Anda di halaman 1dari 40

ADAB DAN POLA

MAKAN
RASULULLAH SAW
Disajikan dalam kuliah IMDB pada modul
DnM
21 Desember 2023
"WAHAI MANUSIA! MAKANLAH DARI (MAKANAN) YANG HALAL DAN BAIK YANG
TERDAPAT DI BUMI DAN JANGANLAH KAMU MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SYAITHAN.
SUNGGUH, SETAN ITU MUSUH YANG NYATA BAGIMU".
QS. AL BAQARAH : 168
ADAB MAKAN & MINUM

Adab-adab makan dan minum meliputi


tiga hal;
1. Adab sebelum makan dan minum
2. Adab ketika makan dan minum
3. Adab setelah makan dan minum
1. ADAB SEBELUM MAKAN DAN MINUM
a. Hendaknya berusaha (memilih untuk) mendapatkan
makanan dan minuman yang halal dan baik serta tidak
mengandung unsur-unsur yang haram, berdasarkan firman
Allah:
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك ُلوا ِم ْن َطِّيَباِت َم ا َر َز ْقَناُك ْم واشكروا هلل ان كنتم اّياه‬
‫تعبدون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu…”
[Al-Baqarah/2: 172]
b. Meniatkan tujuan dalam makan dan minum untuk
menguatkan badan, agar dapat melakukan ibadah,
sehingga dengan makan dan minumnya tersebut, ia akan
diberikan ganjaran oleh Allah.
LANJUTAN…
c. Mencuci kedua tangannya sebelum makan, jika dalam
keadaan kotor atau ketika belum yakin dengan kebersihan
keduanya.
Sabda Rasulullah saw :

‫َك اَن ِإَذ ا َأَر اَد َأْن َيَناَم َو ُهَو ُج ُنٌب َتَو َّض َأ َو ِإَذ اَ أَر اَد َأْن َيْأُك َل َغ َسَل‬ 

‫َيَد ْيِه‬
“Apabila Rasulullah Shallallahu saw. hendak tidur
sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau
berwudhu’ terlebih dahulu dan apabila hendak makan,
maka beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu.”
[HR. An-Nasa-i I/50, Ahmad VI/118-119. Lihat Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahiihah no. 390, shahih]
LANJUTAN…
d. Meletakkan hidangan makanan pada sufrah (alas yang
biasa dipakai untuk meletakkan makanan) yang digelar di
atas lantai, tidak diletakkan di atas meja makan, karena hal
tersebut lebih mendekatkan pada sikap tawadhu’.

Hadits dari Anas R.A, dia berkata:

‫َم ا َأَك َل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلى ِخ َو اٍن َو َال ِفْي‬ 

.‫ُس ُك ُّر َج ٍة‬


“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
makan di atas meja makan dan tidak pula di atas
sukurrujah.” [HR. Al-Bukhari no. 5415]
LANJUTAN..

Intinya, makan dengan makanan yang dihamparkan di


atas lantai/ tanah dan makan bersama adalah sesuatu
yang sering dilakukan Nabi dan para Sahabat. Sesuatu
hal yang utama. Namun, tidaklah dikatakan bahwa
makan di atas meja adalah sesuatu hal yang terlarang
atau perbuatan yang munkar. Demikian juga makan
berjamaah adalah lebih utama, namun makan sendiri-
sendiri bukanlah sesuatu hal yang terlarang.
Firman Allah swt. :
...‫َلْيَس َع َلْيُك ْم ُج َناٌح َأْن َتْأُك ُلوا َج ِم يًع ا َأْو َأْش َتاًتا‬...
Artinya : Tidak ada dosa bagi kalian makan bersama-
sama atau sendiri-sendiri…(Q.S an-Nuur : 61)
LANJUTAN…
e. Hendaknya duduk dengan tawadhu’, yaitu duduk di atas
kedua lutut atau duduk di atas punggung kedua kaki atau
berposisi dengan kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas
kaki kiri. Hal ini sebagaimana posisi duduk Rasulullah saw.
yang diungkapkan dalam hadis berikut :

. ‫َال آُك ُل ُم َّتِكًئا ِإَّنَم ا َأَنا َع ْبٌد آُك ُل َك َم ا َيْأُك ُل اْلَع ْبُد َو َأْج ِلُس َك َم ا َيْج ِلُس اْلَع ْبُد‬ 

“Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah


seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang
hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang
hamba.” [HR. Al-Bukhari no. 5399]
CONTOH DUDUK NABI SAW. SAAT MAKAN
LANJUTAN…
f. Hendaknya merasa ridha dengan makanan apa saja yang
telah terhidangkan dan tidak mencela-nya. Apabila berselera
menyantapnya, jika tidak suka, tinggalkan. Hal ini
sebagaimana hadits rasulullah saw. dari Abu Hurairah RA :

‫َم ا َع اَب َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َطعَامًا َقُّط ِإِن‬ 

.‫اْش َتَهاُه َأَك َلُه َو ِإْن َك ِرَهُه َتَر َك ُه‬


“Rasulullah saw. tidak pernah mencela makanan, apabila
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai
makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya,
sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau
meninggalkannya.” (Hadis Shahih: Diriwayatkan oleh al-
Bukhari (no. 3563), Muslim (no. 2064) dan Abu Dawud (no.
3764))
LANJUTAN…
g. Hendaknya makan bersama-sama dengan orang lain,
baik tamu, keluarga, kerabat, anak-anak atau pembantu.
Sebagaimana hadits Rasulullah saw.:
 ‫ِاْج َتِم ُع ْو ا َع َلى َطعَاِم ُك ْم ُيَباِر ْك َلُك ْم ِفْيِه‬.
“Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian
(bersama-sama), (karena) di dalam makan bersama itu
akan memberikan berkah kepada kalian.” [HR. Abu
Dawud no. 3764, hasan. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahiihah no. 664]
MAKAN BERSAMA-SAMA
2. ADAB KETIKA SEDANG MAKAN DAN MINUM
a. Memulai makan dengan mengucapkan, ‘Bismillaah.’
Berdasarkan hadits Rasulullah saw. :

 ‫ َفِإَذ ا َنِس َي َأْن َيْذ ُك َر اْس َم ِهللا ِفْي‬،‫ِإَذ ا َأَك َل َأَح ُد ُك ْم َفْلَيْذ ُك ِر اْس َم ِهللا َتَع اَلى‬
‫ ِبْس ِم ِهللا َأَّو َلُه َو آِخ َر ُه‬: ‫َأَّو ِلِه َفْلَيُقْل‬.
“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka
ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan
bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan:
‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut
Nama Allah di awal dan akhirnya).” (Hadis Shahih:
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3767), at-Tirmidzi (no.
1858), Ahmad (VI/143), ad-Darimi (no. 2026) dan an-Nasa-i
dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 281). Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 1965)
LANJUTAN…
b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

‫ َاْلَحْم ُد ِ ِهلل اَّلِذ ْي َأْطَع َم ِنْي َهَذ ا َو َر َز َقِنْيِه ِم ْن َغْيِر َح ْو ٍل ِم ِّنْي َو َال‬: ‫َم َن َأَك َل َطَع امًا َو َقاَل‬ 

.‫ ُغ ِفَر َلُه َم اَتَقَّد َم ِم ْن َذ ْنِبِه‬،‫ُقَّوٍة‬


“Barangsiapa sesudah selesai makan berdo’a:
‘Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa razaqqaniihi min
ghairi haulin minni walaa quwwatin (Segala puji bagi Allah
yang telah memberi makanan ini kepadaku dan yang telah
memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku),’ niscaya
akan diampuni dosanya yang telah lalu.”[Hadis Shahih:
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4023), at-Tirmidzi (no.
3458), Ibnu Majah (no. 3285), Ahmad (III/439) Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 1984)].
LANJUTAN…
c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari
tangan kanan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ِإَّن َر ُس ْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن َيْأُك ُل ِبَثَالِث‬ 

.‫ َفإَذ ا َفَر َغ َلِع َقَها‬، ‫َأَص اِبَع‬


“Sesungguhnya Rasulullah saw. senantiasa makan
dengan menggunakan tiga jari tangan (kanan) apabila
sudah selesai makan, beliau saw. menjilatinya.” [HR.
Muslim no. 2032 (132), Abu Dawud no. 3848].
ILUSTRASI MAKAN 3 JARI CARA NABI
LANJUTAN…
d. Menyedikitkan suapan, memperbanyak kunyahan,
makan dengan apa yang terdekat darinya dan tidak
memulai makan dari bagian tengah piring, berdasarkan
sabda Rasulullah saw. :
 ‫َياُغ َالُم َس ِّم َهللا َو ُك ْل ِبَيِم ْيِنَك َو ُك ْل ِمَّم ا َيِلْيَك‬
“Wahai anak muda, sebutlah Nama Allah (bismillaah),
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari
apa-apa yang dekat denganmu.”

.‫اْلَبَر َك ُة َتْنِز ُل َو َس َط الَّطَع اِم َفُك ُلْو ا ِم ْن َح اَفَتْيِه َو َال َتْأُك ُلْو ا ِم ْن َو َسِطِه‬ 

“Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan,


maka makanlah dari pinggir-piring dan janganlah
memulai dari bagian tengahnya.”
LANJUTAN…

e.Hendaknya menjilati jari-jemarinya sebelum dicuci


tangannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

.‫ِإَذ ا َأَك َل َأَح ُد ُك ْم َطَع امًا َفَال َيْمَس ْح َيَد ُه َح َّتى َيْلَع َقَها َأْو ُيْلِع َقَها‬ 

“Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai


makan, maka janganlah ia mengusap tangannya
hingga ia menjilatinya atau minta dijilatkan (kepada
isterinya, anaknya).” [Hadis Shahih: Diriwayatkan oleh al-
Bukhari (no.5456) dan Muslim (no. 2031(129)].
LANJUTAN…
e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka
hendaknya dibersihkan bagian yang kotornya kemudian
memakannya. Berdasarkan hadits:

‫ِإَذ ا َس َقَطْت ِم ْن َأَحِد ُك ْم الُّلْقَم ُة َفْلُيِم ْط مَا َك اَن ِبَها ِم ْن َأَذ ى ُثَّم ِلَيْأُك ْلَها‬ 

. ‫َو َال َيَد ْع َها ِللَّش ْيَطاِن‬


“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang di antara
kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan
bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan
meninggalkannya untuk syaitan.” Shahih: Diriwayatkan
oleh Muslim (no. 2033 (135)), Abu Dawud (no. 3845) dan
Ahmad (III/301). Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah
(no. 1404), karya Syaikh al-Albani.
LANJUTAN…
f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih
panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin.
Tidak boleh juga, untuk meniup pada minuman yang masih
panas, apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar
gelas sebanyak tiga kali sebagaimana hadits Rasulullah
dari Anas bin Malik.
 ‫َك اَن َيَتَنَّفُس ِفي الَّش رَاِب َثَالثًا‬.
“Rasulullah saw. jika minum, beliau bernafas
(meneguknya) tiga kali (bernafas di luar gelas).”[Hadis
Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5631), Muslim
(no. 2028), at-Tirmidzi (no. 1884), Abu Dawud (no. 3727).
CARA MINUM SESUAI
SUNNAH RASULULLAH SAW.
LANJUTAN…

Hadist dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu:


 ‫َنَهى َع ِن الَّنْفِخ ِفي الُّش ْر ِب‬.
“Rasulullah saw. melarang untuk meniup (dalam gelas)
ketika minum.”

Adapula hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu:


 ‫َنَهى َأْن ُيَتَنَّفَس ِفي ْاِإل نَاِء َأْو ُيْنَفَخ ِفْيِه‬.

“Nabi saw.telah melarang untuk menghirup udara di


dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.”
LANJUTAN…
g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang
melampaui batas.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. :

‫“َم ا َم َأل آَد ِمٌّي ِو َع اًء َش ًّر ا ِم ْن َبْطِنِه َح ْس ُب اْبِن آَد َم ُلَقْيَم اٌت ُيِقْم َن ُص ْلَبُه َفِإْن َلْم‬ 

”.‫َيْفَع ْل َفُثُلٌث ِلَطَع اِمِه َو ُثُلٌث ِلَش َر اِبِه َو ُثُلٌث ِلَنَفِس ِه‬
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih
buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa
suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya
(memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat
memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga
minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”
PORSI MAKANAN RASULULLAH SAW.
BEBERAPA BUKTI ILMIAH DARI POLA MAKAN
RASULULLAH SAW.
 Salah satu pembuktian hadits “1/3 untuk makanan, 1/3 untuk air, dan
1/3 untuk udara” : Pada tahun 2006, Christiaan Leeuwenburgh dari
Institute of Aging Universitas Florida menemukan bahwa mengurangi
porsi makan sebanyak 8% saja dapat mencegah banyak kerusakan
organ akibat penuaan. (Porsi makanan yang dimaksud adalah “porsi
makan sampai kenyang” yang biasa dikonsumsi orang sehari-hari.)
 Penemuan Kalluri Suba Rao, ahli biologi molekuler (2004) : Makan
sedikit memungkinkan tubuh untuk lebih “berkonsentrasi” memperbaiki
dirinya sendiri, sehingga kegiatan perbaikan DNA, membuang zat-zat
toksin keluar tubuh, dan regenerasi sel-sel rusak dengan sel sehat dapat
berlangsung lebih optimal—Sedangkan apabila kita makan banyak
melebihi batasan, maka tubuh akan lebih sibuk dengan kegiatan
katabolisme (menguraikan makanan-makanan itu dalam tubuh) dan “tidak
sempat” memperbaiki dirinya sendiri. Inilah salah satu pengundang
berbagai penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, dll yang dapat
memperpendek umur manusia zaman sekarang.
Baca : https://rsiaisyiyah-malang.or.id/2013/10/08/mau-hidup-sehat-mari-
diet-ala-rasulullah-saw/
LANJUTAN…

h. Hendaknya memulai makan dan minum dalam suatu


jamuan makan dengan mendahulukan (mempersilahkan
mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang
lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki derajat
keutamaan. Hal tersebut merupakan bagian dari adab yang
terpuji. Apabila tidak menerapkan adab tersebut, maka
berarti mencerminkan sifat serakah yang tercela.

i. Hendaknya tidak memandang kepada temannya ketika


makan, dan tidak terkesan mengawasinya karena itu akan
membuatnya merasa malu dan canggung. Namun sebaiknya
menundukkan pandangan dari orang-orang yang sedang
makan di sekitarnya dan tidak melihat ke arah mereka
karena hal itu menyinggung perasaannya atau
mengganggunya.
LANJUTAN…
j. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan
manusia dianggap menjijikkan, tidak pula membersihkan
tangannya dalam piring, dan tidak pula menundukkan kepalanya
hingga dekat dengan piring ketika sedang makan, mengunyah
makanannya agar tidak jatuh dari mulutnya, juga tidak boleh
berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang kotor dan
menjijikkan karena hal itu dapat mengganggu teman (ketika
sedang makan). Sedangkan mengganggu seorang muslim adalah
perbuatan yang haram.

k. Jika makan bersama orang-orang miskin, maka hendaknya


mendahulukan orang miskin tersebut. Jika makan bersama-sama
teman-teman, diperbolehkan untuk bercanda, senda gurau,
berbagi kegembiraan, suka cita dalam batas-batas yang
diperbolehkan. Jika makan bersama orang yang mempunyai
kedudukan, maka hendaknya ia berlaku santun dan hormat
3. ADAB SETELAH MAKAN
a. Menghentikan makan dan minum sebelum sampai
kenyang, hal ini semata-mata meneladani Rasulullah saw.,
menghindarkan diri dari kekenyangan yang menyebabkan
munculnya masalah kesehatan dan kerakusan dalam hal
makan yang dapat menghilangkan kecerdasan.
b. Hendaknya menjilati tangannya kemudian mengusapnya
atau mencuci tangannya. Dan mencuci tangan itu lebih
utama dan lebih baik.
c. Memungut makanan yang jatuh ketika saat makan,
sebagai bagian dari kesungguhannya dalam menerapkan
adab makan dan hal itu termasuk cerminan rasa syukurnya
atas limpahan nikmat yang ada.
LANJUTAN…

d. Membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela giginya, dan


berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia
berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan berbicara dengan teman-temannya.
e. Hendaknya memuji Allah Azza wa Jalla setelah selesai makan dan minum.
Dan apabila meminum susu, maka ucapkanlah do’a setelah meminumnya,
yaitu:
 ‫َالّلُهَّم َبا ْك َلَنا ِفْي ا َر َز ْقَتَنا َو ْد َنا ِم ْنُه‬.
‫ِز‬ ‫َم‬ ‫ِر‬
“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah
Engkau rizkikan kepada kami dan tambahkanlah (rizki) kepada kami
darinya.”
Jika berbuka puasa di rumah seseorang, hendaklah dia berdo’a:
 ‫َاْفَطَر ِع ْنَد ُك ُم الَّصاِئُم ْو َن َو َأَك َل َطَع ا ُك ُم ْاَألْبَر اُر َو َص َّلْت َع َلْيُك ُم اْل َالِئَك ُة‬.
‫َم‬ ‫َم‬
“Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang berpuasa, telah makan
makananmu orang-orang baik dan semoga para Malaikat bershalawat
(berdo’a) untukmu.
LANJUTAN..
Rasulullah saw. bersabda :
“Dua nikmat yang sering kali manusia tertipu oleh
keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR.
Bukhari no. 6412).
Dalam hadist lain Rasulullah saw. Juga bersabda,
“Nikmat yang pertama kali ditanyakan kepada seorang
hamba pada hari kiamat kelak adalah ketika dikatakan
kepadanya, “Bukankah Aku telah menyehatkan
badanmu serta memberimu minum dengan air yang
menyegarkan?”
(HR. Tirmidzi: 3358. dinyatakan shahih oleh Syaikh al-
Albani).
LANJUTAN..
Dengan mencontoh pola makan Rasulullah saw, kita
sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan penyakit
dengan makanan (attadawi bil ghidza). Beberapa
gambaran pola hidup sehat Rasulullah berdasarkan
berbagai riwayat yang bisa dipercaya, sebagai berikut:
1. Di pagi hari, Rasulullah saw. menggunakan siwak
untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Organ tubuh
tersebut merupakan organ yang sangat berperan dalam
konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka
biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.
KAYU SIWAK MEMBERSIHKAN GIGI
LANJUTAN…

2. Di pagi hari pula Rasulullah saw. membuka menu


sarapannya dengan segelas air dingin yang dicampur
dengan sesendok madu asli.
Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang
diungkapkan dengan isim nakiroh menunjukkan arti
umum dan menyeluruh. Pada dasarnya, bisa menjadi obat
berbagai penyakit. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu
berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan
usus-usus dan menyembuhkan sembelit, wasir dan
peradangan.
LANJUTAN…

3. Masuk waktu dhuha (pagi menjelang siang),


Rasulullah saw. senantiasa mengonsumsi tujuh butir
kurma ajwa’ (matang). Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan
terlindungi dari racun”.
Hal itu terbuki ketika seorang wanita Yahudi menaruh
racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan
pembunuhan di perang khaibar. Racun yang tertelan oleh
Rasulullah saw. kemudian dinetralisir oleh zat-zat yang
terkandung dalam kurma. Salah seorang sahabat, Bisyir
ibu al Barra’ yang ikut makan tersebut akhirnya
meninggal, tetapi Rasulullah saw. selamat dari racun
tersebut.
LANJUTAN…
4. Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah
cuka dan minyak zaitun. Selain itu, Rasulullah juga
mengonsumi makanan pokok seperti roti. Manfaatnya
banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang,
kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menghancurkan
kolesterol dan melancarkan pencernaan. Roti yang dicampur
cuka dan minyak zaitun juga berfungsi untuk mencegah
kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.
“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti sya’ir sampai
kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw
wafat.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan
diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar, keduanya
menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari
Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin
Yazid, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
LANJUTAN…
“Rasulullah saw bersabda :“Makanlah minyak zaitun dan
berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari
pohon yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin
Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula
oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari `
Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang
bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)
5. Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah
adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan,
Rasulullah saw. selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut.
Menurut Prof. Dr. Musthofa, di Mesir daunnya mirip dengan
sabbath dan ba’dunis. Mungkin istilahnya cukup asing bagi
orang di luar Arab, tapi dia menjelaskan, intinya adalah sayur-
sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan
fungsi yang sama yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan
LANJUTAN…
6. Rasulullah saw. tidak langsung tidur setelah makan
malam. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya
makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat
dan baik sehingga mudah dicerna. Caranya juga bisa
dengan shalat.
7. Disamping menu wajib di atas, ada beberapa makanan
yang disukai Rasulullah tetapi tidak rutin
mengonsumsinya. Diantaranya, tsarid yaitu campuran
antara roti dan daging dengan kuah air masak. Beliau
juga senang makan buah yaqthin atau labu air, yang
terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian, beliau
juga senang makan buah anggur dan hilbah (susu).
LANJUTAN…
“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru
masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al
Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang
bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)
Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip
mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis)
“Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka
dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan
oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari
Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin
`Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah
r.a.)
LANJUTAN…

8. Rasulullah saw. sering menyempatkan diri untuk


berolahraga. Terkadang beliau berolahraga sambil bermain
dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Pernah pula
Rasulullah lomba lari dengan istri tercintanya, Aisyah
radiyallahu’anha.
9. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak
menganjurkan umatnya untuk begadang. Hal itu yang
melatari, beliau tidak menyukai berbincang-bincang dan
makan sesudah waktu isya. Biasanya beliau tidur lebih awal
supaya bisa bangun lebih pagi. Istirahat yang cukup
dibutuhkan oleh tubuh karena tidur termasuk hak tubuh.
10. Pola makan Rasulullah saw. ternyata sangat cocok
dengan irama biologi berupa siklus pencernaan tubuh
manusia yang oleh pakar kesehatan disebut circadian
rhytme (irama biologis).
LANJUTAN…
Fakta-fakta di atas menunjukkan pola makan Rasulullah
ternyata sangat cocok dengan irama biologi berupa
siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh pakar
kesehatan disebut circadian rhytme (irama biologis).
Inilah yang disebut dengan siklus alami tubuh yang
menjadi dasar penerapan Food Combining (FC).

Demikianlah Pola makan Rasulullah, semoga bisa


diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jazakumullahu ahsanul jaza….

Anda mungkin juga menyukai