Anda di halaman 1dari 4

Adab Makan Penuh Barokah (2)

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  Follow on TwitterSend an emailFebruary 6, 2011

2 8,948 4 minutes read


Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Reddit VKontakte Odnoklassniki Pocket
Berikut adalah lanjutan adab-adab makan pada seri sebelumnya.

Keenam: Tidak menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai


Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫ وَ ِإنْ َك ِر َه ُه تَرَ َك ُه‬، ‫اشتَ َها ُه َأ َكلَ ُه‬


ْ ‫ ِإ ِن‬، ُّ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – طَعَامًا َقط‬
ُّ ‫مَا عَ ابَ الن َِّب‬
“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sekali pun dan
seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya
beliau meninggalkannya (tidak memakannya).”[1] Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan,
“Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang telah menjelek-jelekkan
makanan yang ia tidak sukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah
menolak rizki Allah.”[2]
Ketujuh: Makan secara bersama-sama dan tidak makan sendirian
Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
‫اجتَ ِمعُوا عَ لَى طَعَا ِم ُك ْم وَ ا ْذ ُكرُوا‬ ْ َ‫يَا رَ سُو َل اللَّ ِه ِإنَّا نَْأ ُك ُل وَ الَ ن‬
ْ ‫ َقا َل « َف‬.‫ َقالُوا نَ َع ْم‬.» َ‫ َقا َل « َفلَ َعلَّ ُك ْم تَ ْف َت ِر ُقون‬.ُ‫شبَع‬
َ‫شا ُء َفالَ تَْأ ُكلْ َحتَّى يَْأ َذنَ لَك‬
َ ‫وُضعَ ا ْل َع‬
ِ ‫ت ِفى وَ ِلي َم ٍة َف‬ َ ‫ َقا َل َأبُو دَا ُو َد ِإ َذا ُك ْن‬.» ‫اسْ َم اللَّ ِه عَ لَ ْي ِه يُبَارَ كْ لَ ُك ْم ِفي ِه‬
ِ ‫صَ احِبُ الد‬
.‫َّار‬
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda,
“Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda,
“Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan
diberi berkah padanya.”[3] Ibnu Baththol berkata, “Makan secara bersama-sama adalah salah
satu sebab datangnya barokah ketika makan.”[4]
Kedelapan: Tidak membiarkan suapan makanan yang terjatuh
Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ان‬ َّ ‫َت لُ ْق َم ُة َأ َح ِد ُك ْم َف ْليَْأ خُ ْذ َها َف ْليُ ِمطْ مَا َكانَ ِب َها ِمنْ َأ ًذى وَ ْليَْأ ُك ْل َها وَ الَ يَدَعْ َها ِلل‬
ِ َ ‫ش ْيط‬ ْ ‫ِإ َذا وَ َقع‬
“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang
bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut
dimakan setan.”[5]
Kesembilan: Menjilat tangan sebelum mencuci atau mengusapnya
Lanjutan dari hadits Jabir sebelumnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِّ ‫َق َأصَ ِاب َع ُه َفِإنَّ ُه الَ يَد ِْرى ِفى َأ‬
‫ى طَعَا ِم ِه ا ْلبَرَ َك ُة‬ َ ‫وَ الَ يَمْ سَحْ يَ َد ُه ِبا ْل ِم ْن ِدي ِل َحتَّى يَ ْلع‬
“Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya. Karena dia tidak
tahu makanan mana yang membawa berkah.”[6]
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Menjilat jari (seusai makan) adalah sesuatu yang
disyari’atkan (dianjurkan). Alasannya sebagaimana yang disebutkan di akhir hadits, yaitu
karena orang yang makan tidak mengetahui di manakah barokah yang ada pada
makanannya. Makanan yang disajikan pada orang yang makan benar-benar ada
barokahnya. Namun tidak diketahui apakah barokahnya ada pada makanan yang dimakan,
atau pada makanan yang tersisa pada jari atau pada mangkoknya, atau pada suapan yang
terjatuh. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seseorang memperhatikan ajaran ini agar ketika
makan pun bisa meraih barokah. Pengertian barokah pada asalnya adalah bertambahnya
dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan dengannya.”[7]
An Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa dibolehkan mengusap tangan dengan serbet,
namun yang sesuai sunnah (ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam) dilakukan setelah
menjilat jari.[8]
Kesepuluh: Memuji Allah dan berdo’a seusai makan
Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah
do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ‫ ُغ ِفرَ لَ ُه مَا تَ َق َّد َم ِمن‬.ٍ‫مَنْ َأ َك َل طَعَامًا َف َقا َل ا ْل َحمْ ُد ِللَّ ِه الَّ ِذى َأطْ َع َم ِنى َه َذا وَ رَ زَ َق ِني ِه ِمنْ َغي ِْر َحوْ ٍل ِم ِنّى وَ الَ ُقوَّ ة‬
‫َذ ْن ِب ِه‬
“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii
ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta
kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.”[9]
Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan
berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫شرْ بَ َة َفي َْح َم َد ُه عَ لَ ْي َها‬ ْ ‫ِإنَّ اللَّ َه لَيَرْ ضَ ى عَ ِن ا ْل َع ْب ِد َأنْ يَْأ ُك َل اَأل ْكلَ َة َفي َْح َم َد ُه عَ لَ ْي َها َأوْ ي‬
َّ ‫َشرَ بَ ال‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid
(alhamdulillah) sesudah makan dan minum”[10] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika
seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan
menjalankan sunnah.”[11]
Kesebelas: Mendo’akan orang yang menyajikan makanan
Do’a yang bisa dibaca:

ْ ‫ْق مَنْ َأ‬


‫س َقا ِنى‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫اللَّ ُه َّم طْ ِع ْم مَنْ طْ َع َم ِنى وَ س‬
“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan
kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang
memberi minuman kepadaku][12]
Keduabelas: Mencuci tangan untuk membersihkan sisa-sisa makanan
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س ُه‬ َ ‫َات َأ َح ُد ُك ْم وَ ِفى يَ ِد ِه َغ َم ٌر َفَأصَ ابَ ُه‬
َ ‫شىْ ٌء َفالَ يَلُومَنَّ ِإالَّ نَ ْف‬ َ ‫ِإ َذا ب‬
“Jika salah seorang dari kalian tidur dan di tangannya terdapat minyak samin (sisa makanan)
kemudian mengenainya, maka janganlah mencela kecuali kepada dirinya sendiri.”[13]
Moga dengan adab-adab yang kami sajikan ini, rutinitas makan kita bukan hanya ingin
menguatkan badan saja, namun bisa bernilai ibadah dan mendapatkan barokah, yaitu
kebaikan yang melimpah dari sisi Allah. Wallahu waliyyut taufiq.

Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

-Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat-


Panggang-GK, 29th Shafar 1432 H (2/2/2011)

www.rumaysho.com

[1] HR. Bukhari no. 5409.


[2] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 18/93
[3] HR. Abu Daud no. 3764. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[4] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 18/121
[5] HR. Muslim no. 2033
[6] HR. Muslim no. 2033
[7] Nailul Author, Muhammmad bin ‘Ali binn Muhammad Asy Syaukani, Idarotu Thoba’ah Al
Maniriyah, 9/34
[8] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At
Turots, cetakan kedua, 1392, 13/204-205
[9] HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
[10] HR. Muslim no. 2734
[11] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/51.
[12] HR. Muslim no. 2055.
[13] HR. Ahmad 2/344. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
sesuai syarat Bukhari-Muslim.

Sumber https://rumaysho.com/1552-adab-makan-penuh-barokah-2.html

Anda mungkin juga menyukai