Masih Memungkinkan
6. Membaca Doa Keluar Rumah
‫اَّل‬ ‫اَل‬ ‫اَل‬ ْ
‫ َح ْو َل َو ُق َّو َة ِإ ِب َّالل ِه‬،‫ِب ْس ِم َّالل ِه َت َو َّكل ُت َع َلى َّالل ِه‬
Dengan menyebut nama Allah, yang tidak ada daya tidak ada kekuatan kecuali atas
izin Allah
7. Berpamitan Kepada Keluarga dan Tetangga
Dianjurkan untuk berpamitan kepada keluarga dan tetangga serta kerabat sebelum
safar.
a. Doa orang yang safar kepada orang yang ditinggalkan
َ
‫وخواتيم عم ِلك‬ َ ‫هللا ِد َينك وأ‬
‫مانتك‬ َ ‫ستود ُع‬
ِ
‫َأ‬
“aku titipkan kepada Allah, agamamu, amanatmu, dan penutup amalanmu”  (HR.
Ahmad, , Abu Daud dan Tirmidzi).
b. Do’aorang yang ditinggalkan kepada orang yang hendaksafar
ُ ‫الخير من‬
َ ‫حيثما‬ َ ‫ويسر‬
َّ , ‫ذنب َك‬ َ , ‫هللا التقوى‬
َ ‫وغفر‬ ُ ‫دك‬َ ‫َّزو‬
‫كنت‬ ِ َ ‫لك‬ َ ‫لك‬
“semoga Allah memberimu bekal taqwa, dan mengampuni dosamu, dan
memudahkan kebaikan untukmu dimanapun berada” (HR. At Tirmidzi).
8. Kedelapan, Membaca Doa Naik Kendaraan
َ ‫ُس ْب َح َان َّال ِذي َس َّخ َر َل َنا َه َذا َو َما ُك َّنا َل ُه ُم ْقر ِن‬
َ ‫ َوِإ َّنا ِإ َلى َر ّب َنا َل ُم ْن َق ِل ُب‬. ‫ين‬
‫ون‬ ِ ِ
“Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Tuhan kami”.
9. Memperbanyak Doa di Perjalanan
Hendaknya menggunakan waktu perjalanan untuk memperbanyak doa. Karena
ketika safar adalah waktu terkabulnya doa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
َ ْ ْ ْ ْ
‫ َو َد ْع َو ُة ال َوا ِل ِد َع َلى َول ِد ِه‬،‫ َو َد ْع َو ُة ال ُم َس ِاف ِر‬،‫ات َال َش َّك ِف ْي ِه َّن َد ْع َو ُة ال َمظ ُل ْو ِم‬
ٌ ‫َث َال ُث َد َع َو ٍات ُم ْس َت َج َاب‬
“Ada tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan lagi tentangnya: doanya
seorang yang dizalimi, doanya musafir, doa buruk orang tua terhadap anaknya’”  (HR.
Ahmad dan Abu Daud).

10. Segera Pulang Jika Urusan Sudah Selesai


Hendaknya orang yang bersafar segera pulang ketika urusannya selesai dan tidak
berlama-lama.
11. Shalat Dua Rakaat Pulang Safar
Dianjurkan ketika pulang dari safar, sebelum menuju ke rumah, hendaknya salat
dua rakaat di masjid. Dari Ka’ab bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
‫وس َّلم كان إذا َقد َم من سفر بدأ‬
‫بالمسج ِد فركع فيه ركعتين ُث َّم جلس‬
ِ ِ
َّ ‫َأ َّن َّالن َّبي‬
َ ‫صلى هللا عليه‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika beliau pulang dari safar, beliau
mendahulukan masuk masjid kemudian salat dua rakaat di masjid kemudian
duduk.” (HR Bukhari dan Muslim)
12. Acara Makan-Makan Sepulang Safar
Dibolehkan membuat acara makan-makan ketika seseorang datang dari safar, acara
ini disebut dengan an-naqi’ah. Istilah an-naqi’ah dari kata dasar an -naq’u yang
artinya debu. Karena orang yang safar biasanya terkena debu di perjalanan. Terdapat
hadis shahih dari Nabi Shallalahu’alaihi Wasallam:
َ
‫َأ َّن ُه ل َّما َق ِد َم َالم ِد َين َة َن َح َر َج ُز ًورا َأ ْو َب َق َر ًة‬
“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam datang ke Madinah, beliau menyembelih
unta atau sapi betina.” (HR. Bukhari no.2923 bab Ath Tha’am Indal Qudum).
MATERI 5
Adab Berpakaian

1. Menutup Aurat Bagi Perempuan dan Laki Laki

Adab berpakaian utama adalah menutup aurat. Poin ini sudah menjadi hal yang
sangat penting untuk diperhatikan. Terutama bagi kaum wanita, mereka harus
memanjangkan pakaiannya dari atas ujung rambut sampai menutupi mata kaki kecuali
wajah dan telapak tangan.

Itu supaya dijauhkan oleh Allah dari berbagai fitnah dunia. Sebagaimana firmanNya
dalam Qs. Al Ahzab 39
ٰ َ ‫َي ا َأ ُّي َه ا َّالنب ُّي ُق ْل َأِل ْز َو ِاج َك َو َب َنا ِت َك َو ِن َس ِاء ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
‫ين َع َل ْي ِه َّن ِم ْن َجاَل ِب ِيب ِه َّن ۚ َذ ِل َك َأ ْد َن ٰى َأ ْن‬
َ ‫ين ُي ْد ِن‬
ِ
‫ُي ْع َر ْف َن َفاَل ُيْؤ َذ ْي َن ۗ َو َك َان َّالل ُه َغ ُف ًورا َر ِح ًيما‬
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Al-Ahzaab/33: 59)

2. Mengenakan Pakaian yang Mudah


Pakaian yang paling disukai Nabi adalah gamis yang menutupi hingga pergelangan
tangan. Berlaku untuk laki laki maupun wanita. Tapi anehnya hari ini ada sebagian
kelompok yang membenci dan mencela pakaian gamis.
ُ ‫ ْال َق ِم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ول َّالل ِه‬
‫يص‬ ِ ُ
‫س‬ ‫ر‬َ ‫ى‬
َ َ ّ َّ َ ‫َ َ َأ‬
‫ل‬ ‫اب ِإ‬
ِ ‫كان حب ِالثي‬
"Pakaian yang paling dan sangat disukai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
adalah gamis." (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
3. Laki laki Tidak Boleh Menyerupai Wanita dalam Berpakaian
Hukumnya haram bagi kaum laki laki menyerupai wanita dalam hal berpakaian,
begitu juga sebaliknya. Perempuan menyerupai laki laki. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam bersabda:
ْ َ ‫َل َع َن َر ُس ُول َّالل ِه ص لى هللا علي ه وس لم ْال ُم َت َش ِّبه‬
ِ ‫ َوال ُم َت َش ِّب َه‬، ‫ين ِم َن ِّالر َج ِال ِب ِّالن َس ِاء‬
‫ات ِم َن ِّالن َس ِاء‬ ِ
‫الر َج ِال‬
ِّ ‫ِب‬
"Rasulullah melaknat para laki laki yang menyerupai kaum wanita (dalam berpakaian)
dan kaum wanita yang menyerupai kaum laki laki (dalam berpakaian)." (HR. Bukhari)

4. Menampakkan Nikmat Allah


Disunnahkan menampakkan nikmat Allah dalam berpakaian dan semacamnya,
berdasarkan hadits Abu Al Ahwash dari bapaknya, bahwa pernah datang kepada Nabi
dengan mengenakan pakaian yang murahan (jelek), maka nabi bertanya Apakah ia
memiliki harta, jika ia memiliki harta maka hendaklah ia menampakkan bekas nikmat
dan karomah Allah itu pada dirimu."

5. Haram Menjulurkan Pakaian


Seorang muslim dilarang menjulurkan pakaian celananya sampai melewati kedua mata
kakinya apalagi menjulurkan pakaian dengan niat untuk menyombongkan diri atau angkuh.
Hal itu diharamkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Sebagaimana sabda beliau
َ
‫َال َي ْن ُظ ُر َّالل ُه ِإ لى َم ْن َج َّر َث ْو َب ُه ُخ َي َال َء‬
"Allah tidak akan melihat pada hari kiamat (kepada) orang yang menyeret sarungnya
(melebihi mata kakinya) sebagai suatu kesombongan" (HR. Muslim)

6. Haram Pakaian yang Bergambar Makhluk Hidup dan Bersalib


7. Haram Mengenakan Pakaian Popularitas
8. Haram Mengenakan Emas atau Sutra Bagi Laki Laki
9. Memendekkan Pakaian (kaum laki laki) dan Memanjangkan (kaum wanita)
10. Mendahulukan Bagian Kanan Saat Memakai Baju dan Celana

‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم ُي ِح ُّب َّالت َي ُّم َن ِفي َت َن ُّع ِل ِه َو َت َر ُّج ِل ِه َو ُط ُه ِور ِه َو ِفي َشْأ ِن ِه ُك ِّل ِه‬
ُ ‫هللا َص َّلى‬ ُ
ِ ‫ َك َان َر ُسول‬.
"Adalah Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam menyukai dengan mendahulukan bagian
kanan saat memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya." [HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
11. Berdoa Ketika Memakai Pakaian Baru
Apabila kalian mengenakan pakaian yang baru maka disunnahkan untuk berdoa.
Berikut ini doa ketika berpakaian yang baru,
َ ُ ْ َ
‫ُ َوَأ ُع ْو ُذ ِب َك ِم ْن َش ِّر ِه َو َش ِّر َما‬،‫ َأ ْسَأ ل َك ِم ْن َخ ْي ِر ِه َو َخ ْي ِر َما ُص ِن َع له‬،‫ َأ ْن َت َك َس ْو َت ِن ْي ِه‬،‫َا َّلل ُه َّم ل َك ال َح ْم ُد‬
َ
‫ُص ِن َع ل ُه‬
"Ya Allah, segala puji bagiMu, Engkau telah memberiku pakaian ini, aku mohon
kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang dijadikan untuknya, dan aku berlindung
kepadaMu dari keburukannya dan keburukan yang dijadikan untuknya." (HR. Tirmidzi
dan Abu Dawud)

12. Mendoakan Orang yang Berpakaian Baru


ْ
‫ َو ُم ْت َش ِه ْي ًدا‬،‫ َو ِع ْش َح ِم ْي ًدا‬،‫اِ ل َب ْس َج ِد ْي ًدا‬
"Pakailah pakaian baru, hiduplah dengan kehidupan yang terpuji dan matilah sebagai
seorang syahid." (HR. Imam Ahmad)

13. Larangan Berpakaian yang Berwarna Kuning dan Merah Sempurna


ْ ْ َ ْ َ َّ
‫اب ال ُك َّف ِار َف َال َتل َب ْس َها‬
ِ ‫ِإ ن ه ِذ ِه ِمن ِثي‬
"Sesungguhnya pakaian ini (warna kuning dan merah sempurna) termasuk pakaian
orang orang kafir, maka janganlah engkau mengenakannya." [HR. Muslim]
14. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam merupakan orang yang paling wangi
aromanya. Maka dari itu beliau telah menyunnahkan agar kaum muslimin kalangan laki
laki untuk menggunakan minyak wangi.
MATERI 6

Adab Bekerja

Allah SWT berfirman :


َّ ‫ون َل ٰى َعا ِلم ْال َغ ْيب َو‬
‫الش َه َاد ِة‬ ُّ ُ َ ‫َو ُقل ْاع َم ُلوا َف َس َي َرى َّالل ُه َع َم َل ُك ْم َو َر ُس ُول ُه َو ْال ُمْؤ م ُن‬
ِ ِ ‫ون ۖ َو َست َرد َ ِإ‬ ِ ِ
ُ َ
َ ْ ُْ َ ُ
َ‫ف ُين ِ ّب ك ْم ِبما كنت ْم تعملون‬
ُ ‫ُئ‬ َ َ
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Namun begitu, tidak semua pekerjaan mulia di mata Allah. Pekerjaan yang diridhai
oleh Allah adalah pekerjaan yang dilandasi oleh adab dan etika tertentu, yakni:

1. Diniatkan Ikhlas Karena Allah SWT (Lillahi Ta’ala)


Tidak hanya ibadah yang harus diniatkan semata-mata karena mengharap ridha dari
Allah SWT, akan tetapi dalam bekerja juga harus meluruskan niat yang hanya boleh
ditujukan semata-mata untuk ridha Allah SWT. Artinya kita memahami bahwa bekerja
tidak melulu soal mencari kegiatan, uang dan keuntungan tapi lebih daripada itu, adalah
kewajiban seorang manusia kepada Allah SWT untuk bekerja, untuk mencari nafkah,
serta untuk menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak
dan shodaqah.

2. Bekerja Dengan Tekun Dan Sungguh-Sungguh (Itqon)


Totalitas dalam bekerja sangatlah penting dan menjadi hal yang mendasar, karena
dari sini terlihat seberapa profesional kita dalam melakukan pekerjaan. Esensi dari
bekerja adalah bagaimana kita memenuhi kewajiban-kewajiban kita dalam pekerjaan
yang kita lakukan seperti kehadiran yang tepat pada waktunya, menyelesaikan dan
menuntaskan pekerjaan yang kita tanggung, tidak menunda-nunda terlebih mengabaikan
pekerjaan yang kita tanggung.

3. Mengutamakan Kejujuran Dan Amanah Dalam Bekerja


Setiap pekerjaan yang kita lakukan pastinya butuh pertanggungjawaban baik
dihadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Oleh karena itu menjaga keridhan
Allah dan kepercayaan konsumen atau klien sangatlah penting karena kesuksesan kita
juga bergantung dari kepuasan dan kepercayaan mereka dengan cara menjadi pekerja
yang jujur dan amanah

4. Memahami Dan Menerapkan Etika Sebagai Seorang Muslim


Islam adalah agama yang memiliki etika dan adab yang sangat menjunjung tinggi
kesopanan maupun kehormatan seseorang. Dalam bekerja, etika sangat penting
dilakukan agar dalam bekerja kita mencerminkan seorang muslim yang santun dalam
berbagai hal mulai dari  tutur kata dalam memilih bahasa saat berbicara, bertegur sapa,
berpakaian, berinteraksi bergaul dengan rekan maupun klien, makan, minum, berhadapan
dengan customer, rapat, dan kegiatan lainnya.

Etika ataupun akhlak yang diterapkan dalam pekerjaan merupakan suatu perwujudan
dari kesempurnaan iman seorang mu’min.

Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadis, “Orang mu’min yang paling


sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).

5. Tetap Memegang Teguh Prinsip-Prinsip Syariah


Selain menjaga etika atau akhlak, seroang muslim juga wajib untuk tetap memegang
teguh prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang digelutinya. Semakin pesatnya
kemajuan jaman, prinsip-prinsip syarah dalam bekerja memang akan semakin sulit
karena berkaitan dengan kemajuan, keuntungan dan penghasilan lebih dari pekerjaan
yang kita lakukan namun hal ini menjadi tantangan bagi iman seorang pekerja supaya
senantiasa meningkatkan keimanan dan mempertahankan kehalalan suatu pekerjaan serta
meninggalkan hal-hal yang haram.

Dengan memegng teguh prinsip-prinsip syariah, kita akan terhindar dari dosa dan
harta yang kita dapatkan akan lebih berkah tentunya. Prinsip syariah ini terbagi menjadi
beberapa kelompok.

Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti dengan tidak
memporduksi barang yang haram, tidak menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi
dan permusuhan), riba, risywah dan lainnya.

Kemudian yang kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan
pekerjaan, seperti menutup aurat, menjaga pandangan, menghindari ikhtilat antara laki-
laki dengan perempuan, dan lainnya.

6. Menghindari Syubhat
Syubhat adalah sesuatu yang kehalalan dan keharamannya masih diragukan dan
samar yang berasal dari internal maupun eksternal. Contohnya seperti pemberian dari
pihak luar yang terdapat indikasi memiliki kepentingan khusus di luar keprofesionalan,
kemudian seperti bermitra kerja atau bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara
umum telah diketahui kedzliman atau pelanggarannya terhadap syariah.

7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah


Persaingan dalam pekerjaan pasti bisa saja terjadi namun perlu diingat ukhuwah
islamiyah antara sesama muslim adalah wajib hukumnya untuk senantiasa kita jaga dan
pererat. Hal-hal yang sekiranya akan menimbulkan ketidak harmonisan atau bahkan
perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin harus dihindari agar Islam tetap satu dan
sesama Muslim tetap memiliki hubungan silaturahmi yang baik.
MATERI 7
Adab Berhias
ْ
‫ِإ َّن َّالل َه َج ِم ٌيل ُي ِح ُّب ال َج َم َال‬
Nabi saw bersabda:” Sesungguhnya Allah itu indah lagi menyukai keindahan,” (HR.
Muslim).

Berhias tidak hanya sebatas meakai perhiasa akan tetapi juga termasuk berpakaian dan
wewangian.
Allah SWT. Berfirman: ” Katakanlah, semua itu (di sediakan) bagi orang -orang beriman
dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami
menjelaskan itu bagi orang-orang yang mengetahui,” (Q.S Al-A’raf : 32).
Itulah yang menjadi landasan buat kita agar kita memakai perhiasan yang baik-baik.

Berhias merupakan sunah alamiah manusia. Sebagaimana hadist Rosulullah saw yag di


riwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha.
“Sepuluh hal yang termasuk fitrah :
1. mencukur kumis
2. memotong kuku,
3. menyela-nyela jari jemari
4. memanjangkan jengot
5. siwak
6. istinsyaq
7. mencabut bulu ketiak
8. mencukur rambut kemaluan
9. intiqashul maa
10. Berkumur

Adapun Tata Cara Berhias Adalah Sebagai Berikut :

 Tidak memakai perhiasan secara berlebihan.


 Untuk perempuan yang sedang berkabung, Tidak boleh memakai perhiasan.
 Jangan memakai perhiasan yang di larang, Seperti wewangian yang
mengandung Alkohol,Khusus laki-laki tidak boleh memakai Emas dan Sutra.
 Jangan berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliah, Yaitu mengunakan
perhiasan untuk menimbulkan Fitnah.
 Anjuran untuk memotong kuku, memendekan kumis, menyisir rambut, dan merapikan
jenggot.
 Jangan mencukur Botak sebagian kepada.
 Di perbolehkan memakai pakaian Sutra bagi kaum wanita.
 Jangan membuat Tato, mencukur kumis dan merenggangkan Gigi.
 Larangan menjulurkan pakaian.
 Larangan berhias diri dengan mengubah wujud aslinya seperti mengeriting rambut dan
muncukur alis mata secara Permanen.
MATERI 8
Adab Pemulasaran Jenazah

1. Segera merawat janazah dan mengebumikannya untuk meringankan beban keluarganya


dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka.
Dari Abu Hurairah radhiallaahu’anhu di dalam hadisnya menyebutkan bahwasanya
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Segeralah (di dalam
mengurus) jenazah, sebab jika ia banyak melakukan amal-amalnya shalih, maka
kebaikanlah yang kamu berikan kepadanya; dan jika sebaliknya, maka keburukanlah
yang kamu lepaskan dari pundak kamu.” (Muttafaq alaih).
Jadi, ketika ada orang shalih di tengah kita wafat, maka sebaiknya bersegeralah
mengebumikannya agar kebaikan senantiasa tercurah kepadanya. Itulah salah satu adab
pertama yang harus dilakukan oleh keluarganya.
2. Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak merobek-robek baju.
Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam telah bersabda, “Bukan golongan kami
orang yang memukul-mukul pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan
kepada seruan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari).
Menangis ketika salah satu keluarga meninggal adalah hal yang lazim, sebab itu adalah
bagian dari fitrah. Namun, yang dilarang oleh Nabi di atas adalah orang yang
menangisnya hingga meratap bahkan merobek-robek bajunya karena tidak ridha atas
ketetapan Allah Ta’ala. Inilah yang dilarang, tapi jika menangis itu seperlunya, maka
tidak ada larangan.
3. Disunahkan mengantar janazah hingga dikubur.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersada, “Siapa yang menghadiri janazah
hingga menyalatkannya, maka baginya (pahala) sebesar qirath; dan siapa yang
menghadirinya hingga dikuburkan maka baginya dua qirath.”  Nabi ditanya, “Apa yang
disebut dua qirath itu?”Nabi menjawab, “Seperti dua gunung yang sangat
besar.” (Muttafaq’alaih).
Bukan main besarnya pahala bagi siapa saja yang melakukan ta’ziah kepada mayit
hingga ia tidak segera pulang tapi ikut mengantarkan jenazahnya ke pemakaman terakhir.
Tidak tanggung-tanggung, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  mengatakan orang  yang
melakukan hal itu (mengantar mayit hingga ke kuburnya), maka ia akan mendapatkan
pahala dua qirat atau seperti dua gunung yang sangat besar.
4. Disunnahkan untuk memuji si mayit (janazah) dengan mengingat dan menyebut
kebaikan-kebaikannya dan tidak mencoba untuk menjelek-jelekkannya. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, 
”Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah mati, karena mereka telah
sampai kepada apa yang telah mereka perbuat.” (HR. Al-Bukhari).
Alangkah indahnya jika kita bisa memuji saudara kita yang meninggal dengan pujian-
pujian yang baik. Misal, “Ya Allah, si fulan itu ahli sedekah.” Dan pujian kebaikan
lainnya yang serupa. Meski manusia itu banyak dosa, tapi jangan ungkap keburukan-
keburukannya sebab hal itu bukan akhlak yang baik.
5. mohonkan ampunan untuk janazah setelah dikuburkan. Ibnu Umar Radhiallaahu’anhu
pernah berkata, 
“Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bila selesai mengubur janazah, maka
berdiri di atasnya (dipinggir kubur) dan bersabda,”Mohonkan ampunan untuk
saudaramu ini, dan mintakan kepada Allah agar ia diberi keteguhan, karena dia
sekarang akan ditanya.”  (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani).
Dari hadis di atas setidaknya ada dua hal yang bisa dipelajari. Pertama, doakanlah
saudara kita yang sudah dikubur itu dengan doa agar Allah mengampuni segala dosa dan
kesalahannya. Kedua, orang yang dikubur itu pasti ditanya oleh Allah tentang siapa
Tuhan-nya, Nabi-nya, Kitab-nya dan lainnya.
6. Disunatkan menghibur keluarga yang berduka dan memberikan makanan untuk mereka.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam telah bersabda, 
“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja`far, karena mereka sedang ditimpa sesuatu
yang membuat mereka sibuk.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Pelajaran penting yang jelas bisa dipetik dari hadis di atas adalah orang yang tidak
ditimpa musibah sudah sewajibnya memberi bantuan kepada keluarga yang terkena
musibah. Kematian adalah musibah, karena itu keluarga yang sedang berduka tentu saja
tidak sempat terpikir untuk menyediakan makan dan minum karena kesedihan yang
sedang meliputinya. Bukan sebaliknya malah menumpang makan dan minum di rumah
keluarga yang sedang terkena musibah.
7. disunnatkan berta`ziah kepada keluarga si mayit dan menyarankan mereka untuk tetap
sabar, dan mengatakan kepada mereka, 
“Sesungguhnya milik Allahlah apa yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang
Dia berikan; dan segala sesuatu di sisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah
kamu bersabar dan mengharap pahala dari-Nya.”  (Muttafaq’alaih).
Berusaha menasihati keluarga mayit dengan memilih kata dan kalimat yang baik adalah kebaikan.
Mengingatkan keluarga mayit agar bersabar di atas musibah yang menimpa sangat dianjurkan. Sebab
keluarga yang menerima musibah hatinya sedang bersedih, dan dirundung pilu mendalam. Karena itu,
mengingatkan mereka akan kemahabesaran Allah Sang Pemilik setiap yang bernyawa bisa
menjadiwasilah lahirnya kesabaran.
MATERI 9

ADAB DALAM MAJELIS

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ْ ْ
‫َط َل ُب ال ِعل ِم َف ِر ْي َض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِل ٍم‬
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir
no. 3913)

Menuntut ilmu itu wajib bagi Muslim maupun Muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah
yang mewajibkan suatu hal, sebagai muslim yang harus kita lakukan adalah sami’na wa
atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah Ta ‘ala:
َٰ ُ َ َ ‫ِإ َّن َما َك َان َق ْو َل ْال ُمْؤ ِم ِن‬ 
‫ين ِإ َذا ُد ُعوا ِإ لى َّالل ِه َو َر ُسو ِل ِه ِل َي ْح ُك َم َب ْي َن ُه ْم َأ ْن َي ُقولوا َس ِم ْع َنا َوَأ َط ْع َنا ۚ َوُأ ولِئ َك‬
ْ
‫ُه ُم ال ُم ْف ِل ُحون‬
  “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada
Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka
hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah
orang-orang yang berbahagia.” (QS. An-Nuur [24]: 51).

1. memberi salam kepada orang-orang yang di dalam majlis di saat masuk dan keluar
dari majlis tersebut.

Abu Hurairah ra telah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, “Bila salah seorang
kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak
baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis
hendaklah memberi salam pula. Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang
selanjutnya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
2. Tidak berbisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga. Ibnu Mas`ud
Radhiallaahu ‘anhu menuturkan :
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihiwasallam telah bersabda, “Bila kamu tiga orang,
maka dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga
kalian bercampurbaur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya
sedih.” (Muttafaq’alaih).
3. Hendaknya duduk di tempat yang masihtersisa. Jabir bin Samurah telah menuturkan:
“Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi SAW maka masing-masing kami
duduk di tempat yang masih tersedia di majelis.” (HR. Abu Daud).
Jangan memindahkan orang lain dari tempat duduknya kemudian mendudukinya,
akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis. Ibnu Umar ra telah meriwayatkan
bahwa sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, “Seseorang tidak boleh
memindahkan orang lain dari tempat duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi
berlapanglah dan perluaslah.” (Muttafaq’alaih).
4. Para anggota majlis hendaknya tidak banyak tertawa. Rasulullah Shallallaahu
‘alaihiwasallam telah bersabda, “Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena
banyak tawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-
Albani).
5. Tidak duduk di tengah-tengah halaqah (lingkaran majlis). Tidak duduk di antara dua
orang yang sedang duduk kecuali seizing mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizing keduanya.” (HR.
Ahmad)
6. Tidak boleh menempati tempat duduk orang lain yang kelua rsementara waktu untuk
suatu keperluan. Nabi SAW bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit
(keluar) dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak
menempatinya.” (HR.Muslim)
7. Anggota majlis hendaknya tidak melakukan suatu perbuatan yang bertentangan
dengan perasaan orang lain, seperti menguap atau membuang ingus atau bersendawa
di dalam majlis.
8. Tidak melakukan perbuatan memata-matai. Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah
kamu mencari-cari atau memata-matai orang.” (Muttafaq’alaih).
Hendaknya setiap anggota majlis menjaga pembicaraan yang terjadi di dalam forum
(majlis).
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan kemudian ia menoleh, maka
itu adalah amanat.” (HR. At-Tirmidzi, dinilaihasan oleh Al-Albani).
9. Disunnatkan menutup majlis dengan do`a Kaffaratul majlis, karena Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Siapa yang duduk di dalam suatu
majlis dan di majlis itu terjadi banyak gaduh, kemudiansebelum bubar dari majlis itu
ia membaca :
“Subhaanakallaahumma wabihamdika asyhaduallaailaahailla anta astaghfiruka wa
atuubuilaika”
MATERI 10

Adab Bermedsos

Era modern tanpa batas membuat setiap orang mudah terhubung satu sama lain. Namun
di sisi lain, banyak kejelekan di balik kemajuan tersebut. Islam sebagai agama akhir zaman
selalu menuntun manusia pada kebaikan, pun dalam aktivitas media sosial.

Ada etika yang harus diperhatikan ketika bermedsos ria. Pasalnya, bermain media
sosial ibarat menghunus sebuah pedang. Jika salah mengayunkannya, maka kita sendiri yang
akan tertebas. Sedikitnya ada 10 etika yang mesti diperhatikan agar tak salah langkah dalam
menjelajah akses internet yang canggih tersebut.

1. Muraqabah

Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah. Apapun yang kita posting,
termasuk niat dibalik postingan tersebut, sadarilah selalu bahwa semua itu diketahui
oleh Sang Maha Tahu. Dengan selalu merasa diawasi Allah, maka pastilah kita takut
melanggar batasan-batasan agama dalam memanfaatkan medsos.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Jika kamu menampakkan sesuatu atau


menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Ahzab: 54).

2. Hisab

Ingatlah selalu bahwa ada hisab atau perhitungan atas setiap apa yang kita
lakukan, meski seberat dzarrah. Setiap kalimat, foto, video yang kita unggah, akan
dipertanyakan kelak di akhirat. Allah berfirman,

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Dzarrah, niscaya dia akan


melihat balasannya. Barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar Dzarrah, niscaya dia
akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8).

3. Istifadah

Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Jika media
sosial bermanfaat bagi kehidupan kita, maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya.
Namun jika medsos justru membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, maka
etika seorang muslim pastilah menghentikan aktivitas tersebut.

Rasulullah bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia


meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At Tirmidzi).

4. Bertanggung jawab

Menggunakan medsos berarti kita bertanggung jawab atas semua yang diposting
ke publik, termasuk saat follow, share, Iike, retweet, repost, comment dan lain
sebagainya. Seorang muslim beretika baik akan berhati-hati dalam menyampaikan
sesuatu atau menanggapi sesuatu.
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-
Isra’: 36)

5. Menjaga batasan pergaulan

Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita. Meski tidak
bertatapan langsung, medsos mampu membawa jerat-jerat penyakit hati di setiap
interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram
dan yang tak ada keperluan penting dengannya.

6. Memperhatikan pertemanan

Berteman di medsos mestilah mempertimbangkan kebaikan dengan timbangan


ilmu syar’i. Jangan Bermudah-mudahan mengikuti status seseorang yang tak jelas
kebaikannya. Ibnu Mas’ud pernah memberikan nasihat, “Jika engkau sekedar menjadi
pengikut kebaikan, maka itu lebih baik daripada engkau menjadi panutan dalam
kejelekan.” (Kitab Al Ibanah).

7. Wasilah

Etika muslim berikutnya yakni menjadikan medsos sebagai penghantar atau


sarana atau wasilah kepada kebaikan. Artinya, manfaatkanlah medsos untuk menebar
kebaikan. Sebagai contoh, memposting ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, kata mutiara para
shahabat Rasulullah, permasalahan agama dan lain sebagainya.

8. Tidak lalai

Inilah yang sering luput jika sudah asyik bermain medsos. Kita mudah terlalaikan
hingga waktu yang berhaga terbuang begitu saja.

9. Mengumpulkan kebaikan

Etika muslim dalam bermedia sosial dengan menjadikannya sebagai sarana


pengumpul ilmu dan kebaikan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memberi
teladan dalam agama ini suatu kebaikan, maka baginya pahala setiap orang yang
mengamalkannya hingga hari Kiamat tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”

10. Ikhlas

Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan muslimin saat
bermedia sosial. Termasuk didalamnya agar tidak memposting sesuatu dengan maksud
ria. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mampu merahasiakan amal salehnya,
maka hendaknya ia lakukan.” (HR. Al Khatib)

Ibnu Rajab pernah berkata, “Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu mencari
perhatian makhluk. Akan tetapi mereka melakukannya akibat kejahilan (kebodohan)
diri akan keagungan Sang Khalik.”

Dengan melaksanakan 10 etika ini, maka media sosial yang sejatinya berbahaya dapat
menjadi sebuah anugerah bagi manusia. Kemajuan teknologi tentu bersifat
memudahkan kehidupan manusia. Namun kemajuan tersebut harus dibarengi dengan
ilmu syar’i dan akhlakul karimah. Mari beretika muslim saat memanfaatkan media
sosial.
Materi 11

Adab-Adab Bagi Orang Yang Menjenguk Orang Sakit

1. Hendaknya dalam mengunjungi orang yang sakit diiringi dengan niat yang ikhlas dan
tujuan yang baik. Seperti misalnya yang dikunjunginya adalah seorang ulama atau teman
yang shalih, atau engkau mengunjunginya dalam rangka untuk beramar ma’ruf atau
mencegah kemunkaran yang dilakukan dengan lemah lembut atau dengan tujuan memenuhi
hajatnya atau untuk melunasi hutangnya, atau untuk meluruskan agamanya atau untuk
mengetahui tentang keadaannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

‫اك َو َت َب َّوْأ َت‬ َ ‫هللا َن َاد ُاه ُم َن ٍاد ِبَأ ْن ِط ْب َت َو َط‬


َ ‫اب َم ْم َش‬ ‫خا َل ُه في َأ‬
ً ‫ضا َأ ْو َز َار َأ‬
ً ‫َم ْن َع َاد َمر ْي‬
ِ ‫هللا ْي ِف ْي َس ِب ْي ِل‬
ِ ِ
ً.‫م َن ْال َج َّنة ِ َم ْنزال‬
ِ ِ ِ
“Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah
atau di jalan Allah, akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berlaku mulia dan
mulia pula langkahmu (dalam mengunjunginya), serta akan kau tempati rumah di Surga.”
[HR. At-Tirmidzi no. 2008, Ibnu Majah no. 1433, hasan. Lihat Misykaatul Mashaabih no.
5015 oleh Imam al-Albani]

2. Hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi yang sesuai ketika hendak menjenguk.
Janganlah memberatkan orang yang dijenguk dan pilihlah waktu yang tepat. Jika orang yang
sakit dirawat di rumah hendaknya meminta izin terlebih dahulu sebelum menjenguknya,
mengetuk pintu rumahnya dengan pelan, menundukkan pandangannya, menyebutkan perihal
dirinya, dan tidak berlama-lama karena bisa jadi itu dapat membuatnya lelah.

3. Hendaknya orang yang menjenguk mendo’akan orang yang sakit dengan kesembuhan dan
kesehatan. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

ُ ‫ َال َبْأ َس َط ُه ْو ٌر ْن َش َاء‬:‫َذا َد َخ َل َع َلى َم ْن َي ُع ْو ُد َق َال‬


.‫هللا‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Apabila beliau mengunjungi orang yang sakit, beliau berkata, ‘laa ba’-sa thahuurun insyaa
Allaah (tidak mengapa semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah).’” [HR. Al-
Bukhari no. 5656]

4. Mengusap bagian yang sakit dengan tangan kanan dan mengucapkan:

َّ ‫ َّالل ُه َّم َر َّب َّالناس َأ ْذ ِهب ْال َبْأ َس َو ْاشف َأ ْن َت‬.


‫الش ِاف ْي َال ِش َف َاء ِإ َّال ِش َفاُؤ َك ِش َف ًاء َال ُي َغ ِاد ُر َس َق ًما‬ ِ ِ ِ
“Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkau-
lah Yang Mahamenyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-
Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit.” [HR. Al-Bukhari no. 5743
dan Muslim no. 2191 (46). Dan lafazh seperti ini berdasarkan riwayat Muslim]

5. Hendaknya menundukkan pandangan (tidak menatap dengan tajam), sedikit bertanya,


menunjukkan belas kasih kepada yang sakit, menasehatinya untuk senantiasa bersabar
terhadap penderitaan sakitnya karena hal itu mengandung pahala yang besar dan
mengingatkan agar tidak berkeluh kesah karena hal tersebut hanya akan menimbulkan dosa
dan menghilangkan pahala.

6. Apabila melihat orang yang tertimpa cobaan musibah dan penyakit hendaklah berdo’a
dengan suara yang pelan untuk keselamatan dirinya, do’a tersebut adalah:

َّ ْ
‫ َال َح ْم ُد ِِهلل ال ِذ ْي َع َافا ِن ْي ِم َّما ْاب َت َال َك ِب ِه َو َف َّض َل ِن ْي َع َلى َك ِث ْي ٍر ِم َّم ْن َخ َل َق َت ْف ِض ْي ًال‬.
“Segala puji bagi Allah Yang menyelamatkan aku dari musibah yang Allah timpakan
kepadamu. Dan Allah telah memberikan kemuliaan kepadaku melebihi orang banyak.” [HR.
At-Tirmidzi no. 3431 dan Ibnu Majah no. 3892. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no.
602]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki
Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret
2006M]

Anda mungkin juga menyukai